BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di
Indonesia gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat antara pasar dalam negeri dan luar negeri dalam memperebutkan pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan dalam negeri dituntut untuk dapat bekerja lebih baik. Banyak kesalahan manajerial yang menjadi penyebab kegagalan perusahaan. Perluasan usaha yang berlebihan, tindakan keuangan yang keliru, ketidakefektifan tenaga penjualan dan biaya produksi yang tinggi dapat menyebabkan semuanya. Selain itu, kombinasi dari hal-hal di atas dapat pula menjadi penyebab terakhir kegagalan perusahaan. Perusahaan rokok di Indonesia memiliki peran yang sangat sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Perusahaan rokok mempunyai multiplier effect yang sangat luas, seperti menumbuhkan industri jasa terkait, penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja mencapai 6,1 juta. Pita Cukai rokok telah menyumbang pendapatan pajak yang besar bagi Indonesia. Pada tahun 2010 dan 2011 lalu, pemerintah sudah menaikkan cukai rokok masing-masing sebesar 12% dan 6%. Tahun 2012 kenaikan tarif cukai berkisar antara 13% - 16%. Pemerintah bahkan sudah mulai mempersiapkan kenaikan cukai rokok untuk 2014 (detik.com). Hal ini tentu sangat memberatkan bagi Perusahaan Rokok di Indonesia.
2
Industri rokok di Indonesia tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Hal ini didukung dengan banyaknya produksi rokok yang dihasilkan baik oleh industri besar, menengah dan kecil sehingga memungkinkan bagi Indonesia untuk memasuki pasar ekspor rokok di dunia. Ekpor rokok kretek Indonesia tahun 2014 sebagai berikut : Tabel 1 Ekspor Rokok Kretek Tahun 2014 Kuantitas Nilai no Negara tujuan kg % US $ % 1 Malaysia 560.002 43,8 5.468.371 38 2 Singapura 535.735 41,9 6.894.613 47,9 3 Philipina 54.976 4,3 772.800 5,4 4 Amerika Serikat 46.272 3,6 585.749 4,1 5 Timor Timur 28.527 2,2 294.800 2 6 Hongkong 16.998 1,3 57.861 0,4 7 Jerman 10.711 0,8 82.272 0,6 8 Arab Saudi 8.420 0,7 100.600 0,7 9 Brunai D 7.227 0,6 54.121 0,4 10 Protugis 5.270 0,4 34.00 0,2 11 Lainnya 3.724 0,4 44.938 0,2 Total 1.277.950 100 14.390.225 100 Sumber : BPS, 2014 Melihat tabel diatas nilai ekspor rokok terlihat begitu besar, hal ini tentunya akan menarik investor karena memenuhi ekspektasi mereka untuk mendapat keuntungan baik berupa gain ataupun dividen. Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan rokok. Kinerja keuangan umumnya dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial perusahaan dimasa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Rasio dapat dihitung berdasarkan sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari data neraca dan laporan laba
3
rugi. Laporan keuangan perlu disusun untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut meningkat atau bahkan menurun dan di dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya adalah dengan menggunkan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas. Kinerja keuangan perusahaan merupakan tingkat prestasi (kerja) hasil nyata yang kadang – kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus – menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien, (Djarwanto, 2008 : 19). Kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya dapat ditunjukkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai keadaan keuangan pada periode tertentu. PT. H.M. Sampoerna, Tbk dan PT. Gudang Garam, Tbk merupakan industri rokok di Indonesia tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Hal ini didukung dengan banyaknya skala produksi rokok yang dihasilkan baik oleh kedua perusahaan rokok tersebut sehingga memungkinkan bagi Indonesia untuk memasuki pasar ekspor rokok di dunia. Dengan perusahaan sebesar ini dengan produk-produknya yang menjadi market leader, ada kemungkinan bahwa kinerja keuangan perusahaannya juga baik. Berdasarkan rangking perusahaan rokok melalui net profit / loss yang dikeluarkan oleh IDX, terlihat PT HM Sampoerna, Tbk dan PT Gudang Garam, Tbk selalu menduduki rangking teratas seperti terlihat pada tabel sebagai berikut :
4
Tabel 2 Rangking Perusahaan Rokok Berdasarkan Net Profit / Loss Tahun No Perusahaan 2012 2013 1 Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 9.805,421 10.807,967 2 Gudang Garam, Tbk 4.088,711 4,383,932 3 Wismilak Inti Makmur, Tbk 77,302 132,379 4 Bentoel International Investama, Tbk (323,351) (1.042,068) Sumber : IDX, 2014 Tabel 2 menunjukkan dari tahun 2012-2013 PT HM Sampoerrna, Tbk dan PT Gudang Garam, Tbk mempunyai rangking terbaik (dua teratas)
dalam
memperoleh laba bersihnya dari perusahaan rokok yang lain. Kondisi ini memperlihatkan kedua perusahaan tersebut mempunyai kinerja keuangan yang sangat baik. Fenomena ini sangat menarik untuk diteliti guna mengetahui perbedaan kinerja keuangan kedua perusahaan tersebut. Penilaian kinerja merupakan metode untuk mengawasi kegiatan operasi perusahaan. Metode penilaian kinerja tersebut dapat membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan sesuai tujuan yang telah ditetapkan sejak semula serta berperan dalam menentukan strategi apa yang akan diambil perusahaan. Penilaian kinerja suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan sasaran investasi modal yang dimilikinya. Mengingat pentingnya laporan keuangan dalam memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, maka laporan keuangan harus bersifat menyeluruh dan mencakup kepentingan semua orang (pemilik perusahaan, manajemen, investor, kreditur, pemerintah, karyawan, serta pihak-pihak lainnya). Oleh karena itu, kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas kebijaksanaan manajemen yang
5
diambil, maka untuk menilai kinerja keuangan perusahaan perlu melakukan analisis laporan keuangan.
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat likuiditasnya ? 2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat aktivitasnya ? 3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat solvabilitasnya ? 4. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat profitabilitasnya ? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dikemuakakan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat likuiditasnya. 2. Perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat aktivitasnya. 3. Perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat solvabilitasnya.
6
4. Perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk ditinjau dari tingkat profitabilitasnya. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Teoritis Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi perbendaharaan perpustakaan sebagai acuan untuk kepentingan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Kontribusi Praktis Untuk bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas kebijaksanaan yang telah diharapkan pada masa lalu, sekarang maupun dimasa yang akan datang. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi masalah yang penulis kemukakan agar tidak lepas dan tidak menyimpang dari judul skripsi, maka dalam penulisan ini menitikberatkan pada masalah analisis rasio keuangan yang terdiri : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas 5 tahun yaitu pada tahun 2010 sampai tahun 2014 pada PT. HM. Sampoerna, Tbk Dan PT. Gudang Garam, Tbk.