BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Fenomena terkait keuangan atau mashrafiyah yang terjadi pada dekade
terakhir ini dapat dikatakan sangat merisaukan kalangan masyarakat menengah ke bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai tempat berlindung bagi umat manusia di muka bumi ini. Mengingat bahwa harga tanah dan properti pasti akan terus meningkat, maka tak dapat dipungkiri apabila harga rumah terus melambung sehingga jarang orang yang mampu membeli rumah secara tunai. Kesempatan inilah yang akhirnya dilirik oleh dunia perbankan baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah. Tujuannya untuk membiayai nasabah dalam hal kepemilikan rumah. Pencatatan yang dilakukan dalam perbankan syariah berpedoman terhadap Hadits dan Al-Qur’an yang merupakan pedoman bagi umat islam. Islam bukan berarti hanya ritual ibadah semata, tetapi merupakan ketundukan dan kepatuhan seorang hamba Allah SWT secara menyeluruh untuk menggapai tangga/derajat (sullam) yang lebih tinggi berupa kedamaian (siliim) dan kesejahteraan, kebahagiaan, dan keselamatan (Nurhayati dan Wasilah, 2011:27). Hukum-hukum Al-Qur’an bersifat abadi, melintasi zaman, tempat, dan budaya. Misalnya dalam ritual ibadah shalat dari zaman Rasul SAW sampai sekarang tetap sama, tidak tunduk pada budaya atau perkembangan zaman (Nurhayati dan Wasilah, 2011:46).
Rancangan bangun masa depan kaum muslimin dapat diraih melalui penafsiran terhadap Al-Qur’an yang senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman. Kaum muslimin berkeyakinan bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu Allah itu merupakan rahmat dan petunjuk bagi segenap bangsa yang berlaku sepanjang waktu dan di semua tempat. Apabila dewasa ini kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat muslim telah berubah, maka nilai-nilai potensial AlQur’an yang sejalan dengan fitrah manusia akan selalu relevan dengan perubahan masyarakat. Dengan demikian seluruh permasalahan hidup manusia akan dapat dijawab oleh nilai-nilai Al-Qur’an (Muhammad, 2005:80). Perlu diketahui bahwa akuntansi yang membahas tata cara dan sistem pencatatan sudah diajarkan oleh islam jauh sebelum seorang pendeta Italia bernama Luca Pacioli menulis “Double Entry Accounting System” (Nurhayati dan Wasilah, 2011:51). Ini menunjukkan bahwa kegiatan syar’i yang dulu pernah ada dan pernah diajarkan telah tersingkirkan oleh ajaran-ajaran kapitalis. Sehingga muncul pemikiran diantara kita bahwa bank-bank konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal yang diharamkan dalam agama islam. Seperti diberlakukannya bunga pinjaman (riba) yang jelas dilarang dalam agama islam karena mendapatkan keuntungan secara tidak sah yakni tidak berdasarkan kerja keras dan usaha tetapi mendapatkan keuntungan dengan hanya menunggu waktu. Hal tersebut juga mengandung unsur ketidakpastian (gharar). Namun demikian, prinsip-prinsip islam baru diterapkan pada akhir abad ke-20 walaupun sebenarnya prinsip tersebut telah diterapkan dalam sejarah perekonomian islam terdahulu.
Pada dekade akhir ini bisnis yang berjalan dibidang syariah mulai bermunculan, perbankan-perbankan yang mulanya berdiri sebagai perbankan konvensional mulai mengembangkan usahanya dibidang syariah. Ini merupakan bukti kebangkitan bisnis syariah yang akan terus berkembang di masa yang akan datang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komunitas islam terbanyak sehingga bisa menjadi salah satu pemain utama dalam menjalankan bisnis syariah. Perkembangan bisnis syariah melaju pesat untuk mengembalikan ajaran-ajaran syar’i yang dulu sempat tersingkirkan dan untuk menghindari kerusakan yang muncul akibat adanya kebohongan dan penipuan yang kerap terjadi sehingga menyengsarakan pihak lain. Perbankan syariah yang ada saat ini sangatlah banyak. Setiap bank menawarkan produk kredit pemilikan rumah (KPR) dengan akad yang berbeda untuk setiap bank. Ada yang menggunakan akad jual beli dengan pesanan khusus (Ishtishna’), sewa-beli (Ijarah Muntahiyah Bittamlik), jual-beli (Murabahah), dan penyertaan-sewa (Musyarakah Mutanaqqisah). Pada dasarnya KPR pada bank konvensional dan bank syariah memiliki tujuan yang sama yaitu memberi kemudahan dan membantu nasabah dalam pembelian rumah sesuai kebutuhan dan keinginan nasabah. Pembiayaan kepemilikan rumah pada bank syariah sebagian besar menggunakan akad murabahah (jual-beli), nasabah dapat memilih membeli rumah secara tunai atau mengangsur tergantung kemampuan yang dimiliki nasabah. Jika tidak memiliki kemampuan untuk membayar secara tunai maka bank akan membeli rumah yang diinginkan nasabah dan menjualnya kepada
nasabah dengan ditambahkan margin keuntungan yang disepakati penjual dan pembeli (Muhammad, 2005:213). Semua perlakuan yang diterapkan pada lembaga-lembaga keuangan syariah mengacu pada Al-Qur’an sebagai pedoman dan penyelamat umat manusia. Pernyataan di atas terdapat juga dalam QS Al-Baqarah:280 “dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan”. Dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan angin segar bagi praktik akuntansi di bank syariah. Sebab pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah (Muhammad, 2005:208). Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank perkreditan rakyat syariah, dan kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi di Indonesia. Hal-hal umum yang tidak diatur dalam pernyataan ini mengacu pada pernyataan standar akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (Muhammad, 2005:208). Mengingat bahwa kenyataan akan jauh berbeda dengan teori yang selama ini dikaji dan dipelajari, maka perlu adanya tindak lanjut untuk mendukung tujuan awal IAI yaitu meningkatkan kepercayaan publik terhadap bank syariah. Sehingga peneliti ingin mengkaji dan melakukan penelitian terhadap akuntansi pembiayaan kepemilikan rumah dengan akad jual-beli (Murabahah) pada Bank Syariah Mandiri Surabaya sekiranya dapat mendukung penerapan PSAK No. 102 tentang
Akuntansi Murabahah serta menyebar luaskan informasi dan gambaran umum tentang akuntansi kepemilikan rumah dengan akad murabahah pada Bank Syariah Mandiri Surabaya.
1.2
Rumusan Masalah Terkait dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana mekanisme pembiayaan kepemilikan rumah berdasarkan akad murabahah pada Bank Syariah Mandiri Surabaya? 2. Bagaimana perlakuan akuntansi atas pembiayaan kepemilikan rumah berdasarkan akad murabahah tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui mekanisme pembiayaan kepemilikan rumah berdasarkan akad murabahah pada Bank Syariah Mandiri Surabaya beserta perlakuan akuntansinya.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi
kepada pihak yang berkepentingan baik secara praktis maupun teoretis seperti berikut:
1.
Kontribusi Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana dalam melakukan pencatatan pembiayaan kepemilikan rumah pada Bank Syariah Mandiri Surabaya.
2.
Kontribusi Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang syariah, khususnya masalah yang berkaitan dengan pembiayaan dengan akad murabahah. b. Dapat dipergunakan sebagai referensi tambahan untuk mengembangkan penelitian serupa atau berbeda mengenai pembiayaan kepemilikan rumah pada bank syariah.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada mekanisme dan perlakuan akuntansi
pembiayaan kepemilikan rumah yang diterapkan pada Bank Syariah Mandiri Surabaya.