ASPEK SUSTAINABILITY SUPPLY CHAIN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL LCGC PREFERENSI CUSTOMER JAKARTA Paduloh1), Humiras Hardi Purba2), Vardian Giovanni3), Deny Wibisono4). Fakultas Magister Teknik Industri, Universitas Mercubuana 1
[email protected] ABSTRACT This study was made to know the features of any vehicle feature on which decisions of consumers in Jakarta when it took the decision to choose a vehicle. The method of research by giving questionnaires to 120 respondents and data processed using SPSS 16 to determine the degree of importance, using descriptive analysis and frequency. This study was conducted based on the number of vehicle manufacturers of four-wheel vehicles in LCGC (Low Cost Green Car), researchers wanted to know whether the feature LCGC effect on supply chain sustainability. Feature - a feature built into the questionnaire is physical endurance and durability of the product, engine performance and Type latest machinery, Recycling of plastic materials and metals, the use of environmentally friendly raw materials, the ethical aspects and environmental supplier, the price of the vehicle, the number of passengers in the vehicle and the shape and models of vehicles. based on the results of the questionnaire which features are most influential in determining the selection of a vehicle is the price of the vehicle, followed by number of passengers, and then features eco-friendly materials and performance and the latest engine types. Based on the degree of interest of 95% consider price feature becomes an important factor even 40% thought it very important. For features an environmental friendly raw materials use 100% of the respondents agreed to consider these important features. Keywords: Supply Chain Sustainability, Low Cost Green Car, SPSS 1. PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan infrastruktur dewasa ini, aspek penting yang juga menjadi focus perhatian selain aspek ekonomi, social dan budaya adalah aspek lingkungan. Aspek lingkungan saat ini sudah menjadi suatu prasyarat dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur. Dalam hal ini sektor konstruksi dituntut agar dapat berkontribusi mengurangi limbah/sampah (waste) hasil produk konstruksi, hingga kepada penerapan konsep hijau (Green Concept). Green Concept lahir dari sebuah kesadaran atau refleksi diri manusia dalam rangka memperpanjang usia kehidupan (peradaban) manusia di bumi untuk keberlangsungan generasi selanjutnya [1]. Kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan kembali kealam terus meningkat, sehubungan dengan issue global warming, hal tersebut mengarahkan kecenderungan untuk membeli produk yang ramah lingkungan menjadi pertimbangan yang penting bagi masyarakat, begitu pula industri
Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
otomotif, dengan diluncurkannya Mobil kategori LCGC sejak diluncurkan pada bulan September 2013 sampai dengan Juni 2014 penjualannya sudah mencapai 127.774 unit [2]. LCGC merupakan salah satu mobil yang menawarkan atribut-atribut hal yang berbeda dibandingkan dengan atribut-atribut yang ada pada mobil umumnya. Kriteria yang disyaratkan agar sebuah mobil mengantongi predikat atau masuk dalam kategori LCGC salah satunya adalah harganya harus murah yakni harus berada dikisaran 100 jutaan. Selain itu, mobil LCGC juga harus memenuhi kriteria lain yang juga disyaratkan yaitu mobil LCGC harus irit dalam urusan konsumsi bahan bakar serta juga harus ramah terhadap lingkungan [3]. Ada beberapa hal yang mendasari dikeluarkannya kebijakan mobil murah ramah lingkungan ini, yaitu Kebijakan ini pada awalnya muncul untuk mengurangi beban pemerintah yang setiap tahunnya meningkat akibat subsidi bahan bahan bakar minyak yang selalu naik. Ambisi pemerintah untuk menekan emisi karbon dimana pemerintah menginginkan adanya kemajuan dibidang otomotif yaitu kendaraan yang
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 128
ramah lingkungan, Mendorong investasi dan meningkatkan lapangan pekerjaan, dimana salah satu syarat bagi industri otomotif yang ingin mengikuti kebijakan ini harus mendirikan pabrik baru yang secara otomatis akan menyerap tenaga baru. Membangun industri komponen otomotif, dimana syarat kebijakan ini bagi industri otomotif yang ingin mengikuti program ini harus menggunakan komponen dalam negeri sebesar 80%. Menyikapi perdagangan bebas, program ini bertujuan untuk mengatasi perdagangan bebas dalam bidang otomotif karena negara-negara lain telah menciptakan kendaraan dengan konsep yang sama, sehingga dengan adanya program ini, Indonesia diharapkan dapat menciptakan inovasi baru dan tidak dijadikan pasar bagi negara-negara tetangganya. Jumlah pendapatan penduduk Indonesia yang setiap tahunnya meningkat mengakibatkan semakin tingginya angka permintaan terhadap alat transportasi yang memadai. Alat transportasi umum yang ada di Indonesia saat ini belum memadai sehingga masyarakat cenderung untuk menggunakan kendaraan pribadi berupa motor yang mana pemerintah mencatat bahwa angka kecelakaan menggunakan motor merupakan yang tertinggi, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan ini agar semua masyarakat dapat menggunakan kendaraan yang memadai dengan harga yang terjangkau [4]. Penelitian terhadap mobil LCGC pernah dilakukan sebelumnya oleh susetyo dan herliansyah dalam penelitian tersebut disebutkan Tingkat Kepentingan ada 5 atribut yang paling penting buat konsumen yaitu atribut sistem pengereman yang baik merupakan hal yang paling penting bagi pelanggan dengan mean 4,88 dan diikuti dengan atribut kemampuan body melindungi penumpang dengan mean sebesar 4,87 dimana kedua atribut merupakan kriteria aspek keamanan. Kemudian atribut kekuatan mesin baik dengan mean 4,84 dan atribut mobil yang hemat bahan bakar dengan mean 4,83 merupakan aspek performa mesin dan kualitas alat safety yang baik dengan mean 4.81 merupakan aspek keamanan. Tingkat kinerja ada 5 atribut yang dirasakan paling baik kinerjanya adalah atribut kualitas alat safety
Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
yang baik dengan mean 4,23 merupakan aspek keamanan, atribut pengendalian kemudi dan kendaraan yang mudah dengan mean 4,19 merupakan aspek kenyamanan, atribut sistem pengereman yang baik dengan mean 4,17 merupakan aspek keamanan, atribut kualitas audio yang bagus dengan mean 4,12 merupakan aspek desain kemudian diikuti dengan atribut mobil yang hemat bahan bakar dengan mean 4,11 merupakan aspek performa mesin. Nilai gap negatif tertinggi adalah pada aspek pasar (1,22). Sedangkan nilai gap negatif terendah terdapat pada aspek desain (-0,44). Upaya pembangunan berkelanjutan saat ini kurang memperhatikan sisi konsumen dalam menilai suatu fitur dan layanan suatu produk. Sudut pandang supply chain tidak dipandang berkelanjutan dengan perilaku konsumen dalam perspektif perusahaan. Padahal konsumen memiliki peran yang penting dalam memberi masukan kepada produsen [5]. Sehubungan dengan kondisi diatas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap Sustainability Supply Chain untuk mobil kateegory LCGC ini menggunakan studi kasus pada mobil, berfokus pada pengguna mobil di Jakarta. Kunci utama penelitian ini adalah fitur fitur sustainable yang paling penting bagi pengguna mobil di Jakarta dalam Supply Chain Mobil. Yang akan menjadi pertimbangan bagi produsen mobil dalam memproduksi mobil. 2. TINJAUAN PUSTAKA LCGC adalah konsep pemberian insentif kepada produsen mobil baik lokal maupun pemegang merk asing untuk memproduksi mobil murah dan ramah lingkungan. Proses menuju LCGC telah dimulai dengan pembebasan bea masuk mesin, perakitan, serta komponen mobil yang berbasis LCGC. Tujuan pemberian insentif ini adalah untuk merangsang pembangunan dan pengembangan mobil LCGC di dalam negeri, baik di sektor permesinan, perakitan, maupun komponen. Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 107/PMK 011/ 2012 tertanggal 21 Mei 2012 yang telah diundangkan pada 22 Mei 2012 dan berlaku 30 hari sejak diundangkan atau berlaku mulai pekan depan. PMK tersebut merupakan perubahan atas Permenkeu No 176/PMK 011/2009 tentang pembebasan BM (bea masuk) atas impor mesin serta barang dan bahan untuk
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 129
pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal dan memajukan iklim usaha otomotif. Selain membebaskan BM, pemerintah memberikan perpanjangan waktu impor selama setahun kepada perusahaan yang memperoleh pembebasan BM [6]. Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukan seorang konsumen dalam mencari, membeli, menggunakam, mengevaluasi dan membuang produk atau jasa yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka. Perilaku konsumen berfokus pada cara konsumen menentukan keputusan mengunakan sumber daya (uang, waktu, usaha). Sehingga bisa diketahui mengapa konsumen membeli, kapan mereka membeli dan dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, bagaimana cara mereka mengevaluasi pembelian dan apa latar belakang mereka akhirnya membuang produk atau jasa yang tidak sesuai. Dalam kehidupan masyarakat, setiap orang akan mengambil keputusan dalam pembelian, baik produk maupun jasa. Sehingga ketika orang yang telah membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa maka akan timbul perilaku baik menolak maupun menerima. Keputusan itu sering kali menjadi gambaran umum keputusan yang diambil beberapa konsumen sehingga bisa menjadi perilaku umum pada kelompok konsumen tertentu, sehingga menimbulkan budaya pembelian. Budaya diartikan sebagai total keseluruhan dari proses pembelajaran, nilai dan kebiasaan yang mengarahkan perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu. Pembelajaran dan nilai lebih mengarah kepada feeling dan prioritas individu terhadap suatu hal. Perilaku ramah lingkungan adalah salah satu perilaku yang menunjukan kepedulian konsumen terhadap lingkungan. Perilaku itu mengacu pada perilaku membeli dan mengkonsumsi produk yang memiliki dampak minimal pada lingkungan. Produkproduk ramah lingkungan bisa diklasifikasikan antara lain (WTO, 2011). Kontrol terhadap polusi udara, Energi yang dapat diperbaharui, Manajemen limbah dan penanganan air bersih, Teknologi berbasis lingkungan, Manajemen karbon. Konsumen menjadi sensitif dalam hal kualitas dan harga ketika harus berbicara
Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
tentang produk ramah lingkungan. Hal ini berarti ketika konsumen menjadi ramah terhadap lingkungan maka konsumen harus siap untuk membayar lebih untuk produk yang lebih ramah lingkungan.Pembelian produk ramah lingkungan adalah bentuk nyata dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Berdasarkan teori, konsumen yang memiliki pengetahuan tentang keadaan lingkungan lebih termotivasi untuk membeli produk ramah lingkungan. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memeberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas jelasnya mengenai object yang akan diteliti. Penelitian ini disebut deskriptif karena bertujuan untuk mengetahui preferensi pengguna mobil di Jakarta terhadap fitur – fitur sustainability dari sudut pandang supply chain. Yang akan diukur dalam 5 atribut sustainable development pada mobil yaitu ketahanan fisik dan keawetan produk, Performa mesin dan Jenis mesin terbaru, Daur ulang bahan plastik dan logam, pemakaian bahan baku ramah lingkungan, aspek etika dan lingkungan supplier, harga kendaraan, jumlah penumpang dalam kendaraan dan bentuk dan model kendaraan. Metoda penelitian dengan memberikan kuestioner terhadap 120 responden dan data diolah dengan menggunakan SPSS 16 untuk mengetahui derajat kepentingan dengan menggunakan analisis deskriptif dan frequency. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mendapatkan hasil penelitian maka dibuatkan questioner dan responden diminta untuk mengandaikan hendak membeli kendaraan baru, berdasarkan hal tersebut responden diminta untuk mengisi kuestioner mengenai faktor – faktor apa saja yang mendorong responden memutuskan untuk membeli jenis kendaraan, mulai dari fitur ketahanan fisik dan keawetan produk, Performa mesin dan Jenis mesin terbaru, Daur ulang bahan plastik dan logam, pemakaian bahan baku ramah lingkungan, aspek etika dan lingkungan supplier, harga kendaraan, jumlah penumpang dalam kendaraan dan bentuk dan model kendaraan.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 130
universitas di Jakarta, berdasarkan data kuestioner tersebut didapat kesimpulan sebagai seperti tertera dalam tabel 4.1.
Untuk mendapatkan data yang mewakili dipilih 120 reponden yang merupakan mahasiswa
Tabel 4.1 Hasil Kustioner terhadap keinginan responden Cluster Usia
Ketahanan Fisik dan Keawetan Produk
Performa dan jenis mesin terbaru
Daur Ulang bahan Plastik dan Logam
Pemakaian bahan baku ramah lingkungan
Aspek etika dan lingkungan Supplier
Harga Kendaraan
Jumlah Penumpang
Bentuk dan Model Kendaraan
1 2 3 4
2,83 3,25 3,75 3,50
3,33 3,75 3,50 3,17
3,00 3,00 3,75 3,50
3,83 3,50 3,50 3,50
3,50 3,00 3,50 3,67
3,50 3,50 4,50 4,50
2,83 3,75 4,00 4,50
3,50 3,25 4,00 3,17
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif N
Range
Minimum Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
Ketahanan Fisik dan Keawetan Produk
120
4.00
1.00
5.00
396.00
3.3000
1.19241
Performa dan jenis mesin terbaru
120
3.00
2.00
5.00
408.00
3.4000
.86384
Daur Ulang bahan Plastik dan Logam
120
4.00
1.00
5.00
396.00
3.3000
1.19241
Pemakaian bahan baku ramah lingkungan
120
2.00
3.00
5.00
432.00
3.6000
.73793
Aspek etika dan lingkungan Supplier
120
3.00
2.00
5.00
414.00
3.4500
.74303
Harga Kendaraan
120
3.00
2.00
5.00
480.00
4.0000
.95266
Jumlah Penumpang
120
3.00
2.00
5.00
450.00
3.7500
.94602
120
3.00
2.00
5.00
414.00
3.4500
.97748
Bentuk dan Model Kendaraan Valid N (listwise)
120
Data diolah dengan menggunakan sofware SPSS version 16, berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan sebagai berikut. Custer usia responden dibagi kedalam 4 kelompok, custer 1 usia antara 19 sampai dengan 25, cluster 2 usia antara 26 sampai dengan 31, cluster 3 usia antara 32 sampai dengan 37 dan cluster ke 4 adalah usia 38 keatas. Pembagian tersebut didasarkan pada kebutuhan dan perkembangan usia kedewasaan. Pada usia 38 ketas responden telah mapan dan memiliki pertimbangan yang matang dalam memutuskan pembelian kendaraan. Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat pada cluster 1 pada usia 19 sampai dengan 25 tahun, keputusan pembelian kendaraan tertinggi adalah karena faktor pemakaian bahan baku ramah lingkungan dengan ratarata sebesar 3,83 kemudian disusul oleh harga kendaraan dan bentuk dan model kendaraan dengan nilai rata – rata sebesar 3,5. Pada cluster kedua usian antara 26 sampai 31 keputusan pembelian kendaraan lebih dipengaruhi oleh performa mesin terbaru dan jumlah penumpang dengan rata –rata sebesar 3.75, kemudian baru dipengaruhi oleh harga kendaraan dan bahan baku ramah lingkungan. Pada cluster Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 131
kendaraan adalah Harga kendaraan dan Jumlah penumpang hal tersebut ditunjukan dengan rata rata tertinggi sesuai dengan keinginan pelanggan yaitu 4.5.setelah itu disusul oleh bentuk dan model kendaraan dengan rata – rata 4, baru kemudian pemakaian bahan baku ramah lingkungan dengan rata-rata 3.8 disusul dengan performa dan jenis mesin dengan rata-rata 3.75. Berikut adalah derajat kepentingan terhadap fitur-fitur yang mendorong konsumen membuat keputusan pada saat membeli kendaraan LCGC. Dalam Kuestioner peneliti memberikan 5 derajat kepentingan terhadap fitur–fitur mobil LCGC. Nilai 1 menunjukan bahwa fitur tersebut sangat tidak penting, Nilai 2 menunjukan fitur Tidak Penting, Nilai 3 menunjukan fitur Penting, nilai 4 menunjukan fitur tersebut cukup penting dan nilai 5 menunjukan fitur tersebut sangat penting.
ke tiga usia antara 32 sampai 37 tahun pemilihan kendaraan lebih kepada harga kendaraan dengan rata rata 4.5 kemudian disusul oleh jumlah penumpang dan bentuk dan model kendaraan sebesar 4, hal tersebut sangat dipengaruhi pada usia tersebut anggota keluarga telah bertambah sehingga prioritas menjadi penting kepada harga dan jumlah penumpang, pada cluster ini juga didapatkan bahwa aspek yang mempengaruhi faktor sustainable lebih diperhatikan hanya pertimbangan jumlah keluarga dan pengeluaran lebih mendominasi. Pada cluster terakhir atau cluster 4 untuk usia 38 tahun keatas pemilihan lebih kepada harga mobil dan jumlah penumpang, akan tetapi faktor sustainable menjadi lebih tidak diperhatikan menjadi prioritas pada cluster ini. Secara umum berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan faktor yang mempengaruhi keputusan membeli sebuah 1.
Fitur Ketahanan Fisik dan Keawetan Produk Tabel 4.3 Ketahanan Fisik dan Keawetan Produk Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
12
10.0
10.0
10.0
2
12
10.0
10.0
20.0
3
48
40.0
40.0
60.0
4
24
20.0
20.0
80.0
5
24
20.0
20.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa 40% pelanggan menganggap fitur ketahan fisik penting, 20% menganggap cukup penting dan 20% menganggap
Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
sangat penting, 10% menganggap fitur tersebut tidak penting dan 10% menganggap sangat tidak penting. nilai rata-rata terhadap fitur ini adalah 3.3.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 132
2.
Fitur Performa dan Jenis Mesin terbaru Tabel 4.4 Performa dan jenis mesin terbaru
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
2
12
10.0
10.0
10.0
3
66
55.0
55.0
65.0
4
24
20.0
20.0
85.0
5
18
15.0
15.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa 55% pelanggan menganggap fitur Ferforma dan jenis mesin terbaru penting, 20% menganggap cukup penting dan 15% 3.
Cumulative Percent
menganggap sangat penting dan 10% menganggap fitur tersebut tidak penting. Nilai rata-rata terhadap fitur ini adalah 3.4.
Fitur Daur ulang bahan plastik dan logam Tabel 4.5 Daur Ulang bahan Plastik dan Logam
Frequency Valid
Percent
1
12
10.0
10.0
10.0
2
12
10.0
10.0
20.0
3
48
40.0
40.0
60.0
4
24
20.0
20.0
80.0
5
24
20.0
20.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa 40% pelanggan menganggap fitur daur ulang plastik dan logam penting, 20% menganggap cukup penting, 20% 4.
Cumulative Percent
Valid Percent
menganggap sangat penting, 10% responden mengganggap tidak penting dan 10% menganggap sangat tidak penting. Nilai rata-rata terhadap fitur ini adalah 3.3.
Fitur Pemakaian bahan baku ramah lingkungan Tabel 4.6 Pemakaian bahan baku ramah lingkungan Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
66
55.0
55.0
55.0
4
36
30.0
30.0
85.0
5
18
15.0
15.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Sebanyak 55% responden menggap fitur ini penting, 30% menganggap cukup penting dan 15% menganggap sangat penting dan Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
tidak satu orangpun yang menganggap fitur ini tidak penting. Nilai rata-rata terhadap fitur ini adalah 3.6. Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 133
5.
Fitur Aspek etika dan lingkungan Supplier Tabel 4.7 Aspek etika dan lingkungan Supplier Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
2
6
5.0
5.0
5.0
3
66
55.0
55.0
60.0
4
36
30.0
30.0
90.0
5
12
10.0
10.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Sebanyak 5% responden menganggap tidak penting, 55% menganggap penting, 30% menganggap cukup penting dan 10% 6.
Cumulative Percent
reponden menganggap sangat penting. Nilai rata-rata terhadap faktor ini adalah 3.45.
Fitur Harga Kendaraan Tabel 4.8 Harga Kendaraan Frequency
Valid
Percent
2
6
5.0
5.0
5.0
3
36
30.0
30.0
35.0
4
30
25.0
25.0
60.0
5
48
40.0
40.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa 5% responden menganggap fitur ini tidak penting, 30% menganggap penting, 25% menganggap cukup dan 40% 7.
Cumulative Percent
Valid Percent
mengangap sangat penting dengan rata-rat 4. Sebanyak 95% reponden menganggap fitur tersebut penting bahkan sangat penting.
Fitur Jumlah Penumpang Tabel 4.9 Jumlah Penumpang Frequency
Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
2
18
15.0
15.0
15.0
3
18
15.0
15.0
30.0
4
60
50.0
50.0
80.0
5
24
20.0
20.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Sebanyak 15% responden menganggap fitur tersebut tidak penting, 15% menggangap fitur tersebut penting, 50%
Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
menganggap cukup penting dan 20% menganggap sangat penting. Nilai rata-rata untuk fitur ini adalah 3.75.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 134
8.
Fitur bentuk dan model kendaraan Tabel 4.9 Bentuk dan Model Kendaraan Frequency
Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
2
24
20.0
20.0
20.0
3
36
30.0
30.0
50.0
4
42
35.0
35.0
85.0
5
18
15.0
15.0
100.0
120
100.0
100.0
Total
Sebanyak 20% menganggap fitur ini tidak penting, 30% menganggap penting, 35% menganggap cukup penting dan 15% menganggap sangat penting dengan nilai rata rata 3.45. 5. KESIMPULAN Keputusan membeli kendaraan berdasarkan pengaruh harga produk dan jumlah penumpang saat ini masih sangat mempengaruhi keputusan masyarakat Jakarta dalam menentukan kendaraan mana yang akan mereka beli, baru kemudian difikirkan fitur sustainable. Kondisi masyarakat Jakarta yang masih menganggap memiliki sebuah kendaraan atau mobil adalah gengsi, sehingga keputusan memiliki kendaraan bukan berdasarkan kebutuhan akan tetapi lebih karena tersedianya dana untuk membeli kendaraan tersebut. Pembelian kendaraan berdasarkan jumlah penumpang juga memang menjadi trand di Indonesia, dimana pasar kendaraan lebih didominasi oleh kendaraan untuk keluarga. Berdasarkan derajat kepentingan 95% menganggap fitur harga menjadi faktor yang penting bahkan 40% menganggap sangat penting. Untuk fitur penggunaan bahan baku ramah lingkunga 100% responden sepakat menganggap fitur tersebut penting. 6. DAFTAR PUSTAKA Pusdin SDI, 2103, Kajian rantai pasok material konstruksi dalam mendukung investasi bidang konstruksi berkelanjutan, Kementrian pekerjaan umum.
Aspek sustainability (Paduloh, dkk)
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7478/ Latar-Belakang-yang-Mendasari Pengembangan-Industri- KomponenOtomotif-serta- Mobil-Hemat-Energidan-Harga-Terjangka u-BuatanDalam-Negeri- (online accessed: May 22th, 2014) Purba, S. B. H., & Nizmi, Y. E. (2015). Pengaruh kebijakan low cost green car terhadap strategi Nissan Motor Corporation menguasai pasar otomotif di Indonesia. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2(1), 1-8. Susetyo & Herliansyah, 2014, Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap mobil kategori LCGC, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X, Yogyakarta. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2013. http://www.kemenperin.go .id/artikel/7478/Latar-Belakang-yangMendasariPengembangan-IndustriKomponen-Otomotif-serta-Mobil-HematEnergi-dan-Harga-Terjangka u-BuatanDalam-Negeri- (online accessed: May 22th ,2014)
Tan, Booi-Chen. 2011. The Roles of Knowledge, Threat, and PCE on Green Purchase Behavior. International Journal of Business and Management, 6 (12), pp: 14-27. Singarimbun, M., dan Sofian E., 2006. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta Thurstone, LL, Chave, E.J., 1929, the Measurement of Attitude, the University of Chicago Press.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 135