FORMAT PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
Oleh : Purwoto
20141030100
Retno Dyah P
20141030101
Rina Veni Budiarti
20141030102
Rio Hardiatma
20141030103
Rohmatullah
20141030104
Sofian Widi K
20141030106
Guntur Heri P
20141030107
Sri Yuli Nurlaeni
20141030108
Stevi Fitri Lestari
20141030109
Suci Hidayati Gusri
20141030110
Timi Soraya P
20141030111
MMR 10C (EKSEKUTIF)
MAGISTER MANAJEMEN RUMAHSAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan. Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit
jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker,
memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk karena tidak di perhatikan keadaan gizi. Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus diperhatikan
agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi. B. RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari : 1.
Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2.
Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3.
Penyelenggaraan Makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan
rawat inap dan rawat jalan, termasuk
pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.
C. TUJUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT C.1. Tujuan Umum Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dam penyakit, serta merupakan bagian
dari
pelayanan
kesehatan
secara
menyeluruh
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit. C.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin di capai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang mencakup : 1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme
zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium). 2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan pola makan. 3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien. 4. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan makanan. 5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium 6. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan penyakit 7. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit. 8. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien/ pasien dan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut: 1. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan. 2. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme pasien. 3. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet ( sistim recall dan record)
4. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien. 5. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi. 6. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan keluarganya. D. BATASAN OPERASIONAL Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi 1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif. 2. Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/ pasien. 3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrisionst/dietisien, dan perawat dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu. 4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun. 5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan. 6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh nutrisionis/dietisien. 8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga membantu klien/ pasien
mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien. 9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi. 10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik. 11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan. 12. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang sudah berstatus rawat jalan. 13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi. E. LANDASAN HUKUM Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit 4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M. PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
F. KERANGKA KONSEP Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pasien Masuk Rs
Tahap Penapisan
Ruang Rawat Inap
Ruang Rawat Jalan
Ya Tahap Pengkajian
Pasien Berisiko Masalah Gizi
Dirawat ?
Ya Pengkaian Diet
Dukungan Gizi Perencanaan Diet Makanan Biasa
Tahap Intervensi/ Implementasi
Perencanaan Diet Makanan Khusus Terapi Diet
Pengelolaan Makanan biasa dan makanan
khusus
Penyajian Makanan biasa dan makanan
Tahap Monev
Pemantauan Asupan Makanan
Pemantauan Asupan Makanan
Penyesuaia n Diet
Masala h Gizi?
Penyuluha n Gizi Umum
Konseling Gizi (klinik Gizi)
Tidak Tidak
Seles ai
Konseling Gizi bagi pasien Pulang
Tidak Perlu Tindak Lanjut
Ya Kunjungan Rumah
Penjelasan Kerangka Konsep Klien / Pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua ) kategori , yaitu : 1. Pasien Rawat Inap Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah pasien memerlukan terapi atau tidak. Pada tahap intervensi/ implementasi : a. Bila tidak memerlukan terapi diet : 1. Pasien dipasankan makanan biasa ke tempat makanan biasa ke tempat pengolahan. 2. Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan makanan di sajikan ke pasien. 3. Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai gizi umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan kesehatan dan lingkungannya. 4. Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium dan lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak. 5. Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang. 6. Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula memerlukan terapi diet. b. Bila memerlukan terapi diet : 1. Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/ diet, yang sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan. 2. Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta menjalankan diet. 3. Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien. 4. Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinannya apakah memerlukan penyesuaian diet atau tidak. 5. Bila penyesuaian diet ini nerupa perubahan makanan biasa proses selanjutnya sama dengan butir a. 6. Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus proses selanjutnya lihat pada butir b. 7. Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet maka saat akan pulang pasien memperoleh penyuluhan konseling gizi tentang penerapan diet di rumah. 8. Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi rawat jalan. 9. Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya. 2. Pasien Rawat Jalan Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter lainnya, kemudian menentukan apakan pasien perlu terapi diet. a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya mempertahankan
dan
meningkatkan
keadaan
kesehatan
darinya
dan
lingkungannya. b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut.
BAB II STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
A. KUALIFIKASI TENAGA GIZI RUMAH SAKIT 1. Kepala Unit Pelayanan Gizi Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penganggung jawab umum organisasi unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit
pelayanangizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab kepada Direktur Bidang Penunjang Medis. Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi : a. Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi b. Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi c. Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian d. Melaksanakan Pengkajian Data Kasus. e. Melaksanakan Penelitian Dan Pengembangan Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut : a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi. b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu. 2. Koordinator Unit- Unit Koordinator unit- unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan : a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi b. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi. c. Pemantauan proses pelayanan d. Pengkajian data kasus Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut, maka pendidikan tenaga koordinator unit di rumah sakit harus mempunyai kriteria tertentu: a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi. b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi. 3. Supervisor Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan pelayanan paska rawat dan rujukan. Bidang tugas aspek yang diawasi mencakup aspek dietetik dan non dietetik. Supervisor/ pengawas mempunyai klasifikasi pendidikan sebagai berikut: a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi. b. Lulusan D4 – Gizi atau D3- Gizi c. Lulusan D3- perhotelan, atau serendah- rendahnya lulusan SMK-Tataboga + pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun.
Supervisor dapat ditukar/ digantikan (rotasi) secara bergiliran berdasarkan pertimbangan tertentu , baik berdasarkan kemampuan teknis, keterampilan maupun masa tugas. 4. Pelaksana Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai Juru Masak, Perbekalan, Pranata komputer, dan Ketatausahaan a. Juru Masak Juru masak yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang bertugas mulai dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian mempunyai kriteria pendidikan SMU/ SLTP + Kursus Masak. b. Urusan Gudang/ Perbekalan Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan mempunyai kriteria pendidikan D1- Gizi, SMU, atau yang sederajat. c. Operator komputer Operator komputer bertugas terutama pada perencanaan dan evaluais untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengoganisasian data untuk mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk operator komputer adalah D3 Gizi + kursus komputer. d. Tata Usaha Tugas – tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian Pendidikan dasar tenaga untuk tata usaha adalah D3 Gizi + kursus komputer B. DISTRIBUSI KETENAGAAN Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada
unit
pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah sebagai berikut : a. Tenaga untuk penyelenggaraan makanan b. Tenaga untuk asuhan rawat jalan c. Tenaga untuk rawat inap d. Tenaga untuk litbang gizi.
BAB III STANDART FASILITAS
A. DENAH RUANG DAPUR INSTALASI GIZI
X VI
V
IV
III
II
I
VIII VII
XI
XII IX XIII
Keterangan Denah Dapur a. Bagian- bagian : I. Ruang Penerimaan II. Ruang Penyimpanan bahan makanan kering III. Ruang penyimpanan bahan makanan basah dan kering
IV. V. VI. VII. VIII. IX. X. XI. XII. XIII.
Ruang Formula Bayi Ruang Penyimpanan Alat Ruang Pencucian Alat Ruang Pemasakan Tempat Pemasakan Tempat Pembagian Makanan Ruang Locker Ruang Pengawas Pengolahan dan administrasi Instalasi Gizi Tempat Amprahan Makanan Pintu Keluar Untuk Distribusi Makanan
B. STANDART FASILITAS Pelayanan Gizi Mempunyai Standart Fasilitas Gizi. Adapun Fasilitas yang ada adalah : a. Meja dan kursi b. Lemari buku c. Lemari display (kaca) d. Telepon e. Komputer f. Wastafel g. Food Model h. Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI MAKANAN 1. Pengertian Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. 2. Tujuan Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan
yang
layak
dan
memadai
bagi
klien
atau
konsumen
yang
membutuhkannya. 3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi gizi, atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. mulai instalasi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi. 4. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan meliputi : a. Perencanaan Menu Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit , misalnya siklus menu 10 hari b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata- rata jumlah konsumen atau pasien yang dilayani. Tujuannya adalah agar tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standart atau spesifikasi yang ditetapkan.
Adapun persyaratan Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan adalah sebagai berikut : 1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan 2. Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan 3. Adanya spesifikasi bahan makanan 4. Adanya daftar pesanan bahan makanan 5. Tersedianya dana Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus mempunyai langkah- langkah sebagai berikut : 1. Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan cara : standar porsi x jumlah psien. 2. Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik 3. Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan. 4. Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order) 5. Penerimaan, Penyimpanan dan penyaluran Bahan Makanan a. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan Bahan Makanan adalh suatu kegiatan uang meliputi pemeriksaan / penelitian , pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas
bahan makanan yang diterima sesuai dengan
pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Tujuannya
adalah
tersedianya
bahan
makanan
yang
siap
untuk
diolah.Persyaratannya adalah : 1. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima. 2. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan Langkah- langkah Penerimaan Bahan Makanan : 1. Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian diperiksa satu persatu, untuk mengetahui ada barang yang ada, kurang atau berlebih. 2. Kemudian bahan makanan disimpan di gudang penyimpanan kecil sesuai jenis- jenis barang. 3. Esok harinya masing- masing bagian pengolahan mengambil bahan makanan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Penyimpanan Bahan Makanan Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata
cara menata ,
menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan. Untuk memenuhi hal ini maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Adanya sistem penyimpanan barang 2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. 3. Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan makanan. c. Penyaluran Bahan Makanan Penyaluran Bahan Makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan pesanan. Sehingga harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Adanya bon permintaan bahan makanan 2. Tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuk makanan
6. Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengupas, mengocok, merendam. Tujuannya adalah mempersiapkan bahan- bahan makanan, serta bumbu- bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Sehingga untuk melakukan persiapan bahan makanan harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : a. b. c. d.
Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan Tersedianya peralatan persiapan Tersedianya protap persiapan Tersedianya aturan proses – proses persiapan
7. Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan
bahan
makanan
merupakan
suatu
kegiatan
mengubah
( memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya pengolahan bahan makanan adalah : a. Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan. b. Meningkatkan nilai cerna c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan makanan. d. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh. Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.
Tersedianya siklus menu. Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan Tersedianya aturan penilaian. Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
8. Pendistribusian Makanan Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani ( makanan biasa maupun makanan khusus.) Tujuannya agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Agar pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar b. c. d. e. f. g. h. i.
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit Adanya peraturan pengambilan makanan Adanya bon permintaan makanan. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan konsumen. Tersedianya peralatan makanan Tersedianya sarana pendistribusian makanan Tersedianya tenaga pramusaji. Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
B. ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT JALAN DAN RUANG RAWAT INAP
Pada pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. 1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan. Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada klien/ pasien rawat jalan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan gizi kepada pasien/ klien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pelayanan gizi pasien rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi : a. Pengkajian status gizi. b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit. c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian makanan d. Konseling dan penyuluhan gizi. e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi. 2. Asuhan Gizi Rawat Inap Pengertian asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi : a. Pengkajian status gizi. b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit. c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian makanan d. Konseling dan penyuluhan gizi. e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi. C. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI 1. Pengertian Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi rumah sakit atau unit pelayanan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara terencana dan terus menerus seperti halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka meningkatkan pelayanan gizi di rumah sakit. Unit pelayanan gizi menyusun program- program penelitian dan pengembangan yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang disusun berdasarkan kaidah-
kaidah penelitian yaitu adanya usulan penelitian atau proposal, laporan hasil penelitan, serta dokumen hasil penelitian. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan diupayakan dengan mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia. 2. Tujuan a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS b. Evaluasi kegiatan PGRS c. Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru 3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan besdasarkan aspek asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan di rumah sakit. 4. Ruang Lingkup Pengembangan Kegiatan pengembangan di unit pelayanan gizi dapat dilakukan pada berbagai aspek penting untuk pengembangan mutu pelayanan gizi. Beberapa aspek penting adalah aspek sumber daya manusia, standar terapi diet, standar sarana prasarana dan penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai tehnik pengolahan makanan.
BAB V SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
A. SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN DI RAWAT JALAN/ KLINIK GIZI. Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal, maka perlu didukung dengan sarana peralatan dan perlengkapan yang memadai untuk rawat jalan. 1. Bangunan Ruang Konsultasi Gizi 2. Sarana peralatan yang ada adalah : a) Meja dan kursi b) Lemari buku c) Lemari display (kaca) d) Telepon e) Komputer f) Wastafel g) Food Model h) Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa i) Leaflet diet j) Daftar bahan makanan penukar k) Buku- buku pedoman tatalaksana program (ASI, Gizi Buruk, Xeroftalmia, Diabetes Melitus dll) B. SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN DI UNIT PELAYANAN GIZI. 1. Ruang Penyelenggaraan Makanan a. Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan 1. Tempat penerimaan bahan makanan 2. Tempat/ ruang penyimpanan bahan makanan 3. Tempat persiapan bahan makanan 4. Tempat pemasakanan dan distribusi makanan 5. Tempat pencucian dan penyimpanan alat 6. Tempat pembuangan sampah 7. Ruang fasilitas pegawai 8. Ruang pengawas C. SARANA FISIK Kontruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan sangat mempengaruhi efisiensi kerja pelayanan makanan. Hingga saat ini, masih dijumpai sarana fisik instalasi hanya merupakan lokasi atau ruangan yang tersisa, sehingga letaknya kurang memenuhi syarat karena terkadang berdampingan dengan lokasi tempat pencucian/ londri. D. ARUS KERJA
Arus kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan, mulai dari penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/ distribusi makan juga kurang memadai, karena arusnya masih bolak balik. Hal ini disebabkan tempatnya yang begitu sempit. E. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN DI RUANG PENYELENGGARAAN MAKANAN. Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan di RS juga masih kurang lengkap. Berdasarkan arus kerja maka ruangan dan peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai barikut : 1. Ruang penerimaan dan peralatan yang dibutuhkan : Timbangan 100- 300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta angkut, pembuka 2. 3. 4. 5.
botol, pisau dsb Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar Timbangan 20 – 100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer, Ruang persiapan bahan makanan Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin pemotong dan penggiling daging, mixer, blender, timbangan meja, talenan, bangku kerja, bak cuci. Ruang masak dan alat yang dibutuhkan. Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer, blender, lemari es, meja pemanas,pemanggang, toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak
6. 7. 8.
alat, bangku, meja pembagi. Ruang pencuci dan penyimpanan alat Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari Dapur Susu Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci botol, mixer,
blender, lemari es, tungku, meja pemanas. Ruang pegawai Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC. 10. Ruang perkantoran Meja kursi, filling cabinet, lemari buku. Lemari es, alat peraga, alat tulis menulis, 9.
komputer, printer, lemari kaca, AC, TV, dsb.
BAB VI KESELAMATAN KERJA A. PENGERTIAN Keselamatan kerja (safety)
adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan. B. TUJUAN Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan : 1. 2. 3. 4.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran Mencegah, mengurangi bahaya ledakan Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian yang berbahaya. 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan 6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi 7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis, keracunan, infeksi dan penularan 8. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup 9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban 10. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan penyimpanan barang 11. Mencegah terkena aliran listrik Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan. a. Pengendalian teknis mencakup : 1. Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan 2. Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur dari bahan- bahan kontruksi yang memenuhi syarat. 3. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis 4. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat 5. Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan. e. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi yang layak dipakai f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai g. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
BAB VII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI A. PENGERTIAN 1. Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Pengendalian Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 3. Evaluasi/ Penilaian Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru. B. BENTUK BENTUK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 1. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan keputusan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi. a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan 1. Formulir pemesanan bahan makanan harian. 2. Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi gizi pada hari itu. 3. Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan makan basah dan bahan makanan kering.
4. Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan berdasarkan bonbon pemesanan dari masing- masing. b. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan 1. Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi (berisi pesan- pesan yang penting) 2. Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus. 3. Buku laporan pasien baru makanan biasa 4. Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien. c. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi Gizi. 1. Membuat kartu inventaris peralatan masak. 2. Membuat kartu inventaris peralatan makan 3. Membuat kartu inventaris peralatan kantor 4. Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk aimpan pinjam) 5. Formulir untuk pelaporan alat- alat masak. 6. Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari 7. Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya. d. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan 1. Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama 1 kali putaran menu 2. Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama triwulan/ tahunan. 3. Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan makanan 4. Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari dalam satu kali putaran menu 5. Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan 6. Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan a. Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap. 7. Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan. 8. Formulir permintaan makanan untuk pasien baru 9. Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang 10. Formulir perubahan diet 11. Formulir permintaan makan pagi, siang, sore. 12. Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan e. Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi/ Poliklinik Gizi. 1. Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis diet, 2. 3. 4. 5. 6.
antropometri) Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya. Formulis anemnesis. Formulir frekwnsi makan Formulir status pasien. Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit, laporan pada pasien rawat jalan dan rawat inap). Semua
laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman kemudian disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi untuk dimanfaatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan rumah sakit. 2. Pengawas Standar Porsi 1. Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan dengan penimbangan. 2. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur lain yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang. 3. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong. 4. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan kontainer/panci yang standar dan bentuk sama. 5. Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah) harus digunakan standar porsi dan standar resep. C. INDIKATOR KEBERHASILAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT. 1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium) 2. Terselenggarany pengkajiann dietetik dan pola makan berdasarkan anemnesis diet dan pola makan. 3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien 4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
BAB VII PENUTUP Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik. Pelayanan gizi yang dilaksanakan di rumah sakit tentunya akan disesuaikan dengan perkembangan jaman. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) ,merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan cara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sehingga, dalam mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan gizi yang holistik dapat terlaksana dengan sesuai pedoman pelayanan gizi di RS.