BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota (Duval, 1972 dikutip dari Setiadi, 2008). Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membangun kebudayaan yang sehat. Sehingga keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga lain atau bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya (Setiadi, 2006). Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial. Keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan- tuntutan dan harapanharapan semua individu yang ada dalam unit tersebut. Sebuah keluarga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari orang tua dan anak-anaknya (Friedman, 1998). Menurut Bronfenbrenner (1979) fungsi keluarga adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga menjadi bagiannya. Hal ini menjadi satu tugas yang sulit karena harus memprioritaskan kebutuhan individu yang beraneka ragam pada saat tertentu (Friedman, 1998).
11 Universitas Sumatera Utara
Di zaman sekarang ini secara perlahan-lahan tetapi pasti telah terjadi erosi terhadap fungsi keluarga, makin sedikitnya waktu bagi orangtua untuk anak dan keluarga, serta meningkatnya angka perceraian. Sikap keluarga yang tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak-anak dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan dan kesehatan anak (Suryanto, 2008). Berdasarkan Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI Angka kematian Bayi mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 25,9 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu maternal cenderung menurun dari 5,1 per 1000 kelahiran hidup (2002) menjadi 2,0 per 1000 kelahiran hidup (2006), jumlah Angka Kematian Balita tahun 2002-2003 adalah 46 per 1000 kelahiran hidup (hasil SDKI). Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit yang terbanyak adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 9,32 %, diikuti hipertensi esensial 4,67%. Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap terbanyak adalah diare dan gastroenteritis 7,95%, diikuti demam berdarah dengue 3,64%, demam tifoid dan paratifoid 3,26% (Indonesia, 2007). Masalah-masalah kesehatan di atas dapat diatasi jika keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, seperti mengenal gangguan perkembangan dan gangguan kesehatan setiap anggotanya. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada yang sakit, cacat atau usia yang terlalu muda. Mempertahankan suasana rumah yang harmonis dan menguntungkan untuk perkembangan kepribadian anggota keluarga, serta memanfaatkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan unit pelayanan kesehatan yang ada (Suprajitno, 2004).
12 Universitas Sumatera Utara
Dalam interaksi antara keluarga dan status kesehatan anggota keluarga, keluarga merupakan kunci utama bagi kesehatan serta perilaku sehat sakit (Setiadi, 2008). Oleh karena itu, keluarga terlibat langsung dalam mengambil keputusan dan terapeutik pada setiap tahap sehat-sakit anggota keluarga. Fungsi utama keluarga dalam hal ini adalah pemeliharaan kesehatan keluarga dan saling memelihara. Menurut Friedman, keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Nilai, norma dan budaya ini juga berperan pada keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan. Setiap keluarga memiliki suku dan budaya yang berbeda. Perbedaan ini menimbulkan keunikan dalam keluarga, baik dalam menghadapi masalah kesehatan pada anggotanya maupun dalam mengambil keputusan dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Oleh karena itu pelaksanaan tugas kesehatan keluarga di dalam suatu keluarga berbeda pada setiap suku dan budaya. Hal ini dikarenakan budaya mempengaruhi keluarga dalam melakukan kebiasaan yang sudah dikenal untuk memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok. Provinsi Sumatera Utara memiliki beraneka ragam kebudayaan yang ada di dalamnya, suku Batak Toba adalah salah satu suku asli Sumatera Utara. Berdasarkan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2000 mencatat penduduk Sumatera Utara sebanyak 5.750.315 orang. Dari jumlah tersebut, suku Jawa (termasuk Betawi, Banten, Sunda, dan Madura) sebanyak 1.929.889 orang. Suku Batak Toba sebanyak 1.462.791 orang. Suku Mandailing (termasuk Angkola) sebanyak 641.863 orang. Suku Nias sebanyak 368.446. Suku Karo
13 Universitas Sumatera Utara
sebanyak 336.487 orang. Suku Melayu (termasuk Melayu Deli, Langkat, Asahan, dan Riau) sebanyak 33.487. Suku Minang sebanyak 155.237 orang. Sisanya adalah suku Simalungun, Pakpak dan Aceh (Widiantoro, 2008). Bedasarkan data di atas suku Batak Toba cukup mendominasi di Medan. Keluarga Batak Toba menganut sistem patrilineal dimana kedudukan suami sebagai kepala rumah tangga adalah tertinggi, tetapi dalam mengambil keputusan harus dimusyahwarakan bersama istri yang disebut ”Riah Tongga Jabu” (Hutasoit, 2007). Berdasarkan penelitian Rut (2008) peran ibu dalam memenuhi kebutuhan fisik, pendidikan, ekonomi rumah tangga serta sosial di dalam keluarga Batak Toba dalam kategori sangat baik. Bagi orang Batak Toba rangkaian tiga kata hagabeon, hamoraon, dan hasangapon secara eksistensial saling mendukung menjadi tujuan pedoman ideal hidup orang Batak Toba. Hanya dengan menunjukkan prestasi maka orang akan memiliki pengaruh. Itulah sebabnya keluarga Batak Toba sangat jarang meminta bantuan kepada orang lain dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah keluarga (Irmawati, 2007). Sebagian masyarakat Batak Toba sampai sekarang masih percaya apabila seorang jatuh sakit ”tondi” (roh) si sakit pergi ke suatu tempat meninggalkan tubuhnya, karena tondi itu pergi maka orang tersebut jatuh sakit. Agar orang sakit tersebut bisa sembuh, tondi-nya harus dipanggil agar masuk kembali ke dalam tubuh orang yang sakit itu (tondi mulak tubadan). Bila ada anggota keluarga yang sakit, mereka akan membawa orang yang sakit ke Baso atau Datu (orang pintar, dukun), mereka percaya Baso dapat mengembalikan roh orang sakit. Untuk mengobati penyakit, masyarakat Batak Toba juga percaya bahwa ulos tondi dari
14 Universitas Sumatera Utara
hula-hula dapat menyembuhkan penyakit. Itulah sebabnya mengapa orang Batak toba sangat hormat kepada hula-hula. Bila orang yang sakit lebih mudah, mereka perlu meminta pertimbangan kepada orang yang lebih tua untuk memecahkan masalah kesehatan tersebut. Pelayanan kesehatan saat ini sudah cukup baik, tetapi sebagian masyarakat Batak Toba yang tidak sembuh dari penyakit masih mencari pengobatan alternatif sebagai pilihan lain untuk mendapatkan kesembuhan. Dalam praktek-praktek perdukunan atau ilmu pengobatan Batak Toba biasanya menyediakan unte pangir atau jeruk purut dalam bahasa latinnya Citrus hystrix DC, daun sirih dan sebutir telur, dan air bersih yang ditaruh di dalam sebuah cawan. Bahan-bahan ini digunakan oleh seorang dukun untuk memulai proses ritual meminta petunjuk dari Sang Pencipta Alam Semesta mulajadi nabolon yang dianggap sebagai sumber pengetahuan untuk memberikan pengobatan penyakit fisik atau non-fisik. Biasanya kedua jenis pengobatan ini digabungkan dengan harapan proses kesembuhan akan berlangsung dengan cepat (Nainggolan, 2009). Berdasarkan keterangan di atas, peneliti mengetahui bahwa masyarakat Batak Toba memiliki keunikan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di dalam keluarga, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba yang cukup mendominasi di Medan. Harapannya dengan diketahuinya pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Batak Toba dapat membantu pelayanan kesehatan dalam menentukan pelayanan yang tepat dan efektif demi tercapainya kualitas kehidupan keluarga Batak Toba yang baik dan sejahtera.
15 Universitas Sumatera Utara
2. Pertanyaan Penelitian Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada keluarga suku Batak Toba? 3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada keluarga suku Batak Toba. 3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian adalah 1. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mengenal masalah kesehatan keluarga. 2. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. 3. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. 4. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian keluarga. 5. Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam hal mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan .
16 Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat penelitian 4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada keluarga suku Batak Toba.
4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Memberikan
pengetahuan
mengenai
gambaran
pelaksanaan
tugas
kesehatan keluarga pada suku Batak Toba, sehingga petugas kesehatan khususnya perawatan keluarga dapat memberikan pelayanan kesehatan keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga sesuai dengan budaya keluarga suku Batak Toba yang menerima pelayanan kesehatan tersebut.
4.4 Bagi Penelitian selanjutnya Sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.
17 Universitas Sumatera Utara