BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari Informasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker pada orang dewasa (National Stroke Association, 2009). Menurut American Heart Association dalam Japardi (2002), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun. Di negara-negara berkembang, jumlah penderita stroke cukup tinggi dan mencapai dua pertiga dari total penderita stroke di seluruh dunia (WHO, 2004). Dari data Departemen Kesehatan R.I. (2009), prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009). Di Indonesia, seiring dengan kemajuan pembangunan fisik yang dicapai, terjadi pula pergeseran pola hidup disertai semakin meningkatnya usia harapan hidup. Akibat perubahan tersebut, terjadi pula pergeseran pola penyakit. Stroke, yang insidensinya cenderung terus meningkat, telah menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Menurut SKRT 1995, stroke merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia (Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 1999). Sampai saat ini stroke masih merupakan masalah kesehatan yang serius. Stroke dengan serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Selain itu stroke juga sebagai penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut (Gorelick, 1995). Dilihat dari kelompok umur, di Indonesia, penderita stroke tersebut terbanyak pada kelompok umur yang produktif. Apabila mortalitas dan cacat yang terjadi dapat diatasi maka penderita stroke yang produktif tersebut masih dapat meneruskan kariernya untuk mendapatkan penghasilan dalam menghidupi keluarganya, menyumbangkan pikiran dan darma baktinya kepada nusa dan bangsa. Dengan penanganan stroke yang baik, cepat dan tepat, berarti dapat mengatasi berkurangnya sumber daya manusia yang potensial dalam masyarakat Indonesia (Lamsudin, 2000). Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, herediter dan ras/etnis, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah riwayat stroke, hipertensi, penyakti jantung, DM, stenosis karotis, TIA, hiperkolesterol, penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, merokok, alkoholik, penggunaan narkotik, antibodi anti fosfolipid, hiperurisemi, peninggian hematokrit dan peninggian kadar fibrinogen (Kelompok Studi Serebovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 2001). Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). Obesitas dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, dan kemakmuran. Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan ataupun obesitas sudah menjadi hal biasa di dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan beberapa kanker (WHO, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Orang dengan obesitas cenderung memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes, yang secara keseluruhan akan meningkatkan risiko terjadinya stroke (National Stroke Association, 2009). Dengan menggunakan IMT sebagai variabel, para peneliti mendapatkan bahwa subjek yang ikut serta dalam The US Physicians Health Study dengan IMT ≥27,8 kg/m2 memiliki risiko yang lebih besar secara bermakna untuk stroke iskemik dan hemoragik (Price, 2006). Insidensi obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Diduga bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju (Sugondo, 2009). Sedangkan menurut RISKESDAS (2007), prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%. Untuk memperkirakan kelebihan berat badan seseorang, terdapat banyak cara yang dapat digunakan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT diukur dengan cara berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadarat (m2). Menurut WHO, nilai IMT 25-29,9 kg/m2 dikatakan sebagai pra-obese dan nilai IMT≥30 kg/m
2
sebagai obesitas. Dalam
melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan etnik. Menurut kriteria Asia Pasifik (2000), dikatakan obesitas jika ≥25 IMT kg/m2. Metode lain adalah pengukuran lingkar perut, lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Menurut National Stroke Association (2009), kejadian stroke dapat dicegah sampai 80%. Pencegahan yang paling mungkin dilakukan adalah terhadap faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang salah satunya adalah obesitas. Dengan mengetahui hubungan antara obesitas dan stroke, maka kejadian stroke dapat dicegah baik di tingkat primer maupun sekunder. Hal inilah yang mendorong
Universitas Sumatera Utara
penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu untuk melihat gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran obesitas pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui distribusi frekuensi stroke berdasarkan lingkar perut. 2. Mengetahui distribusi karakteristik pasien stroke yang obesitas. 3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis stroke yang terjadi (iskemik dan hemoragik) pada pasien stroke yang obesitas.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian dan pengetahuan mengenai gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pencegahan penyakit stroke. 3. Data penelitian yang didapat, diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan ataupun masukan bagi peneliti berikutnya.
Universitas Sumatera Utara