Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Manusia selalu melakukan aktivitas yang disebut dengan bersosialisasi. Satu bahasa digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga percakapan dapat berlangsung dengan lancar dan dapat dimengerti dengan baik. Bahasa yang dikenal dan dikuasai sejak kecil disebut sebagai bahasa ibu. Namun pada umumnya, selain menguasai bahasa ibu, seseorang juga memiliki dan menguasi bahasa kedua, yakni bahasa daerah maupun bahasa asing. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 88) atau yang dapat disingkat dengan KBBI, bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Setiap bahasa memiliki beberapa hal penting yang harus diketahui dengan baik, yakni tata bahasa atau gramatika dari bahasa tersebut. Setiap bahasa memiliki gramatika atau tata bahasa yang khas dan berbeda-beda dari bahasa lainnya. Dalam KBBI (2002), tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa ; kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis. Tata bahasa berkaitan dengan bagaimana berbicara dengan tepat (Widjojo, 2004 : 5) Seseorang yang ingin menguasai lebih dari satu bahasa haruslah mengenal, mengetahui dan menguasai tata bahasa yang ingin dipelajari. Namun sampai saat ini masih banyak orang yang tidak menghiraukan hal tersebut. Salah satu contohnya ialah para pemelajar bahasa asing di Indonesia yang mempelajari bahasa Jepang tanpa 1
menghiraukan tata bahasanya yang biasa disebut dengan istilah bunpou. Sudjianto (1996 : 22) mengemukakan perlunya pembelajar bahasa mempelajari gramatika karena bahasa tidak boleh ditulis maupun diucapkan secara sembarangan, bahasa harus digunakan dengan baik, benar dan efektif agar dapat memahami apa yang ingin disampaikan ataupun pesan yang diterima dalam komunikasi atau memahami wacana ataupun naskah. Melalui kesempatan ini penulis akan melakukan sebuah analisis mengenai bahasa Jepang yang dilihat dari segi tata bahasanya (bunpoo). Menurut Sudjianto (2004 : 15), dalam bahasa Jepang ada beberapa hal yang harus dipelajari dan dimengerti dengan baik, yakni Goi (kosa kata bahasa Jepang), Nihongo no Bunpoo (gramatika bahasa Jepang) dan Keigo (ragam bahasa hormat bahasa Jepang). Umumnya setiap bahasa memiliki aturan tersendiri dalam membentuk sebuah kalimat. Aturan yang umum dan sistematis dalam tiap bahasa disebut dengan gramatika (Katoo, 1991:109). Maka, pengenalan gramatika di dalam bahasa itu sendiri amat dibutuhkan dalam mempelajari suatu bahasa, sehingga arti atau makna yang sebenarnya dari setiap kalimat dapat dimengerti dengan benar. Tata bahasa Japang (bunpoo) dibagi menjadi sepuluh kelas kata. Kelas kata (hinshi) yang harus dipelajari dalam bahasa Jepang cukup banyak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin memfokuskan penelitian bunpoo atau tata bahasa Jepang ini pada kelas kata joshi (partikel), yakni partikel sae. Saat ini budaya Jepang sudah semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia mulai dari seri drama Jepang (dorama), kartun Jepang (anime), komik (manga), dan juga lagu Jepang. Masuknya budaya Jepang dari berbagai media menyebabkan bahasa Jepang menjadi salah satu bahasa yang diminati untuk dipelajari. Oleh karena itu banyak sekali buku yang mengulas mengenai negara Jepang, baik dari segi tata bahasa, pelajaran, 2
cerita fiksi, cerita dongeng, dunia hiburan, wisata, budaya dan lainnya. Buku tersebut sudah ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan ada juga yang masih dalam bentuk bahasa Jepang. Dalam setiap bacaan, baik itu di dalam koran, majalah, komik, maupun novel sering terdapat partikel sae yang menurut Matsura (2005 : 827) memiliki arti sekalipun ; asal ; asal saja ; asalkan ; asalkan saja. Menurut pengamatan dan pengalaman penulis, sampai saat ini masih sedikit sekali pemelajar bahasa Jepang di Indonesia yang mengenal dengan baik bentuk partikel sae. Jika para pemelajar bahasa Jepang di Indonesia dihadapkan dengan kalimat yang memiliki unsur partikel sae, misalnya「時間さえあれば、その仕事ができるだろ う」yang berarti “jika saja ada waktu, pasti bisa mengerjakannya” maka kebanyakan diantara mereka akan menjadi tidak paham dengan kalimat tersebut karena merasa asing dengan partikel sae. Namun ada juga pemelajar bahasa Jepang di Indonsia yang pernah melihat atau membaca kalimat yang memiliki unsur partikel sae, namun tidak mengerti dan memahami dengan baik maksud dan fungsi dari partikel tersebut. Oleh karena itu, dari sekian banyaknya partikel, seperti partikel ga, no, wo, ni, made, kara, yori, nagara, tari, demo, dake, shika dan lainnya, partikel sae jarang diulas di dalam buku pelajaran bahasa Jepang yang umumnya sering digunakan oleh pemelajar bahasa Jepang di Indonesia, untuk dijadikan buku paket pelajaran bahasa Jepang, sehingga pengenalan akan pertikel sae amat kurang. Karena sedikitnya buku-buku pelajaran bahasa Jepang yang terbit di Indonesia, terutama yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka materi yang diajarkan di dalam kelas bahasa Jepang pada akhirnya tidak mengulas sama sekali mengenai partikel sae.
