BAB 1 PENDAHULUAN xviii
1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modalmerupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2001). Dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Sementara itu, perusahaan sebagai pihak yang memerlukan dana dapat menggunakan dana tersebut untuk membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan kegiatan perekonomian negara dan kemakmuran masyarakat. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji, 2001). Suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Hartono, 2009). Pasar efisien di uji dengan melihat return
tidak wajar atau abnormal return yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika2 satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama (Hartono, 2009). Pada umumnya, investor mengharapkan return normal yang proporsional dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Namun, investor yang canggih (sophisticated) dapat memperoleh return aktual melebihi return normal. Return ini disebut abnormal return, yang dihitung dari selisih antara return yang sesungguhnya terjadi (actual return) dengan return yang diharapkan oleh investor (expected return) (Cahyasuci, 2008). Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan (Daniati dan Suhairi, 2006). Dalam memilih investasi yang menghasilkan kembalian (return), investor memerlukan berbagai informasi sebagai landasan keputusan. Salah satu sumber informasi potensial yang lazim digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi adalah laporan keuangan. Adanya informasi keuangan yang dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan akan mengubah
keyakinan para investor. Hal ini dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham, dan tingkat keuntungan.
3
Informasi dalam laporan keuangan yang menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan adalah laba perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen dan membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang. Laba merupakan salah satu elemen laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi yang tinggi. Belkaoui (2000: 332) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisi sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Laba akuntansi mencerminkan kinerja perusahaan karena mengandung informasi laba selama satu periode akuntansi. Investor sangat berkepentingan dengan informasi yang berkaitan dengan laba perusahaan untuk menilai bagaimana kinerja perusahaan dimasa mendatang. Apabila perusahaan memiliki kinerja yang baik akan mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan serta meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Dengan demikian, laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan sebagai alat untuk mengambil keputusan investasi. Pada umumnya, investor juga mendasarkan keputusan investasi pada informasi yang terdapat dalam laporan arus kas. Dengan tersedianya laporan arus kas, pemakai laporan keuangan (terutama pihak investor) dapat melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara
kas serta memungkinkan pemakai untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.
4
Arus kas terbagi atas beberapa komponen yaitu: pertama, arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Kedua, arus kas dari aktivitas investasi merupakan aliran kas masuk dan keluar karena kegiatan perusahaan dalam hal investasi pada aktiva tetap maupun surat berharga. Ketiga, arus kas dari kegiatan pendanaan merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi modal dan hutang perusahaan (Nelvianti, 2013). Selain informasi laba akuntansi dan laporan arus kas, investor juga perlu mempertimbangkan analisa rasio keuangan yang sering digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi yaitu rasio profitabilitas. Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholder’s equity. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih. Investor selalu berharap untuk mendapatkan ROE yang tinggi, akan tetapi harapan investor ini tidak selalu sesuai dengan kenyataannya karena adanya faktor resiko. ROE yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan ekspektasi dari investor dapat membuat pasar bereaksi yang ditunjukan dengan adanya abnormal return. Perubahan ROE perusahaan akan mengakibatkan perubahan nilai perusahaan sehingga hal ini akan menimbulkan reaksi dari invetor yang tercermin pada abnormal return (Cheng dan Christiawan, 2011).
Dalam pengambilan keputusan, investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laporan keuangan perusahaan saja, tetapi kini investor juga5 mempertimbangkan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) yang diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Karena kesimpulan baik atau buruknya kinerja perusahaan tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dihasilkan. Topik mengenai tanggungjawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sudah tidak asing lagi dan telah menjadi trend yang semakin ramai diperbincangkan dikalangan perusahaan, namun belum memiliki batasan yang sepadan. Banyak ahli, praktisi, dan peneliti belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi, meskipun dalam banyak hal memiliki kesamaan esensi (Hadi, 2011: 46). Konsep tanggungjawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak tahun 1970an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Corporate social responsibility yang selanjutnya disingkat dengan (CSR) telah mendapat perhatian pemerintah dan perusahaan yang ada di Indonesia. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (pasal 74 ayat 1a) mewajibkan perusahaan yang usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan CSR. CSR di Indonesia baru diwajibkan bagi perusahaan bidang tertentu saja terkait dengan semakin parahnya kerusakan
lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim (Utama 2007).
6
Selain itu menurut peraturan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (pasal 15 huruf b) menyebutkan bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Muid (2011) pembentukan undang-undang tersebut didasarkan adanya semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif yang salah satu aturannya mengatur tentang kewajiban untuk menjalankan corporate social responsibility. Pengaturan mengenai tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggungjawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang undangan. Pelaksanaan CSR secara konsisten oleh perusahaan akan mampu menciptakan iklim investasi. Penerapan CSR dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan CSR. Karena perusahaan yang mengedepankan aspek sustantibility tentu akan menerjemahkan prinsip sustantibility kedalam strategi dan operasi perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dapat menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan dapat menggunakan informasi CSR sebagai salah satu keunggulan kompetitif perusahaan (Cheng dan Christiawan, 2011).
Eipstein dan Freedman (1994) seperti yang dikutip Sayekti dan Wondabio, (2007), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen perusahaan saat ini7 tidak hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan, namun juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial. Para investor cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup atau perusahaan yang mempunyai standar tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu memberikan sinyal dan dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh pelaku pasar sehingga dapat memaksimalkan profit dalam jangka panjang. Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal. Hal ini dapat dilihat dari abnormal return yang merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi (Hartono, 2009). Berdasarkan teori pasar yang efisien dikatakan bahwa informasi yang tersedia dipasar tercermin didalam harga pasar. Oleh karena itu, diharapkan investor mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahan. Apabila informasi CSR dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan yang diikuti dengan kenaikan pembelian saham perusahaan sehingga
terjadi kenaikan harga saham yang melebihi return yang diekpektasikan oleh investor sehingga pada akhirnya informasi CSR merupakan informasi yang memberikan nilai tambah bagi investor dan menyebabkan abnormal return.
8
Penelitian yang menguji tentang variabel pengungkapan CSR, laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, dan pendanaan serta ROE yang dikaitkan dengan abnormal return sudah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) membuktikan bahwa kandungan informasi arus kas investasi, laba kotor mempunyai hubungan yang signifikan sedangkan arus kas operasi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan expected return. Hasil penelitian oleh (Djam’an, 2011) menunjukkan bahwa arus kas operasi, investasi dan laba akuntansi berpengaruh, sedangkan arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Penelitian yang dilakukan oleh (Nelvianti, 2013) membuktikan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh sedangkan arus kas operasi, investasi dan laba kotor tidak berpengaruh terhadap abnormal return saham. (Silalahi, 2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap abnormal return, hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mulyono, 2008 serta Cheng dan Christiawan, 2011) bahwa ROE memilih pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return. Penelitian dengan hasil yang berbeda juga ditemui dalam pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return. Sayekti dan Wondabio (2007) menyimpulkan bahwa pelaksanaan CSR memiliki dampak positif dan signifikan
terhadap reaksi pasar (abnormal return). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh yang (Cheng dan Christiawan, 2011) menyatakan bahwa adanya pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return.
9
Penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk kategori high profile selama periode 2004. Berbeda dengan hasil penelitian (Dahlia dan Siregar, 2008) yang mengungkapkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Hasil yang tidak konsisten dalam penelitian-penelitian tersebut terhadap abnormal return oleh beberapa peneliti menunjukkan fenomena yang menarik dan perlu dilakukan pengujian ulang. Atas dasar itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengungkapan CSR dan informasi keuangan yang diproksi dengan laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, pendanaan dan ROE berpengaruh terhadap abnormal return pada perusahaan high profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh antara pengungkapan corporate social responsibility, informasi keuangan yang diproksi dengan laba akuntansi, arus kas operasi,
investasi, pendanaan dan return on equity terhadap abnormal return
pada
perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode 2008-2010?”. 10
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk menguji pengaruh antara pengungkapan corporate social responsibility, informasi keuangan yang diproksi dengan laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, pendanaan dan return on equity terhadap abnormal return pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode 2008-2010”.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharap dapat memberi kontribusi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti: a. Kontribusi Praktis 1) Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharap dapat bermanfaat untuk memperoleh informasi sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan mengenai variabel yang mempunyai pengaruh terhadap abnormal return. 2) Bagi investor, hasil penelitian ini memberikan informasi bagi calon investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaaan dengan
melihat informasi annual report perusahaan yang mencakup tentang informasi keuangan dan pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. b. Kontribusi Teoretis
11
Penelitian ini diharap dapat memberi bukti empiris menyangkut yaitu pengaruh pengungkapan CSR dan informasi keuangan terhadap abnormal return pada perusahaan high profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sebagai informasi serta pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka peneliti perlu melakukan pembatasan dalam bentuk ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Dalam hal ini, peneliti membahas tentang pengaruh pengungkapan CSR dan informasi keuangan terhadap abnormal return. Informasi keuangan dalampenelitian ini dengan laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan return on equity. 2. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan high profile yang tercatat di bursa efek Indonesia selama periode 2008-2010 secara berturut-turut. Penelitian Zuhroh dan Sukmawati (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang tergolong dalam high profile umumnya mempunyai sifat: memiliki jumlah tenaga kerja yang besar, dalam proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi udara. Contoh perusahaan yang termasuk tipe high profile dalam penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, rokok dan tembakau, makanan dan minuman, media dan 12 komunikasi, energy (listrik), engeneering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. 3. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda.