BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kinerja menjadi sebuah kata yang umum didalam menilai baik atau tidak
baik suatu instansi baik swasta maupun pemerintah, tentu saja didalam menilai sebuah kinerja tidaklah mudah, diperlukan sebuah cara atau metode yang komprehensif untuk mengukur kinerja tersebut. Pengukuran kinerja yang merupakan proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilakukan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosanpemborosan dan menyajikan informasi yang tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan (Supriyono, 1999:420). Pengukuran kinerja bermanfaat sebagai umpan balik yang dapat membantu pihak manajemen untuk mengidentifikasi masalah dan membantu dalam pemecahannya, sehingga dapat berguna untuk memperbaiki operasi perusahaan. Pengukuran Kinerja diharapkan mampu meningkatkan motivasi karyawan dalam mewujudkan visi perusahaan. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan karena pengukuran kinerja merupakan usaha memetakan strategi ke dalam tindakan pencapaian target tertentu (Giri, 1999). Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward dan punishment (Ulum, 2006 :28).
Sistem pengukuran kinerja dalam manajemen tradisional ditekankan pada aspek keuangan, karena ukuran keuangan ini mudah dilakukan sehingga kinerja personal yang diukur hanya berkaitan dengan aspek keuangan. Sistem pengukuran kinerja pada aspek keuangan memang umum cilakukan, ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam sistem pengukuran tradisionai yang menitikberatkan pada aspek keuangan. Karena adanya kelemahan tersebut non keuangan. Penilaian kinerja dengan maka muncul ide untuk mengukur kinerja non keuangan. Penilaian kinerja dengan menggunakan data non keuangan antara lain meliputi: besamya pangsa pasar dan tingkat pertumbuhannya kemampuan perusahaan menghasilkan produk yang digemari oleh konsumen, pengembangan dan penilaian karyawan termasuk tingkat perputaran karyawan, citra perusahaan di mata masyarakat, tingkat ketepatan waktu perusahaan untuk menepati jadwal yang telah ditetapkan, persentase barang rusak selama produksi, banyaknya keluhan pelanggan dan pemberian garansi bagi pelanggan (Yuwono, 2002). Hal ini mendorong Kaplan dan Norton untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut dengan Balanced Scorecard. Kaplan dan Norton. Kaplan dan Norton (1993) menyatakan bahwa : "Balanced Scorecard provides executives wiih a comprehensive framework that translates a corrtpnny's strategic objectives into a coherent set of performance measures". Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Balanced Scorecard menyediakan tujuan-tujuan strategis organisasi kedalam seperangkat tolak ukur
kinerja yang saling berhubungan. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang tidak hanya mencerminkan pada kinerja keuangan saja, tetapi juga kinerja non keuangan. Aspek non keuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kineda keuangan bersumber dari aspek
non
keuangan,
sehingga
apabila
perusahaan
akan
melakukan
pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian perusahaan akan ditujukan kepada peningkatan kinerja non keuangan, karena dari situlah keuangan berasal. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang tidak hanya mencerminkan pada kinerja keuangan saja tetapi juga kinerja non keuangan. Aspek non keuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek non keuangan, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian perusahaan akan ditujukan kepada peningkatan kinerja non keuangan karena dari situlah keuangan berasal. Balanced Scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk menerjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam tujuantujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif (Kaplan dan Norton,1996).
Keempat
perspektif
itu
dimaksudkan
untuk
menjelaskan
penampilan suatu organisasi dari empat titik pandang berikut ini (Kaplan dan Norton, l996). 1. Perspektif Keuangan, untuk menjawab pertanyaan : untuk mencapai sukses secara financial, kinerja keuangan organisasi yang bagaimanakah yang patut ditunjukkan kepada pemilik organisasi?
2. Perspektif Pelanggan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana penampilan organisasi di mata pelanggan? 3. Perspektif Proses Bisnis lnternal, untuk menjawab pertanyaan : untuk memuaskan para pemilik organisasi dan para pelanggan, proses bisnis mana yang harus diunggulkan? 4. Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana organisasi mempertahankan kemampuan sehingga organisasi terus berubah dan menjadi lebih baik? Pada dasarnya, pengembangan Balanced Scorecard baik pada sektor swasta maupun publik dimaksudkan untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik lebih menekankan pada nilai misi dan pencapaian (mission, value, effictiveness). Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan mengutamakan keuntungan, pertumbuhan dan pangsa pasar sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisiensi. Demikian juga halnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan, sektor bisnis akan lebih mengutamakan para pemegang saham, pembeli dan manajemen, sedangkan untuk sektor publik akan meliputi para pembayar pajak, pengguna jasa, legislative (Frenny,2009). Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-financial, tetapi juga aspek kualitatif dan non financial. Hal tersebut sejalan dengan seklor publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan non keuangan (Mahmudi, 2007).
Balanced Scorecard mengembangkan seperangkat tujuan yang terdapat pada unit bisnis melampaui rangkuman ukuran financial. Untuk menetapkan berbagai tujuan financial ,harus mempertimbangkan apakah akan menitik beratkan kepada pertumbuhan pendapatan dan pasar, profitabilitas atau menghasilkan arus kas. Para eksekutif perusahaan dapat mengukur seberapa besar unit bisnis mereka menciptakan nilai bagi para pelanggan perusahaan saat ini dan saat yang akan datang oleh karena itu tim manajemen harus menyatakan dengan jelas pelanggan dan segmen pasar yang diputuskan untuk dimasuki, Setelah tujuan financial dan pelanggan ditetapkan ,perusahaan kemudian mengidentifikasi berbagai tujuan dan ukuran proses bisnis internal. Identifikasi semacam ini merupakan salah satu inovasi dan manfaat utama dari pendekatan scorecard karena menekankan pada proses yang paling penting bagi tercapainya kinerja yang terbaik. Perusahaan harus meningkatkan kapabilitas internal dan investasi didalam sumber daya manusia, sistem dan prosedur yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang akan datang. Keterkaitan yang terakhir, tujuan pembelajaran dan pertumbuhan memberi alasan logis terhadap adanya kebutuhan investasi yang besar untuk melatih ulang para pekerja dalam teknologi dan sistem informasi serta dalam meningkatkan berbagai prosedur organisasional. Semua investasi dalam sumber daya manusia, sistem dan prosedur menghasilkan inovasi dan perbaikan yang nyata pada proses bisnis internal untuk kepentingan pelanggan dan pada akhirnya untuk kepentingan pemegang saham. PT. Aweco Indosteel Perkasa Surabaya yang merupakan perusahaan yang sumber pendanaannya berasal dari swasta, satu sisi harus mendapatkan keuntungan yang diharapkan perusahaan perusahaan untuk mengembangkan misi
dan visi perusahaan. Hal tersebut tentu akan membuat kinerja dari perusahaan ini menjadi tidak maksimal, didalam penelitian ini tentu akan menjadi menarik apabila balanced scorecard sebagai konsep pengukuran kinerja dijadikan seuatu tolak ukur. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini akan menganalisis kinerja PT. Aweco Indosteel Perkasa Surabaya berdasarkan balanced scorecard. 1.2 Rumusan Masaiah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah "Bagaimana Penerapan Balanced Scorecard sebagai salah satu Tolok Ukur dalam Pengukuran Kinerja : “Studi Kasus pada PT. Aweco Indosteel Perkasa Surabaya". 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui proses penerapan metode Balanced Scorecord pada PT. Aweco Indosteel Perkasa Surabaya, sehingga dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja yang lebih efektif. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Kontribusi Praktis Memberikan informasi bagi PT. Aweco Indosteel Perkasa Surabaya mengenai kinerja yang telah dicapai perusahaan dengan penerapan Balanced Scorecard dalam pengelolaan organisasi.
2. Kontribusi Teoritis a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan positif yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan berguna untuk kajian penelitian selaniutnya. b. Penelitian ini mampu memberikan pemahaman dan gambaran yang lebih mendalam tentang konsep Balanced Scorecard di bidang layanan manufaktur. 3. Kontribusi Kebijakan a. Sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan penerapan strategi Yang tepat. b. Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi agar lebih efektif dan efisien. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dalam suatu kegiatan PT. Aweco Indosteel perkasa Surabaya, penulis menyadari adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan data-data yang diperoieh serta kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis Oleh karena itu, maka penelitian ini dilakukan pada PT. Aweco Indosteel perkasa Surabaya dengan data elemenelemen yang menjadi tolok ukur dalam pengukuran kinerja dengan konsep Balanced Scorecard.