BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penerapan Free Trade Agreement (FTA) Asean-China, menurut Ekonom FEUI Faisal
Basri dalam dialog ekonomi yang digelar Universitas Paramadina dengan jakartapress.com di Hotel Sultan, Jakarta, dipastikan akan menghancurkan beberapa sektor industri nasional, serta memunculkan pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Mengapa? Karena kebijakan yang membebaskan biaya masuk impor menjadi 0% itu merupakan berkah bagi Cina untuk melakukan kolonialisme pasar di Indonesia. Kondisi ini amat menyudutkan dan merugikan industri nasional. Salah satu sektor yang menjadi tumpuan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, menurut Fazwar Bujang, adalah sektor industri manufaktur, yang juga merupakan penghasil devisa melalui ekspor serta penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini membuat sektor industri manufaktur menjadi sangat strategis, salah satunya furniture. Dikatarakan Nasyir Syar’an dalam blognya (http://jeparaworld.wordpress.com), ekspor furniture Indonesia maju, rakyat sejahtera. Mengapa? Karena industri ini : -
tergolong padat karya sehingga membuka lapangan pekerjaan yang luas
-
memiliki daya saing dibandingkan industri dari negara lain, yaitu di bidang keterampilan mengukir dan tenaga kerja yang murah
-
bahan baku (kayu, rotan) tidak tergantung dari negara lain dan pasar ekspor masih berpeluang luas
Yang cukup membesarkan hati, trend ekspor furniture Indonesia pada 2003-2007 menunjukan arah positif, yakni 5,52 %. Dan industri ini telah menyerap banyak tenaga kerja di Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Timur dan lain-lain.
1
2
Furniture Indonesia punya daya saing baik dalam differensiasi (keunikan) maupun harga. Differensiasi furniture Indonesia ini didasarkan pada para pekerja ukir yang terampil dan kekayaan ragam kayu dan serat alam. Sehingga dengan demikian, Indonesia berpotensi menghasilkan desain furniture kayu (wooden furniture design) yang unik. Tenaga kerja furniture Indonesia, mulai dari yang terampil hingga tidak terampil, tersedia dan tergolong sangat murah jika dibandingkan dengan tenaga kerja sejenis di negara lain. Dalam hal pengembangan jaringan ekspor, Indonesia telah mempunyai Badan Pengembangan Ekspor yang memiliki hubungan dengan Atase Perdagangan Indonesia dan
Indonesian Trade Promotion Center di luar negeri. Lembaga-lembaga ini telah merintis dalam mempromosikan produk-produk Indonesia, termasuk furniture di luar negeri. Pelajar-pelajar dan warga Indonesia di luar negeri juga cukup banyak. Sehingga mereka ini berpotensi untuk mengembangkan jaringan pemasaran ekspor di luar negeri. Di samping peluang dan keunggulan akan industri furniture di Indonesia, setiap perusahaan yang bergerak di sektor ini tentu memiliki persoalan masing-masing dalam menghadapi tantangan global. Persoalan-persoalan ini dapat menimbulkan suatu resiko bagi perusahaan, yaitu membawa perusahaan ke dalam suatu keadaan yang tidak pasti, dimana terdapat kemungkinan yang merugikan perusahaan. Perusahaan perlu menyadari bahwa segala benda di dunia ini memiliki resiko untuk mengalami kerusakan, termasuk perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, perusahaan perlu menganalisa resiko-resiko apa saja yang ada, berapa besar peluang resiko tersebut terjadi, beserta berapa besar kerugian yang akan dialami. Untuk resiko-resiko yang dapat menimbulkan kerugian besar ataupun memiliki peluang tinggi, perusahaan perlu menyiapkan rencana antisipasi agar aktivitas rutin perusahaan jangan sampai terlalu banyak terganggu apabila kerusakan tersebut terjadi.
