BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang
sudah melebihi jumlah produksi, mengakibatkan pemerintah harus mencari cara pemenuhan jumlah ketersediaan BBM dari sumber lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pertamina sebagai perusahaan dalam bidang energi yang dibentuk oleh Negara, terus mengusahakan peningkatan produksi lifting crude oil (minyak mentah) dalam negeri dengan mengeksplorasi sumber minyak baru dan mengaktifkan sumur-sumur tua agar dapat mengolah minyak mentah tersebut menjadi bahan bakar minyak siap konsumsi untuk bisa memenuhi hajat hidup rakyat Indonesia dengan semaksimal mungkin. Selain mengusahakan kegiatan tersebut, pilihan untuk mengimpor minyak adalah pilihan jangka pendek yang masuk akal dan lebih mudah untuk dilakukan. Kegiatan transaksi impor minyak mentah sendiri memiliki beberapa risiko. Transaksi yang terjadi dengan mata uang yang berbeda dan fluktuasi harga bahan baku yang akan ditransaksikan di pasar dapat menimbulkan risiko keuangan bagi perusahaan. Perubahan nilai tukar mata uang asing pembelian dan perubahan fluktuasi harga bahan baku yang diperjualbelikan menjadi persoalan tersendiri bagi perusahaan untuk memitigasi dengan baik risiko yang akan timbul dan dampaknya bagi kondisi perusahaan di masa depan. Besarnya risiko keuangan yang akan ditanggung perusahaan atas transaksi impor membuat PT. Pertamina Persero harus mempertimbangkan menggunakan suatu instrumen keuangan tambahan yang dapat mengurangi 1
risiko pasar atas gejolak perubahan mata uang asing dan harga komoditas yang mempengaruhi operasional perusahaan. Instrumen yang berkembang di pasar saat ini yang bisa digunakan adalah instrumen lindung nilai (hedging). Diharapkan dengan menambahkan kontrak derivatif dalam suatu transaksi berisiko keuangan tinggi, dalam hal ini transaksi impor minyak mentah, maka risiko keuangan tersebut dapat berkurang hingga tereliminasi dengan sempurna. Berbagai instrumen derivatif dapat digunakan sebagai alat lindung nilai, diantaranya berupa kontrak Futures , forward, option, dan swaps. Dasar aset yang diperjualbelikan dalam instrumen lindung nilai bervariasi seperti nilai mata uang, kurs, komoditas hingga saham obligasi. Dalam industri yang harus menjaga ketahanan produksi berkesinambungan, opsi lindung nilai untuk barang komoditas seperti minyak mentah, bahan pangan ataupun emas sangat dibutuhkan oleh perusahaan agar siklus produksi tetap berjalan dengan harga perolehan bahan mentah yang tidak berfluktuasi. Penelitian sebelumnya terkait kegiatan hedging yang telah dilakukan untuk mendapatkan dampak hedging dalam meminimalisasi risiko keuangan perusahaan antara lain dilakukan oleh Swan dan Morrel (2006) yang melakukan penelitian penggunaan hedging dalam industri penerbangan di seluruh dunia. Dari penelitian tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa 13 dari 25 perusahaan penerbangan di seluruh dunia menggunakan transaksi hedging dalam memelihara ketahanan stok bahan bakarnya agar tidak terpengaruh fluktuasi harga avtur (jet fuel). Rata-rata perusahaan penerbangan yang menggunakan hedging tersebut 80% melakukan hedging untuk pembelian bahan bakar tiga bulan ke depan dan sisanya hingga 12 bulan ke depan. Berikutnya penelitian yang dilakukan Gadmor (2006) terhadap 15 perusahaan minyak di Amerika, 2
tercatat bahwa seluruh perusahaan amatan melakukan hedging sebagai langkah dalam mengurangi risiko pembelian terhadap volatilitas harga minyak mentah. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dengan hedging yang mereka lakukan mampu mengurangi risiko financial kenaikan harga minyak mentah. Instrumen hedging yang digunakan oleh 15 perusahaan tersebut terdiri atas Futures , opsi dan swaps dengan komposisi penggunaan kontrak swaps sebanyak 85.7%, lalu diikuti kontrak Futures sebesar 57.1% lalu kontrak opsi sebesar 50%. Penggunaan produk olahan minyak mentah sangat erat dengan kegiatan perekonomian. Fattouh (2007) menyatakan bahwa fluktuasi harga minyak mentah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena dengan naiknya harga minyak mentah tersebut akan meningkatkan inflasi, menghambat penanaman modal karena keadaan ekonomi yang tidak stabil, serta menjadikan kepanikan akan krisis energi bagi masyarakat. Belum banyaknya sumber energi alternatif selain sumber energi fosil membuat Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang energi memenuhi kebutuhan (BBM) masyarakat Indonesia dengan sumber energi minyak mentah. Ketergantungan terhadap minyak mentah ini membuat Pertamina menutupi gap kekurangan pasokan dengan melakukan impor Minyak Mentah yang kemudian akan diolah dalam kilang Pertamina. Diluar kegiatan impor produk BBM jadi, kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi saat ini dipenuhi Pertamina dengan melakukan 40% kegiatan impor minyak mentah sebelum kegiatan kilang produksi. Jumlah itu meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah pembelanjaan impor minyak mentah senilai kurang lebih 10 Milyar USD setiap tahunnya. 3
Tahun
2010
2011
Jumlah Minyak Mentah Impor (dlm juta barel) Jumlah Minyak Mentah Domestik (dlm juta barel) Prosentase MM Impor dalam pengolahan kilang
103.58
97.4
195.54
203.3
2012
2013
2014
98.2
115.89
119.07
200.6
187.83
183.53
34.63% 32.39% 32.86% 38.16% 39.35%
Tabel 1.1. Kegiatan Impor Minyak Mentah PT. Pertamina Persero (Sumber rekapitulasi laporan cost accounting PT. Pertamina Persero tahun 2010-2014) Eksposur risiko keuangan yang dihadapi Pertamina dalam melakukan transaksi impor adalah risiko perubahan mata uang pembayaran yang dibayarkan dalam valuta asing USD (nilai tukar dari IDR-USD) dan perubahan harga minyak. Fluktuasi nilai dari dua faktor tersebut dapat membuat nilai realisasi belanja bahan mentah produksi Pertamina menjadi ekstrem naik ataupun ekstrem turun apabila terjadi suatu kejadian yang tidak terduga. Dalam menghadapi persoalan ini diperlukan analisis dan pengamatan yang dalam dan terstruktur agar risiko keuangan yang membuat kenaikan drastis harga produksi tidak kemudian dibebankan kepada konsumen akhir. Berdasarkan amatan data nilai tukar mata uang United States Dollar (USD) terhadap Rupiah (IDR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode 2011-2014, tampak bahwa fluktuasi pelemahan nilai tukar IDR terhadap USD terus berlansung hingga akhir tahun 2014 seperti yang ditunjukkan gambar berikut:
4
Grafik 1.1 : Fluktuasi nilai tukar USD terhadap Rupiah 2011-2014 (Sumber : Data Bank Indonesia) Sebaliknya fluktuasi penurunan harga minyak mentah dunia (diwakili dengan minyak WTI/West Texas Intermediate) sepanjang 2011-2015 terlihat pada grafik berikut yang diambil dari pasar komoditas NYMEX:
Grafik 1.2 : Fluktuasi harga minyak mentah dunia (Sumber : www.nasdaq.com)
1.2
Perumusan Masalah Dalam kegiatan pembelian impor minyak mentah saat ini PT. Pertamina
Persero mengambil posisi sebagai apa yang disebut dengan pembelian spot, pembelian yang dilakukan pada saat terdapat kebutuhan akan produk atau 5
pembelian pada saat transaksi. Pertamina belum melakukan suatu perencanaan hedging sehingga kegiatan pembelian yang dilakukan Pertamina saat ini masih terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak mentah yang dapat bergerak naik turun dalam pasar minyak mentah dunia. Penambahan biaya produksi bisa terjadi apabila dalam pembelian impor minyak mentah di masa depan terjadi kenaikan harga minyak melebihi anggaran produksi Pertamina. Kontrak hedging menggunakan Futures merupakan instrumen hedging yang paling tepat untuk kondisi pembelian impor minyak mentah Pertamina. Hull (2011) menjelaskan bahwa Futures merupakan sebuah kesepakatan untuk membeli atau menjual aset pada harga dan waktu tertentu dimasa yang akan datang. Dengan menggunakan kontrak Futures
perusahaan mendapatkan
kepastian produk yang akan digunakan untuk produksi perusahaan dengan harga kesepakatan.
Futures
dapat melakukan pencegahan risiko terhadap
pergerakan harga pada pasar spot yang tidak diinginkan. Jika pasar Futures dan pasar tunai bergerak bersamaan, setiap kerugian yang diderita oleh hedgers pada satu posisi dapat diimbangi dengan laba pada posisi lainnya. Oleh karena itu laba dan kerugian diharapkan memiliki nilai yang sama. Hasil penelitian Ripple dan Moosa (2004), Futures hedging lebih efektif ketika menggunakan nilai yang mendekati akhir kontrak. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data harian dan bulanan dari crude oil Futures dengan harga spotnya pada New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk mengukur rasio hedge selama periode pengamatan dari 2 Januari 1998 hingga 29 April 2005. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa rasio hedge akan lebih rendah pada nilai yang mendekati akhir kontrak.
6
Sebagai BUMN, payung hukum dalam melaksanakan transaksi lindung nilai baru telah disahkan melalui Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-09/MBU/2013 tentang Kebijakan Umum Transaksi Lindung Nilai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan SOP (Standard Operational Procedur) telah disepakati 5 pihak Bank Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kementrian BUMN, Kejaksaan RI,dan Kepolisian RI pada tanggal 16 Oktober 2014 agar hasil hedging dari BUMN tidak dijadikan potensi kerugian negara apabila telah dijalankan sesuai SOP.
1.3
Pertanyaan Penelitian Dari uraian diatas dapat diajukan pertanyaan penelitian:
1.
