1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Setiap
perusahaan
mempunyai
tujuan
untuk
meningkatkan
nilai
perusahaan, salah satunya adalah mengoptimalkan nilai pemegang saham. Dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wahyudi dan Pawestri (2006) dalam jangka panjang perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan, kepercayaan publik terhadap perusahaan akan tercermin dari seberapa besar harga saham, harga saham ditentukan oleh seberapa besar nilai perusahaan dan nilai pemegang saham. Berbicara soal kepercayaan publik, penting bagi perusahaan asuransi untuk mendapatkan kepercayaan publik karena perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan yang dimana masyarakat mempercayakan kepada perusahaan untuk mengelola sejumlah dananya. Dalam hal ini masyarakat akan memilih perusahaan asuransi yang memiliki reputasi yang baik. Reputasi menjadi faktor sangat penting bagi perusahaan asuransi, karena bila berbicara tentang asuransi, pastinya berbicara juga tentang kepercayaan dan kepercayaan itu hanya ada di perusahaanperusahaan asuransi yang memiliki reputasi yang baik. Reputasi yang baik mencakup, bagaimana status perusahaan tersebut di mata publik dan hukum. Observasi, apakah konsumen atau nasabah terkini dari perusahaan asuransi itu, mengalami kekecewaan selama berinteraksi dengan perusahaan asuransi tersebut.
1
2
Perusahaan asuransi yang memiliki reputasi yang baik, pastinya akan menarik minat masyarakat untuk membeli polis di perusahaan asuransi tersebut. Banyaknya masyarakat membeli polis asuransi dapat meningkatkan pertumbuhan aset, pertumbuhan premi dan pertumbuhan nasabah yang akan berdampak pada keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan yang didapat perusahaan pasti juga akan dirasakan oleh pemegang saham melalui pembagian dividen. Para pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan dan merasa diuntungkan dari pembagian dividen sehingga akan mempengaruhi harga saham perusahaan yang secara tidak langsung akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain meningkatnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh tingginya nilai pemegang saham. Pengaruh nilai pemegang saham terhadap nilai perusahaan juga dikemukakann oleh Soliha dan Taswan (2006) menyatakan bahwa tingginya tingkat kemakmuran pemegang saham mencerminkan tingginya nilai perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan yaitu menjaga kepercayaan dan kredibilitas perusahaan di mata publik dengan cara berbagi informasi perusahaan. Hal ini akan membuat pasar percaya pada prospek perusahaan dimasa depan. Nilai perusahaan juga disebut nilai pasar perusahaan merupakan harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi. Azhari (dalam Kusumadilaga, 2010) menyatakan bahwa nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai pasar perusahaan dapat diukur menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik.
3
Nilai Tobin’s Q menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, et al 1989) atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin dan Brainard, 1968; Tobin, 1969). Dalam penilitian ini Tobin’s Q dianggap paling cocok sebagai indikator mengukur
nilai perusahaan, karena Tobin’s Q akan
menunjukkan seberapa besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan yang nantinya akan berdampak pada nilai perusahaan. Penelitian nilai perusahaan yang menggunakan tobin’s Q sebagai indikatornya pernah dilakukan oleh Shin & Stulz (2000), menemukan bahwa nilai perusahaan yang diproyeksikan dengan tobin’s Q meningkat dengan meningkatnya risiko sistematis dan menurun ketika dikaitkan dengan risiko tidak sistematis serta adanya hubungan negatif antara perubahan risiko total dengan nilai perusahaan. Nilai pasar perusahaan juga disebut nilai pasar saham. Nilai pasar saham dapat dijadikan sebagai indikator nilai perusahaan dengan memanfaatkan peluangpeluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sinyal positif ini dimanfaatkan oleh para investor untuk dijadikan tempat berinvestasi. Namun sebelum menempatkan investasi para investor harus mampu membaca laporan keuangan yang dipublikasikan dengan ketelitian dan kejelian. Sebagai alat ukur para investor dapat menilai dari kinerja perusahaan yaitu dengan melihat harga saham di bursa saham dan menilai dari kinerja keuangan perusahaan yang merupakan muara penting dalam perusahaan asuransi. Sehingga semakin tinggi kinerja keuangan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa
4
berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Bagi para investor, tentunya penempatan modal harus dilakukan dengan selalu memperhatikan return karena ketidakhati-hatian dalam menempatkan modal akan berakibat pada kerugian. Return yang diperoleh investor mengindikasikan kinerja perusahaan. Jika return yang diperoleh tinggi maka kinerja perusahaan baik, sebaliknya jika return yang diperoleh investor sedikit maka kinerja perusahaan buruk. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menghitung rasio keuangan yang tercantum dalam laporan keuangan yang telah diterbitkan dan dipublikasikan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur dengan return on equity (ROE). ROE membandingkan antara laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal), jadi semakin tinggi nilai rasio ROE menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan. Alasan peneliti menggunakan rasio ROE karena dalam bisnis asuransi permodalan merupakan muara yang sangat penting. Hal serupa pernah diungkapkan oleh Agus dan Kirmizi (2011) menyatakan bahwa dalam bisnis asuransi permodalan sangat penting oleh karenanya menjadi perhatian dan selalu dimonitor oleh Departemen Keuangan sebagai regulator dalam usaha perasuranisan, dan tentu saja ini berhubungan dengan komitmen para pemegang saham dalam menanamkan modalnya dikaitkan dengan return yang diharapkan. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena return yang dihasilkan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada
5
meningkatnya harga saham di pasar modal dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Upaya penting dalam meningkatkan nilai pemegang saham yaitu dengan meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan dimana keduanya akan saling berkaitan, terlebih bagi perusahaan asuransi. Dengan kata lain kinerja keuangan yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata publik. Sesuai dengan dasar usaha perusahaan asuransi yaitu kepercayaan masyarakat, terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonafiditas) perusahaan untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain-lain tepat pada waktunya. Bagi perusahaan asuransi kepercayaan masyarakat sangat penting, karena hanya perusahaan asuransi yang memiliki komitmen tinggi dan terpercaya yang akan dipilih masyarakat. Salah satu cara agar penjualan produk dan jasa perusahaan lebih unggul dibandingkan dengan para pesaingnya adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas yang memenuhi tingkat kepuasan konsumen. Tingginya kepuasan konsumen terhadap produk asuransi akan ditandai dengan banyaknya konsumen yang loyal terhadap perusahaan. Ketika konsumen loyal terhadap
suatu
perusahaan,
konsumen
cenderung
untuk
membeli
dan
menggunakan, bahkan melakukan pembelian ulang untuk produk atau jasa perusahaan. Konsumen yang memiliki loyalitas yang tinggi dapat dilihat dari penggunaan suatu produk atau jasa tertentu secara terus-menerus meskipun terdapat layanan produk dan jasa pesaing yang ditawarkan dengan harga dan kenyamanan yang lebih baik. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan penjualan produk, pertumbuhan nasabah dan pertumbuhan aset sehingga
6
profitabilitas perusahaan akan meningkat dan secara tidak langsung telah mencapai tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai pemegang saham. Upaya dalam meningkatkan nilai pemegang saham untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara baik dan profesional sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam pengelolaan keuangannya. Namun dalam penelitian ini, peneliti akan terfokus pada pengelolaan keuangan perusahaan asuransi. Keberhasilan dalam pengelolaan keuangan perusahaan asuransi tidak terlepas dari peran para manajer
yang secara profesional
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap pemilik perusahaan yaitu pemegang saham. Terutama dalam pengambilan kebijakan-kebijakan manajemen yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan berdampak pada keuntungan bagi pemegang saham. Implementasi kebijakan manajemen keuangan yang ingin dicapai oleh manajer untuk meningkatkan nilai perusahaan yaitu kebijakan deviden, kebijakan pendanaan dan kebijakan investasi. Dalam penelitian ini, kebijakan deviden diproksi dengan insentif manajer, kebijakan pendanaan diproksi dengan leverage keuangan dan kebijakan investasi diproksi dengan biaya modal. Adapun tujuan dari ketiganya yaitu untuk menilai seberapa besar pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan yang selanjutnya akan berdampak kepada kesejahteraan pemegang saham. Merupakan suatu tantangan bagi para manajer untuk berhati-hati dan tepat dalam menentukan kebijakan manajemen keuangan, karena akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan akan berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan.
7
Namun pada kenyataannya dalam mencapai tujuan perusahaan sering terdapat masalah dalam perbedaan kepentingan yang ingin dicapai antara manajer dan pemilik perusahaan (pemegang saham). Hal ini ditandai dengan adanya keinginan masing-masing individu untuk memperbesar keuntungan bagi dirinya sendiri. Pendapat yang sama juga pernah dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa antara pemilik dan manajemen mempunyai kepentingan yang berbeda. Pemegang saham sebagai pemilik diasumsikan hanya tertarik pada imbalan yaitu pembagian deviden yang bertambah. Sedangkan manajer sebagai agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan yang tinggi yaitu berupa insentif. Perbedaan kepentingan mengakibatkan muncul sebuah konflik antara pemilik dan manajer. Seperti yang pernah dikemukakan Lambert (2001) bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul antara pemegang saham dan manajer maka dibangunlah sebuah teori keagenan (agency theory). Agency theory merupakan teori yang cocok menggambarkan hubungan antara pemilik (pemegang saham) dan manajer (agen). Didalam teori keagenan, terdapat kesepakatan antara pemilik (pemegang saham) dan manajemen (agen). Dimana manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Tugas manajemen yaitu mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal, dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil
8
aktivitas pengelolaan perusahaan. Kinerja perusahaan yang telah dicapai oleh pihak manajemen diinformasikan kepada pihak pemilik (pemegang saham) dalam bentuk laporan keuangan. Dalam konteks ini manajer (agen) mempunyai informasi yang lebih banyak dibanding pemilik (pemegang saham). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sunarto (2009) menyatakan bahwa dalam sistem desentralisasi, manajemen mempunyai informasi yang superior dibandingkan dengan pemilik, karena manajemen telah menerima pendelegasian untuk pengambilan keputusan atau kebijakan perusahaan. Ketika pemilik tidak dapat memonitor secara sempurna aktivitas manajemen, maka secara potensial manajemen dapat menentukan kebijakan yang mengarah pada peningkatan insentif yang diterima oleh manajer. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk meneliti seberapa besar pengaruh insentif manajer terhadap pengambilan kebijakan perusahaan yang berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Pengaruh insentif yang diterima manajer dapat mempengaruhi manajer dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap pemilik (pemegang saham). Dengan kata lain semakin tinggi insentif yang diterima manajer dapat memotivasi kinerja para manajer. Motivasi manajer yang tinggi mempengaruhi para manajer dalam menentukan dan mengambil kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Terlebih kebijakan penting bagi perusahaan yaitu kebijakan pendanaan yang dalam penelitian ini akan diproksi dengan leverage keuangan. Kebijakan ini berkaitan dengan penentuan sumber-sumber pembiayaan, termasuk didalamnya adalah kebijakan hutang. Bagaimana perusahaan menetapkan sumber dana yang maksimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat
9
mengoptimalkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya. Kebijakan pendanaan merupakan keputusan tentang pembelajaan atau pembiayaan investasi (Murtini, 2008). Keputusan untuk menggunakan atau tidak sumber pendanaan berupa hutang dari pihak eksternal sepenuhnya berada ditangan manajemen. Adapun jika pihak manajemen memanfaatkan hutang untuk pembiayaan investasi pastinya telah melalui pemikiran yang matang dengan membandingkan kekurangan dan kelebihan masing-masing alternatif. Agus sartono (2010:120) juga menyatakan bahwa leverage keuangan menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Jika disimpulkan leverage ikut berperan dalam meningkatkan kinerja keuangan. Terdapat beberapa rasio untuk mengukur leverage namun dalam penelitian ini Debt to Equity Ratio (DER) yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur tingkat penggunaan hutang (leverage) terhadap ekuitas. Joel G. Siegel dan Jae K Shim (dalam Ludjianto S. E et al.) mendefinisikan rasio ini sebagai ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditur. Dengan kata lain Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk membandingkan sumber modal yang berasal dari hutang (jangka panjang dan jangka pendek) dengan modal sendiri. Penelitian tentang leverage keuangan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) pernah dilakukan oleh Ludjianto S.E et al. (2014) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Return of Investment (ROI) dan Return of
10
