1
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik. Ada 2 tipe utama DM, yaitu DM tipe 1, dan DM tipe 2. Selain 2 tipe utama DM, terdapat pula tipe lain DM tergantung pada lesi sekresi atau aksi
genetik spesifik yang
insulin,
kelainan yang
mengatur
mengganggu
sekresi insulin, abnormalitas mitokondrial, dan kondisi yang merusak toleransi
glukosa. Gestational DM
juga
merupakan salah satu tipe DM, yaitu intoleransi glukosa yang terjadi saat kehamilan. Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan menyerang
oleh sel
reaksi beta
autoimun,
penghasil
sistem
insulin
imun di
tubuh
kelenjar
pankreas. Penyakit ini dapat mempengaruhi orang pada berbagai umur, tetapi biasanya terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan tipe paling umum dari diabetes, dengan mayoritas dari penderitanya adalah lansia (ADA, 2012; Cho et al., 2013; Powers, 2012).
2
Studi yang dilakukan
oleh
dinas kesehatan
pada
tahun 2008 di
provinsi Yogyakarta menunjukkan bahwa
terdapat
pergeseran
dari
pola
penyakit
menular
menular/degeneratif diakibatkan kedokteran
penyebab
oleh
ke
sejak
1997.
penyakit
tidak Hal
berkembangnya
pengobatan
penduduk
penyakit
tahun
semakin
untuk
kematian
ini
teknologi
menular
dan
semakin meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Diabetes
Melitus
degeneratif
yang
Yogyakarta.
Diabetes
merupakan
berkontribusi Melitus
salah untuk
berada
satu
penyakit
kasus-kasus di
urutan
di
ke-4
kasus terbanyak dari semua laporan kasus di Yogyakarta, dengan jumlah kasus DM pada tahun 2008 sebanyak 9258 kasus. Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 7,3 juta orang (Dinkes 2009) dan pada tahun 2013 jumlah penderita DM meningkat menjadi 8,5 juta orang (Cho et al., 2013). Jumlah penderita DM di dunia mencapai 382 juta orang, dan prevalensi penderita di dunia mencapai 8,3% (382 juta dari 4,6 miliar orang dewasa)
(Cho
et
al.,
2013).
Prevalensi
diabetes
di
Indonesia mencapai 2,1% berdasarkan diagnosis gejala, dan
di
Yogyakarta
mencapai
2,6%,
dan
prevalensi
DM
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan kuintil indeks kepemilikan tinggi
3
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2035, di perkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penderita DM menjadi 592 juta orang dengan prevalensi yang diprediksi akan meningkat menjadi 10,1% dengan populasi dunia meningkat menjadi
5,9
miliar
orang.
Beberapa komplikasi yang ditimbulkan oleh DM telah di temukan, dan di bagi menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut yang ditimbulkan DM diantaranya
adalah
diabetic
hyperglycemic
hyperosmolar
kronis
ditimbulkan
yang
komplikasi macular
vaskular
edema,
ketoacidosis state
(DKA)
(HHS).
dapat
di
(mikrovaskular
mono-/polyneuropathy
Komplikasi
bagi :
dan
menjadi
retinopathy, sensoris
dan
motoris, dan autonomic neuropathy; serta makrovaskular : coronary heart disease, peripheral arterial disease, cerebrovascular
disease)
(Gastrointestinal genitourinary dermatologis; periodontal;
: :
infeksi;
dan
non-vascular
gastroparesis,
uropathy/sexual katarak;
pendengaran;
Association, 2014; Powers,
dsb.)
diare;
dysfunction;
glaucoma;
penyakit
(American
Diabetes
2012).
Salah satu komplikasi yang dapat ditimbulkan DM adalah penurunan fungsi kognitif. Telah diketahui bahwa
4
DM tipe 2 berpengaruh penting untuk penurunan fungsi kognitif, tetapi mekanisme kerjanya belum di ketahui dengan pasti. Penderita DM tipe 2 mengalami gangguan resistensi
insulin
pada
sel-sel
target.
Gangguan
tersebut mengakibatkan penurunan pemasukan gula darah ke
sel-sel
seluruh
tubuh
sehingga
terjadi
gangguan
metabolisme pada seluruh tubuh, termasuk otak (Ebady et al., 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dislipidemia merupakan salah satu faktor penentu dalam penurunan kognisi.
yang berkontribusi
Jurnal-jurnal yang di
ulas
oleh Van den Kommer et al. (2012) menunjukkan adanya hubungan
antara
profil
lipid
individual
dengan
penurunan kognisi yang variatif. Diabetes
Melitus
dan
dislipidemia
keduanya
merupakan faktor risiko untuk penyakit cardiovascular dan cerebrovascular. Kadar gula darah berlebih dalam jangka
panjang
akan
mengakibatkan
oksidasi
berkepanjangan dan kerusakan pada vasa darah di tubuh, termasuk
di
otak.
