1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia Memasuki abad 21 roda perekonomian mulai berputar kembali diseluruh pelosok Asia setelah melewati krisis moneter yang berkepanjangan, terutama di kawasan Asia yang paling merasakan dampak langsung dari krisis tersebut. Banyak perusahaan yang terlilit hutang pinjaman bank dalam bentuk mata uang USD (Dolar Amerika Serikat) berusaha survive disaat krisis moneter dengan jalan melakukan proses Refinancing Hutang mereka dengan berbagai macam cara seperti meminta tambahan waktu jangka waktu pembayaran, potong pokok pinjaman, mengubah fasilitas kredit jangka pendek menjadi fasilitas kredit jangka panjang, penurunan tingkat suku bunga dan sebagainya. Untuk beberapa perusahaan yang melakukan Refinancing Loan juga didasarkan karena tujuan untuk penyederhanaan proses administrasi perusahaan. Dimana hal ini terjadi hampir diseluruh Asia, kejadian ini dapat dianggap sebagai sebuah situasi yang relevan paska krisis moneter. Perusahaan - perusahaan akan mencoba survive dengan terus memonitor interest rate dan me-manage loan performance mereka sampai dengan situasi dapat kembali seperti semula, hal ini
2
dilakukan karena menyangkut terhadap citra dan kredibilitas perusahaan perusahaan tersebut kedepannya, apalagi perputaran roda bisnis perusahaan tersebut mayoritas dijalankan dengan fasilitas pinjaman di Bank. Pada umumnya perusahaan yang sudah long establish memiliki sejumlah fasilitas pinjaman dibank. Dana pinjaman tersebut biasanya digunakan perusahaan sebagai modal kerja dan investasi pembangunan pabrik atau membeli mesin baru. Oleh karena itu merupakan hal yang sangat wajar apabila pada saat ini perusahaan berlomba lomba mengambil fasilitas pinjaman di Bank. Secara umum fasilitas pinjaman di Perbankan dibedakan menjadi 3, yang dibedakan sesuai dengan bobot jumlah pinjaman, yakni terdapat Fasilitas kredit Ritel, Fasilitas Kredit Komersial dan Fasilitas Kredit Korporasi. Dimana Fasilitas Kredit Korporasi merupakan fasilitas pinjaman dengan bobot jumlah pinjaman terbesar (rata rata diatas Rp. 50 Milliar) Perbankan dalam hal pelepasan kredit tentulah dilakukan dengan prudent, namun ternyata pada kenyataan dilapangan, proses credit approval yang sangat kompleks sekalipun masih memiliki titik kelemahan sehingga debitur dapat saja default sewaktu waktu.
Sindikasi Dalam kelanjutan penyelesaian permasalahan hutang bank yang dihadapi perbankan terhadap perusahaan korporasi terdapat pilihan apakah penyelesaiannya melalui Loan Refinancing secara Bilateral atau secara Sindikasi. Dimana pada saat ini
3
akan dibahas perusahaan korporasi yang melakukan Loan Refinancing dalam bentuk Kredit Sindikasi. Dimana pada case study ini akan dijelaskan mengenai proses perbaikan hutang melalui loan refinancing dengan Kredit Sindikasi namun berujung dengan hasil yang masih kurang maksimal, serta dilakukan pencarian solusi untuk masalah tersebut. Kredit Sindikasi masih dapat dikatakan “barang baru” di Indonesia, karena tidak banyak perusahaan yang dapat memperoleh fasilitas ini. Hal ini disebabkan karena fasilitas sindikasi ini hanya diberikan pada perusahaan besar saja. Salah satu perbedaan mendasar antara Fasilitas Kredit Korporasi dan Fasilitas Kredit Sindikasi adalah jumlah fasilitas yang dapat diberikan, dimana Jumlah Fasilitas Kredit Sindikasi pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan Kredit Korporasi biasa namun dengan porsi pembagian risiko yang proposional pula. Hal ini disebabkan karena didalam Kredit Sindikasi, pengucuran dana Kredit Korporasi tidak datang dari satu bank saja, namun lebih dari satu bank. Oleh karena itu selain lebih ”secure” dibandingkan bilateral loan, jumlah total Fasilitas Sindikasi tentunya akan jauh besar pula. Selain hal yang disebutkan diatas, dengan menggunakan Fasilitas Sindikasi, para Bank juga dapat membagi / share pengalaman mengenai bidang industri tersebut. Dimana hal ini selain menambah wawasan juga dapat meningkatkan pengetahuan untuk industries awareness.
4
PT. EI Perusahaan yang menjadi subjek pembahasan ini adalah sebuah perusahaan Multi National Company dari India yang memiliki cabang perusahaan di Indonesia yakni PT EI. PT. EI merupakan salah satu anak perusahaan dari Grup E, yaitu grup usaha yang didirikan kurang lebih 30 tahun lalu oleh salah satu konglomerat terbesar di India. Bidang usaha Grup meliputi berbagai bidang industri dengan skala yang luas dan terintegrasi, antara lain pelayaran (shipping), pembangkit tenaga listrik (power), minyak (oil), telekomunikasi dan konstruksi. Grup E didirikan oleh Mr. N K R pada tahun 1956 di India . Sebelumnya, keluarga ini memiliki bisnis dan trading sejak tahun 1800-an. Berikut ini adalah Sejarah PT. EI: Tahun
Keterangan
1994
Perusahaan didirikan oleh grup E dan PT GA
1997
Perusahaan beroperasi secara komersial dengan produk yang dihasilkan berupa Cold Rolled Coil/Sheet (CRC/S) dengan kapasitas produksi sebesar 200.000 metrik ton.
2004
Seluruh saham PT GA diambil alih oleh EG Ltd., Mauritius. Perusahaan memproduksi Galvanized dan kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 400.000 metrik ton (termasuk produk Galvanized sebesar 150.000 metrik ton). Tabel 1.1.a Sejarah PT. EI
5
Produk yang dihasilkan perusahaan adalah CRC/S dan Galvanish, dimana produk Galvanish adalah produk kelanjutan dari CRC yang telah dilapisi zinc. CRC dibedakan CRC keras (hard) dan soft dimana CRC soft adalah CRC yang telah dilakukan proses hidrogenisasi (annealed) sedang CRC keras tidak dilakukan annealed. Secara ringkas, aktivitas produksi perusahaan adalah penipisan lembaran baja + 4 mm (HRC) menjadi lembaran setebal 0.10 mm – 2.5 mm (CRC) dan pelapisan CRC dengan zinc (Galvanizing). Proses dilakukan secara dingin (tidak dilakukan pemuaian HRC) dengan cara dipress oleh tekanan silinder yang berputar (rolling). Lebar CRC yang dihasilkan yaitu 762 mm s.d. 1.700 mm. Kapasitas pabrik yang dimiliki sebesar 400.000 ton (termasuk produk Galvanish) dengan asumsi ketebalan produk 0.8 mm dan volume produksi akan menurun jika perusahaan memproduksi produk yang lebih tipis. Saat ini PT. EI sudah beroperasi secara penuh dengan 3 shift per hari. Dengan kapasitas produk saat ini 400.000 Mt per tahun termasuk 150.000 Mt per tahun produk Galvanized dan 100.000 Mt per tahun produk Cold Roll Soft, PT. EI berfokus pada nilai tambah produk CR Soft. Secara garis besar produk PT. EI dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:
6
Soft Products Karakteristik soft products adalah mudah untuk digambar pada permukaan akhir dan memiliki ketebalan yang khusus. PT. EI memiliki world class fasilitas HiCON anealing yang dikombinasikan dengan state-of the-art skin pass mill untuk dapat memproduksi soft steel kualitas tinggi untuk memenuhi segmen pasar yang sesuai. Contoh produknya antara lain: tube dan pipa, spareparts untuk otomotif, drum dan kaleng, enamel ware, furniture dan peralatan electronik.
Gambar 1.1 Soft Product
7
Galvanized Products Merupakan produk steel yang dilapisi dengan zinc yang secara efektif dan lebih ekonomis untuk melindungi besi dari korosi. Berikut segmen dari produk Galvanized: WHITE GOODS
COLOR COATING
OFFICE EQUIPMENT
BUILDING
AUTOMOTIVE
Roofing
Automotive Heat Air shields Conditioners
Color coating Filling of panels Cabinets Lockers
Siding
Bus Bodies
Washing Machines
Multifarious Profiles
Ceiling
Air & Oil Filters
Refrigerators
Gutter
Cable cover
Floordecking Partitions Ducting Fence Tabel 1.1.b Galvanized Products
Gambar 1.1.b Galvanized Products
8
Hard Products PT. EI memilih konsumen dari segmen konstruksi yang memiliki kesadaran kualitas produk (quality awareness). Mayoritas produk hasil aplikasi Cold Rolled Full Hard dari PT. EI ditempatkan pada sektor Galvanizing, misalnya galvanized roofing, strapping dan tuning. Tujuan pemberian Kredit Sindikasi ini digunakan PT. EI untuk 2 hal utama , yakni : 1. Me-refinancing existing Fasilitas Kredit Investasi yang diperoleh dari Bank Niaga, Bank Mega, RZB (Singapura), Bank of India (Singapura), Indian Bank (Singapura). Refinancing ini bertujuan untuk lebih menyederhanakan proses administrasi perusahaan yang selama ini dilakukan dengan beberapa bank menjadi dengan hanya satu bank saja. 2. Pendanaan Investasi perusahaan yang bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada serta memperlonggar cash flow perusahaan sehubungan dengan adanya rencana perusahaan dalam pendanaan rencana Investasi tersebut.
9
1.2 Permasalahan yang akan dibahas Kredit Sindikasi yang diberikan kepada PT. EI berasal dari gabungan beberapa bank lokal dimana untuk kali ini Bank A dipercayakan sebagai Arranger dan Agency (Agen Fasilitas dan Agen Jaminan). Secara garis besar permasalahan yang akan dibahas adalah mencakup dari 4 hal utama dibawah ini :
1. Apakah PT. EI benar telah melakukan breach financial covenant, sehingga PT. EI dapat di state Default oleh Bank Sindikasi ? 2. Apakah solusi Sindikasi yang tepat untuk kondisi PT.EI yang dianggap breach financial covenant ? 3. Apakah faktor eksternal perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan dalam operasional perusahaan ? termasuk dapat memicu terjadinya financial default dalam Fasilitas Sindikasi ? 4. Bagaimana Agen Fasilitas Kredit Sindikasi dapat mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan breach financial covenant dengan memperhitungkan dari sisi Bisnis Bank & dari sisi Risiko Kredit ?
10
1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Case Study ini diharapkan akan dapat menjadi salah satu referensi yang berguna bagi perbankan dan bagi perusahaan yang memiliki rencana untuk refinancing hutang perusahaan ala Fasilitas Sindikasi. Dengan adanya case study ini akan memperlihatkan bahwa sangat pentingnya alat alat monitoring yang menjadi signal perubahaan pada perusahaan (seperti memonitoring keadaan keuangan PT. EI melalui financial covenant) serta mengetahui efektifitasi diperlukannya keputusan sindikasi dalam memberikan solusi yang tepat kepada PT. EI. Manfaat yang akan diperoleh adalah masyarakat pebisnis / perbankan yang terlibat didalam Bank Sindikasi adalah memiliki kesempatan untuk mengetahui cara memperbaiki NPL (Non Performing Loan) debitur melalui cara cara khas sindikasi pada Fasilitas Kredit Sindikasi di Indonesia dan sebuah kesempatan untuk memperlihatkan kemampuan sindikasi dalam mengurangi bahkan menghindari default financial covenant - Syndication Loan Agrrement pada perusahaan yang menggunakan dana bank secara Sindikasi ini.
11
1.4 Ruang Lingkup Kajian Case Study Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui, yakni : 1. PT. EI telah menjadi Syndication Lenders sejak tahun 2007. Dimana Loan Agreement telah ditanda tangani dan sebagian besar Fasilitas Kredit Sindikasi telah dilepas kepada PT. EI. Oleh karena terjadinya default financial covenant maka yang akan dibahas adalah solusi khas Sindikasi untuk kasus ini / similar case. Dimana solusi adalah keputusan yang diambil oleh Bank Sindikasi 2. Didalam case study ini akan dilihat dari sudut banking (sebagai Facility Agent) melalui pencarian solusi khas Sindikasi terhadap keadaan debitur EI pada saat ini (default pada financial covenant) serta pemecahaan masalah melalui proses dan prosedur Fasilitas Sindikasi yang berlaku. 3. Metodologi yang akan dipakai adalah pendekatan dari sisi analis kredit, analisa bisnis, pendekatan legal sesuai dengan aspek perkreditan sindikasi di Indonesia.