BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Saat ini pasar modal Indonesia telah tumbuh dengan pesat dan semakin maju sejak krisis 1998. Pasar Modal di Indonesia boleh dikatakan memiliki umur yang cukup panjang dan yang tertua di Asia Tenggara, sementara untuk kawasan Asia menempati urutan keempat setelah Bombay (1830), Hong Kong (1871), dan Tokyo ( 1871). Dari segi prestasi, paling tidak majalah TIME pada tahun 1991 pernah menurunkan tajuk yang memuat tiga Pasar Modal Negara berkembang yang dinilai paling dinamis didunia yang salah satunya adalah Pasar Modal Indonesia yang disebut sebagai The Fastest Growing Capital Market In Asia. Dan beberapa kali mencatatkan diri sebagai salah satu Pasar Modal dengan profitabilitas tinggi. Tidak heran jika Pasar Modal Indonesia menjadi incaran banyak pemilik modal besar termasuk Hedge Fund ( Pratomo dan Nugraha, 2009). Dengan berkembangnya Pasar Modal, maka terdapat banyak pilihan produk investasi yang bisa digunakan untuk berinvestasi. Kegiatan investasi dapat dilakukan melalui financial asset seperti sertifikat deposito, Surat Berharga, Obligasi, instrument saham, warrant serta produk derivatif lainnya. Selain itu investor juga dapat berinvestasi melalui real asset seperti membeli tanah, rumah atau apartmen, Emas, dan asset berwujud lainnya. Berinvestasi pada dasarnya adalah membeli suatu asset yang diharapkan di masa akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi
1
Instrumen pada financial asset adalah instrumen investasi yang dapat menjanjikan imbal hasil yang tinggi namun dengan resiko yang besar pula. Oleh sebab itu, masih banyak investor yang
menghindar untuk berinvestasi pada
instrumen financial asset. Ini disebabkan investor belum memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup tentang berinvestasi pada instrument financial asset. Belum lagi masalah modal yang harus disiapkan oleh investor untuk dapat melakukan investasi pada instrument financial asset. Umumnya dana yang diperlukan untuk berinvestasi pada financial asset cukup besar, sehingga modal yang diperlukan relatif besar. Hal inilah yang membuat kebanyakan orang Indonesia lebih memilih untuk menabung ataupun berinvestasi pada real asset yang memiliki resiko relatif kecil. Dan ini yang menjadikan Pasar Modal Indonesia masih sepi oleh investor lokal. Namun dengan perkembangan Pasar Modal Indonesia yang maju dan pesat, telah tersedia instrumen alternatif untuk berinvestasi di financial asset yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut yaitu Reksa Dana. Meskipun begitu, reksa dana tetap memiliki resiko seperti halnya instrumen-instrumen financial asset pada umumnya. Ini karena reksa dana merupakan kumpulan instrumen-instrumen financial asset yang telah di diversifikasi kedalam sebuah Portofolio yang di kelola oleh Manajer Investasi. Karena reksa dana berisikan instrumen-instrumen financial asset, maka reksa danapun masih tetap di pengaruhi oleh tingkat suku bunga. Seperti yang di ketahui, Investasi dan tingkat suku bunga memiliki kaitan yang tak terpisahkan. Belakangan konsep ekonomi syariah berkembang pesat. Berawal dari indusri jasa keuangan, sekarang prinsip syariah telah melebar ke bidang asuransi, investasi maupun institusi-institusi keuangan lainnya. Salah satunya adalah Pasar Modal Syariah. Pasar Modal Syariah hadir guna merespon kebutuhan investasi masyarakat 2
yang ingin berinvestasi secara syariah. Investasi secara syariah yang dimaksud adalah investasi ke instrumen financial asset yang halal dan keuntungan yang diperoleh tidak hanya berupa keuntungan dunia semata tetapi juga mendapatkan keuntungan ukhrawi. Secara teori banyak yang berpendapat bahwa konsep ekonomi syariah meliliki ruang lingkup yang terbatas pada masyarakat muslim dan juga pada komunitas yang terdapat dalam suatu negara dimana penduduknya mayoritas muslim. Namun dalam prakteknya konsep ekonomi dapat dilakukan di negara-negara dengan jumlah penduduk muslim yang sedikit. Seperti Amerika Serikat, memiliki produk investasi syariah dalam pasar Modalnya yang di bahas dalam Jurnal yang ditulis oleh Thomas D. Tellner yang berjudul Developing Opportunities for Islamic Investing in the United States Securities Market : Personal Portofolio Programs ( Folios). Produk – produk investasi syariah di Amerika bukan hanya bagi yang ingin berinvestasi sesuai dengan Islam, tetapi juga bertujuan menarik dana-dana dari negara-negara Timur Tengah (Heykal, 2012). Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan prinsip syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal. Oleh karena itu investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim (Huda dan Nasution, 2007). Kegiatan investasi yang didasarkan pada prinsip syariah akan menjadi menarik, karena memberi keyakinan bahwa kegiatan investasi juga merupakan bentuk kegiatan ibadah muamalah.
3
Di Indonesia, konsep ekonomi syariah di mulai dengan berdirinya PT. Bank Muamat Indonesia Tbk (BMI) pada tahun 1991 dan diikuti oleh lembaga keuangan lainnya. Dan pada 3 Juli 1997 adalah awal mula Pasar Modal Syariah di Indonesia. PT. Danareksa Investment Management menerbitkan reksa dana syariah. Pasar Modal Syariah secara resmi diluncurkan pada 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Dan pada 3 Juli 2000 Bursa Efek Jakarta ( sekarang Bursa Efek Indonesia) bersama dengan PT. Danareksa Investment Management Meluncurkan Jakarta Islamic Indeks yang bertujuan untuk memandu investor untuk berinvestasi secara syariah. Dengan adanya Jakarta Islamic Indeks, para pemodal bisa mengetahui saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah. Meski Sudah lama terbit, reksa dana syariah di Indonesia masih terbilang sedikit . Pada tahun 2003 hanya ada 4 reksa dana syariah atau 2.15% dari total reksa dana yang ada di Indonesia yaitu sebesar 186 reksa dana.
Namun dengan
perkembangan konsep ekonomi syariah di Indonesia ikut mendorong perkembangan reksa dana syariah di Indonesia. Yang semula hanya ada 4 reksa dana syariah pada tahun 2003, di tahun 2012 reksa dana syariah yang dinyatakan efektif oleh Bapepam LK ada 58 reksa dana syariah atau 7.67% dari total reksa dana yaitu sebesar 754 reksa dana. Instrumen financial asset menurut prinsip syariah di Indonesia masih sangat terbatas. Produk Pasar Modal Syariah masih terbatas pada saham-saham yang masuk pada Jakarta Islamic Index (JII) maupun pada Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) serta instrumen obligasi mudharabah dan ijarah. Sedangkan produk Pasar Uang Syariah yaitu deposito mudharabah bank-bank syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). reksa dana syariah tidak menginvestasikan dananya pada sektor 4
perbankan, karena seperti yang kita ketahui sistem perbankan di Indonesia masih menggunakan sistem bunga dan dalam prinsip syariah sistem bunga sama dengan riba Hadirnya reksa dana syariah memberikan alternatif bagi pemodal muslim yang ingin berinvestasi seusai dengan secara syariah. Menurut Taufik (2011), Islam bukanlah agama yang anti-investasi, justru Islam adalah agama yang pro- investasi. Islam ingin agar sumber daya yang ada tidak hanya disimpan, tetapi diproduktifkan sehingga bisa member manfaat kepada umat. Pada dasarnya reksa dana syariah dan reksa dana konvensional tidak jauh berbeda, yaitu sebagai wadah untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang selanjutnya diinvestasikan ke pasar modal dan pasar uang oleh Manajer Investasi. reksa dana syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensional pada umumnya. Perbedaan pertama terletak pada pemilihan instrumen investasi. reksa dana syariah hanya menempatkan dananya pada instrumen yang bebas dari praktek riba dan parktek-praktek yang tidak halal menurut syariah. Dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Mekanisme operasional reksa dana syariah atanra pemodal dan Manajer investasi adalah dengan Wakalah, sedangkan antara Manajer Investasi dengan pengguna investasi dengan sistem Mudharabah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen portofolio, screening (penyaringan), dan cleansing (pembersihan). Pesatnya perkembangan reksa dana yang ada di Indonesia mengharuskan investor lebih bijak dalam berinvestasi. Kinerja reksa dana menjadi hal utama yang harus investor pertimbangkan untuk memilih reksa dana. Laporan Investment Company Institute yang melakukan penelitian atas perilaku para investor Amerika 5
