BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jembatan emas yang mampu mengatasi problem kehidupan yang semakin kompleks, baik yang dihadapi masing-masing individu maupun oleh masyarakat dan komunitas global. Dengan demikian pendidikan diyakini oleh masyarakat, dapat memberikan perspektif masa depan yang lebih baik dan dapat memperoleh pencerahan hidup. Dalam Dictionary Of Psyhology
pendidikan berarti
tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya (Sagala, 2012: 3). Sementara itu UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 tahun 2003 (Sagala, 2012: 3) mendefenisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya sendri, masyarakat, Bangsa dan Negara. Menurut Tardif (Muhibbin, 2011: 10) pendidikan merupakan seluruh tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tahun 1991 (Sagala, 2012: 2) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu berada. Dalam era globalisasi selalu banyak tuntutan tetapi selalu ada keterbukaan yang bisa menjadikan pendidikkan itu penting dan itu merupakan salah satu aspek yang bisa menjadikan pribadi manusia berguna bagia masyarakt luas. Di dalam lingkungan pendidikan adanya suatu proses pembelajaran di mana siswa berkolaborasi, menginspirasi, mnyalurkan pendapat, berkomunikasi. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu pendidikan harus terus menerus di tinggkatkan kualitasnya melalui sebuah pemebeharuan yang dapat mempersiapkan generasi penerus bangsa sejak dini senhingga memiliki kualitas atau memiliki unggulan kompetitif dalam tahapan kehidupan nasional dan mengikuti prubahan zaman. Pemebeharuan kurikulum menitik beratkan pada pendekatan model pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru di sekolah. Guru merupakan kunci dalam meningkatkan mutu pendidikan walaupun peserta didik masi bisa mengambil bagian didalamnya. Tetapi guru bertanggung jawab mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Untuk menunjang tugas tersebut, pendidik harus bisa memilih model pembelajaran yang cocok untuk bisa mendorong siswa pada kegiatan atau pembelajaran pada kelas. Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar
mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. Hasil belajar siswa selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran juga dipengaruhi oleh partisipasi siswa. Jika siswa aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, maka tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya namun ada aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial. Dan peserta didik juga tidak akan bosan dan jenuh sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. Berdasarkan praktek pengalaman lapangan dan hasil wawancara di satu sekolah, siswa masih sangat rendah dan dalam kemauan untuk belajar matematika, karena guru belum menunjukan atau menerapkan model pembelajaran yang cocok untuk siswa. Salah satu model pembelajaran yang diambil penulis yang dapat mengatasi rendahnya
partisipasi
siswa
adalah
dengan
pembelajaran
Cooperative
Script.
Pembelajaran Cooperative Sript menuntut semua anggota kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa yang lain. Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran Cooperative Script telah mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada intinya sama. Pembelajaran Cooperative Script adala belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memasukkan ide-ide
atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing. Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam penerapannya terdiri atas lima tahap antara lain: menyiapkan siswa menerima pelajaran, demonstrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjutan (latihan mandiri). Sasaran utamanya adalah terbentuknya pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural dalam diri siswa. Sistem pembelajaran ini melibatkan guru dan guru tersebut harus dapat menjamin terjadinya keterlibatkan siswa terutama melalui aktivitas mendengarkan, memperhatikan, resitasi (tanya jawab) yang terencana. Dalam pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, keterampilan dan kreatifitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai subyek didik. Meskipun dalam hal ini peran guru lebih menonjol dari pada peran siswa. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, Penulis tertarik untuk menyelidiki perbandingan penerapan pembelajaran cooperative script dengan pembelajaran langsung pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi terhadap hasil belajar matematika. Sehingga peneliti mengangkat judul “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Yang Diajar Dengan Pembelajaran Cooperative Script dan Pembelajaran Langsung Pada Materi Persegi Panjang dan Persegi Siswa Kelas VII SMP Swasta Beringin kupang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalh dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar matematika yang diajar dengan pembelajaran Cooperative Script lebih tinggi dibanding hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung pada materi persegi panjang dan persegi siswa kelas VII SMP Swasta Beringin kupang?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan yakni untuk Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran Cooperative Script lebih tinggi dibanding hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung pada materi persegi panjang dan persegi siswa kelas VII SMP Swasta Beringin Kupang
D. Batasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang beraneka ragam terhadap judul penulisan maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penulisan sebagai berikut : 1.
Perbandingan Perbandingan adalah pedoman atau pertimbangan. Dalam penulisan ini perbandingan berarti pedoman yang menjadi dasar untuk menetapkan model mana yang memberikan prestasi belajar lebih baik, apakah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative script atau Pembelajaran langsung.
2.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu mupun kelompok (djamarah, 1994:19).
3.
Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative script Cooperative script merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 1994:175)
4.
Pembelajaran langsung Merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar, dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis; penelitian ini menunjukan secara ilmiah sejauhmana penggunaan antara dua model pembelajaran tersebut terhadap prestasi belajar siswa 2. Manfaat praktis; penelitian ini menjadi bahan masukan bagi: a) Guru
matematika
:
bisa
menerapkan
pembelajaran
yang
bisa
meningkatkan prestasi belajar siswa; b) Bagi siswa : sebagai bahan motivasi bagi siswa untuk memperbaiki cara belajar; c) Bagi peneliti : dapat mengetahui secara langsung permasalahan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan cara mengajar konsep matematika terhadap siswa di sekolah menengah pertama.