BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak asing lagi. Banyak orang yang mengisi waktu senggangnya atau untuk mencari hiburan dari kegiatan sehari-hari dengan menonton film. Seperti yang dikatakan Agee dan kawan-kawannya, yang dikutip oleh Elvinaro Ardinanto, dan kawan-kawan bahwa Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di America Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Film di Amerika di produksi di Hollywood. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orangorang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.1 Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsipprinsip fotografi dan proyektor. Hiebert dan kawan-kawan mengatakan yang
1
Elvinaro Ardianto, dkk, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama, Bandung, hal 143
1
2
dikutip oleh Elvinaro Ardianto dan kawan-kawan, film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun1903. Lalu Effendy mengungkapkan yang dikutip kembali oleh Elvinaro Ardianto dan kawan-kawan bahwa, apabila film permulaannya merupakan film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara yang pertama meskipun belum sempurna.2 Dari catatan sejarah perfilman indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada Tahun 1926 oleh David. Pada Tahun 1927/1928 Krueger Corporation memproduksi film Eulis Atjih, dan sampai tahun 1930, masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat, dan Pareh. Film-film tersebut merupakan film bisu dan diusahakan oleh orang-orang Belanda dan Cina. Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar berdasarkan naskah seorang penulis Indonesia Saerun.3 Jumlah film Indonesia yang beredar di bioskop hingga akhir 2008 diperkirakan mencapai 100 judul. Ini adalah sebuah angka yang tinggi dalam kurun 10 tahun terakhir. Tingginya jumlah produksi film ternyata dipicu oleh tingginya animo penonton untuk menonton film indonesia. Dari sejarah panjangnya, perempuan memang ditakdirkan sebagai pemanis dalam sebuah film. Pada tahun 1934 sampai 1994 2
Elvinaro Ardianto, dkk, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama, Bandung, hal 143 - 144 3 Ibid, hal 144
3
perempuan identik dengan film horror, namun semenjak tahun 2000 film horror tidak lagi selalu menggunakan perempuan sebagai pusat kisah. Namun di era reformasi film terus menerus menjadi lahan untuk kesetaraan gender. Satu nama perempuan yang tak bisa dilepaskan dari kisah film horor tahun 1970-an adalah Suzanna. Artis bernama lengkap Suzanna Martha Frederika van Osch ini adalah figur yang dijuluki sebagai “Ratu Film Horor Indonesia” karena keterlibatannya dalam sejumlah produksi film bertema hantu yang bisa dibilang menuai sukses di pasaran sebagai film yang laku di jual. Setelah dekade tahun 1970-an, artis perempuan masih terus menjadi tokoh utama dalam film-film horor. Memasuki dekade 2000, memang film horor tak lagi selalu menggunakan perempuan sebagai pusat kisah. Tokoh perempuan dalam film di Indonesia yaitu, film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang di perankan oleh Dian Sastro. Lalu pada tahun 2009 muncul sebuah film yang mengangkat kisah tentang perempuan yaitu, film Perempuan Berkalung Sorban yang diperankan oleh Revalina S. Temat. Pada tahun 2013 muncul kembali film tentang perempuan yaitu, film Laura & Marsha. Film Laura & Marsha adalah film yang di perankan oleh Prisia Nasution sebagai Laura dan Adinia Wirasti sebagai Marsha. Film ini bertemakan road movie atau film tentang perjalanan. Yang menariknya film ini di produksi oleh mayoritas kaum perempuan, Dinna Jasanti sebagai Sutradara, Titien Wattimena sebagai Penulis Naskah, Leni Lolang sebagai
4
Produser dan Prisia Nasution serta Adinia Wirasti sebagai pemeran utamanya. Film ini juga mendapatkan penghargaan dari FFI (Festival Film Indonesia) Tahun 2013 sebagai pemeran utama wanita terbaik yang dimenangkan oleh Adinia Wirasti. Film ini bercerita tentang dua sahabat dari SMA yaitu, LAURA (Prisia Nasution) dan MARSHA (Adinia Wirasti). Laura adalah wanita karier dalam bidang jasa trevel and tour yang harus bekerja untuk anak perempuan semata wayangnya semenjak dia menjadi orang tua tunggal selama empat tahun. Sedangkan Marsha adalah seorang penulis buku tentang trevelling yang telah di tinggal meninggal dunia oleh ibu kandungnya. Keinginan yang sangat dalam ke Eropa untuk mengenang kepergian ibunya. Perjalanan dimulai, perselisihan-perselisihan kecil muncul. Aturanaturan ditetapkan Laura, dan Marsha dengan santainya mengiyakan. Persahabatan dari SMA ternyata tidak menjamin keduanya sama-sama terbuka satu sama lain. Ada maksud yang tak mereka jelaskan dari perjalanan ini. Tanpa diketahui Marsha, Laura sebenarnya punya alasan khusus hingga akhirnya ia setuju ke Eropa. Hal ini membuat mereka berada disatu titik pertengkaran yang hebat. Perjalanan ke Eropa tidak semulus yang mereka duga. Kejadian demi kejadian membuat mereka sebenarnya menemukan apa yang mereka cari. Dari tiap negara yang mereka datangi membawa cerita dan kejutan tersendiri untuk mereka yang akhirnya tanpa mereka sadari itulah
5
yang mereka cari. Semua yang terjadi merupakan ujian dari persahabatan itu. Pencarian arti cinta, makna hidup dan makna perjalanan yang sebenarnya. Dari uraian definisi, teori, dan fenomena yang diuraikan diatas, maka dari itu penulis ingin mengetahui adakah pesan atau ideologi yang tersembunyi dari film Laura & Marsha karena banyak mengangkat tokoh perempuan. Dengan tim produksi yang banyak di kerjakan oleh perempuan mulai dari produser, sutradara, dan penulis naskah. Adakah maksud yang ingin disampaikan melalui film ini karena banyaknya tokoh perempuan yang dimainkan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis wacana kritis dengan teori semiotika Roland Barthes untuk digunakan sebagai gambaran dalam meneliti. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes karena, Roland barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Ada pula aspek mitos yang di ungkapkan oleh Roland Barthes. Lalu peneliti mengaitkan dengan teori feminisme eksistensialis karena dalam teori ini mengungkapkan bahwa perempuan baik pekerja maupun sebagai ibu dan istri cenderung narsis atau eksis agar tetap dipandang sebagai perempuan.
6
1.2
Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana Feminisme Eksistensialis dalam Film Laura & Marsha Tahun 2013 ?”.
1.3
Identifikasi Masalah
Peneliti mengidentifikasikan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah adanya kecenderungan feminisme dalam Film Laura & Marsha dan bagaimana peneliti menggambarkannya.
1.4
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui, mendeskripsikan, menguraikan, menjabarkan Feminisme
Eksistensialis dalam Film Laura & Marsha Tahun 2013.
1.5
Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah ilmu dan pengetahuan baru bagi para pekerja di industri broadcasting atau penyiaran, lebih khususnya bagi para pekerja industri perfilman. Mendeskripsikan, menguraikan, dan menjabarkan sejauhmana Feminisme Eksistensialis dalam
7
Film Laura & Marsha Tahun 2013. Diharapkan pula dapat menjadi sebuah sumber informasi baru bagi para pembacanya.
1.5.2
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber bacaan baru bagi
para pembacanya dan dapat menjadi salah satu sumber penambah wawasan. Tentunya semoga dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa yang akan datang.