Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individu atau keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Salah saji dapat terjadi karena: - Penerapan prinsip yang keliru - Penyimpangan fakta - Dihilangkannya informasi yang diperlukan Aplikasi Materiality Dalam Auditing Audit dirancang dan dilaksanakan untuk mengungkapkan salah saji material Pendapat auditor dibatasi pada informasi yang material Auditor perlu menentukan materiality dari salah saji informasi akuntansi Semakin rendah materiality yang ditentukan, semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan.
Ada lima tahapan dalam penetapan materialitas : Tahap 1 Perencanaan Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat resiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan jumlah yang rendah, lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan dari pada jumlah yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan 1. Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolute salah saji dalam jumlah.
2. Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas 3. Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas B. SALAH SAJI YANG DAPAT DITOLERANSI (TOLERABLE MISSTATEMENT) 1. Mengalokasikan preliminary judgment kepada setiap segment audit 2. Jumlah maksimum salah saji dalam suatu segment yang dianggap tidak material.
Ditentukan berdasarkan hasil pengujian terhadap suatu sampel Estimasi salah saji ini dihitung dengan berdasarkan kepada pengujian audit yang sebenarnya. Estimasi salah saji dihitung dengan berdasarkan kepada pengujian audit yang sebenarnya. Salah satu cara untuk menghitung estimasi ini adalah dengan misstatement yang ditemukan dalam suatu sample diproyeksikan kepada populasinya.
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit, seperti adanya ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit selesai. Risiko tersebut sulit diukur dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan seksama. Bagaimana auditor menangani risiko-risiko ini dengan pantas adalah sangat penting dalam menjaga mutu suatu audit.
1.
Resiko bawaan (inherent risk)
2.
Resiko pengendalian (control risk)
3. Resiko deteksi (detection risk)
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko pengendalian terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, berbeda dengan risiko deteksi, risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.
Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
Apabila tingkat risiko pengendalian yang diperhitungkan turun, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima naik. Oleh karena itu auditor mungkin mengubah sifat, saat dan lingkup pengujian substantif yang dilaksanakan.
Hubungan risiko bawaan dan risiko penemuan serta rencana pengumpulan bahan bukti adalah bahwa risiko bawaan sifatnya adalah berbanding terbalik dengan risiko penemuan, dan berbanding lurus dengan bahan bukti.