BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pajanan debu kayu yang lama dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem pernafasan, pengaruh pajanan debu ini sering diabaikan sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi
dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Tenaga kerja di bidang industri kayu yang
jumlahnya banyak
diperlukan pencegahan terhadap terjadinya penyakit akibat pajanan kayu tersebut. Salah satu akibat dari pajanan debu kayu yang lama dapat menyebabkan terjadinya PPOK sehingga perlu untuk dilakukan pencegahan secara dini terhadap kejadian PPOK. PPOK merupakan penyebab kematian keenam pada tahun 1990 dan diperkirakan merupakan penyebab kematian keempat pada tahun 2030. Meningkatnya kejadian sebagai penyebab kematian ini disebabkan karena
PPOK
kebiasaan merokok yang bertambah dan
menurunnya penyebab lainnya seperti penyakit iskemik jantung, penyakit infeksi dan penuaan. Angka kesakitan akibat PPOK dinilai dari kunjungan ke dokter, ke gawat darurat dan masuk rumah sakit. Angka kesakitan PPOK semakin meningkat dengan bertambahnya umur, PPOK biasanya diikuti oleh komorbid lainnya seperti kardiovaskuler, gangguan muskuloskeletal dan diabetes melitus (GOLD, 2013). Lingkungan kerja yang berdebu di tempat kerja, bahan kimia, uap dan asap dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PPOK. Kejadian PPOK yang disebabkan oleh pekerjaan diperkirakan sebanyak 19,2% dari keseluruhan dan 31,1% pada perokok (Hnizdo dkk., 2002). Debu kayu dapat dihasilkan melalui proses mekanik seperti penggergajian, penyarutan dan pengamplasan. Debu kayu di udara dapat terhirup dan mengendap dalam organ pernafasan
tergantung dari ukuran dan bentuk partikel melalui mekanisme antara lain sedimentasi, impaksi, innersial dan difusi. Pertikel debu melayang adalah suatu kumpulan senyawa dalam bentuk padat yang tersebar di udara dengan diameter sangat kecil 1-500 mikron, sedangkan debu yang membahayakan kesehatan umumnya berdiameter 0,1-10 mikron (Syahriani, 2002; Kauppinen dkk., 2006). Departemen Tenaga Kerja telah menetapkan bahwa untuk debu kayu nilai ambang batas di udara lingkungan kerja adalah 5 mg/m3. Nilai ambang batas menunjukkan kadar suatu zat yang menimbulkan reaktif fisiologis manusia (ATS, 1996; Khummaidah, 2009). Data Biro Pusat Statistik tahun 2001 memperlihatkan bahwa terdapat 3024 perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perabotan dan perlengkapan kayu di Indonesia dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 349.974 orang (Yunus, 2003). Tenaga kerja di sektor ini belum mendapat perhatian khusus mengenai segi kesehatan kerja. Pekerja tersebut mempunyai risiko besar untuk terjadinya akumulasi debu kayu pada saluran pernapasannya. Partikel debu yang terhirup (ukuran 0,5-5 mikron) dan tidak larut akan tertahan dalam saluran nafas bawah dan jaringan paru, sedangkan yang larut akan terbawa oleh darah dan sebagian kecil akan terbuang melalui urin. Gangguan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis akibat dari frekuensi dan lamanya seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan faktor-faktor internal pekerja misalnya jenis kelamin, usia, masa kerja, pajanan debu kayu, status gizi, kebiasaan merokok, alat pelindung diri, kebiasaan olah raga dan lamanya paparan (Yenny, 2004). Pajanan debu kayu yang lama menyebabkan sel inflamasi mengeluarkan mediator seperti sitokin, kemokin dan chemoattractan dapat menimbulkan peradangan yang menyebabkan terjadinya kaskade inflamasi. Pelepasan
chemoattractan seperti interleukin-8 (IL-8) dan
leukotrin-B4 (LTB4) menarik neutrofil mengeluarkan enzim proteolitik seperti elastase,
proteinase-3, catepsin G, cathepsin B dan matrix metealoproteinase (MMP) yang menyebabkan rusaknya elastisitas jaringan paru (Mannino dan Buist, 2007). Perusahaan X merupakan industri pengolahan kayu terbesar di Bali yang terletak di Desa Lukluk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Perusahaan ini mempunyai jumlah tenaga kerja 150 orang, terdiri dari 120 orang pekerja dan 30 orang staf administrasi. Jenis kayu digolongkan menjadi hardwood dan softwood.