3
Perusahaan dapat mengelola resiko-resiko ini dengan beberapa strategi, antara lain memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Menurut Ferry Jie, Hasan Akpolat, Deepak Sharma, dan James Irish dalam jurnalnya “How can Every Organization Manage The Operational Risk?” salah satu resiko yang paling vital untuk perusahaan yang bergerak di sektor industri manufaktur pengelolaan furniture, adalah resiko operasional. Resiko operasional menjadi isu utama setiap organisasi akhir-akhir ini karena banyak organisasi mengalami kesulitan dalam operasionalnya seperti resiko, kegagalan, dan masalah lain. Masalah tersebut akan menimbulkan kerugian. PT. HOME SPIRIT, didirikan pada tahun 2006 sebagai anak perusahaan dari THAI NATURA, S.L. yang berpusat di C/ Virgen de los Lirios, 12. 03440. IBI. ALICANTE. SPAIN. Bidang usaha perusahaan ini adalah sektor manufaktur furniture untuk orientasi ekspor. Perusahaan berdomisili di Yogyakarta dan berkantor di Jl. Yogya – Solo km 13,5 Kalasan – Yogyakarta, Indonesia. Lini bisnis dari PT. HOME SPIRIT adalah memproduksi, mendesain, dan mendistribusikan furniture dan handicrafts. Terkait dengan resiko operasional, PT. HOME SPIRIT kerap mengalami kesalahan produksi baik dalam hal warna, ukuran, maupun bentuk. Hal ini dikarenakan permintaan dari konsumen yang seringkali kurang spesifik atau mereka memang mengubah pesanannya ketika barang sudah mulai diproduksi. Selain itu kurangnya quality control pada PT. HOME SPIRIT seringkali juga menyebabkan kesalahan produksi. Kerentanan akan kesalahan produksi ini menjadi sesuatu yang paling utama yang menjadi perhatian bagi PT. HOME SPIRIT. PT. HOME SPIRIT sangat memahami mengenai pentingnya manajemen resiko operasional agar perusahaan mampu bersaing dan bertahan di dalam persaingan. Penanganan resiko operasional ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengoptimalkan kegiatan dari perusahaan agar semakin efektif dan efisien.
4
Suatu pendekatan alternatif yang penulis gunakan untuk mengukur potensi kerugian operasional adalah dengan mempergunakan distribusi Generalized Pareto Distribution (GPD). Dengan menggunakan metode ini, penulis dapat mengukur besarnya pembebanan modal resiko operasional, sehingga kemudian penulis dapat memberikan penanganan lebih lanjut mengenai masalah kerugian tersebut.
1.2
Identifikasi Masalah Berikut adalah masalah yang hendak dibahas oleh penulis, yang dapat dirumuskan
sebagai berikut : a.
Apakah resiko operasional yang paling dominan terjadi pada PT. HOME SPIRIT?
b.
Berapa besar kemungkinan resiko operasional yang paling dominan yang akan terjadi pada 2010 - 2012 pada PT. HOME SPIRIT?
c.
Berapa besar kemungkinan resiko operasional yang paling dominan yang melebihi ambang batas (threshold) pada PT. HOME SPIRIT?
d.
Berapa besar potensi kerugian dari resiko operasional (Value at-Risk) dan potensi kerugian operasional yang melebihi Value at-Risk (Expected Short Fall) yang paling dominan pada PT. HOME SPIRIT?
e.
Kebijakkan apa yang harus diterapkan / dilakukan oleh PT. HOME SPIRIT untuk mengantisipasi dan menangani resiko operasionalnya yang paling dominan?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan berdasarkan identifikasi masalah di atas adalah sebagai
berikut : a. Mengetahui jenis resiko operasional yang paling dominan yang terjadi pada PT. HOME SPIRIT.
5
b. Mengetahui seberapa besar kemungkinan resiko operasional yang paling dominan yang akan terjadi pada 2010 - 2012 pada PT. HOME SPIRIT. c.
Mengetahui seberapa besar kemungkinan resiko operasional yang paling dominan yang melebihi ambang batas (threshold) pada PT. HOME SPIRIT.
d. Mengetahui seberapa besar potensi kerugian dari resiko operasional (Value at-Risk) dan potensi kerugian operasional yang melebihi Value at-Risk (Expected Short Fall) yang paling dominan pada PT. HOME SPIRIT. e. Mengetahui kebijakkan-kebijakkan apa saja yang harus diterapkan / dilakukan oleh PT. HOME SPIRIT untuk mengantisipasi dan menangani resiko operasionalnya.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi PT. HOME SPIRIT, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakkan sehubungan dengan pengelolaan resiko operasional. b. Bagi penulis, agar memahami tentang pengelolaan resiko operasional dan akan sangat bermanfaat apabila penulis terjun ke sektor manufaktur. Selain itu juga akan berguna di sektor-sektor lain karena setiap perusahaan pasti memiliki proses operasional. c.
Bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai sumber dan informasi pelengkap dalam pemahaman manajemen resiko operasional.