Lemak,
pada
dislipidemia,
dapat
menumpuk di vasa darah. Penumpukan lemak berlebih ini dapat
berkembang
menjadi
aterosklerosis,
menyebabkan
gangguan pada vasa darah di otak, stroke atau Transient ischaemic attack (Libby, 2012; Powers, 2012). Kerusakan
5
yang
diakibatkan
oleh
kedua
kondisi
ini
dapat
mengakibatkan kerusakan yang berlebih pada vasa-vasa darah di otak yang diduga memiliki kaitan dengan fungsi kognitif dari penderita DM yang mengalami dislipidemia. Beberapa
penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan
antara penurunan kognisi dengan Diabetes Melitus, dan penurunan kognisi dengan profil lipid jelek (Van den Kommer 2012). Oleh karena masih ada kontroversi, maka perlu
diadakan
antara
profil
penelitian lipid
untuk
dengan
mengetahui
fungsi
hubungan
kognisi
pada
penderita DM tipe 2. I.2. Perumusan Masalah Dari
latar
belakang
diatas
dapat
ditentukan
rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah
profil
lipid
pasien
DM
tipe
2
di
RSU
Sardjito? 2. Bagaimanakah fungsi kognisi pasien DM tipe 2 di RSU Sardjito? 3. Bagaimanakah
hubungan
profil
lipid
dengan
kognisi pasien DM tipe 2 di RSU Sardjito?
fungsi
6
I.3. Keaslian Penelitian Selama
penelurusan
referensi,
tidak
ditemukan
penelitian yang mengkaji tentang hubungan profil lipid dengan penurunan fungsi kognitif pada penderita DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito. Dalam penelusuran studi-studi ditemukan penelitian sejenis yang dilakukan pada suku dan etnis yang berbeda: 1. Penelitian systematic review yang di lakukan oleh Van den Berg et al. (2009) tentang pengaruh DM tipe 2, hipertensi, dislipidemia, dan obesitas terhadap kognisi. Pada
penelitian
dislipidemia dengan
ini
ditemukan
memiliki
penurunan
hasil
fungsi
memiliki
hubungan
yang
kognisi,
walaupun
tidak
bahwa
yang
kurang
kognisi. lebih
obesitas
konsisten
Hipertensi
erat
dengan
mempelajari
secara
dan
dan
DM
penurunan langsung
pengaruh dari masing-masing profil lipid pada fungsi kognisi penderita DM tipe 2. 2. Penelitian
population-based
Longitudinal
Aging
Study
Amsterdam yang dilakukan oleh Van den Kommer (2012) tentang peran lipoprotein dan inflamasi pada penurunan kognisi.
Ditemukan
bahwa
terdapat
hubungan
langsung
yang kuat antara kadar HDL tinggi dengan fungsi memori yang
lebih
baik.
Kadar
LDL
yang
rendah
merupakan
7
prediktor
penurunan
kognisi
yang
bagus.
Kondisi
inflamasi tinggi dengan kadar LDL rendah berpengaruh buruk
bagi
fungsi
kognisi
dan
memori.
Trigliserida
tinggi dan tingkat inflamasi tinggi berhubungan dengan fungsi memori yang lebih rendah. 3. Studi observasional yang dilakukan oleh Van Vliet et al. (2009) tentang hubungan total kolesterol dengan fungsi kognisi seseorang. Skor Mini Mental State Examination (MMSE) secara signifikan lebih rendah pada subjek paruh baya dengan kadar total kolesterol yang tinggi. Tetapi belum diketahui apakah menurunkan kolesterol pada usia tua memiliki efek menguntungkan. 4. Penelitian
inception
cohort
dengan
follow
up
longitudinal yang dilakukan oleh Helzner et al. (2009) tentang kontribusi dari faktor risiko vaskuler (total kolesterol dan LDL-C) pada progresi Alzheimer disease. Ditemukan bahwa kadar total kolesterol dan LDL pada penderita DM yang tinggi berhubungan dengan penurunan fungsi kognisi yang lebih awal pada pasien Alzheimer’s Disease. 5. Studi observasional yang dilakukan oleh Lesser et al. (2009)
tentang
kolesterol,
HDL,
keterkaitan dan
patologi Alzheimer pada
profil
lipid
(total
trigliserida)
serum
dengan
penghuni panti jompo
jewish
8
Home and Hospital. Pada studi ini Ditemukan bahwa total kolesterol dan LDL memiliki hubungan yang signifikan dengan patologi Alzheimer. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Lee et al. (2010) dengan menggunakan data yang ada di Gwangju Dementia and Mild Cognitive Impairment Study tentang efek dari genotip ApoE
pada
hubungan
antara
komponen
diagnostik
dari
sindroma metabolik dan penurunan kognisi pada lansia. Ditemukan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik dengan ApoE terhadap fungsi kognisi tidak signifikan. Interaksi trigliserida dan
HDL dengan
ApoE terhadap
fungsi kognisi ditemukan signifikan. I.4. Tujuan Penelitian I.4.1. Tujuan Umum: mengetahui peran profil lipid terhadap fungsi kognisi penderita DM tipe 2, I.4.2. Tujuan Khusus: 1) Mengetahui karakteristik profil lipid total kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida penderita DM tipe 2, 2) Mengetahui tingkat fungsi kognisi pada penderita DM tipe 2, dan
9
3) Mengetahui hubungan profil lipid total kolesterol, LDL, HDL dan trigliserida dengan fungsi kognisi pada penderita DM tipe 2.
I.5. Manfaat Penelitian Penelitian perkembangan
ilmu
ini
diharapkan
pengetahuan,
dapat
sehingga
membantu
penyakit
DM
tipe 2 lebih dimengerti. Penelitian ini bisa digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.