BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Fundamental perawatan ortodonti adalah menciptakan penampilan wajah yang seimbang dan harmonis.Pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada tidaknya asimetri pada dental dan wajah sehingga didapat hasil perawatan yang sesuai.Bila dilakukan pengamatan yang teliti pada wajah, dapat ditemukan beberapa tingkatan asimetri. Asimetri dapat terlihat pada jaringan lunak dan jaringan keras.1 Asimetri dalam morfologi kraniofasial merupakan hasil dari ketidak seimbangan posisi atau anatomi gigi, perbedaan posisi tulang dari komplek kraniofasial, maupun ketidak seimbangan dari jaringan lunak. Variasi posisi, morfologi antara sisi
kanan dan kiri
mandibula, seperti perbedaan panjang korpus mandibula, tinggi ramus dan angulasi sudut gonial mandibula dapat memicu asimetri.2,3 Asimetri mandibula secara dimensional sering dihubungkan dengan maloklusi crossbite.4 Crossbite posterior didefinisikan sebagai relasi abnormal dalam bidang transversal(bukolingual)gigi posterior dengan antagonisnya dalam sentrik oklusi.5Crossbiteposterior dapat terjadi
bilateralatau
unilateral.6Crossbiteposteriorunilateralseringterjadi
akibatkontraksi
lengkung transversalmaksila.7,8 Crossbite posteriorunilateral sering muncul pada masa anakanak dengan insiden 8,7%-23,3%,9-14 dimana terdapat shifting fungsional sebanyak 67%-79% dari kasus crossbite.15,16 Ahlgren dan Posselt menyebutkan bahwa terdapat occlusal interference yang besar pada pasien crossbite posterior unilateral jika dibandingkan dengan pasien oklusi normal.Occlusal interference yang terjadi saat mandibula berada pada posisi interkuspasi maksimal, akan menyebabkan pergeseran mandibula yang disebut dengan fungsional shifting. Jika pergeseran
Universitas Sumatera Utara
ini berlanjut, akan terjadi adaptasi pada posisi interkuspasi maksimal yang menghasilkan crossbite posterior fungsional.12 Pada kondisi ini, midline mandibula menyimpang ke arah sisi crossbite relatif terhadap midline maksila, dan menghasilkan maloklusi subdivisi pada sisicrossbite, sehingga terbentuk posisi asimetri kondilus. Kondilus pada sisi crossbite tertahan pada posisi superior dan posterior, sedangkan kondilus pada sisinon-crossbite berada pada posisi inferior dan anteriorr elatif terhadap fossaglenoid.9 Shifting mandibula dapat menyebabkan perubahan pola dan intensitas gaya fungsional yang dikenakan pada mandibula dan sendi temporo mandibular (TMJ). Pada pasien growing, pergeseran ini dapat mengubah proses remodeling mandibula dan secara bertahap menyebabkan asimetri struktur permanen.12 Adaptasi neuromuskular dari posisi mandibula dapat menyebabkan asimetri perkembangan mandibula, disharmoni fasial, dan beberapa perubahan fungsional pada otot mastikasi dan TMJ.17 Subjek crossbite posterior unilateral memiliki otot temporalis anterior lebih aktif, otot masseter lebih lemah dan tipis pada sisi crossbite.18,20 Penelitian pada kelinci menunjukkan sudut gonial mandibula dipengaruhi oleh otot mastikasi. Mandibula merespon pertumbuhan yang berbeda dari sisi yang lain dan perubahan terhadap beberapa sudut bagian seperti korpus, ramus dan kondilus sebagai adaptif respon.4 Ferro dkk mengatakan morfologi lengkung gigi merupakan kunci utama dalam diagnosis.7 Menurut Enlow pertumbuhan masing-masing daerah wajah berkaitan dengan struktural lainnya. Sebagai konsekuensinya, perubahan bagian dari komplek skraniofasial akan menghasilkan perubahan yang sama pada sisi lain. Pada akhirnya perubahan bertujuan untuk menjaga keseimbangan fungsional. Perbedaan dalam kuantitas atau arah pertumbuhan antara bagian danstruktur lainnya akan menghasilkan ketidak simetrisan.7,19,21 Ferro dkk, menunjukkan bahwa kebanyakan crossbite posterior berhubungan dengan lengkung
maksila
yang
konstriksi
simetri
dan
konstriksi
unilateral,
selain
itu
Universitas Sumatera Utara
