BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi rumah sakit dalam upaya penyembuhan pasien adalah kejadian kurang gizi. Prevalensi kurang gizi di rumah sakit masih cukup tinggi yaitu 30% - 50%. Sering sekali pasien menderita kurang gizi justru setelah dirawat di rumah sakit (Weta& Wirasamadi, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa rumah sakit umum di Jakarta pada tahun 1991 menunjukkan bahwa 20% - 60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit (Depkes, 2006). Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit karena penyakitnya ataupun asupan zat gizi yang tidak cukup. Namun tak jarang pula malnutrisi ini timbul setelah dirawat (Braunschweiget al., 2000). Hasil studi menunjukkan bahwa kurang lebih 75% penderita dirawat di rumah sakit menurun status gizinya dibandingkan status gizi saat mulai dirawat di rumah sakit. Hal ini membuktikan bahwa penurunan status gizi terjadi di rumah sakit. Penurunan status gizi dapat menyebabkan angka kematian naik dan memperpanjang lama hari rawat inap di rumah sakit (Kusumayanti et al.,2004). Dampak gizi terhadap kesehatan seseorang telah banyak diketahui. Asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan, baik kelebihan maupun kekurangan zat gizi erat kaitannya dengan peningkatan berisiko penyakit maupun komplikasinya. Kelebihan gizi berisiko terhadap timbulnya penyakit degeneratif, sementara kurang
gizi
berdampak
terhadap
timbulnya penyakit
infeksi,
lamanya
penyembuhan dan lama rawat inap. Namun kondisi tersebut dapat diatasi dengan pemberian dukungan gizi yang tepat melalui pelayanan asuhan gizi yang berkualitas (AsDI & PERSAGI, 2011). Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang terus diupayakan pengembangannya. Salah satu bentuk pelayanan gizi yang dilaksanakan adalah 1
2
asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, sehingga memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan (Depkes, 2006). Pada tahun 2006, Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) mulai mengenalkan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yang diadopsi dari Nutrition Care Process-American Dietetic Association (NCP-ADA). Proses Asuhan Gizi Terstandar disusun sebagai upaya kualitas pemberian asuhan gizi. Proses tersebut mendukung dan mengarah pada asuhan gizi secara individu. Proses Asuhan Gizi Terstandar terdiri dari 4 langkah mulai dari pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi (AsDI & PERSAGI, 2011). Skrining gizi merupakan akses masuk kedalam siklus PAGT, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang memadai untuk mengidentifikasi hubungan dengan masalah gizi (Lacey & Pritchett, 2003). Pasien yang teridentifikasi malnutrisi membutuhkan asuhan gizi melalui proses skrining dan rujukan (AsDI & PERSAGI, 2011). Skrining gizi harus menjadi proses yang sederhana
dan cepat yang dapat dilakukan oleh perawat dan staf medis
(Barendregt, 2008). Penilaian status gizi yang baik pada pasien rawat inap di rumah sakit akan menghasilkan ketepatan dalam intervensi gizi sehingga dapat meningkatkan indikator-indikator biokimia dan klinis. Hal ini berdampak pada outcome hospitalisasi yaitu mempercepat penyembuhan penyakit dan menurunkan komplikasi penyakit, sehingga dapat memperpendek lama rawat inap dan mencegah
terjadinya
malnutrisi
rumah
sakit
(Wyszynskiet
al.,
1998).
3
Penilaian status gizi ini jarang sekali dilakukan di rumah sakit. Menurut Singhet al.(2006) hanya sebagian kecil staf rumah sakit yang dapat mengidentifikasi keadaan malnutrisi pasien yang dirawat. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi antara tenaga medis (dokter, perawat dan ahli gizi), ketidakmampuan dalam mengetahui manifestasi malnutrisi, ketidakjelasan tanggung jawab perawatan, kesimpangsiuran waktu pemeriksaan medis yang menyebabkkan kelalaian jadwal makan pasien serta ketidaktersediaan alat uji laboratorium untuk menilai status gizi (Nurfarida, 2011). Sama seperti halnya skrining gizi pada pasien baru yang dirawat di RSUD Waled belum dilakukan oleh Ahli Gizi. Skrining mengenai keadaan nutrisi pasien rawat inaptelah dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap. Walaupun berbagai penelitian menunjukkan manfaat dukungan gizi bagi pasien dan rumah sakit, namun upaya beberapa rumah sakit di Indonesia dalam pembentukan Tim Dukungan Gizi (TDG), belum bekerja seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan panitia asuhan gizi bukan merupakan wadah pelayanan dan belum terdapat alur pelayanan sehingga tidak mungkin dapat merealisasikan pelayanan dukungan yang nyata dan belum terdapat alur rujukan kepada panitia asuhan gizi sehingga pelayanan belum optimal, disamping itu pelayanan gizi belum dianggap sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien (Depkes, 2009). Asuhan gizi pada pasien rawat inap di RSUD Waled hanya berfokus pada penyediaan makanan dan konsultasi,dan ahli gizi masih mengerjakan kegiatan administrasi penyelenggaraan makanan pasien dan karyawan. Ahli gizi di RSUD Waled berjumlah 7 orang sedangkan ruangan rawat inap berjumlah 12 ruangan. Tim asuhan gizi di RSUD Waled sudah ada namun tim asuhan gizi tidak berjalan, hal ini disebabkan belum adanya kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Dampak langsung dari hasil proses asuhan gizi terstandar pada pasien rawat inap adalah perubahan perilaku, perubahan asupan gizi, perbaikan status gizi dan peningkatan pengetahuan dari pasien. Dampak lain dari hasil proses asuhan gizi terstandar yaitu pada lama rawat inap (AsDI & PERSAGI, 2011).
4
Berdasarkan hasil pengamatan sisa makanan yang dilakukan dengan cara monitoring dan evaluasi pada bulan November tahun 2013 di RSUD Waled diperoleh bahwa asupan gizi yang kurang dari 80% dari makanan yang disajikan yaitu 64,7%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fayakun (2011) didapatkan hasil bahwa asupan gizi (energi dan protein) selama PAGT lebih besar dibandingkan dengan asupan zat gizi sebelum PAGT. Berdasarkan laporan tahun 2012 rata-rata lama rawat inap di RSUD Waled adalah 3,07 hari. Perhitungan lama rawat inap ini bukan hanya pasien yang pulang dalam keadaan sembuh tetapi termasuk juga pulang paksa atau meninggal sehingga belum dapat menggambarkan efektifitas pelayanan (Pofil RSUD Waled, 2012). Seperti perhitungan lama rawat inap di RSUD Kota Bekasi dilakukan terhadap seluruh pasien, baik pulang dalam keadaan sembuh atau pulang paksa atau meninggal, padahal pasien yang keluar meninggal atau pulang paksa dalam keadaan belum sembuh tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Chasbullah, 2007). Berdasarkan data dari Komite Keperawatan menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang memiliki penyakit degeneratif di RSUD Waled pada tahun 2012 berjumlah 1703 orang, walaupun penyakit degeneratif bukan merupakan 10 penyakit terbesar di RSUD Waled, namun perlu penanganan gizi. Seperti pada beberapa penelitian yang dilaksanakan di Amerika Serikat dan Kanada, dengan tim asuhan gizi terbukti berhasil digunakan untuk mengelola penyakit degeneratif (Indrarti, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chasbullah (2007) dan Pakaya (2009) bahwa pemberian terapi diet dengan menggunakan pendekatan tim asuhan gizi rumah sakit dapat meningkatkan asupan gizi, status gizi dan memperpendek lama rawat pasien di rumah sakit.Penelitian yang dilakukan oleh Fayakun (2011) bahwa intervensi gizi melalui PAGT mempunyai dampak yang positif yaitu ada peningkatan yang bermakna dari berat badan dan Indeks Massa Tubuh/IMT sebelum dan setelah PAGT, asupan (energi dan protein) selama