Bahan baku pada perusahaan ini terbanyak
digunakan adalah jenis kayu keras (hardwood) seperti jenis kayu merbau dan bangkirai. Perusahaan ini mengolah bahan kayu menjadi furniture yang sudah jadi. Pekerja selama bekerja menggunakan masker yang dibuat sendiri yang terbuat dari kain yang dibentuk menjadi masker namun pekerja masih mengeluh debu kayu masih bisa menembus masker yang dipakai. Dari pengamatan di lapangan secara klinis belum terkena PPOK, sehingga perlu dilakukan deteksi dini kemungkinan kejadian PPOK pada pekerja tersebut sebagai akibat pajanan debu kayu. Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit yang bisa dicegah dan dapat diobati. Penyakit ini
ditandai oleh adanya
hambatan aliran udara yang persisten, progresif dan
berhubungan dengan respon inflamasi kronik terhadap partikel berbahaya dan gas pada saluran nafas dan paru. Penyebab PPOK tersering adalah akibat merokok, penyebab lain adalah polusi udara akibat kerja, polusi udara di dalam atau di luar ruangan (GOLD, 2013). Interleukin-8 adalah golongan kemokin berupa polipeptida yang dapat digunakan sebagai penanda proses keradangan dan perbaikan jaringan. Ciri khas IL-8 terdapat pada dua residu sistein dekat N-terminus yang disekat oleh sebuah asam amino. Tidak seperti sitokin umunya, IL-8 bukan merupakan glikoprotein. IL-8 diproduksi oleh berbagai macam sel, termasuk monosit, neutrofil, sel T, fibroblast, sel endothelial dan sel epithelial. Setelah terpapar antigen atau stimulan radang maka terjadi produksi IL-8 yang berlebihan, hal ini dikaitkan dengan
penyakit keradangan seperti asma, PPOK, lepra, psoriasis dan lain-lain. Interleukin-8 juga dapat menginduksi perkembangan tumor sebagai salah satu efek angiogenik yang ditimbulkan selain vaskularisasi. Beberapa kemokin yang memicu kemotaksis neutrofil adalah
IL-8
yang
merupakan chemoattractant yang terkuat. Sesaat setelah pajanan maka neutrofil menjadi aktif dan berubah bentuk oleh karena aktivasi integrin dan sitoskeleton aktin. Basofil, sel T, monosit dan eusinofil juga menunjukkan respon kemotaktik terhadap IL-8 dengan terpicunya aktivasi integrin yang dibutuhkan untuk adhesi dengan sel endhotelial pada saat migrasi (Mannino dan Buist, 2007). Di Sanghai Fifth People Hospital, pada pasien PPOK eksaserbasi akut, dinyatakan adanya korelasi peningkatan kadar neutrofil, Interleukn-8 dan TNF α. Peningkatan penanda inflamasi pada PPOK (Juan Xie, 2010). Pada
ini merupakan
Center for Biomedical Research
Zhongshan Hospital didapatkan peningkatan kadar Interleukin 8 berhubungan dengan chemokin yang merupakan penanda awal dan progresivitas terjadinya PPOK (Hong Chen dkk., 2010). Penelitian ini suatu studi potong lintang pada pekerja industri pengolahan kayu perusahaan X untuk mengetahui apakah pekerja tersebut berisiko menjadi PPOK dikemudian hari melalui pemeriksaan interleukin-8 serum. 1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan
antara pajanan debu kayu komulatif dengan
kadar
Interleukin-8 serum pada pekerja industri pengolahan kayu perusahaan X di Badung ?
1.3. Tujuan Penelitian Untuk membuktikan hubungan antara pajanan debu kayu dengan kadar Interleukin-8 serum pada pekerja industri pengolahan kayu perusahaan X di Badung.
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik Penelitian ini merupakan penelitian analitik dan hasilnya dapat dipakai sebagai data dasar dan juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita mengenai pengaruh pajanan debu terhadap interleukin-8 serum pada industri pengolahan kayu.
1.4.2. Manfaat Praktis 1. Memberi informasi dan menambah pengetahuan serta masukan tentang efek pajanan debu terhadap interleukin-8 serum dan pencegahannya kepada pengusaha dan pekerja Perusahaan X, Badung kejadian PPOK pada pekerja penggergajian kayu. 2. Pengendalian dini pencemaran udara di lingkungan kerja industri pengolahan kayu untuk mencegah dampak kesehatan yang merugikan kalangan pekerja. 3. Memberi manfaat bagi program kesehatan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pada industri pengolahan kayu di tempat lain.