3
Permasalahan pengenalan bentuk partikel sae tidak hanya dirasakan bagi mereka yang mempelajari bahasa Jepang di kelas khusus, namun juga bagi mereka yang tidak belajar di dalam kelas atau mempelajari bahasa Jepang secara otodidak, karena partikel sae jarang ditemukan dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepang yang ada di Indonesia. Oleh karena masih banyak pemelajar bahasa Jepang di Indoenesia yang kurang mengenal dan memehami makna dan fungsi dari partikel sae, maka dalam kesempatan ini akan menganalisis bentuk pertikel sae yang banyak ditemukan dalam buku-buku bacaan berbahasa Jepang. Untuk menganalisa bentuk partikel sae, penulis akan mencari teori mengenai kelas kata (hinshi), dan mencari tahu lebih dalam mengenai kelas kata sae. Kemudian penulis juga akan mencari teori yang menjelaskan mengenai fungsi dari partikel sae. Salah satu novel berbahasa Jepang akan penulis gunakan sebagai korpus data penelitian, yakni novel Ringgu karya Koji Suzuki yang dipopulerkan lewat filmnya pada tahun 1998-2002. Langkah pertama yang akan penulis lakukan dalam meneliti ialah dengan mencari kalimat yang menggunakan kata sae didalam novel Ringgu. Kedua, mencari masing-masing fungsi partikel sae yang digunakan dalam kalimat tersebut. Ketiga, menyimpulkan hasil dari yang sudah penulis analisis. Penulis berharap dengan adanya analisis mengenai fungsi partikel sae ini dapat membantu para pemelajar bahasa Jepang di Indonesia agar mampu menggunakan kata sae sesuai dengan tata bahasa Jepang (bunpoo) yang baik, baik itu secara tertulis maupun secara lisan, agar maksud yang ingin dikemukakan dapat dimengerti dengan baik oleh penutur dan petutur Jepang.
4
1.2 Rumusan Permasalahan Pada kesempatan ini, penulis akan menganalisis fungsi penggunaan kata sae sebagai partikel (joshi) dalam bahasa Jepang.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Permasalahan yang akan dianalisis oleh penulis yaitu menyelidiki fungsi-fungsi partikel sae yang terdapat di dalam novel Ringgu, karya Koji Suzuki yang diterbitkan pada tahun 1991, yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan masih dalam bentuk bahasa Jepang.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari analisis penelitian ini adalah untuk menyampaikan kepada para pemelajar bahasa Jepang betapa pentingnya penguasaan tata bahasa Jepang (bunpoo) dalam mempelajari bahasa Jepang. Tujuan lainnya ialah untuk memperkenalkan dan memperjelas fungsi dari partikel sae kepada para pemelajar bahasa Jepang di Indonesia yang masih atau kurang mengerti dengan baik mengenai partikel tersebut. Manfaat dari analisis penelitian ini ialah agar para pemelajar bahasa Jepang di Indonesia mengetahui dan mengenal bahwa kata sae termasuk ke dalam kelas kata partikel (joshi) dan dapat menggunakan partikel sae ini sasuai dengan tata bahasa Jepang (bunpou) dengan baik.
5
1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode kepustakaan. Penulis mencari data-data melalui media buku linguistik, tata bahasa dan gramatika bahasa Jepang, baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Jepang, dan bahasa Inggris, dan melalui media internet. Selain itu penulis juga mencari contoh-contoh kalimat dalam bahasa Jepang melalui buku berbahasa Jepang seperti novel. Kemudian data akan dianalisis dengan cara deskriptif analitis. Penulis akan mencari latar belakang cerita dari setiap kalimat yang akan dianalisis untuk memperkuat analisis.
1.6 Sistematika Penulisan Bab 1 membahas mengenai pentingnya mempelajari gramatika bahasa Jepang, yang salah satu bagian didalamnya ialah sae. Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Ruang Lingkup Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab 2 menjelaskan mengenai beberapa landasan teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi, yakni mengenai kelas kata (hinshi) dalam gramatika bahasa Jepang (bunpoo) dan juga fungsi dari sae. Bab 3 memaparkan analisis data yang dilakukan oleh penulis, didukung dengan landasan teori yang ada. Analisis ini akan dilakukan dengan mengambil contoh-contoh kalimat yang mengandung unsur partikel sae yang terdapat didalam buku berbahasa Jepang, yakni dalam novel. Bab 4 merupakan simpulan yang didapat penulis sebagai jawaban dari permasalahan yang ada dan penulisan saran agar pembaca dapat memetik manfaat dari hasil penelitian. 6
Bab 5 merupakan ringakasan dari seluruh isi skripsi.
7