BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Syed Huq, 2010). Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian dalam penyakitpenyakit golongan kanker. Bahkan kanker jenis ini bertanggung jawab atas 18,7% kematian oleh akibat kanker (WHO, 2004). Kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat bagi kaum pria di Amerika Serikat. Pada penelitian tahun 2005 sebanyak 84,6 % pria dari semua golongan ras menderita kanker paru dan bronkus. Untuk pria dengan ras kulit putih, didapatkan angka kejadian kanker paru sebesar 83,9% sedangkan untuk pria dengan ras kulit hitam angka kejadiannya sebesar 101,6%. Risiko untuk menderita kanker paru adalah 23 kali lebih besar di antara pria yang merokok dan 13 kali lebih besar di antara wanita yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok (CDC, 2005). Menurut WHO, merokok merupakan salah satu ancaman paling besar bagi kesehatan masyarakat yang dihadapi oleh dunia. Ada lebih dari satu miliar orang yang merokok di dunia dan sekitar setengah anak-anak dunia menghirup udara yang telah dicemari oleh asap rokok. Lebih dari 80% perokok dunia adalah yang berada di Negara dengan pendapatan rendah sampai menengah. Merokok sendiri telah
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kematian 5,4 juta orang dalam setahun dan 100 juta kematian telah disebabkan oleh merokok dalam abad ke-20. Jika hal ini berlanjut, maka kematian akan mencapai satu miliar dalam abad ke-21. Kematian akibat merokok akan meningkat lebih dari 8 juta setahun dalam tahun 2030 mendatang dan 80% dari kematian itu akan terjadi di Negara sedang berkembang. Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain – lain. Dari beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insisden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Anak-anak yang terpapar dengan asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar (Amin ,2006). Menurut WHO, merokok pada usia muda akan meningkatkan risiko dari kanker paru. Untuk sebagian besar kasus kanker paru yang berhubungan dengan merokok, risiko akan semakin meningkat apabila individu masih melanjutkan kebiasaan merokok. Kebanyakan dari perokok mulai mengkonsumsi rokok sebelum mereka mencapai usia dewasa. Seperempat dari perokok muda pertama kali menghisap rokok sebelum mereka mencapai usia sepuluh tahun. Ada beberapa faktor yang berperan yaitu iklan dan promosi dari perusahaan rokok, mudahnya akses untuk mendapatkan rokok, dan harga yang murah. Adanya tekanan-tekanan dari kelompok yang sebaya juga berpengaruh, sehingga muncul anggapan bahwa merokok adalah sesuatu yang normal di antara kelompok sebaya dan jika tidak merokok akan membuatnya rendah diri. Bahkan jika ada orang tua yang merokok juga akan mempengaruhi anak untuk
Universitas Sumatera Utara
merokok di usia muda. Semakin muda usia seseorang merokok, semakin besar risiko terkena penyakit yang diakibatkan oleh rokok seperti kanker dan penyakit jantung (WHO, 2001). Di Indonesia, kebiasaan merokok ini sebagian besar (68,8%) dimulai sebelum umur 19 tahun, yaitu saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok adalah sekitar 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring bertambahnya umur dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2% (1519 tahun), melonjak ke 60,1% (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara tahun 1995-2001, lebih tinggi dari kelompok manapun (Depkes, 2001). Proporsi penduduk Provinsi Sumatera Utara umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari sebesar 23%. Di kota Medan proporsi penduduk di atas 10 tahun yang merokok adalah sebesar 19,3%. Di kabupaten Nias (16%) terendah dibanding dengan kabupaten/kota lainnya, sedangkan Kabupaten Karo (41%) tertinggi dari kabupaten/ kota yang lain. Proporsi merokok tiap hari sudah dimulai sejak umur 1014 tahun, yang kemudian meningkat menjadi 14% pada umur 15-24 tahun, proporsi merokok terus meningkat seiring bertambahnya umur dan pada puncaknya pada umur 45-54 tahun (36,6%). Selanjutnya proporsi merokok menurun setelah umur 54 tahun. Perokok umumnya pada laki-laki, dan menurut pendidikan terbanyak pada berpendidikan tamat SMA (29,3%), selanjutnya tamat SMP (Riskesdas, 2007). Pelajar SMA tersebar di sekolah negeri dan swasta, di mana karakteristik antara sekolah negeri dan swasta sangat berbeda. SMA Negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan SMA Swasta dikelola oleh pihak swasta. SMA Negeri dengan SMA Swasta kemungkinan memiliki perbedaan dalam hal tingkat sosial-ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari uang sekolah mereka, di mana pada SMA Negeri bisa hanya berkisar beberapa puluh ribu rupiah, sedangkan untuk SMA Swasta bisa berkisar hingga ratusan ribu rupiah. Dari uang sekolah itu, bisa kita lihat
Universitas Sumatera Utara
bahwa kesempatan jajan yang dimiliki oleh pelajar SMA Swasta mungkin lebih besar dibanding dengan pelajar SMA Negeri. Kesempatan untuk jajan bisa digunakan dalam banyak hal, meliputi makanan, berbelanja ataupun membeli rokok. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap dari para pelajar SMA baik di sekolah swasta maupun negeri mengenai merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja teerhadap rokok sebagai faktor risiko kanker paru. Oleh karena itu, maka masalah yang dapat dijabarkan dalam rumusan: a. Bagaimana pengetahuan para pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru? b. Bagaimana sikap para pelajar SMA terhadap merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar SMA akan bahaya dari merokok yang bisa menyebabkan terjadinya kanker paru di kota Medan. b. Untuk mengetahui bagaimana sikap pelajar SMA dalam menyikapi kebiasaan merokok yang telah menjadi sebuah trend di kalangan remaja di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Sebagai masukan dan informasi bagi pihak sekolah baik swasta maupun negeri dalam menyikapi para palajarnya yang merokok. b. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang rokok di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara