Atlet Panahan Boyong Medali untuk Jatim UNAIR NEWS – Provinsi Jawa Timur meraih puncak tertinggi alias menjadi juara umum dalam cabang olahraga panahan Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat. Jatim memperoleh 6 emas, 4 perak, dan 4 perunggu. Beberapa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Panahan Universitas Airlangga menjadi penyumbang medali untuk Jatim. Mereka adalah Tiara Sakti Ramadhan (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Della Adisty Handayani (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Irvaldi Ananda Putera (FISIP), Garrincha Didi Nugroho (Fakultas Sains dan Teknologi), Diananda Choirunisa (Fakultas Psikologi), Yoke Rizaldy Akbar (Fakultas Ilmu Budaya), dan Ashiefa Nur Haenza (Fakultas Hukum). Perlombaan Panahan pada PON XIX 2016 ini dilangsungkan di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung pada Kamis (20/9). Untuk berlaga di ajang PON XIX Jabar, mereka menjalani pelatihan terpusat intensif dan karantina di asrama atlet Komite Olahraga Nasional Indonesia Jatim sejak Januari 2016. Mereka juga dilatih secara langsung oleh Lilies Handayani atlet panahan putri senior yang juga orang tua Della. “Aku sampai tak bisa berkata-kata betapa bersyukurnya aku bisa melihat senyum kebahagiaan kedua orang tuaku. Aku tahu aku belum bisa mendapatkan emas tapi aku sudah melakukan yang terbaik,” tutur Tiara dalam akun Instagram miliknya. Tiara adalah peraih medali perak cabor panahan PON XIX Jabar.
Anggota UKM PANAHN UNAIR yang berlaga di PON XIX 2016. (Foto: Istimewa) Para atlet panahan yang juga anggota UKM Panahan ini sebelumnya juga pernah berlaga di beberapa turnamen sebagai ajang uji coba, diantaranya Surabaya Archery Open Tournament 5th tahun 2016, dan ASEAN University Games ke-18. Berikut perolehan medali yang didapat atlet panahan UNAIR untuk Jatim: 1. Irvaldi Ananda Putera, peraih emas nomor beregu recurve putra 2. Della Adisty Handayani, peraih perunggu nomor aduan beregu compound putri 3. Tiara Sakti Ramadhani, peraih dua perunggu nomor beregu compound putri dan perorangan compound putri 4. Yoke Rizaldi Akbar, peraih emas dan perunggu nomor beregu compound putra dan perorangan compound putra 5. Garincha Didi Nugroho, peraih emas nomor beregu compound putra 6. Ashiefa Nur Haenza, peraih dua perak nomor beregu
nasional putri dan beregu nasional putri
Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S
Harumkan Jatim, Atlet UNAIR Sabet Medali Perak Olahraga Darat dan Air UNAIR NEWS – Atlet asal Universitas Airlangga yang mewakili Provinsi Jawa Timur tak henti-hentinya mengharumkan almamater dan daerah. Buktinya, sederet prestasi telah ditunjukkan oleh mahasiswa UNAIR yang berlaga di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat. Mereka adalah Aditya Aulia Rahman mahasiswa Fakultas Psikologi, dan Arsinta Rahadianty Krisna mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Aditya bersama tim putra Jatim berhasil menyabet medali perak dalam cabang olahraga (cabor) softball. Sedangkan Arsinta bersama tim putri Jatim meraih medali perak dalam cabor renang indah nomor Team Free Routine. Pada partai final, tim putra Jatim terpaksa dikalahkan oleh tim putra Sulawesi Utara (Sulut) dengan perolehan skor 4 – 6. “Waktu final sangat ketat sekali pertandingannya. Kita kalah pukulan. Pukulan mereka (tim Sulut, -red) memang bagus dan rapi,” ujar Aditya. Meski belum berhasil memboyong emas, mahasiswa Psikologi tahun angkatan 2012 itu tetap merasa senang dan bangga karena bisa
mengharumkan nama Jatim hingga ke partai final. Demikian pula dengan Arsinta. Mahasiswa yang menempuh Program Studi S-1 Ilmu Hubungan Internasional FISIP tahun angkatan 2014 itu merasa bangga bisa mempersembahkan medali perak untuk Jatim. Meski belum berhasil menyabet medali emas, ia memiliki banyak kesan ketika menyelesaikan perlombaan renang indah. “Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa saya ambil pada perlombaan PON kali ini. Rasa tegang itu pasti ada. Tapi dengan dukungan tim dan orang terdekat, rasa grogi dan tegang bisa teratasi. Rasa lega setelah selesai berlomba itu yang paling saya rasakan,” tutur Arsinta. “Akhirnya, selesai juga (lombanya, -red),” imbuh Arsinta yang bertanding 24 September 2016 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sebelum berlaga ke PON, Arsinta dan tim mengikuti latihan rutin sekitar 5 – 7 jam setiap hari. Seperti amfibi, ia melatih fisik dan mental di darat dan air. Dukungan dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim juga tak kalah berarti. “KONI Jatim juga memberikan fasilitas lengkap. Mulai kesehatan, gizi, dokter, psikolog, dan lain sebagainya. KONI Jatim juga memberikan pembinaan militer dalam mempersiapkan mental dan fisik. Kami mengikuti pemusatan latihan atau camp selama dua bulan terakhir sebelum perlombaan,” cerita Arsinta. (*) Penulis : Faridah Hari dan Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Dua Peselam UNAIR Raih Emas pada PON XIX UNAIR NEWS – Janis Rosalitas Supriyanto atlet selam yang mewakili Jawa Timur pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX berhasil membawa pulang tiga emas di cabang olahraga selam. Janis menyabet emas di nomor pertandingan 100 meter surface putri, 200 meter surface putri, dan 4 x 100 estafet bifin Putri. Perlombaan digelar di kolam renang Catherine Surya, Kota Cirebon, Minggu (18/9). Yang lebih membanggakan, Janis berhasil memecahkan rekor baru di nomor 100 meter surface putri dan 200 meter surface putri dengan catatan waktu 40,35 detik, dan 1 menit 31,24 detik. Mahasiswa yang menempuh Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga ini mengatakan, dirinya sudah gemar dengan olahraga renang sejak usia 7 tahun. Karena kegemarannya itu, ia tergabung di salah satu klub renang di Surabaya. “Baru umur 10 tahun aku pindah dari renang ke selam atau finswimming itu,” ujar Janis bercerita mengenai kegemarannya dengan olahraga renang dan selam sejak masih kecil. Masih dalam cabang olahraga yang sama, Dio Novandra Wibawa mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UNAIR juga berhasil mengalungi satu emas di nomor pertandingan 100 meter surface putra dan satu perak di nomor pertandingan surface putra untuk Jawa Timur. Dio, panggilan akrabnya, mencatat waktu di nomor pertandingan 100 Meter Surface dengan 37,72 detik. Sedangkan di nomor pertandingan 200 meter surface mencatat waktu 1.29 detik. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh UNAIR NEWS, juara umum untuk cabang olahraga selam diraih oleh Jawa Timur dengan perolehan Medali 11 emas, 9 perak, dan 5 perunggu. (*)
Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Kalahkan Lawan Senior Kempo, Atlet UNAIR Sabet Perunggu pada PON XIX UNAIR NEWS – Meraih prestasi merupakan suatu kebanggaan. Itulah yang kini tengah dirasakan oleh Ilham Nauval, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Ia berhasil menyabet medali perunggu pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat. Ilham berhasil meraih medali perunggu pada cabang olahraga kempo. Ilham tak pernah menyangka dirinya berhasil menyumbangkan jumlah medali perak untuk Provinsi Jawa Timur. “Yang pasti seneng banget. Nggak nyangka. Apalagi dari cabang olahraga (cabor) kempo. Aku satu-satunya yang dapat medali dari Jatim,” tutur Ilham. PON XIX Jabar lalu merupakan kesempatan pertama bagi Ilham untuk turut serta. Pada saat pertandingan berlangsung, Ilham tak menampik bahwa ia menghadapi lawan tanding yang telah memiliki sederet pengalaman bertanding. “Saat bertanding yang pasti aku deg-degan banget, secara ini PON pertama kali. Apalagi musuh di kelas saya itu banyak orang lama. Maksudnya, orang yang sudah beberapa kali iku PON bahkan SEA (South East Asian) Games. Juara PON sebelumnya juga ikutan,” tutur ilham.
Ilham Nauval (dua dari kanan) berhasil memperoleh medali perunggu di ajang PON XIX Jabar. (Foto: Istimewa) Meski demikian, Ilham tetap optimis dan percaya dengan kemampuan dirinya. Rasa optimisme dan percaya diri saat bertanding itulah yang berhasil mengantarkan dirinya menyabet perunggu dan mempersembahkannya untuk Jatim. Ditanya soal persiapan, Ilham mengaku telah melakukan persiapan diri selama dua tahun. Intensitas latihan itu ia tingkatkan ketika mendekati ajang PON dalam kurun waktu setahun terakhir. “Pastinya saya mempersiapkan fisik, teknik, dan mental. Ketiganya harus saling mendukung,” tutur Ilham yang menaklukkan lawannya di Sasana Budaya Ganesha, Jabar. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Rusdianto Sesung, Wisudawan Terbaik S3 FH karena Mencintai Ilmu UNAIR NEWS – Tradisi menjadi lulusan terbaik selalu dipertahankan oleh Dr. Rusdianto Sesung, S.H., MH. Buktinya, sejak Rusdianto masih di bangku SD hingga menengah atas, ia selalu lulus dengan nilai ujian nasional tertinggi. Di saat kuliah sarjana hingga doctor pun, Rusdi selalu menjadi wisudawan terbaik. Tahun 2009 ia menjadi lulusan terbaik S-1 Fakultas Hukum Universitas Mataram dengan IPK 4,0. Lalu tahun 2011 ia juga lulus yang terbaik S-2 FH Universitas Airlangga dengan IPK 3,95. Kini, Rusdi kembali dinyatakan sebagai lulusan terbaik S-3 FH UNAIR dengan IPK 3,87. “Dari jenjang S-1 hingga S-3 saya mengambil ilmu hukum tata negara. Jadi selalu linier,” jelasnya. Ditanya kiatnya menjadi yang terbaik, dosen FH Universitas Narotama Surabaya ini berprinsip sederhana, yakni mencintai ilmu. “Cintailah ilmu yang telah kamu pilih, sebagaimana kamu mencintai pasangan hidupmu, niscaya kejenuhan selama menyelesaikan studi akan terobati,” katanya. Ilmu yang dimiliki juga telah ia sumbangkan pada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain sebagai mahasiswa dan dosen, ia juga menjadi tenaga ahli DPRD Provinsi Jawa Timur, DPRD Kab. Sidoarjo, konsultan hukum Pemprov Jawa Timur, Kab. Gresik, dan Kab. Tuban. Ia meyakini pilihan untuk berkarir yang sejalan dengan bidang ilmunya merupakan pilihan tepat. “Ketika Anda sudah memilih,
maka syukurilah, niscaya Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita,” kata Doktor berusia 28 tahun ini. Dalam disertasinya, Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum Universitas Narotama ini membahas otonomi daerah. Judulnya “Prinsip Kesatuan Hukum Nasional Dalam Pembentukan Produk Hukum Pemerintahan Daerah Otonomi Khusus atau Istimewa”. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Deprina Sukma Satiti
Nadia Intan, Model yang Lulus Terbaik Fakultas Hukum UNAIR UNAIR NEWS – Sempat ganti dosen pembimbing saat menyelesaikan skripsi, tak membuat Nadia Intan Belinda putus asa. Lantaran dosen pembimbingnya Prof. Dr. Eman, S.H., MS meninggal dunia Mei lalu, Nadia harus ngebut merevisi skripsinya. Berkat kegigihannya, ia berhasil merampungkan studi dengan predikat wisudawan terbaik S-1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan meraih IPK 3,66. Skripsi berjudul “Perolehan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Melalui Jual Beli” ini membahas karakteristik hak milik atas satuan rumah susun dianggap selesai dan perolehan hak milik atas satuan rumah susun melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang diikuti dengan Akta Jual Beli (AJB). Nadia memiliki beragam kegiatan, baik intra dan ekstra kampus. Misalnya mengembangkan dengan bakat modelling-nya, finalis Ning Surabaya tahun 2015 ini pernah menjadi Juara Favorit Hijabers Surabaya Model 2014, dan Juara I Miss Hijab by GlamourLook Model Management tahun 2015. Juga Juara Favorit
Hijabers Surabaya Model tahun 2014. Selain itu, pada kegiatan akademik ia pernah Juara III & Majelis Hakim Terbaik dalam Kompetisi Peradilan Semu Nasional piala Mahkamah Agung tahun 2013. Sejak masih berstatus mahasiswa baru, Nadia sudah tertarik dengan study club pada BSO Komite Mahasiswa Fakultas Hukum UNAIR (KOMAHI). Anggota Paskibrakan Kota Surabaya tahun 2011 ini juga terhitung aktif mengikuti kegiatan intra dan ekstra kampus, seperti BEM UNAIR, HMI, dan Management Hijabers Surabaya. Kepada WARTA UNAIR Nadia membagi tipsnya agar dapat berprestasi, baik dalam akademik dan non-akademik. “Tak perlu terlalu sibuk dengan politik, cukup tahu saja. Karena biaya kuliah tidak murah dan tak semua orang beruntung bisa kuliah. Imbangi kuliah dengan hal positif yang kita senangi. Jangan pernah menghalalkan segala cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan,” kata penerima beasiswa Pembangunan Jaya tahun 2015 ini. Saat ini ia mengisi waktu di Paguyuban Cak & Ning Surabaya serta magang di Kejaksaan Negeri Surabaya. (*) Penulis: Binti Quryatul Masruroh Editor: Nury Hermawan
Mahasiswa FEB Bawa Pulang Emas pada PON Cabang Olahraga Menembak UNAIR NEWS – Salah Satu atlet kebanggan Jawa Timur di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Cabang Olahraga Menembak yaitu Whidda Andria Ristyanto. Whidda berhasil membawa pulang emas
pada pertandingan yang berlangsung di lapangan tembak Cisangkan, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 September lalu. Whidda merupakan mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga angkatan 2014. Ia berhasil menaklukan kontingen dari Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Tengah, dan Kalimantan Selatan di partai final di nomor pertandingan 10 meter air pistol standart team. Perolehan skor yang ia dapat mencapai 1654.
Whidda sedang membidikkan pistol ke arah
sasaran di partai final di nomor pertandingan 10 meter air pistol standart team pada kejuaraan PON XIX (Foto: Istimewa) Perolehan emas yang ia raih tak lepas dari perjuangan yang ia lakukan sebelum pertandingan diselenggarakan. “Waktu latihan pra pertandingan di Jakarta, sempat senjata saya rusak. Tapi Alhamdulillah bisa segera di perbaiki dan saya gunakan saat pertandingan tanpa kendala lagi,” ujar Whidda dihubungi UNAIR NEWS Jumat (30/9). Whidda mengaku, persiapan dirinya mengikuti PON XIX sudah ia lakukan setahun yang lalu sejak ia mengikuti Kejuaraan Nasional JABAR Open. Pada kejuaraan itu, ia berhasil meraih medali perak sehingga dapat masuk seleksi di pemusatan pelatihan daerah. Whidda sangat bersyukur dengan perolehan medali emas yang ia dapat pada PON XIX kali ini. Sebab kerja keras yang ia lakukan membuahkan hasil yang membanggakan, bukan hanya untuk dirinya namun juga keluarga, universitas, dan Jawa Timur khususnya. Ia juga sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya, terutama orang tua dan pelatihnya. “Alhamdulillah bersyukur dan bahagia bisa membanggakan orang tua, guru, dosen, kawan-kawan, almamater, dan terutama bisa menyumbangkan emas untuk masyarakat jawa timur,” ungkapnya senang. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Peneliti Asal Harvard Beri Materi Publikasi Penelitian UNAIR NEWS – Untuk menggenjot publikasi penelitian di jurnal internasional bereputasi, Institut of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga menggelar lokakarya bersama ilmuwan dari universitas ternama. Lokakarya yang digelar Sabtu (17/9), di ITD UNAIR itu dihadiri oleh pembicara dan reviewer asal Universitas Harvard Dr. Anuraj H. Shankar. Lokakarya dihadiri oleh peneliti unggulan UNAIR yang tergabung dalam Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease (IJTID). Kegiatan publikasi internasional merupakan salah satu kegiatan yang getol dicanangkan oleh UNAIR. Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, selaku tim editor IJTID dan moderator acara ini menyatakan bahwa kehadiran Shankar akan membawa dampak yang bagus bagi tim ITD UNAIR dan IJTID. “Beliau memberikan pengetahuan tentang How to Prepare the International Standard of Publications, dan melanjutkan diskusi dengan formulasi joint publication,” tutur Yanti. Kegiatan yang berdurasi tiga jam tersebut berlangsung lancar. Setiap peneliti UNAIR mempresentasikan naskah penelitian mereka. Presentasi mereka langsung mendapatkan masukan dari Shankar. “Shankar langsung menyampaikan saran dan masukannya terhadap manuskrip peserta secara detail,” imbuh Ketua Pusat Pengembangan dan Publikasi Jurnal Ilmiah UNAIR itu. Sekadar informasi, Shankar memiliki pengalaman di berbagai lembaga Internasional seperti Rumah Sakit John Hopkins, Hellen Keller International dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (*) Penulis: Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes Editor: Defrina Sukma S
Pebasket UNAIR Sumbangkan Dua Medali untuk Jatim UNAIR NEWS – Para pebasket Universitas Airlangga yang berlaga di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat berhasil menyumbangkan dua medali untuk Provinsi Jawa Timur. Ketiga pebasket UNAIR itu adalah Nilam R. Savitri (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Annisa Widyarni (FISIP), dan I Komang Septian Sudhana (Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Nilam dan Annisa tergabung dalam tim basket putri Jatim, sedangkan Komang tergabung dalam tim basket putra Jatim. Pada laga PON XIX tersebut, tim putri berhasil mempersembahkan medali perunggu, sedangkan tim putra berhasil menyumbangkan medali perak untuk Jatim. Meski tak berhasil menyabet medali emas, namun mereka telah berusaha maksimal untuk meraih kemenangan. Hal ini diungkapkan Nilam ketika dihubungi oleh UNAIR NEWS Jumat (29/9). “Alhamdulillah. Kami merasa senang, meski kami belum berhasil mencapai target untuk meraih emas. Target kami meleset. Kami kalah melawan tim Jawa Tengah di babak semifinal,” cerita Nilam. Keseruan dan rasa deg-degan sempat meliputi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR itu. Khususnya, saat timnya bertanding melawan tim Jawa Barat. Kemudian saat di babak semifinal, tim basket putri Jatim bertemu dengan Jateng. Namun, tim Jatim terpaksa ditekuk Jateng dengan perolehan skor akhir 62 – 56. “Penontonnya full, sudah seperti final padahal baru penyisihan. Setelah itu pertandingan kedua sudah tidak begitu tegang hingga akhirnya di semifinal bertemu dengan Jateng. Pas
semifinal ini, kami kejar-kejaran skor. Sempat 55 – 56 (Jateng – Jatim). Namun, Jateng bisa menambah poin lagi. Sedangkan, Jatim hanya bisa menambah sampai 56. Akhirnya, Jateng menang. Kami sempat menangis pada waktu kalah karena target kami emas. Esok harinya, di perebutan medali perunggu, kami melawan Jabar, dan menang,” tutur Nilam yang sudah dua kali mengikuti ajang PON. Bila tim putri menyabet medali perunggu, maka tim putra berhasil menyabet medali perak. Komang, pebasket UNAIR yang juga tim basket putra Jatim menuturkan bahwa ia senang bisa menjadi bagian dari ajang PON XIX Jabar.
Nilam R. Savitri, Annisa Widyarni, dan anggota lainnya dari tim basket putri Jatim ketika berlaga di PON XIX Jawa Barat. (Foto: Istimewa) “Perasaan saya sangat senang dan bangga bisa menjadi bagian dan dipercaya untuk membela Jatim, dan menyumbangkan medali untuk kota kelahiran saya,” tutur Komang.
Terkait dengan persiapan, Komang mengatakan bahwa ia dan tim berlatih selama hampir satu tahun untuk berlaga di ajang PON. “Persiapannya, dari kita pemusatan latihan di Surabaya. Uji coba lawan tim CLS Knight, dan tim PON lain yang sedang ke Surabaya. Ada pula pemusatan latihan di Taiwan dan uji coba lawan klub professional di Taiwan hingga yang terakhir uji coba lawan tim profesional Stadium dan Aspac Jakarta,” tutur Komang. Pada saat final tim basket putra PON XIX, tim Jatim dipaksa menyerah oleh Jabar dengan perolehan skor akhir 62 – 49. “Waktu final, kita bermain ketat melawan Jabar. Mungkin karena faktor tuan rumah, mereka lebih percaya diri dan enjoy dalam bermain. Pertandingan juga berlangsung seru. Gedung Olahraga (GOR) penuh, nggak ada sisa atau celah buat duduk. Sampai ada yang cuma bisa dengar dari luar GOR,” kenang Komang. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Pusat Riset Flu Burung UNAIR Ajak Industri dan Pemerintah Gunakan Teknologi Baru UNAIR NEWS – Peneliti Avian Influenza Research Centre (AIRC) Universitas Airlangga mengajak sebanyak sepuluh orang dari kalangan industri, perguruan tinggi, dan pemerintahan untuk berlatih membuat seed vaksin dengan teknologi terbaru. Kegiatan pembuatan seed vaksin yang bertajuk “Workshop Produksi Seed Vaksin Berbasis Sel Kultur dengan Teknologi Chip” tersebut dilaksanakan di laboratorium Bio Safety Level – 2 AIRC UNAIR, Rabu (28/9) hingga Jumat (30/9).
Dr. Reviany, Apt, selaku ketua panitia lokakarya ini menjelaskan, bahwa metode produksi seed vaksin berbasis sel kultur dengan teknologi chip ini memang masih jarang digunakan, baik di laboratorium industri, perguruan tinggi, dan pemerintahan di Indonesia. Sehingga, dari aspek laboratorium, AIRC masih menjadi satu-satunya pusat riset di Indonesia yang bisa memproduksi seed vaksin sel kultur dengan teknologi chip. “Ini adalah sistem baru untuk memproduksi seed vaksin. Di Indonesia, kita masih menggunakan metode yang konvensional, jadi kita ingin memperkenalkan sistem baru yang lebih efisien untuk memproduksi seed vaksin,” tutur Reviany. Biasanya, produksi seed vaksin menggunakan metode telur ayam berembrio (TAB). Kelemahan dalam penggunaan metode TAB, bila produksi telur ayam menipis, maka tak ada lagi media yang digunakan untuk mereplikasi virus. Sehingga, metode sel kultur bisa dipakai sebagai alternatif. Metode replikasi virus berbasis sel kultur sendiri mengalami perkembangan. Bila sel kultur biasanya menggunakan media bernama flask, kini ada teknologi chips. Menurut Reviany, kuota produksi seed vaksin dengan menggunakan CelCradle (nama mesin produksi seed vaksin) bisa lebih besar daripada dengan menggunakan flask. Selain masalah efisiensi, risiko kontaminasi yang diminimalisir.
terjadi
pada
seed
vaksin
bisa
lebih
Mesin celcradle yang digunakan untuk mengolah seed vaksin berbasis sel kultur dengan teknologi chip. (Foto: Istimewa) “Nah, kalau sel kultur yang biasa, biasanya memakai flask. Misalnya, satu flask itu isinya seratus mililiter. Ketika produksi, kita butuhnya seribu mililiter. Berarti kita butuh sepuluh flask. Itu tidak efisien karena risiko kontaminasinya cukup besar, handle-nya susah karena flask itu juga besar,” terang peneliti AIRC UNAIR itu. Selain praktik lokakarya, peserta juga diberi materi oleh para pakar. Para pakar yang memberikan materi antara lain Prof. Dr.
C. A. Nidom (peneliti senior AIRC), Farma), Dr. Kamaluddin Zarkasie Revianny sendiri. Dengan adanya berharap, peserta lokakarya yang menggunakan teknologi termutakhir memproduksi seed vaksin.(*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila
Dr. Neny Nuraini (PT. Bio (PT. IPB Shigetta), dan lokakarya ini, Reviany mengikuti pelatihan bisa dan tingkat lanjut untuk