Apakah penggunaan hedging komoditas dan valas telah efektif untuk dapat dicatat dalam laporan keuangan Pertamina sesuai dengan ketentuan dan standar.
2.
Apakah terdapat beda yang signifikan antara pembelian dengan hedging dan pembelian spot pada komoditas dan valas impor minyak mentah Pertamina.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Memberikan referensi ilmiah bagi PT. Pertamina Persero tentang dampak penerapan hedging dalam pembelian impor minyak mentah.
2.
Memberikan dasar perhitungan matematis dan statistik penggunaan berbagai alternatif kontrak hedging dengan berbagai durasi kontrak secara retrospektif dalam simulasi pembelian impor minyak mentah 7
untuk memitigasi risiko dan dasar perencanaan persiapan penerapan hedging di PT. Pertamina Persero.
1.5
Manfaat Penelitian Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa manfaat penelitian ini adalah:
1.
Bagi pihak manajemen Pertamina akan memiliki referensi ilmiah untuk memutuskan apakah kegiatan hedging segera diperlukan dalam kegiatan pembelian impor minyak mentah Pertamina.
2.
Bagi BUMN lain dan perusahaan yang sejenis dapat digunakan untuk acuan dalam pembuatan keputusan hedging.
3.
Bagi dunia akademis dapat memperkuat metoda analisis valuasi hedging sebagai alat pengambil keputusan bisnis yang standar dalam penentuan pembelian komoditas masa depan terutama yang menyangkut minyak mentah.
1.6
Metoda Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis diagram pohon untuk mengetahui
dampak masing-masing metoda simulasi hedging terhadap nilai pembelian minyak impor minyak mentah Pertamina dari tahun 2011-2014. Metoda simulasi hedging yang digunakan adalah metoda hedging dengan underlying komoditas minyak mentah, valuta asing USD dan kombinasi keduanya. Nilai penghitungan dampak hedging dibuat dengan simulasi teknik hedging instrument Futures dan Currency Forward durasi 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan pada data historis pembelian impor minyak mentah Pertamina tahun 2011-2014. Sebagai pendukung data penelitian akan dilakukan juga uji beda T8
test dan uji Anova untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata nilai hutang
impor
perusahaan
pembelian
spot
dengan
pembelian
ketika
menggunakan teknik hedging instrument Futures dan Currency Forward durasi 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan pada masing-masing kategori hedging yaitu komoditas, valas dan kombinasi keduanya.
1.7
Batasan Penelitian Data pembelian minyak impor yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis minyak mentah OPEC basket. Minyak mentah yang termasuk dalam OPEC basket tersebut rutin setiap tahun dibeli oleh Pertamina untuk menutupi selisih kekurangan kebutuhan bahan bakar minyak masyarakat Indonesia. Di dalam pasar hedging minyak mentah dunia (crude oil) harga minyak yang tersedia untuk dijadikan patokan harga nilai hedging adalah jenis minyak mentah oil WTI (West Texas Intermediate). Jenis minyak WTI memiliki pasar hedging Futures untuk kontrak pengiriman minyak mentah jangka waktu 1-4 bulan ke depan. Dikarenakan minyak mentah OPEC Basket hanya memiliki kuotasi harga spot tanpa memiliki kuotasi harga hedging (Futures) dalam bursa keuangan resmi, maka untuk meneliti dampak hedging terhadap pembelian impor minyak mentah digunakan variabel proxy minyak mentah WTI. Nilai persentase perubahan kenaikan/penurunan pembelian minyak mentah WTI akibat kegiatan hedging Futures WTI dibandingkan dengan nilai spotnya di tanggal pembelian minyak impor PT. Pertamina Persero akan menunjukkan akibat yang sama seperti pembelian minyak mentah OPEC Basket. Hasil tersebut nantinya dapat
9
diimplikasikan untuk membuat suatu instrument hedging tersendiri seperti forward yang ditransaksikan Over The Counter diluar bursa keuangan resmi.
1.8
Sistematika Penelitian Dalam penulisan ini, penulis membagi dalam lima bab, yang dalam setiap
bab dibagi ke dalam bebeapa sub bab sesuai pokok pembahasannya, yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut : BAB 1 : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
pertanyaan
penelitian,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori yang dipergunakan dalam tujuan penelitian yang hendak dicapai. Teori yang berhubungan dengan risiko, manajemen risiko, komoditas minyak mentah, keuangan valas, instrumen lindung nilai (hedging). BAB 3 : METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai jenis data yang relevan untuk digunakan, pemilihan populasi dan sampel yang diambil untuk penelitian, teknik analisis data dan cara mengintepretasi hasil analisis data. BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan masalah pokok dalam penelitian, penjelasan mengenai sebab impor minyak mentah dilakukan, bagaimana pembukuan dalam laporan keuangan dan kemudian simulasi apabila instrument hedging digunakan dalam histori pembelian minyak apakah material 10
terdapat perbedaan dan akan memberikan dampak seberapa besar dalam nilai pembelian dan profitabilitas laporan keuangan. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi simpulan dan saran yang akan peneliti berikan untuk lingkungan akademisi maupun lingkungan profesional sebagai bentuk sumbang pemikiran yang diperoleh setelah melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA
11