BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pembangunan nasional sangat tergantung oleh kualitas, kompetensi dan
profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat bertahan dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia kerja. Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan.1 Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta pekerja yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja sangat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1,25 triliun.2 Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Berdasarkan data ILO dalam penelitian Takala tahun 2004, kecelakaan-kecelakaan fatal diproporsikan berdasarkan delapan regional negara. Pengkategorian regional negara yaitu: Perancis, Finlandia, Jerman, dan Luxembourg untuk Established Market Economies (EME); Kazakhstan dan Federasi Rusia untuk Former Socialist Economies of Europe (FSE); Korea, Malaysia
Universitas Sumatera Utara
and Thailand untuk Other Asia and Islands (OAI); Zimbabwe dan Ethiopia untuk Sub-Saharan Africa (SSA); Argentina, Brazil, El Salvador,Nicaragua and Panama untuk Latin-America and the Caribbean (LAC); Turki, Mesir, Moroko, dan Tunisia untuk the Middle-Eastern Crescent (MEC); India dan China. Kecelakaan fatal di China memiliki proporsi terbesar dengan 26%, OIA 22%, SSA 15%, India dan LAC 11%, serta EME, FSE, dan MEC 5%.2,3 Penelitian yang diadakan ILO tahun 2007 mengenai standar kecelakaan kerja, Indonesia menempati urutan ke 152 dari 153 negara yang diteliti. Hal tersebut menunjukkan buruknya masalah kecelakaan kerja di negara Indonesia.4 Berdasarkan data yang dicatat oleh Lembaga Statistik Buruh Amerika Serikat yang dibawahi oleh Departemen Tenaga Kerja AS tahun 2006 diperoleh bahwa bidang pertambangan, konstruksi dan agrikultur sebagai bidang yang paling membahayakan. Menurut Departemen Tenaga Kerja AS tahun 2006, penebang kayu merupakan salah satu pekerjaan yang termasuk dalam daftar pekerjaan paling berbahaya dengan Insidens Rate (IR) kecelakaan kerja 82,1 per 100.000 pekerja dan Case Fatality Ratio (CFR) 64 per 100.000 pekerja. 5 Berdasarkan data Japan International Center of Occuputional Safety and Health (JICOSH) tahun 1999, dari semua industri di Jepang Frequency Rate (FR) 1,80 per 1.000.000 jam kerja dan Severity Rate (SR) 300 per 1.000.000 jam kerja. Industri kehutanan (FR 2,47 per 1.000.000 jam kerja) menempati urutan ketiga setelah transport/communications (FR 4,54 per 1.000.000 jam kerja) dan services (3,65 per 1.000.000 jam kerja).6
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data Japan International Center of Occuputional Safety and Health (JICOSH) tahun 1999, CFR dari beberapa negara Asia Pasifik adalah Hong Kong menempati CFR tertinggi 66,29 per 100.000 pekerja, Korea 32,17 per 100.000 pekerja, Taiwan 20,33 per 100.000 pekerja, Malaysia 12,84 per 100.000 pekerja, Jepang 12,09 per 100.000 pekerja. CFR beberapa Negara di luar Asia Pasifik, USA (1999) 14,0 per 100.000 pekerja, Jerman (1998) 8,5 per 100.000 pekerja, Perancis (1998) 12,1 per 100.000 pekerja.7 Berdasarkan
data
Departemen
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
(Depnakertrans) Indonesia tahun 2009, jumlah angkatan kerja sebanyak 113,83 juta orang yang diantaranya sebesar 92,13% penduduk yang bekerja dan 7,87% penduduk yang tidak bekerja. Tenaga kerja sebanyak 62% laki-laki dan 38% perempuan. Dari keseluruhan tenaga kerja, sekitar 44% bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan yang menurut ILO merupakan sektor pekerjaan yang paling berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja selain sektor pertambangan.8,9 Pada tahun 2002, Jacob Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam kerja (71 juta jam yang seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan) dengan SR 387 hari per 1.000.000 jam kerja dan kerugian sebesar 340 milyar rupiah.2 Berdasarkan data Depnakertrans tahun 2008, tercatat 172.444 perusahaan dengan 26.080.158 tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek.10 Berdasarkan data
Universitas Sumatera Utara
PT Jamsostek pada 2008, diperkirakan setiap tahun terdapat CFR 26 dari 100.000 pekerja dan 80 dari 100.000 pekerja yang mengalami cacat tetap.11 Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi. Tahun 2009 terdapat 88.492 kasus kecelakaan kerja dengan IR 84,38 per 100.000 pekerja, CFR 2,22%, cacat fungsi 4.023 orang (4,54%), cacat anatomis secara tetap 2.534 orang (2,86%) dan sembuh 79.985 orang (90,38%).12 Jamsostek mencatat tahun 2009 nilai santunan yang dibayarkan kepada 242 orang penerima Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) di Riau mencapai Rp 1,8 milyar dan kepada 234 orang penerima Jaminan Kematian (JK) mencapai Rp 4,9 milyar.13 Menurut Bernt Strehlke dalam ILO (2004), seorang spesialis ILO di bidang kehutanan dan industri perkayuan, melakukan kajian terhadap masalah lapangan kerja dan kondisi kerja dalam pekerjaan kehutanan Indonesia. Di semua tempat kerja dijumpai praktik-praktik kerja berbahaya, terutama dalam penebangan pohon. Meskipun buruh-buruh yang bekerja menebang kayu rata-rata memakai helm pelindung kepala, mereka sering kali tidak memakai alas kaki yang memadai. Operator yang menggunakan gergaji rantai/mesin (chainsaw) untuk menebang pohon sering kali bekerja tanpa sepatu pelindung. Hal ini berbahaya mengingat gergaji mesin tidak dilengkapi dengan perangkat pelindung seperti untuk pelindung pegangan di bagian depan (front handle guards) atau piranti anti getaran (antivibration devices).2 PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar merupakan salah satu perusahaan di sektor kehutanan.14 Angka kecelakaan
Universitas Sumatera Utara
kerja di pekerjaan kehutanan dan industri perkayuan baik frekuensi maupun tingkat beratnya adalah tinggi. Keadaannya dapat dibandingkan dengan kecelakaan kerja di pertambangan dengan angka kecelakaan kira-kira 4 kali daripada industri-industri lain. Berdasarkan laporan angka kecelakaan kerja di Amerika Serikat tahun 1956 menurut kegiatan ekonomi atau industri, FR semua kecelakaan kerja dengan cacat per 1.000.000 jam kerja pada industri pertambangan 23,07, perkayuan 22,32, konstruksi 19,10, perhubungan 0,99, tembakau 3,27.15,16 Seminar Nasional I tentang Penerapan Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Balikpapan tahun 1976 dikatakan bahwa dari keseluruhan kecelakaan pada pekerjaan kehutanan, kegiatan penebangan dan pengangkutan kayu sebesar 70%, pemeliharaan hutan 15%, akibat pembuatan jalan 5%, dan karena pekerjaan lain 10%. Kecelakaan pada penebangan dan pengangkutan kayu cenderung bersifat berat dan sebesar 90% kecelakaan mengakibatkan kematian.15 Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar tercatat pada tahun 2008 sebanyak 47 kasus dan tahun 2009 sebanyak 58 kasus. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar tahun 2008-2009.
Universitas Sumatera Utara
1.2.
Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di PT
Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar Tahun 2008-2009.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar Tahun 2008-2009. 1.3.2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui distribusi proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan) di PT Riau Andalan Pulp And Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar Tahun 2008-2009.
b.
Untuk mengetahui distribusi proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berdasarkan penyebab kecelakaan kerja.
c.
Untuk mengetahui distribusi proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berdasarkan tingkat keparahan kecelakaan kerja.
d.
Untuk mengetahui distribusi proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berdasarkan waktu kejadian kecelakaan kerja.
e.
Untuk mengetahui Frequency Rate (FR) berdasarkan jenis pekerjaan.
f.
Untuk mengetahui Severity Rate (SR) berdasarkan jenis pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
g.
Untuk mengetahui Frequency Rate (FR) berdasarkan waktu kejadian kecelakaan kerja.
h.
Untuk mengetahui Severity Rate (SR) berdasarkan waktu kejadian kecelakaan kerja.
i.
Untuk mengetahui proporsi jenis pekerjaan berdasarkan penyebab kecelakaan kerja.
j.
Untuk mengetahui proporsi jenis pekerjaan berdasarkan tingkat keparahan kecelakaan kerja.
k.
Untuk mengetahui proporsi jenis pekerjaan berdasarkan waktu kejadian kecelakaan kerja.
l.
Untuk mengetahui proporsi tingkat keparahan kecelakaan kerja berdasarkan waktu kejadian kecelakaan kerja.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai masukan bagi pihak PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Sektor Tesso Timur Kabupaten Kampar dalam hal evaluasi dan perencanaan program penanggulangan kecelakaan kerja. 1.4.2. Sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperolah selama perkuliahan di FKM USU. 1.4.3. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya dan referensi perpustakaan FKM USU.
Universitas Sumatera Utara