BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan dan keberhasilan yang optimal. Keunggulan bersaing dengan perusahaan yang lain, maupun untuk tetap bertahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan komponen-komponen penting dalam menjalankan proses pencapaian tujuan perusahaan. Dalam era globalisasi seperti sekarang, pertumbuhan dan perkembangan sebuah perusahaan sangat cepat dan penuh persaingan. Terutama dalam perusahaan yang bergerak dibidang pendidikan. Perusahaan dibidang pendidikan adalah bisnis yang menjual dalam bidang jasa, jasa yang ditawarkan berupa intangible. Berdasarkan google trend pendidikan dari tahun 2005 hingga tahun 2015 meningkat tajam.
Gambar 1.1 Grafik Trend Pendidikan Sumber : Google Trend
Seiring dengan peningkatan grafik pendidikan di Indonesia, terlihat jelas kebutuhan akan pendidikan yang dituntut semakin maju tiap tahunnya. Baik dari segi mutu kualitas kurikulum, hingga penambahan jumlah instalansi pendidikan. Menurut buku “Indonesia Educational Statstics in Brief 2011/2012” jumlah penduduk usia sekolah dari umur 16-18 tahun berjumlah sekitar
12.628.600. jumlah yang cukup signifikan untuk penyediaan lahan instalansi pendidikan tingkat SMA. Jumlah ini akan terus meningkat setiap tahunnya, mulai bulan juni 2015 akan diadakanya wajib belajar 12 tahun oleh pemerintah. Makadari itu bisnis dibidang pendidikan, selain banyaknya kebutuhan dipasar, juga dibantu oleh peraturan pemerintah, disisi lain bisnis bidang pendidikan juga cukup mengiurkan bagi peningkatan industri perusahaan saat ini. Perusahaan yang bergerak dibidang pendidikan merupakan bisnis yang menguntungkan dan stabil, maka tidak heran semakin banyak perusahaan yang muncul dan terjun langsung dalam bisnis ini. Seperti tujuan awal yang telah dijelaskan, umumnya suatu perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan perusahaan yang lain atau minimal dapat tetap bertahan. Bina Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pendidikan. Beberapa produk jasa pendidikan yang ditawarkan berupa universitas baik tingkat nasional maupun internasional, sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Terbaru ini bina nusantara merilis produk terbaru mereka yaitu taman kanak-kanak “ Rise ” untuk balita usia 3 hingga 5 tahun. Berdasarkan penilaian 4ICU pada tahun 2014 Bina Nusantara menduduki posisi peringkat ke empat untuk perguruan tinggi swasta yang paling diminati oleh banyak orang (sumber: http://binus.ac.id/2014/08/peringkat-dunia-dan-pilihan-pts/). Namun memasuki tahun 2015 terjadi penurunan jumlah pendaftaran mahasiswa baru. Berdasarkan data internal yang dilihat dari marketing intelligent di Bina Nusantara, jumlah pendaftar mahasiswa baru terjadi penurunan.
Gambar 1.2 Data Intake Sumber : Marketing Bina Nusantara
Ditinjau dari masalah yang muncul, penurunan tersebut terjadi salah satunya diakibatkan oleh persaingan yang semakin ketat. Meningkatnya peguruan tinggi swasta setiap tahunnya, mengakibatkan pembagian secara merata calon mahasiswa baru. Data Wikipedia terakhir merangkum total terakhir jumlah perguruan tinggi swasta berjumlah 52 universitas, 146 sekolah tinggi, 13 politeknik, dan 114 akademik (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_tinggi_swasta_di_Jakarta) hal tersebut sebagai salah satu pemicu menurunya calon mahasiswa di Bina Nusantara. Persaingan yang muncul semakin mengancam posisi aman Bina Nusantara sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pendidikan, selain terdapat permasalahan eksternal yang memicu penurunan jumlah pendaftaran mahasiswa baru, hal lain juga muncul dari internal konflik didalam perusahaan. Sumber daya manusia atau karyawan didalam perusahaan Bina Nusantara dituntut untuk memaksimalkan kinerjanya guna mencapai target yang telah lolos karena tingginya persaingan dari luar. Makadaritu , dibutuhan strategi yang kuat untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan Bina Nusantara.
Michael A.Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997 pg -18) mengatakan, terdapat beberapa model penting yang ditunjukkan untuk menggambarkan input strategis bagi langkah suatu perusahaan, dan salah satu diantaranya adalah model berbasis sumber daya untuk profitabilitas tinggi. Model ini mengasumsikan bahwa tiap organisasi merupakan kumpulan sumber daya manusia dan kemampuan unik yang merupakan dasar untuk strategi dan sumber utama profitabilitasnya. Juga diasumsikan bahwa perusahaan memperoleh sumber daya yang berbeda serta mengembangkan kemampuannya yang unik. Karenanya seluruh perusahaan bersaing dalam industri tertentu mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan strategis yang sama. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri oleh Bina Nusantara. Bina Nusantara merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang edukasi, terutama pendidikan untuk pascasarjana. Melihat pekembangan edukasi didunia yang semakin berkembang pesat, Bina Nusantara hadir menawarkan berbagai produk edukasi berbasis nasional maupun internasional. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Michael etc, sumber daya manusia merupakan salah satu factor penting dalam suatu organisasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti sumber daya manusia yang terdapat pada Bina Nusantara, khususnya yang terdapat pada divisi marketing. Peneliti ingin melihat apakah penurunan intake dipengaruhi oleh factor internal, khususnya pada sumber daya manusia. Budiharjo (2002, dalam Zuraida 2015) mengatakan bahwa untuk memaksimalkan sumber daya manusia, setiap perusahaan hendaknya menempatkan sumber daya manusia sesuai dengan keahlian dan pengalaman, agar seluruh sumber daya manusia yang ada dapat menghasilkan kinerja yang baik dan tujuan perusahaan dapat tercapai. salah satu faktor yang dapat menentukan kelangsungan hidup peusahaan adalah sumber daya manusia (SDM) Peran sumber daya manusia sebagai aset berharga (valuable asset) dan sekaligus sebagai motor penggerak perusahaan sangat diperlukan dalam hal ini, dimana peran dan fungsi yang dituntut dari sumber daya manusia bukan hanya pada peran-peran yang bersifat mendasar dan tradisional seperti recruitment dan staffing namun lebih kepada peran dan fungsi yang bersifat Knowledge dan Strategy (Mujarudin 2010) .
Penelitian Stevens dan Campion (1994, dalam Surya, Astuti, Susilo 2014) menunjukkan bahwa dalam analisis kinerja diperlukan spesifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang karyawan yaitu knowledge, skill, dan ability. Surya, Astuti, Susilo (2014) menjelaskan standar lanjut mensyaratkan jika pekerjaan melibatkan kajian sistem informasi, secara kolektif harus memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi. Keterampilan ini sering digambarkan dalam hal employee knowledge, employee skill, dan employee abilities. knowledge, skill, dan ability biasanya digunakan dalam deskripsi posisi kerja untuk menjelaskan atribut posisi kerja dalam suatu pekerjaan tertentu. Knowledge sangat penting dan dibutuhkan oleh karyawan didalam mengembangkan aplikasi pengetahuan dan inovasi yang pada akhirnya menuju keunggulan kompetitif. Kemampuan berinovasi (Innovation Capability) diperlukan karena ide-ide segar akan terus lahir di sebuah perusahaan dan menjadi sangat banyak seiring dengan meningkatnya pengetahuan termasuk belajar dari pengalaman maka tingkat inovasi yang dihasilkan pun akan meningkat, dimana dari hasil pengelolaan pengetahuan akan menghasilkan beragam ide-ide baru. Bekerja didalam perusahaan, memiliki banyak kendala, seorang karyawan harus mampu bertahan dan berjuang dalam beradaptasi bekerja secara kelompok. Banyak hal yang harus dikuasai oleh individu didalam dunia pekerjaan. Salah satu hal yang harus dikembangkan didalam bekerja secara kelompok adalah Sharing knowledge. Penelitian Matzler et. al., (2008 dalam Tarigan et., al 2013) menyatakan bahwa berbagi pengetahuan sangat penting bagi individu didalam suatu organisasi untuk dapat mengembangkan keahlian dan kompetensi, meningkatkan nilai bagi organisasi, dan dapat menjaga daya saing sebab inovasi didapatkan berasal dari berbagi pengetahuan antara orang personal di dalam organisasi. Kompetensi didefinisikan oleh Spencer & Spencer (1993 dalam Tarigan et., al 2013) yakni: pengetahuan, informasi yang dimiliki seseorang di area yang spesifik dan keahlian, kemampuan untuk melakukan suatu tugas mental dan fisik; dianggap sebagai kompetensi dasar dan paling siap untuk dikembangkan dan dilatih melalui latihan dan pengalaman. Tiga karakteristik personaliti lainnya, motivasi, sikap,
dan konsep diri, dinilai sulit untuk dilatih dan dikembangkan sehingga akan memunculkan team work pada organisasi. Menurut Van den Hoof dan De Ridder (2004) Knowledge sharing adalah suatu proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan (tacit dan explicit knowledge) dan secara bersama-sama menciptakan pengetahuan (solusi) baru. Berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing) merupakan sumber penting bagi suatu organisasi dan merupakan fungsi utama didalam manajemen pengetahuan. Knowledge sharing atau berbagi pengetahuan adalah proses dimana para individu saling mempertukarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Melalui knowledge sharing, akan terjadi peningkatan nilai dari pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi. Kesadaran tentang pentingnya Knowledge sharing bagi bagi kinerja sebuah organisasai sudah ada sejak lama. Knowledge Sharing merupakan bagian dari formulasi strategi yang diciptakan untuk menghindari atau meminimalisir rintangan yang akan dihadapi baik oleh organisasi maupun karyawannya sendiri Maka menurut teori diatas dapat disimpulkan bahwa Knowledge sharing adalah suatu kegiatan individu untuk berbagi dan saling bertukar pengetahuan, ide, gagasan, dan kreativitas, sehingga dapat meningkatkan kompetensi bagi lembaga, organisasi, atau perusahaan. Untuk meningkatkan kompetensi yang optimal maka individu harus memiliki dan berbagi pengetahuan yang ia miliki dengan rekan satu team didalam ruang lingkup kerja. oleh karena itu individu perlu memiliki pemikiran untuk merealisasikan hal tersebut dengan tujuan agar dapat meningkatkan kinerja bersama guna mencapai tujuan visi dan misi perusahaan. Prilaku Knowledge sharing menggunakan Exchange ideology sebagai moderator. Peng Lin (2007, pg - 458) “ Many organizations have tried utilizing reward systems to encourage employees to share knowledge with their co-workers. However, as suggested by Jarvenpaa and Staples (2001), pro-social behaviors of knowledge sharing are above and beyond those prescribed by job descriptions, are voluntary in nature, and cannot be directly or explicitly rewarded, because of its intangibility (Grant, 1996). Therefore, rather than emphasizing rewards, this research tries another approach, social influences (containing person-toperson influences and organization-to-person influences respectively), that may constrain or support the individual's knowledge sharing in an organization, and also simultaneously use
exchange ideology as a moderator. More specifically, in the proposed model of this study the knowledge sharing is simultaneously affected by person-to-person influences comprising co-worker congruence and received task interdependence as well as by organization-to-person influences comprising organizational commitment and participative decision-making. “ Peng Lin (2007) menyatakan bahwa prilaku berbagi pengetahuan (knowledge sharing) individu dalam sebuah organisasi bersamaan menggunakan Exchange Ideology sebagai moderator. Secara khusus Knowledge Sharing dapat dipengaruhi oleh rekan kerja yang terdiri dari orang-ke-orang yang saling menerima kecocokan dan saling ketergantungan tugas. Exchange Ideologi berbasis pada Social Exchange Theory (SET). Social Exchange oleh Leonard (1996 dalam Suryani 2005) mengemukakan bahwa social exchange theory berbasis pada konsep interaksi sosial, struktur sosial dan konteks hubungan dalam masyarakat. Secara teoritis prinsip dasar teori ini adalah bahwa individu dalam berhubungan sosial dan berinteraksi berdasarkan pada penerimaan reward dan cost (keuntungan & dampak) yang akan diterima, apakah lebih baik memperoleh dampak namun mendapatkan reward yang lebih kecil ataupun sebaliknya. Dalam hal ini individu mengkalkulasi keuntungan dan dampak yang mungkin akan diterima. Sze dan Angeline (2011, pg- 3987) said “ Social exchange theory (SET) provides the theoretical explanation why employees would choose to be more or less engaged in their jobs. The exchange ideology (EI) which is anchored on SET