Aspek struktur pada drama :Badak-badak” karya Eugene Ionesco
1
ASPEK STRUKTUR PADA DRAMA “BADAK-BADAK” karya EUGENE IONESCO Oleh: Hiqma Nur Agustina 1 Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang
Abstract The discussion about one of the literatures masterpices, drama, is always delightful. Since we know that drama has a similar form with human being’s problem, people interest to know more to compare whether the content of drama really as their life reflection or not. Sometimes life is identical with drama, and through drama the writer wants to show human’s life and problem toward it. The aspect of structure of Drama “Badakbadak” written by Eugene Ionesco will be revealed by the writer in this writing. The absurdity becomes the main idea in this drama. It is contrary with the common drama that take the daily aspect of human beings as the topic. This writing gives expression about the characters, the problem, the plot, the theme and the setting in this drama. As a part of the absurd masterpiece, this drama is really alluring to discuss that utter the aspects of humans lives in the real life.
Key words: absurd, aspects of structure, drama, literature
1. Pendahuluan Drama adalah salah satu jenis genre dalam karya sastra. Drama telah berkembang dari zaman atau tradisi sastra Yunani. Pada awalnya, drama ini muncul dari rangkaian upacara keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa di Yunani. Pada masa awal pertumbuhannya di Barat, sebagai bentuk upacara agama, drama dilaksanakan di lapangan 1
Hiqma Nur Agustina, SS, M. Si, M. Hum adalah Dosen Tetap Yayasan di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIS Tangerang. Email:
[email protected]
2
JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016
terbuka. Para penonton duduk melingkar atau membentuk setengah lingkaran, sedangkan upacara dilakukan di tengah lingkaran tersebut. Perkembangan drama, pada gilirannya kemudian, memperlihatkan adanya pergeseran dari ritual keagamaan menuju suatu oratoria, sebuah seni berbicara yang mempertimbangkan intonasi untuk mendapatkan efektivitas komunikasi. Dari oratoria ini, kemudian perkembangannya memperlihatkan adanya dua kecenderungan besar. Di satu pihak, ada kecenderungan oratoria yang sarat dengan musik sebagai elemen utamanya, yang hingga kini kita kenal dengan opera atau operet, dan di pihak lain muncul pula bentuk oratoria yang hanya mengandalkan cakapan atau dialog sebagai elemen utama seperti yang kini kita kenal sebagai drama (2002: 99-100). Drama digolongkan ke dalam karya sastra karena media yang dipergunakannya untuk menyampaikan gagasan atau pikiran pengarangnya adalah bahasa. Dalam kaitan ini, ragam bahasa yang dipergunakan oleh pengarang dapat bermacam-macam, tergantung dari sejumlah faktor penyebab, misal dari tingkat pendidikan, status sosial, dan usia para tokoh dalam karya drama. Oleh karena itu dapat dengan mudah kita jumpai adanya karya drama yang sarat dengan dialek, bahasa sehari-hari, atau bahasa formal. Dipakainya ragam-ragam bahasa tersebut tentu berdasarkan sejumlah alasan yang secara sosiologis dapat menjelaskan banyak hal.