crossbiteposterior dengan lengkung transversal maksila yang ekspansi dari lengkung transversal pada sisi crossbite secara statistik berhubungan dengan asimetri skeletal mandibula.7,19 Langberg dkk, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pada pasien dewasa dengan crossbite posterior unilateral secara signifikan memiliki asimetri dental transversal mandibula yang lebih besar.Selain itu crossbite posterior unilateral lebih banyak terjadi sebagai akibat dari ekspansi mandibula daripada kontraksi maksila.Asimetri skeletal bukanlah kontribusi utama pada crossbite posterior unilateral, melainkan asimetri dental transversal.9 Penelitian yang dilakukan oleh Rilo dkkmenyatakan bahwa pada pasien dewasa dengan crossbite posterior
unilateral
telah
mengalami
adaptasi,
sehinggadapat
mengkompensasi
crossbitetersebut dan melakukan gerakan fungsional yang normal.18 Beberapa metode seperti CBCT (Cone Beam Computer Tomograph), radiografi submentovertex, anteroposterior, fotografi, dan radiografi panoramik dapat digunakan untuk menentukan asimetri mandibula.4 Radiografi panoramik, dianggap sebagai standar untukdiagnosisdanrencana
perawatan,
baik
digunakan
olehdokter
gigidanortodontis.
Radiografi panoramik memiliki cost-benefit yang dapat diterima dengan sedikit radiasi,23 juga dapat memberikansejumlah informasiyang signifikanmengenaigigidantulang pendukung.24 Selain itu dapat digunakan untuk analisis beberapa struktur mandibula sepeti kondilus, ramus, korpus antara sisi kanan dan kiri. Beberapa penulis menyatakan bahwa pengukuran vertikal dan angular pada radiografi panoramik dapat diterima bila kepala pasien diposisikan tepat pada cephalostat.2 Radiografi panoramik memberikan hasil yang akurat dalam pengukuran sudut gonial.23 Pengukuran asimetri pada mandibula dapat digunakan metode Ramirez-Yanez yang melakukan pengukuran angulasi sudut gonial dengan radiografi panoramik.
Universitas Sumatera Utara
Dari ulasan di atas penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan lengkung transveral maksila pada pasien crossbite posterior unilateral dengan asimetri sudut gonial mandibula ditinjau dari radiografi panoramik menggunakan metode Raminez-Yanez. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan antara sudut gonial mandibula pada sisi crossbite dan sisi non crossbite pada crossbite posterior unilateral ? 2. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral ? 3. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan sudut gonialmandibula pada crossbite posterior unilateral ? 4. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan sudut gonialmandibula pada crossbite posterior unilateral ? 5. Adakah lengkung transversal maksila yang lebih banyak mempengaruhi sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sudut gonial mandibula pada sisi crossbite dan non crossbitepada crossbite posterior unilateral. 2. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. 3. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. 5. Mengetahui lengkung transversal maksila yang banyak mempengaruhi sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. 1.4 Manfaat Penelitian Secara keilmuan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi sebagai berikut: 1. Ada atau tidaknya perbedaan sudut gonial mandibula antara sisi crossbite dan non crossbitepada crossbite posterior unilateral. 2. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. 3. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. 4. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. 5. Ada atau tidaknya lengkung transversal maksila yang lebih banyak mempengaruhi sudut gonial mandibula pada crossbite posterior unilateral. Secara praktis manfaat yang diharapkan hasil penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai hubungan lengkung transversal maksila pada subjek crossbite posterior unilateral dengan asimetri mandibula dari pengukuran sudut gonial menggunakan radiografi panoramik, selain itu memberikan informasi mengenai diagnosis, prognosis, pendekatan waktu perawatan dan evaluasi baik terhadap hasil perawatan maupun bidang penelitian terhadap pasien crossbite posterior unilateral.
Universitas Sumatera Utara