BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia usaha baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil melakukan pengembangan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global. Seiring perkembangannya dunia usaha mengalami berbagai hambatan. Salah satunya adalah masalah pendanaan, sehingga manager diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan operasional
usahanya. Ketika menjalankan
perusahaannya, manager perusahaan harus menentukan seberapa banyak modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya baik dana dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan. Dana dari dalam perusahaan, yaitu melalui laba ditahan dan depresiasi serta dana dari luar perusahaan yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan dana dari peserta yang mengambil bagian dari perusahaan yang akan menjadi modal sendiri. Manajemen yang baik sebaiknya memperhatikan struktur modal yang optimal sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik. Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata atau memaksimumkan nilai perusahaan (Riyanto 2008:294). Keputusan penting yang dihadapi manajer keuangan dalam kaitannya dengan keberlangsungan operasi perusahaan adalah keputusan atas struktur modal yang merupakan pilihan pendanaan antara hutang dan ekuitas. Manajer harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun
luar perusahaan secara efisien, yang berarti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer. Ketika manajer menggunakan utang, maka biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Akan tetapi ketika manajer menggunakan dana internal, maka akan timbul biaya akibat menggunakan laba usaha (opportunity cost) dari dana internal yang dipergunakan. Perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal mengenai berapa jumlah hutang dan modal sendiri yang akan digunakan.
Menurut
Wiksuana,
dkk
(2001:201),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat penjualan, struktur aset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan pajak, kebijakan dividen, kondisi intern perusahaan, pengendalian, attitude management. Sartono (2001:248) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, serta kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro. Sementara
Riyanto (2001:279) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat bunga, stabilitas earning, susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan. Dan menurut Brigham dan Hauston (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu: risiko, bisnis, posisi pajak, fleksibilitas,
keuangan dan konservatisme atau agresivitas managemen merupakan faktorfaktor yang menentukan keputusan struktur modal. Dari semua variabel yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, penulis menggunakan dua variabel bebas yaitu resiko bisnis dan pertumbuhan aktiva. Alasan menggunakan variabel bebas tersebut berdasarkan beberapa teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan dari penelitian sebelumnya dominan menggunakan resiko bisnis, pertumbuhan aktiva sebagai pengukur faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan. Penulis menggunakan sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Struktur modal pada umumnya merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, untuk modal sendiri terdiri dari berbagai macam saham dan laba ditahan. Sedangkan modal asing umumnya terdiri dari berbagai hutang jangka panjang yang misalnya obligasi, hutang hipotik dan lain–lain. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan keuangan adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Berikut beberapa definisi struktur modal menurut para ahli yang tertuang didalam buku mereka :
Struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan (Sawir, 2005:10). Struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya.Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham (Weston dan Brigham, 2005:150).
Meskipun
struktur modal yang ditargetkan akan dapat mengalami perubahan sesuai dengan kondisi perekonomian yang berubah-ubah, pada umumnya perusahaan telah menghitung dan mempunyai pedoman untuk mencapai struktur modal tertentu. Dengan adanya struktur modal yang ditargetkan, setiap pembiayaan akan berpatokan pada bauran modal tersebut. Jika penggunaan hutang berada di bawah target tersebut, maka perusahaan harus mencari pinjaman. Demikian, jika rasio hutang telah di atas target, ada kemungkinan perusahaan harus menjual saham baru. Jadi struktur modal itu sendiri adalah hasil dari keputusan pendanaan (financing decision) yang berkaitan dengan pemilihan pendanaan operasi perusahaan menggunakan ekuitas atau utang. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan risiko dan tingkat pengembalian (return). Dengan menambah hutang dalam pendanaan akan
memperbesar risiko perusahaan, akan tetapi juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Selain itu perlu diperhatikan bahwa risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan akan meningkatkan harga saham pula. Dari sini didapat konsep struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Faktor pertama yang mempengaruhi keputusan tentang struktur modal adalah risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) risiko bisnis (business risk) yaitu tingkat risiko terkait pembiayaan asset perusahaan dengan tidak menggunakan hutang jangka panjang. Apabila risiko bisnis makin besar, artinya rasio hutang makin kecil. (2) Risiko keuangan (financial risk) yaitu risiko yang dihadapi para pemegang saham biasa sebagai akibat penggunaan hutang jangka panjang. Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila perusahaan lebih banyak menggunakan utang berarti memperbesar risiko yang ditanggung oleh pemegang saham dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Brigham dan Houston (2001:6) menyatakan bahwa risiko yang makin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian. yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu, struktur modal optimal harus berada pada
keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya.