dalam memilih reksa dana adalah 75% berdasarkan kinerja reksa dana tersebut, 69% karena pertimbangan resiko, disusul masing-masing oleh tujuan investasi (49%), portofolio surat berharga (46%), biaya (43%), investasi minimum (35%), biaya pembelian (27%), profil manajer investasi (25%), besarnya Net Asset Value (24%), dan yang terakhir jumlah asset yang dikelola (17%) (Pratomo dan Nugraha,2009). Penelitian tentang kinerja portofolio sudah dimulai sejak tahun 60-an oleh Sharpe (1964) dan Treynor (1965) dengan menggunakan formula yang sederhana tetapi efektif dalam menggambarkan imbal hasil per unit risiko (Risk-Return Ratio). Penelitian mereka dikembangkan lebih lanjut dengan metode regresi oleh Jensen (1968), Treynor dan Mazuy (1966), serta Hendriksson dan Merton (1981). Hasil dari metode regresi mereka mengatakan bahwa hanya sebagian kecil dari portofolio reksa dana yang mereka teliti mempunyai kemampuan superior yang signifikan secara statistic dalam pemilihan sahan dan market timing. Metode terbaru yang digunakan pada tahun 80-an setelah metode regresi adalah dengan menggunakan plotting / scatter diagram yang dilakukan dari waktu ke waktu, sehingga dapat dilihat jejak resiko dan imbal hasil dalam grafik. Pada tahun1993 Balzer memaparkan manfaat dari teknik “Relative Risk/Return Histories”, atau yang popular dengan nama “Snail Trails Mark III”. Balzer memaparkar keunggulan metode Snail Trails, terutama dengan memplot relative risk/return histories, sehingga performa reksa dana dapat dibandingkan dengan performa pasar. Ridho (2008), melakukan penelitian tentang “Perbandingan kinerja reksa dana konvensional dan syariah dengan indeks sharpe, treynor dan jensen (periode tahun 2003-2007)” menjelaskan bahwa perbandingan rata-rata kinerja Reksa Dana Campuran baik itu Konvensional maupun Syariah dengan periode 01 Januari 2003 6
31 Desember 2007 hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kinerja ketiga indeks, baik Sharpe, Treynor maupun Jensen, tidak ada perbedaan secara signifikan pada alpha 5%. Rachmawati (2008), melakukan penelitian tentang “Komparasi kinerja reksadana Syariah dan reksadana konvensional kategori saham, campuran, dan pendapatan tetap di Indonesia periode Maret 2005-Maret 2008” menjelaskan bahwa dari sebagian besar perusahaan investasi yang menjadi objek penelitian, kinerja produk reksa dana berbasis syariah yang dikelolanya lebih unggul dibandingkan dengan kinerja reksa dana berbasis konvensional. Dari peneliti sebelumnya, semakin memperjelas bahwa pengukuran kinerja reksa dana merupakan suatu hal yang paling utama sebelum melakukan investasi di reksa dana. Sebagai investor muslim pun sebaiknya membandingkan alternatifalternatif yang ada untuk memperoleh tingkat pengembalian yang relatif tinggi dengan memperhatikan resiko yang harus dihadapi dalam mencapai tingkat pengembalian tersebut. Pengukuran kinerja reksa dana juga dilakukan untuk menghindari investasi yang dilakukan bersifat spekulatif sehingga tekena hukum gharar maupun maysir. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang disusun dalam skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham Syariah Dengan Reksa Dana Saham Konvensional Pada Periode 2009 - 2012”.
7
1.2 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup untuk lebih memfokuskan penelitian yang akan dilakukan. Ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian hanya dilakukan terhadap reksa dana syariah dan reksa dana konvensional dengan jenis reksa dana saham yang dinyatakan efektif oleh Bapepam-LK dan aktif sebelum periode penelitian. 2. Pengukuran dilakukan pada periode Januari 2009-Desember 2012 3. Tolak Ukur (Benchmark) pasar yang digunakan adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII) 4. Untuk Risk-free yang digunakan adalah BI Rate Bank Indonesia 5. Pengukuran kinerja reksa dana menggunankan annual return, risk adjusted return dan metode Snail Trails. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam skispsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja reksa dana saham syariah maupun konvensional selama periode penelitian 2. Produk reksa dana saham apa yang dapat menandingi kinerja pasar dan memberikan imbal hasil lebih tinggi dari pasar 3. Apakah rata-rata kinerja reksa dana syariah dan konvensional menunjukkan kinerja yang sama atau berbeda.
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan : 1. Untuk membandingkan kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional 2. Mengevaluasi kinerja tahunan reksa dana syariah maupun konvensional dengan jenis reksa dana saham 3. Untuk mengetahui dan memberikan Informasi mengenai kinerja reksa dana saham syariah dan reksa dana saham konvensional sebagai pembanding. Manfaat : 1. Manfaat Praktis : Mengetahui dan memberikan informasi mengenai perbandingan kinerja antara reksa dana saham syariah dengan kinerja reksa dana saham konvensional sehingga membantu untuk mengetahui keuntungan yang didapat apabila melakukan investasi pada reksa dana saham syariah atau pada reksa dana saham konvensional 2. Manfaat Teoritis : Memberikan wawasan dan tambahan khasanah ilmu pengetahuan mengenai produk investasi reksa dana. Dan lebih khusus lagi memberikan pengetahuan mengenai perbandingan kinerja reksa dana syariah dengan reksa dana konvensional.
9
1.4 Ringkasan Metode Penelitian Penulis akan melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja reksa dana saham syariah dengan reksa dana saham konvensional pada periode Januari 2009 - Desember 2012. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan banyak sampel dalam empat periode waktu. Metode pengumpulan data adalah tidak langsung, yaitu berupa data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan dipublikasikan ke masyarakat. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah annual return, risk adjusted return dan metode Snail Trails
1.5 Sistematika Penulisan Tujuan dari dibuatnya sistematika penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai isi dari skripsi ini serta untuk memudahkan pembaca dalam memahami penulisan skirpsi. Skripsi ini terbagi dalam lima bab yang telah tersusun secara sitematis yaitu : BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, yaitu hal-hal yang melatar belakangi penulisan skripsi ini, serta hal-hal yang akan dibahas dalam bab berikutnya. Bab ini juga menguraikan ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,dan ringkasan metodologi penelitian.
10
BAB II : Landasan Teori Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori yang relevan dengan topik penelitian dan teori-teori yang mendukung dalam melakukan pembahasan dan analisa permasalahan sebagai pendekatan dalam menjawab masalah penelitian. Bab ini menjelaskan mengenai studi literatur berkaitan dengan topik skripsi. BAB III : Metodologi Penelitian Dalam bab ini penulis memberikan gambaran secara singkat mengenai instrumen yang dijadikan objek, yaitu reksa dana syariah. Selain itu bab ini juga berisikan tentang jenis dan sumber data yang diperoleh, metode pengumpulan sample, metode analisis dan penyajian data yang dilakukan. BAB IV : Analisis dan Bahasan Dalam bab ini berisi tentang hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan terhadap objek dengan menggunakan teori-teori yang telah diuraikan pada bab dua, serta memberikan jawaban dari permasalahan yang ada. BAB V : Simpulan dan Saran Dalam bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan umum dari penelitian dan analisis yang telah dilakukan. Bab ini juga berisikan saransaran yang dianggap perlu untuk di kemukakan mengenai hasil dari penelitian dan saran yang bermanfaat bagi perkembangan penelitian dengan topik yang sama di masa yang akan datang
11