1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk
memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah karya tulis yang apabila dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam sisi dan ungkapannya. Kata sastra merujuk pada kata ‟kesusasteraan‟ yang berarti sebuah jenis tulisan yang mempunyai arti atau keindahan tertentu (Teeuw, 1984:21-23). Kemudian menurut Warren (1989:11-12) sastra adalah sesuatu yang tertulis dan tercetak dan dibatasi pada mahakarya, yaitu buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk ekspresi sastranya atau segi estetisnya. Bangsa Korea memiliki karya sastra sebagai bagian dari kemajuan peradaban. Kesusasteraan Korea dibagi menjadi dua periode, yakni periode klasik dan modern. Kesusasteraan klasik dipengaruhi kepercayaan lama seperti Taoisme, Konfusianisme dan Budhisme sedangkan kesusasteraan modern dipengaruhi oleh kebudayaan Barat. Salah satu dari hasil kesusasteraan Korea adalah puisi-puisi kuno pada jaman Joseon yaitu sijo dan gasa. Sedangkan puisi modern Korea diawali dengan munculnya sinchesi atau puisi baru (Kristianto, 2008:155) Sebagai salah satu produk karya sastra, puisi memiliki peranan penting dalam menyampaikan ekspresi pemikiran. Seperti yang diungkapkan oleh puisi Pradopo (2010:7) puisi adalah suatu karya sastra yang mengekspresikan
1
2
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Hal itu menjadi penting karena puisi merupakan rekaman terhadap pengalaman, analisis penulis terhadap situasi dan lingkungan yang diinterpretasikan dalam bentuk tulisan yang menarik, memberi kesan dan diekspresikan. Menurut Tarsyad (2010:3) puisi adalah gubahan dalam bahasa yang memiliki bentuk, bunyi, irama, dan makna khusus. Namun, puisi bukan memberikan gambaran informasi atau petunjuk melainkan gambaran yang dapat mempertajam kesadaran orang dan dapat membangkitkan tanggapan orang atas apa yang dibacanya. Puisi juga merupakan salah satu bentuk karya sastra Korea . Karya sastra Korea yang berupa puisi sudah ada sejak jaman sastra Korea klasik hingga sastra Korea modern. Sastra modern di Korea ditandai dengan jaman kolonial Jepang yang meruntuhkan dinasti Joseon serta pengaruh budaya Barat dan Amerika yang masuk ke Korea menggantikan penetrasi kolonial Jepang. Hadirnya sastra modern termasuk puisi modern saat ini tidak lepas dari eksistensi pujangga Korea untuk menciptakan puisi. Salah satu penulis yang aktif dalam penulisan puisi adalah Park Ryeol. Park Ryeol adalah pujangga kelahiran Chungnam yang aktif menerbitkan karya-karyanya sejak tahun 1989 hingga sekarang. Ia merupakan lulusan Sunkyungwan University dan Colombia State University di Amerika Serikat. Karya-karya Park Ryeol seperti kebanyakan penulis puisi Korea yaitu dalam beberapa puisi masih bersifat naturalis. Dalam penulisan puisinya seringkali mengambil judul yang berasal dari alam. Puisi Park Ryeol selain bertemakan alam juga ada yang bertema cinta dan kemanusiaan.
3
Dalam skripsi ini akan dibahas objek penelitian yang berupa puisi karya Park Ryeol. Judul puisi yang di pilih memiliki unsur „겨울‟ (gyeoul) yang berarti „musim dingin‟ dalam bahasa Indonesia. Puisi diambil dari antalogi puisi karya Park Ryeol yang berjudul „또 하나의 사랑 앞에서‟ ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) yang berarti „Di Hadapan Cinta yang Satu Lagi‟. Dalam antalogi ini dipilih satu puisi yang judulnya memiliki unsur „겨울‟ (gyeoul) yaitu
puisi
„겨울 새‟ (Gyeoul Sae) yang berarti „Burung Musim Dingin‟. Dipilihnya puisi yang berunsur „겨울‟ (gyeoul) dalam antologi puisi „또 하나의 사랑 앞에서‟ ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) yaitu untuk mengetahui makna dari „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) atau „Burung Musim Dingin‟ pada puisi karya Park Ryeol. Musim dingin identik dengan hal yang bersifat dingin, kebekuan, salju dan keterbatasan akan bahan pangan yang menyebabkan penderitaan. Musim dingin konon oleh masyarakat Korea sering diidentikan dengan sulitnya hidup dan penderitaan. Hal ini dikarenakan musim dingin di Korea panjang dan membeku. Selain itu Korea sedikit memiliki ladang dan sawah yang subur dan sama sekali tidak terdapat sumber-sumber alam yang penting (Yang, 1995:1) . Hal ini mempengaruhi etos kerja orang Korea menjadi pekerja keras dan cepat merespon perubahan. Selain itu puisi yang berjudul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) karya Park Ryeol ini bersifat naturalis karena dalam puisinya mengungkapkan aspek-aspek alam semesta serta cenderung melukiskan kenyataan-kenyataan yang buruk, kejelekan-kejelekan atau kekurangan-kekurangan tentang keadaan masyarakat (http://www.anneahira.com/aliran-sastra.htm).
atau sifat
manusia
4
Pengkajian makna „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) atau „Burung Musim Dingin‟ menggunakan analisis semiotika Riffaterre belum pernah dilakukan oleh mahasiswa jurusan Bahasa Korea UGM. Selain itu pemaknaan „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) atau „Burung Musim Dingin‟ sangat menarik untuk dilakukan karena penelitian ini bisa melihat gambaran tentang musim dingin yang dicitrakan oleh Park Ryeol melalui puisi „겨울 새‟ (Gyeoul Sae). Oleh karena itu penelitian ini relevan dan layak dilakukan. Untuk mengetahui dan mendapatkan makna puisi „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) digunakan kajian semiotika Riffaterre dalam Semiotics of Poetry karya Michael Riffaterre.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak diteliti
adalah bagaimana mencari signifikansi dari puisi karya Park Ryeol. Puisi yang akan di teliti adalah „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) yang berarti „Burung Musim Dingin‟.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk memperoleh signifikansi puisi karya Park
Ryeol yang berjudul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) yang berarti „Burung Musim Dingin‟. Proses signifikansi adalah dengan teori semiotika Riffaterre yaitu melalui pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian serta hipogram.
5
1.4
Tinjauan Pustaka Penelitian pada puisi Korea pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya
dilakukan oleh Anjarsari (2011). Anjarsari pernah meneliti salah satu lagu nasional Korea yang terkenal yaitu „Arirang‟. Penelitian yang dilakukannya membandingkan dua lagu „Arirang‟ menggunakan strategi semiotika Riffaterre yaitu dengan cara pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian dan hipogram. Lirik-lirik „Arirang‟ memilki arti kesedihan akan sebuah perpisahan. Meskipun demikian, dalam penelitian ini Anjarsari tidak melakukan pengkajian kesedihan sebagai makna dari 겨울 (gyeoul) namun keseluruhan dalam dua lagu „Arirang‟. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Asrori (2009) dalam skripsinya. Asrori melakukan penelitian atas karya Hong Geum Ja yaitu „목마른 나무가 되어‟ (Mokmareun Namuga Dweo) menggunakan analisis struktural. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti unsur bahasa dan kepuitisan yang terkandung serta menyimpulkan bahwa karya Hong Geum Ja bersifat naturalis yaitu merefleksikan alam untuk mencurahkan yang dilihat. Puisi menggunakan judul yang sama dalam satu antologi serta menggunakan teori semiotika Riffaterre juga dilakukan oleh Andani (2013). Andani menganalisis tiga puisi yang judulnya mengandung unsur „꽃‟ (kkot) atau „bunga‟ karya Seong Jang Seob. Dari analisis itu menghasilkan kesimpulan bahwa unsur alam bunga menggambarkan perempuan, cinta dan hal-hal yang dapat mewakili perasaan melalui bunga.
6
Ada pula penelitian karya Solehatin (2013) yang menggunakan kajian semiotika Riffaterre atas puisi yang judulnya berunsur „산‟ (san) atau „gunung‟ karya Kim Jang Wook. Puisi ini bertema naturalis, dalam 3 analisis puisi berunsur „gunung‟ digambarkan bahwa gunung mewakili keberadaan dan pemujaan terhadap sifat-sifat Tuhan, perpisahan, kerinduan serta sebuah hubungan. Penelitian yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Trihtarani (2013). Penelitian ini menggunakan teori semiotika Riffaterre atas tiga puisi karya pengarang terkemuka Korea, Kim Soweol. Penelitian ini mencari signifikansi puisi atas puisi „진달래꽃‟ (Jindallaekhot), „해가 산마루에 저물어도‟ (Haega Sanmaruae Jeomuleodo), dan „못 잊어‟ (Mot Ijo). Dalam penelitian ini dilakukan signifikansi untuk mendapat keterangan atas sajak-sajak Kim Seoweol yang merepresentasikan rasa sakit dan penderitaan masa kolonial Jepang. Berdasar dari beberapa penelitian di atas, puisi Korea adalah objek yang menarik untuk dikaji di kalangan mahasiswa jurusan bahasa Korea. Objek yang dapat dikaji dengan menggunakan teori semiotika Riffaterre tidak hanya puisi namun juga lagu. Dari penelitian sebelumnya objek yang dipilih adalah bertema naturalis seperti karya skripsi dari Andani (2013) dan Solehatin (2013). Selain bertema naturalis terdapat pula puisi bertema penjajahan Jepang dari skripsi karya Trihtarani (2013). Pada penelitian ini terdapat kesamaan dan perbedaan dari penelitianpenelitian sebelumnya. Kesamaan dengan penelitian terdahulu, yaitu pada teori yang digunakan adalah teori semiotika Riffaterre. Objek penelitian sastra yang
7
berupa puisi seperti pada objek penelitian sebelumnya meskipun terdapat pula penelitan yang menggunakan lirik lagu sebagai objeknya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya secara substansial adalah pemilihan unsur „musim dingin‟ dalam judul puisi. Jika dibandingkan dengan pemilihan objek-objek pada penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin meengambil unsur yang berkaitan dengan kondisi alam dan sosial di Korea sehingga pemilihan judul puisi yang memiliki unsur „musim dingin‟ dianggap akan merefleksikan ekspresi bahasa sastra dari unsur „musim dingin‟. Harapannya melalui puisi yang memiliki unsur „musim dingin‟ pada judul puisi mampu mengungkap makna yang tersirat. Kondisi musim dingin di Korea yang panjang, membeku dan susah bahan pangan secara langsung atau tidak telah membentuk sifat bangsa Korea dan kehidupan sosial dan etos kerjanya sehingga dapat diungkap dalam penelitian ini makna „musim dingin‟ yang membentuk karakter orang Korea. Jadi, puisi ini sangat layak untuk dijadikan objek penelitian dengan menggunakan teori semiotika Riffaterre untuk mengungkap makna tersirat dari puisi-puisi karya Park Ryeol yang memiliki unsur „musim dingin‟ pada judul puisinya.
