BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia tersebut balita mengalami proses pertumbuhan yang cepat sehingga memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar (Dewi, 2013). Menurut World Health Organization (WHO, 2009), di usia 2-4 tahun otak balita juga mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, apabila dalam kondisi tersebut anak mengalami hambatan maka akan berdampak pada masa-masa berikutnya. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), status gizi anak balita di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan BB/TB dengan kategori sangat kurus masih cukup tinggi yaitu 5,3%. Prevalensi anak balita kurus yaitu 6,8% , dan prevalensi anak balita gemuk secara nasional yaitu 11,9%. Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus yaitu 12,1% (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2014). Gambaran keadaan gizi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2012 adalah masih tingginya prevalensi gizi kurang yaitu 8,45%. Prevalensi balita dengan status gizi buruk pada tahun 2012 sebesar 0,56%. Meskipun angka gizi kurang di DIY telah jauh melampaui target nasional (presentase gizi kurang sebesar 15% di tahun 2015), namun penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY. Berdasarkan laporan hasil pemantauan status gizi buruk di
1
2
Kabupaten/ kota tahun 2012, memperlihatkan bahwa Kabupaten Bantul sebesar 1,6% penderita gizi buruk, Kabupaten Gunungkidul sebesar 2% penderita gizi buruk dan 3 kab/kota lain sebesar <1,5% penderita gizi buruk (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013). Status gizi anak mencerminkan petunjuk untuk mengetahui keadaan kesehatan pada anak. Status gizi dibedakan menjadi status gizi baik, status gizi kurang, dan status gizi lebih. Status gizi baik adalah jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan dikeluarkan dari tubuh sesuai dengan kebutuhan anak, status gizi kurang yaitu jumlah energi lebih sedikit dari yang dibutuhkan oleh tubuh (Arora, 2009). Balita dengan status gizi buruk masih ditemukan di Kabupaten Bantul, yaitu sebesar 1,6%. Di kabupaten Bantul, prevalensi balita yang mengalami gizi kurang paling tinggi kedua terdapat di wilayah puskesmas Banguntapan 1 yaitu sebesar 7,83% dengan jumlah 149 balita (Dinkes Bantul 2012). Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang buruk (Anisa, 2010). Menurut penelitian Gichana (2013), status gizi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu makanan, kesehatan, dan perawatan. Balita memiliki nutrisi yang optimal apabila mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi, menjangkau pelayanan kesehatan pada saat sakit, ibu merawat anak dengan benar salah satunya
3
yaitu memiliki pengetahuan yang baik dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, dan dapat memilih penitipan anak yang sesuai. Pengetahuan kebutuhan nutrisi adalah hal-hal yang diketahui ibu tentang semua makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang terdiri dari kebutuhan balita terhadap makanan yang sehat dan aman, meningkatkan perilaku makan balita dan menciptakan lingkungan yang nyaman saat balita makan (Mahan, 2008). Pengetahuan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada balita merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh orang tua terutama ibu, dimana ibu harus memahami berbagai jenis makanan, menciptakan lingkungan yang nyaman, dan dapat meningkatkan perilaku makan anak sehingga dapat memelihara kesehatan balita. Apabila orang tua memiliki kekurangan dalam pengetahuan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak, akan menyebabkan kekurangan nutrisi, sebaliknya apabila pengetahuannya baik status nutrisi balita juga akan baik (Nugroho, 2010). Menurut penelitian Gumelar (2007) tingkat pengetahuan ibu sangat berperan penting dalam menentukan pola konsumsi bagi anaknya dan pengetahuan mengenai pentingnya makanan yang mengandung zat gizi tinggi. Pemahaman pentingnya pemberian nutrisi yang baik terkadang belum sepenuhnya dipahami oleh ibu. Ada ibu yang sudah mengetahui akan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu sebesar 10% dan ada ibu yang belum mengetahui tetapi tidak mencari tahu yaitu sebesar 59,1%. Padahal seharusnya makanan yang kaya akan nutrisi diperlukan sejak ibu hamil sampai masa balita (Eka, 2013).
4
Penelitian Poppy (2009) menyebutkan bahwa dalam menangani masalah gizi dibutuhkan peran perawat komunitas. Peran perawat komunitas yaitu harus mampu memberikan dorongan secara profesional kepada klien agar mampu merubah dan memodifikasi perilaku dalam pemenuhan nutrisi. Sedangkan menurut Allender dan Spradley (2008), peran perawat komunitas dalam mengatasi masalah gizi pada populasi balita meliputi pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak balita dan pemberian informasi pada orang tua tentang tanggung jawab dalam memelihara dan kesehatan anak. Pada studi pendahuluan dilakukan pembagian kuisioner kepada ibu-ibu balita mengenai pengetahuan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Hasil dari studi pendahuluan menunjukkan bahwa 4 dari 5 orang ibu memiliki pengetahuan yang kurang dalam mengetahui kebutuhan nutrisi balitanya. Hal ini juga didukung dari hasil yang didapat pada saat studi pendahuluan di puskesmas Banguntapan 1 yaitu di wilayah tersebut balita yang mengalami gizi kurang dengan indikator kurus adalah sebanyak 51 balita. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi dengan status gizi balita usia 2-4 tahun di Puskesmas Banguntapan 1.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat dirumuskan “Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan status gizi balita di Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul”.
