HUBUNGAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP KEJADIAN MALARIA KLINIS PADA IBU HAMIL DI DAERAH PERDESAAN INDONESIA (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010) Ayu Ratih Chaerunisa1 Tris Eryando 2 1. Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia 2. Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia Email:
[email protected];
[email protected] Abstrak Salah satu target dari MDGs adalah menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden penyakit malaria tahun 2015. Walaupun kasus malaria di Indonesia terus menerus turun secara drastis, namun kasus malaria masih tinggi. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan tempat tinggal terhadap kejadian malaria pada ibu hamil di daerah perdesaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat (faktor risiko). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang tinggal di rumah tidak permanen memiliki risiko 1,45 kali lebih besar untuk mengalami malaria klinis setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan, ibu hamil yang di sekitar rumahnya tidak ada ternak memiliki risiko 1,62 kali lebih kecil untuk mengalami malaria klinis setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan, dan ibu hamil yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan/petanu memiliki risiko untuk terkena malaria klinis 1,58 kali lebih besar daripada responden yang berkerja selain bertani/nelayan. Kata kunci: Malaria klinis, kehamilan, perdesaan
Abstract One of the targets of MDGs is to stop the spread and reduce the incidence of malaria incidence by 2015. Although cases of malaria in Indonesia continues to drop drastically, but cases of malaria is still high. This study was made in order to determine the relationship between neighborhood factors on the incidence of malaria in pregnant women in rural areas of Indonesia. This study uses data Riskesdas 2010 with univariate, bivariate, and multivariate analysis (risk factors). The results showed that pregnant women who stay at home are not permanent have 1.45 times greater risk of experiencing clinical malaria once controlled by variable work, pregnant women around her house no cattle had 1.62 times the risk of developing malaria controlled by a variable clinical after work, and pregnant women who have a job as a fisherman / Patanu are at risk for clinical malaria 1.58 times greater than the respondents who work besides farming / fishing. Keywords: clinical malaria, pregnancy, rural
1
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
2
Pendahuluan
yang masih mencapai 1,69 per 1.000
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang membutuhkan pemerintah
perhatian
serta
khusus
perbaikan
dari
perilaku
masyarakat yang dapat menghindarkan mereka dari terkenanya penyakit malaria. Menurut Professor Inarwati Maarsaulina
penduduk pada 2012 dan dianggap sulit mencapai target MDGs sebesar 1 per 1.000 penduduk di 2015. Walaupun kasus malaria di Indonesia terus menerus turun secara drastis dalam rentang lima waktu terakhir namun kasus malaria masih tinggi2.
dalam wawancaranya dengan Gatra.com mengatakan bahwa malaria merupakan masalah kesehatan negara di seluruh dunia. Beliau juga mengatakan bahwa malaria masih merupakan penyakit utama yang
menyebabkan
kematian
manusia
berkembang,
kesakitan di
salah
dan
negara-negara
satunya
adalah
Indonesia. Hasil yang didapatkan dari penelitian
Survei
Kesehatan
Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan bahwa penyakit malaria terdiri atas 15 juta kasus dan mengakibatkan 38.000 kematian setiap tahunnya. Hal itu berarti ada 4 kematian setiap jam atau sekitar 100 kematian setiap hari akibat malaria1.
Menurut The World Malaria Report 2005 yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO),
50%
penduduk
Indonesia
diperkirakan masih tinggal di daerah endemis malaria. WHO memperkirakan setidaknya terdapat 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia, dengan 30 ribu kematian. United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 2004 juga menyebutkan bahwa akibat dari penyakit malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar
US$56,6
Berdasarkan
juta
laporan
per data
tahun2. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di dapatkan kasus baru dan prevalensi
Upaya dalam melakukan penanganan penyakit malaria masih mendapat rapor merah dari Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan Pembangunan
dan
Pengendalian
(UKP4).
Hal
tersebut
disebabkan oleh jumlah kasus malaria
malaria adalah 22.9‰ dan 10.6% dan terutama ditemukan di kawasan Timur, yaitu sebesar 103‰-261‰ untuk temuan kasus
baru
prevalensinya.
dan
25%-33,8%
Malaria
lebih
untuk banyak
terjadi di perdesaan dan menyerang kelompok, namun umumnya lebih banyak
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
3
terjadi
pada
laki-laki,
petani/nelayan/buruh
dan
yang
berpendidikan rendah.
lahir
rendah,
keguguran,
prematur,
kematian
kandungan
(intra-uterine
kelahiran
janon fetal
dalam death,
IUFD), gangguan/hambatan pertumbuhan Penduduk yang paling berisiko untuk
janin (intra-uterine growth retardation,
terkena penyakit malaria adalah anak
IUGR), dan malaria bawaan. Dari hasil
balita, wanita hamil dan penduduk non-
penelitian WHO pada tahun 2005 di
imun yang mengunjungi daerah endemik
Lampung menunjukkan angka kejadian
malaria
migran
malaria pada ibu hamil sebesar 14%.
pertanian,
Sementara itu data dari rumah sakit di
seperti
(khususnya
pekerja
kehutanan,
pertambangan), pengungsi, transmigran
Timika
Papua
tahun
2004-2006
dan wisatawan. Lebih dari setengah
menunjukkan bahwa pada kelompok ibu
penduduk Indonesia masih hidup di
melahirkan ada sebanyak 16,8% yang
daerah dimana terjadi penularan malaria
menderita malaria1.
sehingga berisiko tertular malaria. Akibat dari perpindahan penduduk dan arus
Hasil penelitian yang oleh Markani (2004)
transportasi
di Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten
yang
cepat,
penderita
malaria bisa dijumpai di daerah yang
Barito
Selatan,
menunjukkan
bahwa
tidak ada penularan.
kejadian malaria berhubungan dengan lingkungan rumah dengan OR sebesar
Malaria
pada
dapat
5,2 dan lingkungan merupakan faktor
mengakibatkan berbagai dampak negatif
dominan yang menyebabkan malaria.
terhadap ibu hamil dan janin yang
Faktor
dikandungnya.
dapat
terhadap kejadian malaria adalah kondisi
dan
fisik bangunan, kebersihan lingkungan,
mengakibatkan kematian
bayi
ibu
hamil
Malaria kematian atau
ibu
menyebabkan
lingkungan
yang
berpengaruh
tempat perindukan nyamuk3.
berbagai komplikasi pada ibu, janin, dan bayi baru lahir. Komplikasi malaria pada
Sebagian besar wanita secara alamiah
ibu
demam,
memiliki efek imunitas protektif melalui
hipoglikemia, malaria serebral, edema
infeksi berulang sehingga gejala malaria
paru, dan sepsis. Pada janin dalam
pada kelompok ini samar atau bahkan
kandungan dapat mengkibatkan berat
tidak terdeteksi sama sekali. Interferensi
hamil
meliputi
anemia,
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
4
parasit malaria dalam darah ibu hamil
menginfeksi
memberi dampak lamgsung baik pada
falciparum; dan sub-genus Vinckeia yang
ibu,
yang
tidak menginfeksi manusia (menginfeksi
dikandungnya. Ibu hamil yang sering
kelelawar, binatang mengerat, dan lain-
menderita anemia yang nantinya anak
lain).
plasenta,
maupun
bayi
yang dilahirkan akan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). Di Indonesia angka kematian bayi masih termasuk tinggi di Asia sebagian besar diakibatkan oleh BBLR yang sering ditemukan pada wanita
hamil
yang
anemia
selama
kehamilan menjadi lebih tinggi jika ibu menderita malaria. Lingkungan tempat tinggal yang kumuh serta sanitasi yang buruk bisa menjadi penyebab utama timbulnya penyakit malaria karena parit, persawahan,
empang,
genangan
air
merupakan sarang nyamuk Anopheles3.
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, suatu protozoa darah yang termasuk dalam phyllum Apicomplexa, kelas Sporozoa, subkelas Coccidiida, ordo Eucoccidides, sub-ordo Haemosporididiidea, famili Plasmodiidae, genus Plasmodium. Genus Plasmodium dibagi menjadi tiga sub-genus, yaitu subgenus Plasmodium dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah P. vivax, P. dan
Laverania
P.
adalah
P.
Penularan malaria diawali dari adanya nyamuk
Anopheles
penderita
yang
malaria
menggigit
sehingga
parasit
malaria (gametosit) yang ada dalam tubuh
penderita
nyamuk
akan
sewaktu
menghisap
darah
terbawa
oleh
nyamuk
tersebut
penderita.
Nyamuk
Anopheles yang menghisap darah adalah nyamuk
Anopheles
betina
yang
memerlukan darah untuk pertumbuhan telurnya. Nyamuk yang telah menghisap darah penderita akan terinfeksi oleh parasit
malaria.
Selanjutnya,
nyamuk
yang telah mengandung parasit malaria
Tinjauan Teoritis
ovale,
manusia
malarie;
dengan
sub-genus
spesies
yang
tersebut menggigit orang sehat sehingga orang sehat yang digigit oleh nyamuk yang
sudah
terinfeksi
parasit
akan
menderita malaria karena saat digigit, parasit malaria (sporozoit) yang ada dalam tubuh nyamuk akan masuk ke dalam darah manusia yang digigit. Menurut berbagai penelitian mengenai malaria didapat faktor dari individu yang berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah
umur,
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
pendidikan,
pekerjaan,
5
perkembangbiakan
serta ditambah dengan faktor lingkungan
Terdapat berbagai jenis pekerjaan yang
dari tempat tinggal individu tersebut.
mempunyai hubungan dengan penyakit
Diketahui, bahwa ada penyakit yang
malaria. Pekerjaan tertentu merupakan
sering disebut penyakit anak, penyakit
faktor
orang tua, dan lain-lain. Misalnya pada
misalnya berkebun sampai menginap
anak-anak
polop,
berminggu-minggu, pekerjaan menyadap
pertusis, diphteri, cacar, dan lain lain.
karet di hutan, nelayan, buruh bongkar
Penyakit-penyakit
muat barang yang kerja pada malam hari
penyakit
morbili, tersebut
serting
risiko
vektor
penyakit4.
pemakaian kelambu, dan tingkat ekonomi
untuk
terkena
menyerang anak-naka disebabkan anak
sehingga
belum mempunyai kekebalan terhadap
memberi peluang untuk kontak dengan
penyakit
nyamuk5.
tersebut.
Sedangakan
pada
pekerjaan
malaria,
tersebut
akan
orang tua, penyakit digolongkan menjadi Penggunaan
penyakit degeneratif, seperti rheumatic,
kelambu
osteoporosis, kardiovaskules, dan lain-
berinsektisida pada ibu hamil di Afrika
lain.
umur
adalah efektif untuk mengurangi kejadian
mempengaruhi kekebalan, hormonal, dan
malaria pada plasenta, malaria perifer
ketahanan tubuh maka umur sangat
pada semua kehamilan serta penurunan
mempengaruhi penyakit yang diderita.
angka kejadian BBLR, lahir mati dan
Kualitas
keguguran pada kehamilan 1 sampai 4.
Dapat
dilihat
pendidikan
bahwa
dapat
dikatakan
berbanding lurus dengan pencegahan
Penggunaan
penyakit.
orang
pada ibu hamil di Asia dihubungkan
dapat membedakan makanan yang sehat
dengan penurunan risiko mengalami lahir
dan tidak sehat, mengetahui penularan
mati
penyakit dan melakukan pencegahan
kehamilan namun tidak berfek terhadap
perkembangbiakan Kualitas
Dengan
pendidikan
pendidikan,
atau
kelambu
keguguran
berinsektisida
pada
semua
vektor
penyakit.
BBLR6. Berdasarkan laporan dari Riset
dapat
dikatakan
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
2010,
berbanding lurus dengan pencegahan
cakupan
penyakit.
orang
(berinsektisida dan tidak) dilaporkan 26.1
dapat membedakan makanan yang sehat
persen dan 12.9 persen di antaranya
dan tidak sehat, mengetahui penularan
merupakan kelambu berinsektisida atau
Dengan
pendidikan,
pemakaian
penyakit dan melakukan pencegahan
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
kelambu
6
cakupan kelambu berinsektisida pada semua penduduk adalah 3.4 persen.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan analisis data
Masyarakat miskin banyak menderita
sekunder dari Riset Kesehatan Dasar
malaria
(Riskesdas)
karena
rendahnya
status
2010
dimana
desain
penelitian
yang
digunakan
terbatasnya akses terhadap pelayanan
Riskesdas
2010
adalah
kesehatan karena kendala geografis dan
menggunakan
kendala
desain yang mengukur suatu kejadian
kesehatan
ekonomi
yang
biaya
(cost
memilki
rendah
barrier).
hubungan
yang
status
oleh
Status dengan
masyarakat7
pengetahuan masyarakat
disebabkan
sehingga ekonominya
pengetahuan
mengenai
kesehatan juga rendah. Sehingga risiko masyarakat yang berekonomi rendah untuk terjangkit penyakit menjadi lebih tinggi daripada masyarakat yang status ekonominya tinggi.
pada
waktu
variabel
cross tertentu
yang
oleh dengan
sectional, dan
yaitu
mengukur
diperlukan
secara
bersamaan. Populasi
pada
penelitian
ini
adalah
seluruh wanita hamil di Indonesia. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah semua sampel ibu hamil yang telah dikumpulkan pada data Riskesdas 2010. Sehingga sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah responden
Manusia adalah makhluk hidup yang bergantung
pada
lingkungan
untuk
kelangsungan hidupnya. Manusia perlu udara,
makanan,
minuman,
tempat
tinggal, perkerjaan, dan aktivitas lainnya serta
tempat
untuk
beristirahat
terakhirnya. Penularan penyakit menular dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Penularan secara langusng yaitu perpindahan agen penyakit antara individu yang terinfeksi dan individu yang rentan melalui kontak langsung.
yang tercatat pada data Riskesdas 2010 dan
memenuhi
kriteria
inklusi
dan
eksklusi. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah wanita yang berusia 10 – 54 tahun
dan
sedang
hamil.
Peneliti
mengambil sampel wanita hamil yang saat pengambilan data Riskesdas 2010 dalam keadaan hamil dan bertempat tinggal di perdesaan (1336 responden) sehingga
untuk
wanita
hamil
yang
bertempat tinggal di perkotaan (1132 responden) dikeluarkan dari data.
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
7
Hal yang ingin diteliti oleh peneliti adalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
kejadian malaria klinis pada ibu hamil
dari 1321 responden ibu hamil yang
yang
tinggal
tinggal
di
daerah
perdesaan.
di
perdesaan,
responden
lingkungan
dengan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kejadian malaria klinis pada ibu hamil di
1 dari 7 responden mengalami malaria
daerah perdesaan Indonesia.
klinis pada ibu hamil yang tinggal di
tinggal
malaria
1/7
Peneliti ingin melihat hubungan faktor tempat
mengalami
hampir
klinis.
daerah perdesaan Indonesia. Dalam
pengolahan
data
ini,
apabila
terdapat data yang missing pada variabel yang
berkontribusi
terhadap
14%
variabel
dependen akan dihapus dari data. Untuk variabel
indepen,
missing
Ya
Tidak
tidak
dihilangkan. Pada variabel jenis rumah, 86%
dikategorikan menjadi dua, yaitu rumah
Gambar 1 Kejadian Unmet Need
permanen dan rumah tidak permanen. Peneliti
membagi
menjadi
klasifikasi
tersebut berdasarkan diniding terluas
Gambaran Karakteristik. Pada analisis
yang ada di rumah ibu. Analisis data
bivariat menunjukkan bahwa pada usia
dilakukan secara univariat, bivariat, dan
subur,
multivariat. Pada penelitian ini, analisis
banyak
memperhitungkan
bobot
kelompok usia lainnya. Hasil analisis
sebagai akibat dari penggunaan metode
menunjukkan bahwa kejadian malaria
cluster sampling pada waktu pemilihan
klinis antara kelompok umur dibawah 15
subjek
tahun, 15 sampai 49 tahun, dan diatas 49
atau
weight
sampel
atau
penelitian
saat
kejadian terjadi
klinis
dibandingkan
terlebih dahulu agar jumlah responden
kelompok umur 15 tahun dan 15 sampai
yang
49 tahun hanya terdapat perbedaan
mengalami
pembengkakan (Besral, 2010).
berbeda.
pada
tahun
tidak
terlalu
lebih
pengumpulan data. Bobot dinormalisasi dianalisis
tidak
malaria
Pada
sebesar 2%. Nilai selang kepercayaan OR (95% CI) masing-masing kategori
Hasil Penelitian
variabel kelompok umur menunjukkan
Gambaran Kejadian Unmet Need
nilai antara 0 sampai 1 , yaitu antara 0.36
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
8
hingga 1.98 dan 0.096 hingga 1.25. Ini
mengenyam pendidikan lebih dari SMP.
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
Terdapat selisih yang tidak terlalu besar
antara kelompok umur responden dengan
antara ibu hamil yang berpendidikan
kejadian malaria klinis.
tinggi dan ibu hamil yang berpendidikan
Peneliti
mengelompokkan
menjadi
pendidikan
pendidikan
rendah
dan
pendidikan tinggi. Responden memiliki pendidikan
rendah
jika
responden
mengenyam pendidikan hingga tamat SMP
dan
pendidikan
tinggi
jika
rendah terhadap kejadian malaria klinis. Nilai selang kepercayaan OR (95% CI) menunjukkan nilai antara 0 sampai 1 yaitu 0.58 – 1.18. Ini menunjukkan bahwa tidak
adanya
hubungan
antara
pendidikan responden terhadap kejadian malaria klinis pada ibu hamil.
Tabel 1 Gambaran Karakteristik Ibu % Malaria Klinis Variabel Frekuensi
Umur Responden -‐ < 15 tahun -‐ 15 – 49 tahun -‐ > 49 tahun
Nilai p
OR (95%CI)
1 1.18 (0.5 – 2.75) 2.896 (0.8 – 10.47)
83 (6.3%) 1223 (92.6%) 15 (1.1%)
73 (88%) 1053 (86%) 11 (72%)
0.30 5
290 (22%)
73 (12%)
0.07
1031 (78%)
110 (15.7%)
Pekerjaan -‐ Tidak berisiko -‐ Berisiko
1016 (77%) 305 (23%)
125 (12%) 59 (19%)
0.01
1 1.72 (1.15 – 2.58)
Tingkat ekonomi -‐ Kuintil 5 -‐ Kuintil 4 -‐ Kuintil 3 -‐ Kuintil 2 -‐ Kuintil 1
4148 (11%) 225 (17%) 296 (22%) 301 (23%) 350 (27%)
131 (89%) 191 (85%) 257 (87%) 262 (87%) 296 (84%)
0.61
1 1.38 (0.76 – 2.49) 1.21 (0.67 – 2.18) 1.2 (0.69 – 2.08) 1.45 (0.89 – 2.35)
Pendidikan -‐ Pendidikan tinggi (≥ SMP) -‐ Pendidikan rendah (< SMP)
Peneliti mengkategorikan jenis pekerjaan responden yaitu menjadi pekerjaan yang
1.39 (0.97 – 1.985)
berisiko terkena malaria dan pekerjaan yang tidak berisiko terkena malaria. Terdapat perbedaan yang cukup besar
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
9
Responden
mengenai kejadian malaria klinis antara responden
yang
memiliki
responden
kekayaan
dengan
paling
besar
tingkat memiliki
berisiko malaria dan responden yang
persentase paling besar di antara tingkat
pekerjaannya tidak memiliki risiko malaria
kekayaan lainnya. Selisih antar kategori
yaitu hingga 7%. Hal ini dapat juga dilihat
dari variabel pengeluaran tidak terlalu
dari nilai OR dimana responden yang
besar, yaitu sekitar 3-4%. Nilai selang
memiliki pekerjaan berisiko memiliki odds
kepercayaan OR (95% CI) pada semua
1.72 kali leih besar untuk mengalami
kategori yaitu antara 0 hingga 1. Maka
kejadian
dibandingkan
dapat dikatakan bahwa pengeluaran tidak
dengan responden yang pekerjaannya
berhubungan dengan kejadian malaria
tidak
klinis pada ibu hamil.
malaria
berisiko
klinis
malaria.
Nilai
selang
kepercayaan OR (95% CI) yang dimiliki adalah antara 1.15 hingga 2.58.
Tabel 2. Gambaran Lingkungan Tempat Tinggal Frekuensi
% Malaria Klinis
Jenis Rumah -‐ Permanen -‐ Tidak Permanen
627 (47%) 694 (52.2%)
557 (11.2%) 580 (16.4%)
0.043
Keberadaan Ternak -‐ Ya -‐ Tidak
159 (12%) 1162 (88%)
30 (20%) 152 (13%)
0.018
Variabel
Pada hasil analisis terlihat adanya selisih sebesar 5%. Hasil bivariat dari variabel jenis
rumah
menunjukkan
bahwa
responden yang tinggal di rumah yang tidak permanen memiliki risiko 1.56 kali
Nilai p
OR (95% CI)
1.56 (1.01 – 2.39)
0.62 (0.41 – 0.92)
kepercayaan OR (95% CI) antara 1.01 hingga 2.39. Dengan demikian, dapat dikatakan ada hubungan kejadian malaria klinis dengan jenis rumah yang ditinggali oleh responden.
lebih besar untuk mengalami malaria
Responden
klinis daripada responden yang tinggal di
tidak memiliki hewan ternak lebih banyak
rumah
daripada
permanen.
Nilai
selang
yang
disekitar
responden
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
yang
rumahnya disekitar
10
rumahnya memiliki hewan ternak. Hasil
dapat
analisis menunjukkan bahwa 8 dari 10
hubungan
orang
ternak terhadap kejadian malaria klinis.
responden
rumahnya
yang
memiliki
disekitar
hewan
ternak.
Kejadian malaria klinis pada responden yang disekitar rumahnya memiliki hewan ternak lebih besar daripada responden yang disekitar rumahnya tidak memiliki hewan
ternak.
Terdapat
selisih
perbedaan 7%. Hal ini dapat terlihat pada nilai OR dimana responden yang disekitar rumahnya tidak memiliki ternak memiliki efek protektif 0.62 kali lebih kecil untuk mengalami daripada
kejadian responden
malaria yang
klinis
disekitar
rumahnya memiliki hewan ternak. Nilai selang kepercayaan OR (95% CI) antara 0.41 hingga 0.92. Berdasarkan nilai p yang berada di bawah 0.05 dan 95% CI
disimpulkan antara
bahwa keberadaan
Frekuensi
Penggunaan Kelambu Saat Tidur -‐ Ya -‐ Tidak
590 (48%) 648 (52%)
hewan
Penggunaan Kelambu. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak menggunakan kelambu saat mereka tidur. Dapat dikatakan bahwa 5 dari 10 orang ibu hamil tidur tidak menggunakan hasil bahwa
kelambu.
Berdasarkan
bivariat
menunjukkan
analisis
persentase
responden
yang
mengalami kejadian malaria klinis antar dua kategori berbeda sebesar 3.2%. Hal ini terlihat dari nilai p dan selang kepercayaan OR (95%). Nilai p lebih besar dari 0,05 (nilai p = 0.09) sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan antara
penggunaan
kelambu
dengan
kejadian malaria klinis pada ibu hamil.
Tabel 3. Gambaran Penggunaan Kelambu Variabel
terdapat
% Kejadian Malaria
93 (15.7%) 81 (12.5%)
nilai p
OR (95% CI)
0.09 0.76 (0.56 – 1.05)
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
11
Tabel 4. Faktor Risiko Terhadap Malaria
-‐ -‐ -‐
Variabel
Nilai p
OR (95% CI)
Jenis rumah Keberadaan ternak Kerja
0.1 0.02 0.029
1.45 (0.93 – 2.28) 1.62 (1.08 – 2.41) 1.58 (1.05 – 2.4)
Model akhir regresi logistik pada tabel 5.13
menunjukkan
bahwa
status
yang
dimiliki
adalah
antara
1.07
hingga 2.4.
secara
Variabel jenis rumah setelah di kontrol
statistik dengan kejadian malaria klinis
oleh variabel kerja mempunyai OR
pada ibu hamil dengan nilai OR
sebesar 1.45, dapat dikatakan ibu
sebesar 1.71, berarti ibu hamil yang
hamil yang tinggal di rumah tidak
memiliki
berisiko
permanen memiliki risiko 1.45 kali
(petani/nelayan) memiliki risiko 1.58
lebih tinggi untuk menderita malaria
kali
klinis dibanding dengan ibu yang
pekerjaan
berhubungan
pekerjaan
lebih
tinggi
untuk
menderita
malaria klinis dibandingkan dengan ibu hamil
yang
pekerjaannya
selain
Nilai
selang
petani/nelayan. kepercayaan
OR
(95%
CI)
yang
dimiliki adalah antara 1.14 hingga 2.56.
tinggal di jenis rumah permanen. Hasil analisis mengenai hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria klinis pada ibu hamil yang tinggal di daerah
perdesaan
bahwa
ada
hubungan
antara
berisiko
terkena
Variabel keberadaan ternak setelah di
pekerjaan
dikontrol
kerja
malaria dengan kejadian malaria klinis.
mempunyai nilai OR sebesar 1.6,
Penelitian yang dilakukan oleh Ndoen
dapat
menemukan
oleh
dikatakan
variabel ibu
hamil
yang
yang
menunjukkan
bahwa
petani
dan
disekitar rumahnya memiliki ternak
nelayan memiliki risiko lebih besar
mempunyai risiko 1.6 kali lebih besar
untuk tertular malaria dibandingkan
untuk
dengan jenis pekerjaan lainnya. Pada
menderita
malaria
klinis
daripada ibu hamil yang disekitar
penelitian
ini,
rumahnya tidak memiliki ternak. Nilai
responden
selang kepercayaan OR (95% CI)
petani mempunyai risiko 1.48 kali lebih
yang
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
didapatkan bekerja
bahwa sebagai
12
besar
untuk
malaria
kejadian
konstruksi yang tidak layak (lantai
responden
tanah, dinding dari bambu, dan atap
mengalami
klinis
daripada
yang tidak bekerja. Sebaiknya ibu
dari
hamil tidak melakukan pekerjaan yang
rumah yang rumahnya layak. Hal ini
memiliki risiko terkena malaria, serta
juga
tidak melakukan pekerjaan yang bisa
penelitian dari Yoga (1999) dalam
mengancam kandungannya.
Babba, dkk (2006) yang menyatakan
Hasil penelitian mengenai hubungan jenis
rumah
yang
tinggali
oleh
responden dengan kejadian malaria klinis
pada
ibu
hamil
di
daerah
perdesaan menujukkan bahwa ada hubungan
antara
kejadian
malaria
dengan jenis rumah yang ditempati oleh
responden.
jenis
rumahnya
memiliki
risiko
Responden tidak 1.56
yang
permanen kali
untuk
jerami)
dibandingkan
diperkuat
dengan
dengan melihat
bahwa keadaan kualitas rumah sangat berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penularan malaria di dalam rumah. Penduduk dengan rumah yang dindingnya banyak berlubang berisiko sakit malaria 18 kali dibandingkan dengan
rumah
penduduk
dengan
dinding rapat. Pada
hasil
bahwa
analisis
setengah
menunjukkan
dari
responden
daripada
tinggal di jenis rumah yang tidak
rumahnya
permanen. Hal ini bisa meningkatkan
permanen. Penelitian oleh Nurlette,
risiko ibu hamil untuk terkena malaria.
dkk
bahwa
Perlu dilakukan penyuluhan mengenai
rumah
faktor-faktor
mengalami
malaria
responden
yang
(2012)
responden
klinis jenis
menunjukkan yang
memiliki
yang
menyebabkan
dengan jenis rumah permanen dimana
malaria
kepada
dinding terbuat dari semen memiliki
mereka
lebih
persentase lebih tinggi (667%) positif
upaya promotif dengan meningkatkan
malaria
pengetahuan
daripada
responden
yang
masyarakat bisa
meningkatkan
masyarakat
masyarakat
tidak memiliki kerapatan. Berdasarkan
terhadap
studi yang dilakukan oleh Gamage-
Pengendalian
Mendis di Sri Lanka tahun 1991, risiko
pengelolaan
terhadap
terkena malaria terjadi lebih besar
perindukan
vektor
pada
dibutuhkan kerjasama lintas sektor
rumah
yang
memiliki
lebih
sehingga
tinggal di rumah dengan dinding yang
jenis
bisa
agar
kejadian lingkungan
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
waspada malaria. terutama tempat sehingga
13
dan
lintas
program
agar
bisa
mengurangi
kejadian
malaria
di
perdesaan.
kepemilikan ternak dengan kejadian klinis
menunjukkan antara
Kemudian
menurut
Yudhastuti (2005) dalam Yudhastuti (2008) bahwa adanya ternak besar
Hasil analisis mengenai hubungan malaria
tinggalnya.
pada adanya
kepemilikan
ibu
hamil
hubungan
sapi
dan
kerbay
dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah.
dengan
Adanya risiko terkena malaria pada
kejadian malaria. Pada responden
orang yang memiliki hewan ternak
yang memiliki ternak berisiko untuk
dipengaruhi oleh letak kandang ternak
mengalami malaria klinis 1.62 kali
yang berada di dalam rumah. Hal ini
lebih besar daripada responden yang
sejalan
tidak memiliki ternak. Hal ini sejalan
dilakukan
dengan penielitian Supriyatno (2004)
bahwa keberadaan letak kandang di
yang menunjukkan bahwa kepemilikan
dalam rumah meningkatkan risiko 17
ternak mempunyai risiko 2.37 kali lebih
kali untuk terkena malaria. Penelitian
besar untuk terkena malaria daripada
oleh Yudhastuti (2008) menyatakan
yang tidak memiliki ternak. Sedangkan
bahwa dari hasil observasi konstruksi
menurut Arsin adanya hewan ternak
kandang
seperti sapi, kerbau dan babi dapat
responden
mengurangi jumlah gigitan nyamuk
hewan ternak di luar rumah, walaupun
pada manusia apabila hewan ternak
jarak kandang dengan rumah tak lebih
tersebut dikandangkan tidak jauh dari
dari
rumah
berpengaruh
tempat
ternak
seperti
tinggal
manusia.
dengan oleh
penelitian Bambang
(2006)
menunjukkan
10
meletakkan
meter.
yang
bahwa kandang
Keadaan
terhadap
ini
penularan
oleh
malaria. Konstruksi kandang di luar
penelitian Erdinal, dkk (2006) bahwa
rumah dan dengan konstruksi terbuka
responden
dapat memudahkan nyamuk keluar
Pernyataan
ternak
ini
diperkuat
yang
besar
di
tidak
memelihara
sekitar
tempat
masuk
kandang.
Hal
ini
dapat
tinggalnya mempunyai risiko 3.2 kali
mempengaruhi kontak antara manusia
lebih besar untuk terkena malaria
dengan nyamuk.
daripada responden yang memelihara ternak
besar
di
sekitar
tempat
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
14
Harijanto
(2000)
bahwa
mengemukakan
apabila
jumlah
ternak
malaria.
Di
daerah
dengan
penyebaran malaria tinggi, kelambu
berkurang maka nyamuk akan beralih
diharuskan
menggigit manusia sehingga nyamuk
insektisida terlebih dahulu. Namun,
zoofilik
pada
menjadi
antrofilik.
Zoofilik
dicelup
penelitian
adalah perilaku nyamuk yang lebih
menunjukkan
suka
darah
dikatakan
juga
ini
dalam
hasil
bahwa
analisis
penggunaan
darah
binatang
kelambu tidak berhubungan dengan
manusia.
Namun,
kejadian malaria (nilai p = 0.09)
menghisap
daripada
ke
teori
dengan OR sebesar 0.76. Penelitian
bahwa perilaku nyamuk dewasa lebih
yang dilakukan oleh Erdinal,dkk (2006)
banyak
zoofilik
di Kampar Kiri Tengah Kabupaten
menyukai
Kampar Propinsi Riau menunjukkan
antrofilik
sehingga darah
di
beberapa daripada
nyamuk
manusia
lebih daripada
hewan.
bahwa
pemakaian
kelambu
lbih
berhubungan dengan kejadian malaria
senang menghisap darah manusia
dengan nilai p = 0.017. Penelitian oleh
daripada
Nyamuk Anopheles sundaicus darah
sepanjang
malam.
dengan
dan
aktif
Babba
Demikian
pula
adanya hubungan antara penggunaan
ternak
nyamuk
barbirostris
juga
menghisap
darah
analisis
dari
Anopheles
(2006)
kelambu
juga
dengan
menunjukkan
kejadian
malaria
senang
(nilai p = 0.04) dan OR sebesar 2.28.
manusia.
Hasil
Pada penelitian Samino, dkk (2011)
penelitian
ini
lebih
menunjukkan
bahwa
penggunaan
ternak
kelambu saat tidur merupakan faktor
memiliki hubungan yang signifikan
yang paling dominan dengan kejadian
(nilai p = 0.018) terhadap kejadian
malaria (nilai p = 0.003 dengan OR =
malaria
3.9).
menunjukkan
klinis
Beberapa
kepemilikan
pada
penelitian
ibu
hamil.
menunjukkan
bahwa wanita mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria. Penggunaan
kelambu
Di banyak tempat, program pelayanan kehamilan dengan
menawarkan
harga
murah
kelambu
atau
gratis
kepada para wanita dan anak-anak. Adanya pos malaria desa (posmaldes)
saat
tidur
malam hari bisa mencegah kejadian
sebagai masyarakat
wadah dalam
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
pemberdayaan pengendalian
15
malaria yang dibentuk dari, oleh, dan
integrasi pelayanan
untuk masyarakat secara mandiri dan
dengan beberapa program lain yang
bekelanjutan
untuk
sasarannya adalah ibu hamil, salah
meningkatkan jangkauan penemuan
satu program yang di integrasikan
kasus malaria melalui peran aktif
dalam pelayanan antenatal terintegrasi
masyarakat dan dirujuk ke fasilitas
adalah Pencegahan Malaria dalam
kesehatan terdekat dan meningkatkan
Kehamilan (PMDK). Program PMDK
partisipasi
diharapkan bisa mengurangi kejadian
bertujuan
masyarakat
dalam
pencegahan malaria. Sekitar 45% dari desa
endemis
daerah
malaria
terpencil
komunikasi
akses
malaria pada ibu hamil.
merupakan
(transportasi
sulit,
antenatal rutin
dan
pelayanan
Kesimpulan dan Saran
kesehatan rendah, sosial ekonomi
Dari hasil penelitian yang dilakukan
masyarakat
dapat disimpulkan bahwa responden
rendah,
penemuan
kasus
cakupan
malaria
oleh
yang
mengalami
kejadian
malaria
Puskesmas rendah, pengobatan tidak
klinis pada ibu hamil di perdesaan
sempurna karena banyak obat malaria
sebanyak 14%.
dijual bebas).
Ibu hamil yang tinggal di rumah yang
Pemeriksaan antenatal care (ANC)
tidak permanen memiliki risiko 1.45
adalah pemeriksaan kehamilan untuk
kali lebih besar untuk mengalami
mengoptimalkan
malaria klinis dibanding ibu yang
kesehatan
mental
dan fisik ibu hamil sehingga mampu
tinggal di rumah permanen.
menghadapi persalinan, kala nifas,
Keberadaan ternak disekitar rumah
persiapan kembalinya
pemberian kesehatan
ASI
dan
reproduksi
secara wajar. Pelayanan antenatal adalah
untuk
mencegah
adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan dideteksi
bahwa sedini
komplikasi
mungkin
serta
memiliki hubungan dengan kejadian malaria
klinis
Responden
yang
terintegrasi
ibu
hamil.
memiliki
ternak
memiliki risiko 1.62 kali lebih kecil untuk
mengalami
malaria
klinis
dibandingkan responden yang tidak memiliki ternak.
ditangani secara memadai. Pelayanan antenatal
pada
merupakan
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
16
ada
ibu hamil dengan melakukan kegiatan
hubungan antara pekerjaan terhadap
kerja bakti untuk menjaga kebersihan
kejadian malaria klinis pada ibu hamil.
lingkungan di sekitar tempat tinggal.
Pada
karakteristik
responden
Responden yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan/petani memiliki risiko untuk terkena malaria klinis 1.58 kali lebih besar daripada responden yang bekerja selain petani/nelayan.
belum mencapai hasil yang optimal beberapa
tempat
perindukan
hambatan,
yaitu
malaria
yang
tersebar luas, jumlah penderita yang sangat
banyak
serta
keterbatasan
sumber daya manusia dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan
adalah
pencegahan
usaha-usaha
terhadap
penularan
parasit. Salah satu tindakan protektif ini
yaitu
kelambu
dengan tidur
menggunakan
dengan
insektisida
permetrin pada saat tidur malam. Meningkatkan
KIE
informasi,
edukasi)
dan
Terima kasih kepada Bapak Dr. drs. Tris
Usaha pembasmian penyakit malaria karena
Ucapan Terima Kasih
(komunikasi, terhadap
wanita hamil di tempat pelayanan kesehatan untuk kegiatan konseling ANC (antenatal care). Menggerakan kembali program suami
Eryando,
M.A
selaku
dosen
pembimbing yang selalu memberikan saran dalam penelitian saya, Ibu dr. Telly
Purnamasari,
M.Epid
selaku
penguji luar dari Litbangkes, Ibu Popy Yuniar, SKM, MM dari Departemen Biostatistik dan Kependudukan FKM UI, orang tua saya dan keluarga besar, teman-teman
satu
Departemen
angkatan
Biostatistik
di dan
Kependudukan FKM UI, dan semua pihak
yang
telah
membantu
kelancaran penulisan penelitian ini. Daftar Pustaka Anonim. (2011). Ayo Lindungi Ibu Hamil dari Malaria. Agustus 15, 2011.http://www.gizikia.depkes.go.i d/archives/2878 2. Susanto, Cornelius Eko. (2013). Malaria Masih Tinggi, Sulit Penuhi Target Kasus MDGs. 1 April 2013. http://www.metrotvnews.com/lifestyl e/read/2013/04/01/11/142953/Mala ria-masih-Tinggi-Sulit-Penuhi-Ta 3. Soemirat, J. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1.
siaga untuk meningkatkan kesehatan
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013
17
Soemirat, J. (2000). Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 5. Achmadi, U. F. (2008). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 6. Wahyuni, Endang Uji (2012). Hubungan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Kejadian Malaria Pada Balita Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 7. Ifada, Ingga(2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pelayanan Kesehatan Mata. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 8. Babba, Ikarayama, dkk(2006). Faktor-Faktor risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hanadi Kota Jayapura. Artikel Publikasi 9. Buletin Malaria Triwulan I(2001). Kementerian Kesehatan RI 10. Dwiprahasto, Iwan. “Malaria dan Kehamilan: Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi Serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi” terdapat dalam http://lib.ugm.ac.id/digitasi/index.ph p?module=cari_hasil_full&idbuku=2 51 diakses 6 Juni 2013Pukul 22:06 11. Hadi K., Bambang(2006). “Kandang Ternak dan Lingkungan Kaitannya Dengan Kepadatan Vektor Anopheles aconitus di Daerah Endemis Malaria (Studi Kasus di Kabupaten Jepara” terdapat dalam http://eprints.undip.ac.id/5240/ diakses 6 Juli 2013 Pukul 07.00
4.
12. Harijanto,
P.N(1999). Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 13. Harijanto, P.N(2008). Malaria: Dari Molekuler ke Klinis, Ed.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 14. Laporan Riskesdas 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. 15. Ndoen, Erni ML. Faktor-faktor lingkungan dan model ekoepidemiologi malaria di Indonesia. Abstrak Seminar 16. Schmielgelow, Christentze et al. Malaria and Fetal Growth Alterations in the 3rd Trimester of Pregnancy: A Longitudinal Ultrasound Study. Plos One. January 2013; Vol 8
Hubungan lingkungan…, Ayu Ratih Chaerunisa, FKM UI, 2013