1.5
Landasan Teori Dalam karya sastra ini dilakukan pengkajian atau analisis sesuai dengan
maksud dari penelitian. Pengkajian atas karya sastra perlu dilakukan untuk membuka kemungkinan penerapan metodologis yang tepat, penetapan dan perumusan metode penelitian sastra (Faruk, 2012:5). Dalam upaya penelitian,
8
diperlukan teori untuk melakukan analisis. Teori menjadi penting karena menurut Faruk (2012:20) teori tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu untuk konseptualisasi, melainkan juga alat bantu untuk menempatkan masalah yang terkait dalam kerangka konseptual tertentu yang tidak hanya mendapatkan gambaran dari objek-objek dan proses empirik. Kemudian menurut Sangidu (2004:6) teori dapat menjelaskan hubungannya dengan objek-objek dan proses empirik lainnya sehingga ada beberapa hal yang penting dalam penelitian puisi ini. Hal penting dalam penelitian puisi yaitu menjawab prosedur apa yang harus dilakukan
dalam
penelitian,
menggunakan
metode
bagaimana
dalam
melaksanakan penelitian serta teknik apa yang digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Penelitian
ini
menggunakan
kajian
semiotika
Riffaterre
untuk
memperoleh signifikansi atau makna dari puisi yang berjudul puisi „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) yang berarti „Burung Musim Dingin‟. Puisi „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) diambil dari antologi puisi „또 하나의 사랑 앞에서‟ (Tto Hanaei Sarang Apaeseo) karya Park Ryeol. Kajian sajak ini akan menggunakan teori semiotika Riffaterre yang terdapat pada buku Semiotics of Poetry karya Michael Riffaterre. Menurut Pradopo (2010:120) menganalisis sajak bertujuan untuk mencari makna yang terkandung dalam teks sastra. Hal itu dikarenakan karya sastra adalah struktur yang bermakna. Makna yang terkandung dalam karya sastra menggunakan medium bahasa. Bahasa bisa juga disebut sebagai bagian dari penanda atau sistem tanda. Sistem ketandaan itulah yang disebut semiotik dan
9
ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotika (Pradopo, 2010: 21). Semiotika sendiri menurut Zoest (1993:1) dalam bahasa Yunani berarti semion atau tanda. Semiotika dapat disebut pula sebagai ilmu tanda. Istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang filsuf dari Jerman yang bernama Lambert pada abad ke-18. Menurut Pradopo (2010:121) dalam penelitian tanda ada suatu prinsip penting, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai. Penanda merupakan bentuk tanda atau petanda (signified) atau yang ditandai yang merupakan arti tanda. Pada penelitian ini digunakan teori semiotika Riffaterre sebagai alat analisis. Semiotika Riffaterre menekankan pada pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, mencari matriks, model, varian dan juga hipogram. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui makna yang terdapat dalam puisi. Hal ini karena menurut Riffaterre (1978:1) bahwa karya sastra merupakan ekspresi yang tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi itu disebabkan oleh tiga hal yaitu, penggantian arti (displancing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Untuk memperoleh makna melalui semiotika Riffaterre langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembacaan heuristik. Pembacaan pada langkah ini dilakukan berdasarkan pada konversi bahasa karena pada langkah ini biasanya arti yang sebenarnya ditemukan. Dalam pembacaan ini pembaca dituntut kemampuan linguistiknya untuk mencari kata dalam kamus. Tahap ini juga dilakukan identifikasi kata-kata yang tidak lazim. Kata-kata tersebut hanya bisa dilakukan
10
apabila melakukan perubahan secara semantik. Perubahan semantik hanya bisa dilakukan jika susunan strukturalnya tidak gramatikal. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Riffaterre dalam Semiotics of Poetry. Langkah kedua adalah pembacaan hermeneutik.