5
PAGT lebih besar dibandingkan asupan zat gizi sebelum PAGT.Semakin besar asupan gizi (energi dan protein) selama PAGT semakin besar pula terjadinya perubahan status gizi (perubahan berat badan dan IMT). Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar terhadap asupan gizi, status gizi dan lama rawat inap pada pasien dengan penyakit degeneratif di ruang rawat inap RSUD Waled Kabupaten Cirebon.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah pada penelitian ini apakah ada pengaruh pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) terhadap asupan gizi, status gizi dan lama rawat inap pada pasien penyakitdegeneratif di ruang rawat inap RSUD Waled Kabupaten Cirebon.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) terhadap asupan gizi, status gizi dan lama rawat inap pada pasien penyakit degeneratif di ruang rawat inap RSUD Waled Kabupaten Cirebon. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahuipengaruh asuhan gizi secara PAGT dan asuhan gizi secara konvensional pada pasien penyakit degeneratif terhadap asupan gizi. b. Mengetahuipengaruh asuhan gizi secara PAGT dan asuhan gizi secara konvensional pada pasien penyakit degeneratif terhadap status gizi. c. Mengetahuipengaruh asuhan gizi secara PAGT dan asuhan gizi secara konvensional pada pasien penyakit degeneratif terhadap lama rawat inap.
6
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan dalam bidang dietetik bahwa dengan pemberian asuhan gizi secara individual akan berdampak pada perubahan asupan gizi, perubahan status gizi serta lama rawat inap. b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan mengenai proses asuhan gizi. 2. Bagi Institusi rumah sakit a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, acuan dan masukan bagi pembuat kebijakan untuk merencanakan dan memberikan dukungan terhadap kegiatan asuhan gizi yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan gizi pada pasien.
b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak instalasi gizi tentang pentingnya pelaksanaan asuhan gizi pada pasien yang selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan peningkatan pelayanan gizi terutama dalam hal peningkatan asupan gizi, perbaikan status gizi dan mengurangi beban lama rawat inap.
c.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan tenaga ahli gizi di RSUD Waled, sehingga diharapkan kegiatan asuhan gizi terstandar dapat berjalan dan memberikan pelayanan gizi yang lebih bermutu pada pasien.
3. Bagi peneliti Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan pada pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar dan dapat mengembangkan wawasan ilmiah.
7
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti,
Judul
Tahun
Persamaan
Perbedaan dengan
dengan
Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian Fayakun,
Peranan
Quasi
Pada penelitian ini :
Fayakun :
2011
Proses
Eksperimen
Non-Equivalent
Asupan gizi selama PAGT
Asuhan Gizi
Variabel terikat
Control
Terstandar
: Asupan gizi,
(kelompok intervensi
sebelum PAGT
Terhadap
status gizi dan
dan
Ada peningkatan bermakna
Asupan
lama rawat inap
kontrol)
berat
Gizi, Status
Variabel bebas:
Fayakun
sebelum dan sesudah PAGT
Gizi, Lama
Asuhan
menggunakan
Rawat Inap
dengan
pretest
Terhadap
Pendekatan
design
Pasien
PAGT
Pada
Gizi
Group
kelompok
one
and
postest
lebih
besar
badan
ini
Rawat Inap
sampel
:
Pasien
Di
RSUP
penyakit
degenaratif
Dr.
Hasan
yang
berisiko
Sadikin
malnutrisi
Tahun 2010
Fayakun pasein
IMT
berhubungan
yang dengan
rawat, namun
lama
penurunan
status gizi setelah mendapat PAGT
tidak
berpeluang
untuk dirawat dengan lama rawat yang panjang
:
Semua
baru
yang
termasuk
kriteria
inklusi Skrining
dan
Perubahan status gizi tidak
bermakna penelitian
daripada
Pada penelitian ini : Rata-rata
gizi gizi
asupan
gizi
selama perlakuan dan Status dengan
skrining
pada
menggunakan SNST akhir
penelitian ini : SNST
lebih baik pada kelompok
Nutrition
PAGT daripada kelompok
(Simple
Screening Tool)
konvensional
Fayakun
Tidak
gizi
:
skrining
Nutrition
Risk
Screening/ NRS 2002
ada
perbedaan
perubahan berat badan dan rata-rata lama rawat antara kelompok PAGT dengan kelompok konvensional
8
Peneliti,
Judul
Tahun
Persamaan
Perbedaan dengan
dengan
Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian Casbullah,
Pengaruh
Quasi
Rancangan
2007
Asuhan Gizi
Eksperimen
penelitian
Dengan
dengan
dengan
rata-rata lama rawat
Pendekatan
menggunakan
menggunakan
inap
Terapi
2
rancangan
Medis
yaitu
Equivalent Control
daripada
(TGM)
kelompok
Chasbullah : Static-
konvensional
Berpenga-
intervensi dan
group comporasion
ruh
kelompok
Variabel
Terhadap
kontrol)
Asuhan
kelompok
Asupan
Chasbullah: ini
Non-
bebas
Asupan
gizi lebih baik dan
lebih
pendek
pada kelompok TGM
:
Gizi
Pada penelitian ini :
dengan Pendekatan
Rata-rata asupan gizi selama
Makanan
Variabel
PAGT
dan
Lama
terikat : lama
Chasbullah
Rawat Inap
rawat inap dan
Asuhan
Di
asupan
Dengan Pendekatan
daripada
makanan
Terapi
konvensional
Rumah
Sakit Umum Kota Bekasi
: Gizi
Medis
lebih
perlakuan baik
kelompok
pada PAGT
kelompok
(TGM)
Tidak ada perbedaan
Variabel terikat :
rata-rata lama rawat
status gizi
antara
kelompok
PAGT
dengan
kelompok konvensional
9
Peneliti,
Judul
Tahun
Persamaan
Perbedaan dengan
dengan
Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian Pakaya,
Pengaruh
Quasi
Pada
2009
Pelaksanaan
Eksperimend
Variabel bebas : Asuhan
gizi
Asuhan Gizi
engan
Gizi dengan Pendekatan
gizi
Dengan
rancangan
PAGT
pada
kelompok
Pendekatan
Non-
Pakaya
TGM
daripada
Terapi
Equivalent
dengan Pendekatan TGM
Medis
Control
(TGM)
Group
Variabel terikat : lama
Terhadap
(Ada
rawat inap
Pada
Intake
kelompok
Pada penelitian ini : Lokasi
ini :
Makanan
intervensi
1 RSUD
Rata-rata
asupan
dan
dan
Pakaya : 2 lokasi RSUD
gizi
selama
Gizi Pasien
kelompok
Pada
Rawat Inap
kontrol)
Sampelnya adalah pasien
SNST akhir lebih
penyakit degeneratif yang
baik
Status
penelitian
:
ini
Asuhan
:
Gizi
Pakaya : Asupan dan status lebih
baik
kelompok konvensional
Di RSUD Dr
penelitian
ini
:
penelitian
perlakuan
dan
pada
M.M Dunda
Variabel
berisiko malnutrisi
kelompok PAGT
dan
terikat :
Pakaya : Sampelnya adalah
daripada
pasien
kelompok
RSUD
Prof.
Status
Dr.Aloe
dan
Saboe
makanan
Gorontalo
gizi intake
penyakit
degeneratif
dan
degeneratif
non
konvensional
non
Tidak
komplikasi) Pada
ada
perbedaan
penelitian
ini
:
perubahan
berat
Variabel terikat :
badan
Status
(perubahan
kelompok PAGT
berat badan dan perubahan
dengan kelompok
skrining gizi dengan cara
konvensional
gizi
SNST) Pakaya : Perubahan status gizi dengan menggunakan SGA(Subyektif Assessment)
Global
antara