Equity (ROE). Dari hasil analisis penelitian Ludjianto S.E et al. mengindikasi semakin tinggi DER menunjukkan perusahaan dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada investor bahwa perusahaan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin modal eksternal dalam mengembangkan perusahaan dengan adanya peningkatan profitabilitas yang diukur dengan rasio ROE dan ROI. Hasil yang signifikan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap profitabilitas, memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian seberapa besar pengaruh leverage keuangan dengan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Tingginya hasil Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perusahaan dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada investor, disini peran manajer yang akan menentukan berhasil atau tidaknya dalam mengambil kebijakan keuangan perusahaan. Peran manajer dalam mengambil kebijakan perlu dilakukan dengan kehatian-hatian karena dari setiap keputusan yang diambil manajer akan mempengaruhi tingkat investasi para investor. Terlebih dalam penggunaan dana-dana yang berkaitan dengan investasi. Salah satunya dalam menentukan kebijakan investasi yang merupakan keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan. Kebijakan investasi merupakan penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses operasional perusahaan untuk memperoleh keuntungan suatu perusahaan (endang, 2012). Salah satu faktor yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian atau kehilangan pasar yaitu adanya kesalahan dalam manajemen keuangan, terutama dalam hal penganggaran modal. Dengan kata lain dalam sebuah perusahaan
11
asuransi keberhasilan kebijakan investasi ditentukan dari bagaimana manajer dalam mengelola biaya-biaya atau penganggaran modal yang berkaitan dengan investasi. Dalam penelitian ini kebijakan investasi diproksi dengan biaya modal. Perusahaan asuransi harus memiliki modal sendiri minimal sebesar jumlah modal yang disetor minimum, yang terdiri dari penjumlahan dari modal disetor, agio saham, saldo laba, cadangan umum, cadangan tujuan, kenaikan atau penurunan nilai surat berharga dan selisih penilaian aktiva tetap (PP No.39/2008). Perusahaan asuransi dalam aktivitas investasinya dapat memanfaatkan sebagian besar dana yang diperoleh dari pengumpulan uang premi dan sebagiannya dicadangkan untuk pembayaran klaim dan kebutuhan lainnya. Adapun tujuan utama dari investasi yaitu untuk meningkatkan pendapatan diluar premi. Dengan pendapatan perusahaan yang meningkat dapat berdampak pada nilai pemegang saham dan secara bersamaan meningkatkan nilai perusahaan. Keberhasilan dalam pengambilan kebijakan investasi tentunya tidak terlepas dari peran manajer yang tepat dalam mengalokasikan dana untuk investasi. Menghitung biaya modal peneliti menggunakan Weight Average Cost of Capital (WACC). WACC merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal. Komponen modal yang sering dipakai adalah saham biasa, saham preferen, utang dan laba ditahan. Keputusan investasi ini diharapkan dapat memberikan return untuk para pemegang saham. Penelitian ini memfokuskan pada area kebijakan manajemen keuangan perusahaan yang dikemas dalam sebuah judul “Pengaruh Insetif Manajer, Leverage Keuangan Dan Biaya Modal Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
12
Kinerja Perusahaan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” dengan studi empiris pada perusahaan asuransi yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan diharapkan dapat memperjelas isu dalam kebijakan manajemen keuangan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Serta praktek-praktek pengambilan keputusan sesuai dengan tujuan perusahaan Rumusan Masalah
1.2
Penelitian ini untuk menjembatani penelitian – penelitian sebelumnya dalam mencari kejelasan pengaruh insentif manajer, leverage keuangan dan biaya modal terhadap nilai perusahaan dengan kinerja perusahaan sebagai variabel intervening. Sehingga untuk menjawab permasalahan ini dikembangkan beberapa rumusan sebagai berikut : 1.
Apakah insentif manajer berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2.
Apakah leverage keuangan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
3.
Apakah biaya modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4.
Apakah leverage keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
5.
Apakah biaya modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
6.
Apakah kinerja perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan
13
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada penjelasan latar belakang masalah dan permasalahan
penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menjawab: 1. Pengaruh insentif manajer terhadap kinerja perusahaan. 2. Pengaruh leverage keuangan terhadap kinerja perusahaan. 3. Pengaruh biaya modal terhadap kinerja perusahaan. 4. Pengaruh leverage keuangan terhadap nilai perusahaan. 5. Pengaruh biaya modal terhadap nilai perusahaan. 6. Pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pelatihan intelektual yang diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. 2. Bagi Peneliti selanjutnya dan Akademisi Penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah dimasa yang akan datang. 3. Bagi Manajemen dan Investor Bagi manajemen sebagai bahan masukan dan sumbangan informasi dalam pengambilan keputusan dan penentuan strategi perusahaan untuk
14
meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Sedangkan bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari kegiatan penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan asuransi yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan sampel penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling. Periode penelitian ini adalah selama 3 tahun yaitu tahun 2011 – 2013 dan menggunakan data laporan keuangan. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen diproksi dengan insentif manajer (X1), leverage keuangan (X2), Biaya Modal (X3). Variabel intervening diproksi dengan kinerja perusahaan (Z) sedangkan yang menjadi variabel dependen diproksi dengan nilai perusahaan (Y).