Pembacaan ini
memerlukan penguasaan sastra yang mencakup keakraban pembaca dengan sistem-sistem diskripsi, tema-tema, mitologi masyarakat dan teks-teks lain. Tahap ini memunculkan interpretasi tahap kedua, hasil akhir tahap pertama dan kedua dikaji secara tafsir hermeneutik lepas dari kegramatikalan. Hal ini sebagai efek pembangkit makna yang biasanya terdapat pada teks terakhir setelah dibaca secara menyeluruh (Riffaterre, 1978:5-6). Pada tahap pembacaan hermeunetik terdapat konsep pembentuk puisi untuk membentuk persepsi yang sama terhadap makna yang terkandung dalam puisi. Konsep itu adalah matriks, model dan varian. Matriks adalah konsep abstrak yang tidak pernah muncul dengan sendirinya. Matriks dapat diringkas dalam satu kata yang menjadi konsep besar atau tema dari teks dan tidak terdapat dalam teks. Kemudian, matriks biasa diambil setelah ditemukannya model yang merupakan kunci yang puitis pada teks. Lalu pencarian varian, varian adalah pokok permasalahan dalam sajak (Riffaterre, 1978:23). Tahap terakhir adalah menentukan hipogram. Hipogram adalah satu istilah penting dari Riffaterre untuk menentukan hubungan intertekstual. Hubungan intertekstual adalah hubungan antar teks. Ada kalanya sebuah teks memiliki hubungan dengan teks sebelumnya (Riffaterre, 1978:25) Jadi, dalam penelitian ini dibutuhkan kajian semiotika Riffaterre dengan
11
langkah pembacaah heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model dan varian. Kemudian, diakhiri dengan mencari hipogram untuk mendapatkan makna secara utuh. Setelah dilakukan analisis tersebut, maka akan ditemukan signifikansi dari puisi berjudul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) dalam antologi puisi „또 하나의 사랑 앞에서‟ ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) karya Park Ryeol. 1.6
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah kualitatif, metode kualitatif merupakan
penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 1989:6). Penelitian ini mengambil puisi karya Park Ryeol yang berjudul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae).
1.7
Metode Pengumpuan Data Puisi dipilih dalam penelitian ini adalah puisi karya Park Ryeol yang
diambil dari antologi puisi „또 하나의 사랑 앞에서‟ ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) yang terbit pada tahun 2000. Park Ryeol memiliki banyak antologi puisi dan diambil satu antologi yang merupakan puisi diawal abad ke-21 yang sesuai dengan kondisi masyarakat Korea saat itu. Dari sekian banyak judul diambil puisi yang berjudul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae). Pemilihan judul puisi yang mengandung unsur „겨울‟ (gyeoul) sesuai dengan kondisi alam dan sosial di Korea yang keras. Tema yang dipilih adalah penderitaan hidup.
12
1.8
Metode Analisis Data Karya Park Ryeol akan diteliti menggunakan teori semiotika Riffaterre.
Dimulai dengan pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model dan varian. Selanjutnya diakhiri dengan mencari hipogram sebagai langkah untuk menentukan hubungan intertekstual. Untuk menentukan hasil signifikansi puisi „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) perlu terdapat beberapa tahapan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan ini meliputi sebagai berikut : a.
Tahap pertama adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, dicari data berupa puisi dalam antalogi puisi karya Park Ryeol untuk dipilih yang mencerminkan penderitaan hidup dengan judul yang mngandung unsur kata „겨울‟ (gyeoul) atau musim dingin.
b.
Dari berbagai sajak yang memiliki unsur „겨울‟ (gyeoul) dipilih satu sajak. Kemudian didapatkan puisi dengan judul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) atau „Burung Musim Dingin‟. Setelah dilakukan pemilihan puisi, puisi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengunakan kamus KoreaIndonesia dan kamus situs online, yaitu Naver dan Google Translate.
c.
Tahap selanjutnya adalah analisis data, yaitu mencari signifikansi puisi-puisi yang sudah diterjemahkan. Signifikansi puisi tersebut meliputi pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, dan juga mencari matriks, model, varian, dan hipogram masing-masing puisi.
d.
Tahap berikutnya adalah menyimpulkan hasil penelitian.
13
1.9
Sistematika Penyajian Secara keseluruhan, penelitian ini disajikan dalam tiga bab. Bab I adalah
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi signifikansi terhadap sajak karya Park Ryeol yang berjudul „겨울 새‟ (Gyeoul Sae) dari antologi puisi „또 하나의 사랑 앞에서‟ ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ). Analisis puisi ini menggunakan kajian semiotika Riffaterre. Kajian ini meliputi pembacaan heuristik, pemaknaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian-varian, dan hipogram. Bab III merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran