BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.TINJAUAN TEORI 1. HISAP LENDIR a. Pengertian Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012). Dapat disimpulkan hisap lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan memasukkan catheter suction ke endotracheal tube sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.
b. Indikasi Menurut Smeltzer et al, (2002), indikasi penghisapan lendir lewat endotrakeal adalah untuk: 1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila: a.Pasien tidak mampu batuk efektif. b.Diduga aspirasi 2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan: a.Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan. b.Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan. c.Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan. 3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium. 4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi. 5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
5
c. Prosedur Prosedur hisap lender ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari komplikasi dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan. Prosedur hisap lender menurut Kozier & Erb, (2004) adalah: 1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu, dan bagaimana pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biasanya tindakan ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu dalam mengeluarkan sekret. 2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. 3. Menjaga privasi pasien. 4. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kontraindikasi posisikan pasien semiflower agar pasien dapat bernapas dalam, paru dapat berkembang dengan baik sehingga mencegah desaturasi dan dapat mengeluarkan sekret saat batuk. Jika perlu, berikan analgesia sebelum penghisapan, karena penghisapan
akan
merangsang refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit terutama pada pasien yang telah menjalani operasi toraks atau perut atau yang memiliki pengalaman traumatis sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pasien selama prosedur penghisapan 5. Siapkan peralatan a. Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100 %. b. Catheter suction steril sesuai ukuran c. Pasang pengalas bila perlu. d. Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mm
hg untuk
orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan anak e. Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu. f. Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan tidak steril di tangan nondominan untuk melindungi perawat g. Pegang suction catether di tangan dominan, pasang catether ke pipa penghisap. 6. Suction catether tersebut diberi pelumas. a. Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan larutan garam steril. 6
b. Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction catheter untuk menghisap sejumlah kecil larutan steril melalui catether.Hal ini untuk mengecek bahwa peralatan hisap bekerja dengan benar dan sekaligus melumasi lumen catether untuk memudahkan penghisapan dan mengurangi trauma jaringan selama penghisapan, selain itu juga membantu mencegah sekret menempel ke bagian dalam suction catether 7. Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan dengan ambubag sebelum penyedotan. a. Panggil asisten untuk prosedur ini b. Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-15 l / min c. Jika pasien terpasang trakeostomi atau ett, sambungkan ambubag ke tracheascanul atau ett d. Pompa dengan Ambubag 3 - 5 kali, sebagai inhalasi, hal ini sebaiknya dilakukan oleh orang kedua yang bisa menggunakan kedua tangan untuk memompa, dengan demikian volume udara yang masuk lebih maksimal. f. Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien. g. Bereskan alat dan cuci tangan.
d. Komplikasi Dalam melakukan tindakan hisap lender perawat harus memperhatikan komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu (Kozier & Erb, 2002): a. Hipoksemia b. Trauma jalan nafas c. Infeksi nosokomial d. Respiratory arrest e. Bronkospasme f. Perdarahan pulmonal g. Disritmia jantung h. Hipertensi/hipotensi i. Nyeri j. Kecemasan. 7
2. VENTILATOR a. Pengertian Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup (Hudak & Gallo, 1998).
Ventilator merupakan alat bantu pernapasan yang dapat digunakan untuk memperbaiki ventilasi alveolar, pembuangan CO2, serta oksigenasi jaringan yang adekuat (Firmansyah, 2004)
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. ( Brunner dan Suddarth, dalam Tanjung, 2003)
Dari beberapa pengertian tentang ventilator dapat disimpulkan bahwa ventilator merupakan alat bantu pernafasan untuk memperbaiki ventilasi alveolar untuk membuang CO2 dan memasukkan O2 samapi ke jaringan dengan adekuat, dapat bertekanan positif maupun negatif yang dapat digunakan dalam waktu lama untuk mempertahankan hidup.
b. Indikasi Indikasi pemasangan ventilasi mekanik adalah jika terjadi: (Brunner dan Suddarth, dalam Tanjung, 2003) 1. Kegagalan Ventilasi a. Neuromuscular Disease b. Central Nervous System disease c. Depresi system saraf pusat d. Musculosceletal disease e. Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi 2. Kegagalan pertukaran gas a. Gagal nafas akut b. Gagal nafas kronik 8
c. Gagal jantung kiri d. Penyakit paru-gangguan difusi e. Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch
c. Macam ventilator Menurut sifatnya, ada 3 tipe ventilator, yaitu: 1. Volume Cycled Ventilator. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten. 2. Pressure Cycled Ventilator Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan. 3. Time Cycled Ventilator Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit) Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
d. Komplikasi Pada pemakaian ventilasi mekanik ini harus diperhatikan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul,antara lain: a. Penurunan venous return dan cardiac output sebagai konsekuensi fase inhalasi b. Pengurangan volume paru c. Trauma paru ( barotrauma / volutrauma )
9
d. Biotrauma seperti inflamasi, atelektasis, lesi pita suara dan trakea, hipoventilasi maupun hipoksia karena kesalahan teknis.
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETRAMPILAN PERAWAT A. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia,atau hasil tahu dari seseorang terhadap suatu obyek melalui indra yang dimiliki sehingga menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian serta persepsi terhadap obyek (Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk seseorang menentukan tindakan. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: a) Tahu. Tahu artinya dapat mengingat suatu materi yang dipelajarisebelumnya termasuk dapat mengingat kembalisesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Memahami Memahami artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. c) Aplikasi Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. d) Analisis Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-kpmponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lain. e) Sintesis Sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian secara keseluruhan menjadi sesuatu yang baru.
10
f) Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk mmberikan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengetahuan ini dapat diukur dengan melakukan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden. Pengetahuan diperlukan seseorang agar orang dapat mengadopsi perilaku yang baru karena berkat pengetahuan tersebut seseorang dapat merasakan manfaat dari perilaku tersebut bagi dirinya atau orang lain. (Notoatmodjo, 2003)
b. Faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo, (2003), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1. Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya 2. Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat 3. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan
B. Lama Bekerja a. Pengertian Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilakukannya dalam perjalanan hidupnya. (Siagian, 2002). Lebih lanjut Siagian disini mengemukakan bahwa, “Pengalaman langsung adalah
apabila seseorang telah pernah bekerja pada suatu organisasi, lalu oleh karena sesuatu meninggalkan organisasi itu dan pindah ke organisasi yang lain. Sedangkan dengan pengalaman tidak langsung adalah peristiwa yang diamati dan diikuti oleh seseorang
11
pada suatu organisasi meskipun yang bersangkutan sendiri tidak menjadi anggota dari organisasi yang sedang diamati atau diikuti. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang telah dilakukan seseorang dan memberikan peluang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil seseorang dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pula pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani Puspaningsih dalam Ayuningtyas, 2012). Menurut Trijoko dalam Effendy, (2011) mengatakan pengalaman kerja adalah pengetahuan dan ketrampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang sebagai akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya.
b. Pengukuran Pengalaman Kerja Foster dalam Effendy, (2011) menyatakan ada beberapa hal untuk menentukan berpengalaman tidaknya seseorang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu: a) Lama waktu/masa kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja tang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik. b) Tingkat pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. c) Tingkat ketrampilan yang dimiliki. Ketrampilan
merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai
atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.
12
d) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam melaksanakan aspek-aspek teknik peralatan dan pekerjaan.
Menurut Asri dalam Effendy, (2011) mengatakan pengukuran pengalaman kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Beberapa hal yang digunakan untuk mengukur pengalaman kerja seseorang adalah : a) Gerakannya mantap dan lancar Setiap perawat yang berpengalaman akan melakukan gerakan yang mantap dalam bekerja tanpa disertai keraguan. b) Gerakannya berirama Artinya tercipta dari kebiasaan dalam melakukan pekerjaan sehari – hari. c) Lebih cepat menanggapi tanda – tanda Artinya tanda – tanda seperti akan terjadi kecelakaan kerja d) Dapat menduga akan timbulnya kesulitan sehingga lebih siap menghadapinya Bila didukung oleh pengalaman kerja yang dimilikinya maka seorang perawat yang berpengalaman dapat menduga akan adanya kesulitan dan siap menghadapinya. e) Bekerja dengan tenang Seorang perawat yang berpengalaman akan memiliki rasa percaya diri yang cukup besar
c. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja. Beberapa faktor yang mungkin berpengaruh antara lain (Handoko dalam Effendy, 2011) a) Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, bekerja untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu. b) Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau
kemampuan
seseorang. c) Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan tanggung jawab dan wewenang seseorang. 13
d) Kemampuan – kemampuan analitis dan manipulatif untuk mempelajari kemampuan penilaian dan penganalisaan. e) Keterampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik pekerjaan.
C. Tingkat Pendidikan a. Pengertian Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dalam arti luas baik secara formal maupun informal akan berpengaruh terhadap seseorang dalam mengetahui, mengerti, memahami sesuatu karena kemampuan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan belajar dan daya ingat. (Kariyoso dalam Prayitno, 2008) Selanjutnya menurut Notoadmojo (2003) “Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama untuk pengembangan aspek intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan (formal) dalam suatu organisasi adalah suatu proses mengembangkan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan” Ambar (2004) menyatakan bahwa, “Pendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan secara sistematis serta terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan tingkatannya, guna menyampaikan, menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan yang dikehendaki.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
pendidikan merupakan usaha
seseorang untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap, ketrampilan yang dikehendaki yang dilakukan dengan sengaja, terus menerus dan sistematis sesuai tingkatannya.
D. Pelatihan. a. Pengertian Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan ketrampilan tertentu agar peserta semakin terampil sehingga mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik dan sesuai standar. (Tanjung, 2003) Sedangkan menurut Noe, et all dalam Sukiarno (2007) menyebutkan pelatihan 14
merupakan usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian serta perilaku dari para pegawai. Me;nurut Strauss dan Syaless dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan pelatihan merupakan mengubah perilaku, karena dengan pelatihan pada akhirnya diharapkan akan timbul perubahan perilaku dan pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh ketrampilan dan meningkatkannya diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan metode utamanya adalah praktek dan teori.
Dari beberapa pengertian tentang pelatihan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu proses belajar yang didalamnya terdapat metode teori dan praktek dalam waktu yang relatif singkat untuk merubah perilaku agar lebih trampil sesuai bidang yang dijalani/diminati.
b. Tujuan Tujuan pelatihan menurut Notoatmodjo, (2010) penting untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sebagai tolok ukur keberhasilan dari seluruh program, dan harus dapat memberikan pengalaman belajar yang baik bagi peserta. Pelatihan harus dapat meyakinkan peserta bahwa: a) Dalam mempelajari sesuatu yang mereka yakini pasti mengandung manfaat b) Proses belajardapat meningkatkan ketrampilan, bila ketrampilan itu sering dipraktikkan akan semakin tinggi tingkat ketrampilannya. c) Ketrampilan yang dipraktikkan dengan baik akan mendapatkan imbalan sebagai umpan balik. d) Imbalan dapat diperoleh dengan cepat bisa dari berbagai sumber.
4. KETRAMPILAN. a.Pengertian Ketrampilan merupakan hasil dari latihan yang berulang dapat disebut sebagai perubahan yang meningkat pada orang yang mempelajari keterampilan tersebut sebagai hasil dari aktifitas tertentu.(Whiterington dalam Sukiarko, 2007) 15
Keterampilan dari kata dasar terampil yang artinya cakap menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan, sedangkan keterampilan dapat diartikan kecakapan menyelesaikan tugas. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Sukiarko, 2007) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan keterampilan merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas tertentu dengan cekatan yang semakin lama semakin meningkat sebagai hasil dari latihan yang dikerjakan berulang-ulang.
b.Faktor yang mempengaruhi ketrampilan Glanz (dalam Sukiarko, 2007) menyebutka ada 5 faktor yang dapat berpengaruh tehadap perilaku positif atu tindakan seseorang dalam bentuk ketrampilan, yaitu: 1. Faktor intrapersonal atau individu, yaitu karakteristik sesorang meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan dan cirri-ciri kepribadian seseorang. 2. Faktor interpersonal, yaitu hubungan antar manusia dan kelompok-kelompok utama yang berpengaruh seperti keluarga, teman yang dapat member informasi. 3. Faktor institusional, yaitu peraturan, undang-undang, kebijakan. 4. Faktor kelompok masyarakat, yaitu norma, standar formal dan informal serta organisasi masyarakat. 5. Faktor kebijakan publik, yaitu kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan yang dikeluarkan pemerintah berupa undang-undang yang mendukung program kesehatan.
Katz (dalam Bahtiar, 2010) membagi keterampilan ke dalam 2.kategori,yaitu: a. Keterampilan teknis, yaitu keterampilan menerapkan pengetahuan atau keahlian. Spesialisasi pengembangan keterampilan ini sering ditemui pada pelaksanaan pekerjaan sehari-hari dalam suatu organisasi. b. Keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan bekerja sama dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik secara individu atau kelompok. Keterampilan ini sangat diperlukan bagi pegawai yang sudah menduduki jabatan tertentu, karena keterampilan ini dalam berkomunikasi, memotivasi dan mendelegasikan.
16
B. KERANGKA TEORI Faktor pembawa Pengetahuan dan sikap Lama kerja Nilai-nilai Kepercayaan Tingkat pendidikan Faktor pendukung
Ketrampilan
Fasilitas atau sarana
melakukan
Pelatihan
tindakan suction
Faktor pendorong Standar operasional prosedur Kebijakan keselamatan pasien
Gambar 1. Kerangka Teori menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003)
17
C. KERANGKA KONSEP
Variable bebas
Variabel terikat
Pengetahuan perawat tentang prosedur suction
Ketrampilan
Pengalaman kerja
melakukan tindakan
Pelatihan
suction
perawat dalam
Tingkat pendidikan
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. VARIABEL PENELITIAN Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lain, variabel dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel tergantung atau dependent dan variabel bebas atau independent. Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Sedangkan variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan. Variabel ini dikenal dengan variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2009) Variabel bebas a. Pengetahuan perawat tentang prosedur suction Merupakan pemahaman responden tentang pengertian suction, prosedur suction dan efek yang dapat ditimbulkan/komplikasi dari tindakan suction 18
b. Lama kerja Lama kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik c. Pelatihan Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu agar peserta semakin terampil sehingga mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik dan sesuai standar d. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang secara formal maupun informal akan berpengaruh terhadap seseorang dalam mengetahui, mengerti, memahami sesuatu karena kemampuan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan belajar dan daya ingat. Variabel terikat Ketrampilan Merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tindakan sesuai standar/prosedur sebagai hasil dari latihan yang dilakukan berulang-ulang.
E. HIPOTESIS Adakah pengaruh antara tingkat pengetahuan perawat, lama kerja, pelatihan dan tingkat pendidikan dengan keterampilan perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir pada pasien terpasang ventilator di ruang Intensif RS Dr Kariadi Semarang.
19