BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang sangat penting (Riskesdas, 2013). Pada masa ini, anak juga mengalami periode kritis. Berbagai bentuk penyakit, kekurangan gizi, serta kekurangan kasih sayang maupun kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap sampai masa dewasa bahkan sampai usia lanjut (Depkes, 2013). Penelitian terkini menunjukan masalah-masalah yang sering terjadi pada orang dewasa berkaitan dengan masa kanak-kanak mereka (Irwin, 2007). Dalam Lancet 2007, lebih dari 200 juta anak di dunia tidak mencapai perkembangan yang optimal pada usia 5 tahun pertama (WHO, 2012a). Untuk mencapai perkembangan yang optimal, setiap anak memerlukan perhatian, penjagaan dari bahaya, kasih sayang, perhatian, kesempatan untuk belajar, stimulasi, dan menghilangkan faktor-faktor pengganggu. Faktor yang menyebabkan terganggunya perkembangan anak antara lain: malnutrisi, kekurangan iodin dan zat besi, serta stimulasi yang tidak adekuat pada lima tahun pertama (Jolly, 2007). Stimulasi hendaknya diberikan sejak dini dan sesuai perkembangan anak (Soetjiningsih, 2013; WHO, 2012) yang meliputi kemampuan gerak kasar dan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2012). Menurut penelitian Briawan & Herawati (2008) masih banyak anak yang belum mendapat stimulasi, yaitu hanya sekitar 48–72%
1
2 keluarga yang memberikan stimulasi. Stimulasi yang dilakukan orang tua atau caregiver secara signifikan berhubungan dengan perkembangan anak salah satunya menurut penelitian Page et al., (2010) menyatakan bahwa stimulasi dapat meningkatkan fungsi kognitif anak. Perkembangan anak juga tidak terlepas dari peran caregiver atau orang yang merawat balita (Soetjiningsih, 2013; WHO, 2012c). Caregiver paling banyak diperankan oleh orang tua atau keluarga terdekat anak. Mereka seharusnya bisa mengenali dan memahami tentang kebutuhan anak serta berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak (WHO, 2012c) sehingga dapat memberikan asuhan yang berkualitas pada anak. Kualitas asuhan ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan caregiver (Nicholson et al., 2006) dan sosio ekonomi keluarga (Rindermann & Baumeister, 2015). Perkembangan anak balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius karena jumlah balita di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2013 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 248.422.956 jiwa, sekitar 23 juta jiwa diantaranya merupakan anak balita. Jumlah balita ini termasuk cukup tinggi bila dibanding dengan kelompok usia lain. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jumlah balita usia 0-4 tahun mencapai lebih dari 250 ribu jiwa (Riskesdas, 2013). Sekitar 23% dari jumlah balita di DIY mengalami masalah pertumbuhan yaitu stunting moderate dan parah (UNICEF, 2012). Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta tahun 2014, masih cukup banyak anak balita di Kota Yogyakarta yang mengalami gizi kurang dan gangguan pertumbuhan. Sekitar 7,26% balita di Kota Yogyakarta mengalami gizi
3 kurang dan berdasar indikator berat badan/umur sebanyak 10,51% balita masuk kategori pendek. Salah satu wilayah yang memiliki masalah gizi kurang dan balita pendek cukup banyak adalah wilayah Puskesmas Matrijeron. Dalam penelitian Huriah (2015) disebutkan bahwa puskesmas Mantrijeron memiliki jumlah balita malnutrisi yang lebih banyak daripada puskesmas lain di wilayah Kota Yogyakarta. Dari jumlah balita di wilayah puskesmas tersebut sebanyak 8,35% mengalami gizi buruk dan 13,72% masuk kategori pendek. Masalah pertumbuhan yang terjadi pada anak seperti masalah gizi, dapat mempengaruhi perkembangannya (UNICEF, 2012). Menurut penelitian Rahayu (2014), balita yang memiliki pertumbuhan normal mayoritas mempunyai perkembangan yang sesuai yaitu sebanyak 63%. Anak yang pertumbuhannya baik akan kelihatan aktif secara fisik maupun sosial. Anak juga dapat melakukan gerakan motorik kasar dan motorik halus dengan baik karena pertumbuhan otot dan tulang yang baik. Hasil dari studi pendahuluan di Puskesmas Mantrijeron juga menunjukan bahwa beberapa anak yang mengalami masalah pertumbuhan seperti gizi kurang juga memiliki hasil KPSP yang meragukan. Dalam rangka menangani masalah tersebut, Kota Yogyakarta yang sudah mendapat penghargaan sebagai kota layak anak kategori madya sudah menyadari bahwa anak merupakan aset yang berharga (Portal Pemerintah Kota Yogyakarta, 2012; 2013). Dikatakan sebagai kota layak anak berarti Kota Yogyakarta sudah mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan program dan
4 kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak (Kota Layak Anak, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan, salah satu upaya yang sudah dilakukan yaitu pelatihan program DDTK pada kader, namun program tersebut tidak berjalan dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain karena kurangnya pemantauan dari Puskesmas dan kurangnya kepercayaan diri kader dalam melaksanakan program tersebut. Di wilayah Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta sendiri pernah dilaksanakan program Kelompok Ibu Pendamping Gizi (KLIPING), namun program yang dilaksanakan selama dua bulan ini kurang efektif dalam meningkatkan perkembangan balita malnutrisi di wilayah tersebut (Kunak et al., 2014). World Health Organization (WHO) bersama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyediakan panduan tentang Care for Child Development (CCD) untuk memberikan konseling pada keluarga atau caregiver tentang perawatan pada balita (WHO, 2012b). Konseling pada caregiver ini akan diberikan oleh kader posyandu yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan CCD tentang cara pemberian makan yang tepat, berinteraksi dengan anak, berespon efektif jika anak sakit, menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui kegiatan bermain dan komunikasi serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perawatan pada anak (WHO, 2012c). Konseling tentang perawatan pada perkembangan anak diharapkan mampu untuk meningkatkan pengetahuan caregiver tentang cara menstimulasi dan berinteraksi yang baik dengan anak sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan anak balita.
5 Pelatihan dan penerapan CCD sudah dilakukan di beberapa negara seperti Kazakhstan, Tajikistan, Kyrgyztan, Moldova, Pakistan, and Mali. Penerapan program CCD ini terbukti efektif dan efisien dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak serta berdampak positif terhadap orang tua, lingkungan dan petugas kesehatan (WHO & UNICEF, 2013). Penerapan program CCD di Indonesia belum pernah dilakukan, sehingga peneliti tertarik untuk memberikan intervensi pelatihan CCD di Indonesia khususnya di wilayah Kota Yogyakarta sehingga kader dapat memberikan konseling kepada caregiver. Salah cara untuk mengevaluasi pelatihan dan konseling yang diberikan oleh kader adalah dengan menilai tingkat pengetahuan dan sikap (Kirkpatric, 2008) caregiver, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh konseling kader terhadap pengetahuan dan sikap caregiver. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah “Apakah terdapat pengaruh konseling Care for Child Development (CCD) oleh kader terhadap pengetahuan dan sikap caregiver di Kota Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konseling Care for Child Development (CCD) oleh kader terhadap pengetahuan dan sikap caregiver di Kota Yogyakarta.
6 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a.
Mengetahui perbedaan pengetahuan caregiver tentang perkembangan anak
sebelum dan sesudah mendapat konseling dari kader dibandingkan dengan kelompok kontrol b. mengetahui perbedaan sikap caregiver tentang perkembangan anak sebelum dan sesudah mendapat konseling dari kader dibandingkan dengan kelompok kontrol
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, kajian pustaka dan bahan bacaan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terkait pentingnya pengetahuan dan sikap caregiver tentang tumbuh kembang anak balita. 2. Manfaat praktis Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai
tingkat
pengetahuan
dan
sikap
caregiver
tentang
perkembangan anak balita. Selain itu sebagai bahan masukan untuk perencanaan dan pengembangan kebijakan kesehatan terkait dengan peran caregiver terhadap perkembangan anak balita dan penerapan program pelatihan CCD di wilayah lain di Indonesia.
7 3. Manfaat bagi peneliti Meningkatkan pengetahuan dan keilmuan penulis dalam melakukan penelitian selanjutnya, terutama terkait perawatan dalam perkembangan anak.
E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai pengetahuan dan sikap caregiver tentang perkembangan anak sebelum dan sesudah mendapat konseling dari kader yang telah mengikuti pelatihan Care for Child Development (CCD) belum pernah dilakukan di Indonesia, namun ada beberapa penelitian serupa yang pernah
dilakukan,
antara
lain:
Tabel 1. Keaslian penelitian Judul (Sofiana & Noer, 2012) Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Sebelum dan Setelah Konseling Gizi Pada Balita Gizi Buruk
Tujuan Penelitian Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi buruk sebelum dan setelah konseling gizi
Metode Penelitian Quasy Experimental dengan desain One Group Pre Post Test. Pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam terhadap 26 orang yang dipilih menggunakan total sampling dari ibu balita yang mengikuti program penanggulangan gizi buruk.
Hasil Penelitian Setelah konseling gizi, pengetahuan ibu meningkat sebesar 34,6%, sedangkan sikap ibu meningkat sebesar 57,7%. Peningkatan perilaku ibu menjadi baik.
Persamaan Pemberian konseling pada ibu atau caregiver. Variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dan sikap
Perbedaan Pada penelitian Sofiana dan Noer, konseling yang diberikan berupa konseling gizi dan tanpa menggunaka n kelompok kontrol sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan mengenai konseling perkembang an anak.
8
Tabel 1. Lanjutan Judul (Sumargi et al., 2009) Pelatihan Pembimbingan Anak Usia Dini dan Pemahaman serta Perilaku Pengasuh Terhadap Anak
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh pelatihan pembimbingan anak usia dini terhadap pemahaman dan perilaku pengasuh terhadap anak.
Metode Penelitian Quasy Experimental yaitu dengan subjek sebanyak 30 orang pengasuh anak di Surabaya. Mereka mengikuti 12 kali sesi pelatihan pembimbingan anak usia dini masing – masing selama 3 jam.
Hasil Penelitian Meningkatkan pemahaman dan perilaku pengasuh terhadap anak yang disebabkan topiktopik bahasan dalam pelatihan relevan dengan kebutuhan pengasuh, metode penyampaiannya bervariasi dan melibatkan peserta secara aktif.
Persamaan Metode penelitian yang digunakan yaitu Quasi eksperimental. Subjek penelitian yaitu pengasuh anak usia dini
Perbedaan Pada penelitian yang akan dilakukan menggunaka n kelompok kontrol dan intervensi yang diberikan berupa konseling CCD serta variabel yang akan diteliti berupa pengetahuan dan sikap caregiver
9
Tabel 1. Lanjutan Judul (Blue et al., 2015) Genetic counselling in parents of children with congenital heart disease signi cantly improves knowledge about causation and enhances psychosocial functioning
Tujuan Penelitian Menilai efektifitas konseling genetik individual dalam meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyebab dan fungsi psikososial anak dengan penyakit jantung bawaan
Metode Penelitian Experimental Sebanyak 94 responden diberi konseling genetik secara individu. Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu sebelum konseling, langsung setelah konseling, dan dua bulan setelah konseling.
Hasil Penelitian Skor pengetahuan secara signifikan mengalami peningkatan dari pre test (x= 7,38/16, SD= 3,53) ke post test (x= 13,33/16 SD= 2,82).
Persamaan Pemberian konseling secara individu. Variabel yang diteliti yaitu pengetahuan
Perbedaan Pada penelitian Blue et al., konseling yang diberikan berupa konseling genetik dan tanpa menggunaka n kelompok kontrol sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan mengenai konseling perkembang an anak dan terdapat kelompok kontrol. 10
Tabel 1. Lanjutan Judul (Abdurahmah, 2012) Pengaruh metode diskusi kelompok fungsional terhadap pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita di Posyandu Margirahayu IV
Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh metode diskusi kelompok fungsional terhadap pengetahuan ibu
Metode Penelitian Quasy Experiment dengan desain Nonrandomized Control Group PretestPosttest. Jumlah sampel dalam penelitian Abdurahmah sebanyak 32 oranng pada masing-masing kelompok yang dipih menggunakan teknik purposive sampling
Hasil Penelitian Meningkatkan pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dengan nilai p (0,000) < 0,05 dan ratarata skor pengetahuan ibu yang meningkat dari 11,94 menjadi 15,78.
Persamaan Variabel yang diukur: pengetahuan mengenai tumbuh kembang balita
Perbedaan Pada penelitian yang akan dilakukan menggunaka n intervensi konseling CCD yang diberikan oleh kader
11