5
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum: Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan status gizi balita di Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul. 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi balita di Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul. b. Untuk mengetahui gambaran status gizi balita di Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian 1. Instansi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan perbaikan gizi terhadap balita dengan status gizi kurang/buruk. 2. Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi balita dan status gizi balita. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah masukan bagi institusi setempat untuk melayani kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi dan status gizi balita.
6
3. Ibu yang memiliki Balita usia 2-4 tahun Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu yang mempunyai anak balita dalam pemantauan status gizi balita. 4. Peneliti Memberikan informasi mengenai hubungan pengetahuan orang tua tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan status gizi balita, sehingga dengan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang terkait atau penelitian yang hampir serupa yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi terhadap status gizi balita antara lain yaitu : 1. Gezae et al (2014) dengan judul “Nutritional status of children under five years of age in Shire Indaselassie, North Ethiopia : Examining the prevalence and risk factors”. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui prevalensi dan mengindentifikasi faktor-faktor resiko utama mengenai malnutrisi pada balita di Shire. Penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Hasil dari penelitian adalah bahwa 55,6% balita memiliki status gizi buruk, dan balita dengan
status
gizi
kurang berjumlah 20,9%. Faktor utama
yang
mempengaruhi stunting pada balita dalam penelitian ini adalah umur balita, pendidikan ibu, pekerjan ibu, inisiasi menyusui dini (IMD), sedangkan faktor-
7
faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada balita adalah status pernikahan ibu, penyakit infeksi, dan inisiasi menyusui dini (IMD). Perbedannya yaitu: penelitian ini meneliti pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi balita usia 2-4 tahun, lokasi penelitiannya di Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. 2. Taha et al (2014), dengan judul “Prevalence of malnutrition among children under five years old in Khartoum State, Sudan”. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui prevalensi balita yang mengalami malnutrisi di Khartoum State, Sudan. Jenis penelitian yaitu observasional dengan rancangan cross sectional, pengambilan data dengan menggunakan kuisioner dan pengukuran antropometri. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian adalah bahwa faktor sosial ekonomi, pengetahuan, dan asupan makanan yang diberikan oleh ibu dapat menyebabkan peningkatan status gizi buruk, terdapat 20,9% balita mengalami status gizi buruk, dan balita dengan status gizi kurang berjumlah 15,4%. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu tujuannya untuk mencari hubungan pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan status gizi balita 2-4 tahun, lokasi penelitian di Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul. Tehnik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. 3. Augustina et al (2010), dengan judul “Mothers Nutritional knowledge, Complementary Feeding Practices and Nutritional Status of Children in Lagos State, Nigeria”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti efek
8
pengetahuan ibu dan pemberian makanan tambahan pada status gizi bayi. Desain penelitian ini adalah cross sectional, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner pengetahuan, kuisioner praktik pemberian makan dan pengukuran antrophometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu cukup baik, mendapatkan informasi dari pusat penitipan anak. Praktik pemberian makanan tambahan tidak terpenuhi. Sekitar 16% dari mereka memperkenalkan makanan tambahan sebelum anak berusia 4 bulan . Berdasarkan BB/U bayi yang status gizi kurang berjumlah 1,4% dan 6,3% dengan status gizi buruk. Pengetahuan ibu memiliki pengaruh yang positif terhadap status gizi anak-anak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah sampel yang digunakan pada penelitian Augustina et al adalah usia 0-6 bulan, sedangkan pada penelitian ini adalah usia balita 2-4 tahun di puskesmas Banguntapan 1, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kuisioner pengetahuan dan pengukuran antropometri berdasarkan BB/TB. 4. Penelitian Nurcan et al (2013), dengan judul penelitian “ The Effects Of Mother’s Nutritional Knowledge On Attitudes And Behaviors Of Children About Nutrition”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku ibu tentang pengetahuan gizi terhadap nutrisi anak. Sampel penelitian adalah anak-anak usia 12 tahun sebanyak 302 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi memberikan makan kepada anak mereka berupa sayur, buah-buahan, makanan dengan rendah gula dan lain-lain, sedangkan ibu yang memiliki
9
pengetahuan yang lebih rendah tidak berperilaku sama. Tingkat pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah sampel yang digunakan pada penelitian Nurcan et al adalah usia 12 tahun, sedangkan pada penelitian ini adalah usia balita 2-4 tahun di puskesmas Banguntapan 1.