describes the extent to which employees would vary their engagement depending on their perceptions of support they receive from different sources. For example, if employees perceive they are valued and supported by their supervisors and organizations, they would reciprocate by being more involved in work that are related to their supervisors and organizations.” Sze dan Angeline (2011, pg- 3987) mengemukakan Social Exchange Theory (SET) menyediakan penjelasan teoritis mengapa karyawan akan memilih untuk menjadi lebih terlibat dalam pekerjaan mereka. Exchange Ideology (EI) yang berbasis pada social exchange teori (SET) menjelaskan sejauh mana karyawan akan memiliki keterlibatan mereka, tergantung pada bagaimana persepsi mereka terhadap dukungan yang diterima dari berbagai sumber. Misalnya, Karyawan
akan merasa mereka dihargai dan didukung oleh perusahaan atau organisasi mereka. Mereka akan menjadi lebih terlibat dalam pekerjaan yang berkaitan dengan perusahaan atau organisasi tersebut. Prilaku Knowledge sharing diyakini dipengaruhi oleh Exchange Ideology, pertukaran yang dilakukan oleh karyawan pada sebuah perusahaan merupakan bentuk dari pertukaran timbal balik. Pertukaran hubungan timbal balik, bisa berbentuk pengetahuan (Knowledge) maupun kemampuan. untuk mencapai kinerja yang optimal, individu dituntut untuk dapat memiliki kemampuan yang kompeten, baik secara personal maupun secara kelompok. Witt (1991 dalam Sze dan Angeline 2011) menunjukan bahwa Ideology Exchange memiliki hubungan erat antara karyawan, persepsi, dan lingkungan kerja mereka. Begitupula menurut Ladd dan Harry (2000 dalam Sze dan Angeline 2011) rekan kerja yang berbagi semangat persahabatan memiliki kemampuan lebih teliti ketika mereka melakukan Exchange ideology. Untuk mendapatkan hasil hubugan antara Employee exchange ideology dengan Knowladge sharing, dibutuhkan Engagement sebagai moderator. Engagement merupakan bentuk keterikatan antara anggota dengan organisasi mereka karena mereka senang melakukan pekerjaannya, mereka mendapatkan kepercayaan dari atasan, dan merasa kontribusi mereka dihargai dalam organisasi, lalu keterikatan itu diwujudkan dengan kontribusi yang melebihi dari apa yang diharapkan organisasi kepada mereka (PortalHR, 2012). Dalam jurnalnya Rachmawati (2010) mengungkapkan bahwa Engagement muncul sebagai upaya pengembangan dari konsep-konsep sebelumnya seperti kepuasan kerja karyawan, komitmen karyawan, serta perilaku organisasi karyawan. Dengan adanya karyawan yang terlibat secara aktif di dalam perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki iklim kerja yang positif. Hal ini disebabkan karena dengan adanya karyawan yang memiliki keterikatan yang baik dengan perusahaan tempat ia bekerja, maka mereka akan memiliki antusiasme yang besar untuk bekerja, bahkan terkadang jauh melampaui tugas pokok yang tertuang dalam kontrak kerja mereka. Untuk itulah Enggagment dibutuhkan sebagai moderator dalam melihat hubungan antara variable Employee Exchange Ideology dengan Knowledge sharing.
Berdasarkan latar belakang fenomena diatas, peneliti ingin melihat Peranan antara Employee Exchange Ideology dengan Knowledge sharing yang dimoderatori oleh Engagment pada Divisi Marketing di Bina Nusantara. “
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Untuk melihat Peranan Employee Exchange Ideology Terhadap Knowledge Sharing Dengan Engagament Sebagai Moderator Pada Karyawan Marketing di Bina Nusantara. “
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat Peranan Employee Exchange Ideology Terhadap Knowledge Sharing Dengan Engagament Sebagai Moderator Pada Karyawan Marketing di Bina Nusantara. Sehingga dapat digunakan dalam meningkatkan performa kerja individu dan perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis sebagai media informasi dan pembelajaran mengenai Peranan Employee Exchange Ideology Terhadap Knowledge Sharing Dengan Engagament Sebagai Moderator. Sehingga dapat bermanfaat kelak ketika berada di dunia kerja. 2. Bagi perusahan yang telah bekerja sama, hendaknya hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk digunakan dalam meningkatkan performa kerja karywanya. 3. Dan yang terakhir bagi penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi bahan penelitian dan bahan kajian penentuan hipotesis lainya yang berkaitan.