BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi publik yang mempunyai peranan besar dalam menunjang pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan peranan setiap organisasi publik dalam pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan suatu manajemen yang baik dan efektif. Sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam suatu organisasi dibutuhkan sebuah sistem yang mampu bekerja secara sinergi dan dinamis. Sistem ini melibatkan sumber daya manusia yang efektif, teknologi yang mengikuti perkembangan zaman, dan kebijakan-kebijakan organisasi yang dapat mendukung interaksi antara sumber daya manusia dan teknologi. Faktor yang paling penting dalam proses penyatuan unsur-unsur yang dimiliki oleh organisasi dalam rangka proses pencapaian tujuannya yaitu Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia baik yang menduduki posisi pimpinan maupun anggota merupakan faktor terpenting dalam setiap organisasi atau instansi baik pemerintah maupun swasta. Hal ini karena keberhasilan suatu organisasi atau instansi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor manusia selaku pelaksana pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau instansi tersebut.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu terwujudnya efektivitas kerja yang positif. Efektivitas kerja yang positif tentunya diwujudkan dengan cara yang tidak mudah, karena dipengaruhi beberapa faktor diantaranya : lingkungan kerja, tata ruang kantor, suasana kerja, gaya kepemimpinan dan komunikasi baik intern maupun ekstern dan lain sebagainya. Kepemimpinan dalam suatu organisasi atau instansi berkaitan dengan pengarahan kepada pegawai untuk melakukan pekerjaan. Ini menjadi bagian penting dalam memahami perilaku kerja. Hal tersebut memberi arti, bahwa kepemimpinan memiliki faktor penting bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Adanya kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan, dapat mempengaruhi bawahannya melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai tujuan organisasi Suatu organisasi akan menghasilkan produk yang optimal baik berupa barang atau jasa, apabila pemimpin dalam organisasi tersebut menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang sesuai, maka hendaknya tidak hanya melihat posisinya sebagai pemimpin yang menghendaki segalanya telah dilakukan, tetapi mereka harus pula bekerja dalam struktur yang ada secara efektif. Tipe gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi dapat membantu menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Oleh karena itu, adanya gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam organisasi, di satu sisi diharapkan akan lebih membangkitkan semangat kerja pegawai dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, di sisi lain kebutuhan pegawai dapat terpenuhinya secara layak.
Semangat kerja atau dorongan kerja dapat mempengaruhi kualitas kerja seorang pegawai. Oleh karena itu, apabila suatu organisasi mampu menciptakan semangat kerja para pegawai di lingkungan kerjanya secara optimal, maka akan terjadi peningkatan produktivitas, baik berupa barang maupun jasa. Sebaliknya apabila suatu organisasi memiliki pegawai yang mempunyai semangat kerja rendah, tidak merasa bergairah, banyak berkeluh kesah, kurang peduli dengan tanggung jawabnya, tentu perusahaan atau organisasi tersebut akan mengalami kerugian karena pegawainya bekerja tidak produktif dan dapat dikatakan sebagai penurunan kinerja. Hal tersebut tentunya akan menghambat pada kelancaran pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Semangat kerja pegawai dapat dipertahankan dengan adanya motivasi. Motivasi adalah suatu keadaan yang tercipta baik dari dalam pribadi seseorang maupun dari luar yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan guna mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, motivasi pada pegawai dapat muncul dari diri pegawai itu sendiri maupun karena pengaruh dari seorang pemimpin. Motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas suatu organisasi atau instansi, sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Jadi jelas motivasi kerja besar pengaruhnya dalam kinerja suatu instansi atau organisasi. Peran dan tanggung jawab pemimpin salah satunya dapat memberikan motivasi kerja bagi pegawai di lingkungannya. Sehingga pegawai dapat bekerja dan melakukan tugas serta bertanggung jawab pada pekerjaannya demi tercapai tujuan organisasinya. Apabila suatu instansi memiliki pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan
maka akan menimbulkan motivasi kerja yang tinggi, sehingga akan menghasilkan suatu prestasi kerja yang baik untuk tercapainya tujuan instansi (Brahmasari dan Suprayetno, 2008). Rumah Sakit Umum (RSU) merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting dalam kehidupan masyarakat, penuh dengan tugas, beban dan masalah serta harapan masyarakat yang digantungkan kepadanya. RSU bukan hanya tempat berlangsungnya proses pelayanan kesehatan bagi masyarakat semata, melainkan pula merupakan suatu institusi atau fasilitas organisasi yang harus didukung oleh sumber daya dan sumber dana yang memadai serta pengelolaan yang tepat. Sumber daya manusia yang memiliki motivasi kerja yang tinggi merupakan faktor utama agar organisasi RSU dapat mencapai tujuannya secara optimal. Dimana sumber daya manusia tersebut harus dikelola dalam tatanan manajemen
melalui
faktor
kepemimpinan
yang
menggunakan
gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi sumber daya manusia atau pegawai di lingkungan organisasinya. Hal ini dimaksudkan agar dapat mewujudkan efektivitas kerja pegawai yang positif. Dengan demikian peran dan tanggung jawab pemimpin orgainasi RSU merupakan faktor penting bagi terwujudnya motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi pencapaian tujuan organisasi tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sumedang adalah instansi milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Kabupaten Sumedang mempunyai tugas pokok melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RSUD Kabupaten Sumedang memiliki sistem menejemen karyawan yang komplek dan memiliki sistem pelayanan unit sosio-ekonomi. Sebagai sebuah sistem menejemen yang komplek, RSUD Kabupaten Sumedang dituntut harus mampu memiliki sumber daya manusia yang benar-benar memiliki kinerja yang baik. Tidak hanya dari tingkat pegawai tetapi juga dari tingkat pemimpin yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan rumah sakit itu sendiri. Namun penilaian terhadap kinerja baik dari pimpinan maupun motivasi pegawai belum pernah dilakukan di RSUD Kabupaten Sumedang. Secara kasat mata gaya kepemimpinan yang dilaksanakan di RSUD Kabupaten Sumedang cenderung kurang sesuai dengan kondisi dan situai pegawai di lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari cara menetapkan kebijakan maupun dari cara memberikan perintah terhadap para pegawai di RSUD Kabupaten Sumedang, sehingga motivasi kerja pegawai belum meningkat secara signifikan. Sebagai bahan kajian dalam pengelolaan rumah sakit umum, penulis kemukakan hasil tulisan Dodi Firmanda, Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta, yang menyatakan bahwa fenomena umum di dalam pengelolaan rumah sakit, adalah kesalahan yang terjadi diakibatkan oleh faktor manusia 10-20% selebihnya 80% dikarenakan sistem, kebijakan (policy) dan prosedur yang tidak jelas serta tidak konsisten. Oleh karena itu untuk mencapai hasil yang optimal , maka diperlukan sistem yang baik. Hal ini akan terwujud bila mempunyai jiwa
kepemimpinan (leadership) yang visioner, survivalist , konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu motivasi yang bersifat individu dan sulit diukur, maka kinerja (performance) berhubungan langsung dengan kompetensi pemimpin (Firmanda, 2008). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengangkat judul penelitian mengenai : PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
1.2. Identifikasi Masalah Gaya kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan iklim kerja yang kondusif. Jika seorang pemimpin mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan oleh bawahannya, maka para pegawai akan dapat bekerja dengan nyaman dan semangat yang tinggi, sehingga akan tercipta motivasi kerja yang baik. Berdasarkan uraian di atas penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1.
Gaya kepemimpinan apa yang dilakukan di RSUD Kabupaten Sumedang ?
2.
Bagaimana motivasi kerja karyawan di RSUD Kabupaten Sumedang ?
3.
Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada RSUD Kabupaten Sumedang ?
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penyusun tuliskan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi serta untuk mempelajari dan menilai pengaruh dari gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan. Sedangkan tujuan dari penelitian adalah : 1.
Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang dilakukan di RSUD Kabupaten Sumedang.
2.
Untuk mengetahui motivasi kerja karyawan di RSUD Kabupaten Sumedang.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada RSUD Kabupaten Sumedang.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1.
Bagi instansi tempat penyusun melakukan penelitian dapat berguna sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyikapi berbagai masalah yang timbul dalam RSUD Kabupaten Sumedang menyangkut pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan.
2.
Bagi penyusun, penelitian ini selain merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama, dimana penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dimana penyusun dapat memperoleh suatu gambaran yang nyata dan dapat membandingkan teori-teori yang telah
penyusun pelajari selama masa kuliah dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia kerja nyata. 3.
Bagi pembaca khususnya di lingkungan perguruan tinggi, penyusun sangat berharap agar hasil yang telah penyusun tulis dari hasil penelitian dapat sangat berguna untuk menambah pengetahuan serta wawasan khususnya di bidang sumber daya manusia.
1.5. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Sumber daya manusia baik yang menduduki posisi pimpinan maupun anggota merupakan faktor terpenting dalam setiap organisasi atau instansi baik pemerintah maupun swasta demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peran kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku para karyawan atau para pegawai pada organisasinya. Menurut B.H Raven yang dikutip oleh Wirjana , R. Bernadine dan Susilo Supardo
(2006:4)
dalam
bukunya
Kepemimpinan
Dasar-Dasar
dan
Pengembangannya , menyatakan bahwa: Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi antara seorang pemimpin dan pengikutnya untuk mencapai tujuan kelompok, organisasi, dan masyarakat . Sedangkan menurut Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern Public Administration
yang dikutip oleh Kartono (2006:57) dalam bukunya
Pemimpin dan Kepemimpinan , menyatakan bahwa : Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, dan kemampuan untuk membimbing orang .
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, maka seorang pemimpin mempunyai hak atau kemampuan untuk mempengaruhi karyawannya dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi. Kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi dan mengatur staf atau bawahan dapat dilihat dari gaya kepemimpinannya. Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai kombinasi dari falsafah keterampilan, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia sengan mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Jika seorang pemimpin mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, maka para pegawai pun akan dapat bekerja dengan nyaman dan semangat yang tinggi sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Tidak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektif dari instansi harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi. Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2007:170), terdapat beberapa gaya kepemimpinan sebagai berikut : 1. Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. 2. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki organisasi dan instansi.
3. Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari organisasi dan instansi harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi. Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan agar motivasi kerja karyawan tinggi. Seorang pimpinan dalam memberikan motivasi berarti mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Menurut Siswanto (2003:268-269) Indikator-indikator Motivasi Kerja adalah sebagai berikut: 1. Kinerja (Achievement) Melalui suatu Achievement Motivation Training (AMT) maka Enterpreneurship, sikap hidup untuk berani mengambil resiko untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi dapat dikembangkan. 2. Penghargaan (Recognition) Penghargaan, pengakuan (recognition) atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah.
3. Tantangan (Challenge) Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya. 4. Tanggung Jawab (Responsibility) Adanya rasa ikut memiliki (sense of belonging) akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab. 5. Pengembangan (Development) Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. Apalagi jika pengembangan organisasi dan instansi selalu dikaitkan dengan kinerja atau produktivitas karyawan. 6. Keterlibatan (Involvement) Rasa ikut atau involved dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya, dapat pula kotak saran dari tenaga kerja, yang dijadikan masukan untuk manajemen organisasi dan instansi merupakan perangsang yang cukup kuat untuk tenaga kerja. 7. Kesempatan (Opportunity) Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang cukup kuat bagi tenaga kerja. Peran pimpinan salah satunya adalah menyediakan lingkungan yang suportif agar para pegawai dapat berprestasi dengan baik melalui faktor faktor yang dapat memotivasi para pegawai dan bawahan. Dengan demikian hal yang dapat menentukan baik atau tidaknya motivasi kerja bawahan adalah bagaimana upaya
pemimpin
dengan
menggunakan
gaya
kepemimpinannnya
untuk
memberikan dorongan kepada bawahan, yaitu dengan memberikan dukungan dan pengawasan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi bawahan. Dalam rangka mempengaruhi bawahan agar bawahan mau (termotivasi) bekerja dengan baik, dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat
memotivasi para pegawai.
Tentunya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini, pimpinan
dihadapkan pada suatu persoalan bagaimana menciptakan situasi agar bawahan dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagimana cara memberikan pengaruhnya sehingga karyawan dapat bekerja dengan memiliki motivasi yang tinggi. Seorang pimpinan dalam memberikan motivasi berarti mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Seorang pemimpin harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan agar dapat memberikan motivasi kepada karyawan. Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk materi ataupun non materi, kebutuhan fisik ataupun rohani. Jika kebutuhan seseorang terpenuhi, maka akan timbul suatu motivasi untuk bekerja sungguh-sungguh yang akhirnya akan menghasilkan prestasi yang diharapkan. Salah satu model motivasi yang paling awal dan paling populer dikemukakan oleh Maslow yang dikutip oleh Hasibuan (2008) yang merupakan
salah satu pakar yang mengungkapkan
teori
motivasi, ia
mempetimbangkan beberapa kebutuhan untuk menjelaskan perilaku manusia, dan mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan ini mempunyai suatu hirarki; bahwa beberapa kebutuhan berada di tingkat yang lebih rendah dari pada kebutuhan lainnya. Ia juga mengemukakan bahwa kecuali jika kebutuhan tingkat lebih
rendah itu dipenuhi, kebutuhan yang lebih tinggi tidak akan berfungsi; dan setelah kebutuhan yang lebih rendah dipenuhi, kebutuhan ini tidak akan memotivasikan orang. Sedangkan menurut Peterson dan Plowman seperti dikutip oleh Hasibuan (2007:142), faktor yang menyebabkan seorang mau bekerja adalah karena: 1. The Desire to Live (Keinginan untuk Hidup) Keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang, manusia bekerja untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan hidupnya. 2. The Desire for Position (Keinginan untuk Suatu Posisi) Keinginan untuk suatu posisi dengan memiliki sesuatu merupakan keinginan manusia yang kedua dan ini salah satu sebab mengapa manusia mau bekerja. 3. The Desire for Power (Keinginan akan Kekuasaan) Keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan selangkah di atas keinginan untuk memiliki, yang mendorong orang untuk bekerja. 4. The Desire for Recognition (Keinginan akan Pengakuan) Keinginan akan pengakuan, penghormatan, dan status sosial, merupakan jenis terakhir dari kebtuhan yang mendorong orang untuk bekerja. Dengan demikian, setiap pekerja mempunyai motif keinginan (want) dan kebutuhan (needs) tertentu mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya. Kemampuan dalam diri seseorang tidak akan memberi pengaruh yang berarti dalam proses pencapaian tujuan instansi atau organisasi tanpa didukung oleh gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan situasi pegawai yang dipimpinnya serta adanya motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya. Gaya kepemimpinan merupakan
kemampuan
lebih
yang
dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang-orang yang ada dalam lingkungannya. Motivasi adalah dorongan yang timbul baik dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang dalam mencapai tujuannya. Apabila suatu instansi memiliki pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi maka akan menimbulkan motivasi kerja yang tinggi dan akan menghasilkan suatu prestasi kerja yang baik untuk tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun menarik hipotesis, yaitu : Jika gaya kepemimpinan diterapkan sesuai dengan harapan karyawan maka motivasi kerja akan meningkat.
1.6. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada RSUD Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Nazir (2003:54), mengemukakan bahwa metode deskriptif yaitu, Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai aspek-aspek yang sedang diteliti dan melakukan hubungan terhadap variabel yang diteliti
1.7.
Lokasi dan Waktu Penelitian Instansi yang akan digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian
adalah RSUD Kabupaten Sumedang yang beralamatkan di Jalan Pangeran Geusan Ulun No. 41 Sumedang, yang berlangsung selama satu bulan..