Pengukuran
risiko
bisnis
dalam
penelitian
ini
menggunakan nilai varian dari ROE (Return On Asset) selama 6 tahun berturutturut. Faktor kedua yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan aktiva. Pertumbuhan aktiva sendiri memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban apabila dalam pendanaannya menggunakan hutang. Riyanto (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio struktur aset/aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka perusahaan pun akan memiliki jaminan kemampuan yang lebih besar dalam melakukan pendanaan eksternal yang berarti berpotensi meningkatkan leverage perusahaan. Semakin baik pertumbuhan aktiva, semakin meningkat juga kepercayan investor terhadap perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap (Riyanto, 1995). Hal ini bisa dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif
horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri
hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang sebagian besar aset nya terdiri dari aset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana
dengan hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aset terhadap struktur modal suatu perusahaan. Pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki perusahaan. Pertumbuhan asset dihitung sebagai persentase perubahan asset pada tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk penelitian ini penulis mengambil sampel perusahaan yang bergerak dalam indusri listrik dan merupakan salah satu anak perusahaan dari PT PLN (Persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa-Bali. Maka dari itu penulis mengambil judul ”Pengaruh Risiko Bisnis dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap Struktur Modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali”. 1.2 Rumusan Masalah a. Apakah risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali? b. Manakah diantara risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva yang mempunyai pengaruh dominan terhadap struktur modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali. b. Untuk mengetahui diantara risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva yang mempunyai pengaruh dominan terhadap struktur modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Kontribusi Praktis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi praktis bagi perusahaan dan investor sebagai bahan informasi yang bisa bermanfaat untuk pemecahan masalah yang berkaitan tentang keputusan struktr modal dan pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama pertumbuhan aktiva dan risiko bisnis pada PT Pembangkitan Jawa Bali. 1.4.2 Kontribusi Teoritis Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, terutama pengaruh risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada PT Pembangkitan Jawa Bali yang diperoleh dengan kenyataan di dunia usaha dan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang mengadakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai pengaruh risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal, serta berguna bagi pengembangan ilmu dalam bidang ekonomi dan menambah wawasan keilmuan di bidang manajemen terutama tentang risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal.
1.4.2 Kontribusi Kebijakan
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
pertimbangan bagi kalangan regulator dalam menetapkan peraturan yang berkaitan dengan keputusan pendanaan / struktur modal perusahaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar menghindari berkembangnya pembahasan masalah yang terlalu luas dari permasalahan yang ada, serta menghindari tidak terjadi kesimpangsiuran, maka penulis perlu membatasi pembahasan, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana. a. Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi struktur modal pada suatu perusahaan, peneliti memilih resiko bisnis dan pertumbuhan aktiva karena PT Pembangkitan Jawa Bali merupakan perusahaan yang terus berkembang dan mempunyai banyak Unit Pembangkit dan anak perusahaan,
sehingga
dalam
keputusan
pendanaan
harus
memperhatikan resiko bisnis yang muncul sebagai akibat dari pertumbuhan aktiva perusahaan. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yang digunakan untuk mengukur resiko bisnis dan pertumbuhan aktiva. Sedangkan variable terikat yang digunakan untuk mengukur struktur modal. b. Periode yang digunakan untuk penelitian ini tahun 2006-2011 (selama 6 periode).
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pengertian Modal Munawir (2001) menyatakan bahwa modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus atau laba yang ditahan atau kelebihan aset yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutangnya. Modal menggambarkan hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan pemilik maupun para investor. Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Dengan kata lain, modal aktif menunjukkan bentuk modal. Riyanto (1995) menyatakan bahwa berdasarkan cara dan lama perputaran, modal aktif dibagi menjadi 2 yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah aset yang habis dipakai dalam satu kali perputaran proses produksi dan proses perputarannya kurang dari satu tahun. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak habis atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Modal pasif adalah modal yang tertera disebelah kredit sisi neraca yang menggambarkan sumber perolehan dana atau dengan kata lain modal pasif menunjukkan sumber atau asal modal. 2.1.2 Pengertian Struktur Modal
26