Aspek struktur pada drama :Badak-badak” karya Eugene Ionesco
3
2. Eugene Eonesco: Sang Dramawan Rumania Eugene Ionesco kelahiran Rumania, 12 November 1912 adalah seorang penulis naskah teater yang digolongkan penganut teater absurd bersama Samuel Becket. Ionesco menghabiskan masa kecilnya di Prancis dan pada masa remajanya kembali ke Rumania. Di mana ia kemudian menjadi seorang guru bahasa Prancis dan menikah. Lalu kembali lagi ke Prancis tahun 1938 menyelesaikan studi doktoralnya. Selama Perang Dunia II ia berada di Prancis menjadi seorang korektor dan editor di beberapa penerbitan. Ionesco menekuni dunia teater secara tak sengaja. Ia harus belajar bahasa Inggris, dan memulainya dengan menuliskan naskah teater. Hasilnya beberapa kalimat yang tak lazim pun ia susun menjadi naskah teaternya. Tampak misalnyal pada The Bald Soprano (1950) yang merupakan kisah satiris tentang kehidupan lugu dan penuh formalitas tak berarti dari kalangan borjuis. Ionesco kemudian merasa kaget, karena naskah teaternya ternyata mendapat sambutan publik. Ionesco pun memutuskan berkarir di dunia penulisan naskah teater, yang ia sebut sebagai penulisan naskah anti-teater. Sebab, karena karakter-karakternya adalah paduan dari bermacam mimpi buruk, impian, keajaiban, fantasi, dan humor-humor aneh. Di mana ia juga membiarkan tragedi bercampuraduk dengan kejenakaan. Secara tematik, satu ciri khas menonjol dari naskah-naskah Ionesco adalah menguatnya absurditas, kesia-siaan hidup, ketika kebosanan harus dilakoni dengan peran-peran
4
JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016
remeh ataupun penting yang acap kali tanpa tujuan. Hidup hanya untuk hidup sehari-hari, apakah itu sekadar keanehan atau bahkan bayangbayang ketakutan semata. (Ionesco, 2006).
3. Absurdisme dalam Teater Untuk membahas drama Badak-badak ini pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan genre drama khususnya tentang Teater Absurd karena ada beberapa aspeknya memiliki kesamaan pada ciri-ciri Teater Absurd walaupun tidak semuanya menunjukkan ciri yang sama. Tidak terdapat sebuah definisi yang tepat tentang Teater Absurd. Pada awalnya absurd bermakna sesuatu yang bertentangan atau tidak selaras, yaitu makna dari perkataan asalnya dalam bahasa latin, absurdium. Albert Camus yang pertama kali memperkenalkan kata absurd yang menggambarkan kehidupan manusia yang senantiasa terancam: A world that can be explained by reasoning, however faulty, is a familiar world. But in a universe that is suddenly deprived of illusions and of light, man feel stranger. He is an irremedial exile, therefore he is deprived of memories of a lost homeland as much as he locks the hope of a promised land to come. This divorce between man and his life, the actor and his setting, truly constitutes the feeling of absurdity (Esslin, 1973: 5).
Sedangkan Eugene Ionesco yang menjadi pioneer dalam Teater Absurd berpendapat bahwa absurd adalah: … which is devoid of purpose, cut off from his religion, metaphysical and transcendental roots, man is lost; all his actions becomes senseless, absurd, useless (Esslin: op.cit.: 5).
Aspek struktur pada drama :Badak-badak” karya Eugene Ionesco
5
Dari definisi-definisi di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa absurd adalah sebagai sesuatu yang tidak menggambarkan realita yang sebenarnya, tetapi menggambarkan suatu hal lain di balik realita dan itu merupakan realita yang sebenarnya. Hal ini menandakan bahwa absurdisme menekankan pada perwujudan manusia. Hakikat manusia adalah absurd karena kita sebenarnya tidak pernah ditanya apakah kita mau atau tidak dilahirkan ke dunia ini. Begitu juga setelah dilahirkan dan dalam perjalanan hidup selanjutnya menuju kehidupan setelah ajal menjemput kita, sebenarnya kita juga tidak pernah minta mati atau kita sendiri tidak pernah mencari kematian, tetapi pada akhirnya kematian tetap juga datang menjelang.
4. Aspek Struktur dalam Badak-badak karya Eugene Ionesco Pada pembahasan aspek struktur, yang menjadi kajian utama adalah tentang tokoh-tokoh atau pemain, permasalahan yang muncul dalam cerita, alur, tema dan setting dalam drama ini. Drama Badak-badak karya Eugene Ionesco ini terdiri atas tiga babak. Setiap babaknya mengisahkan masalah utama yang sama, yaitu datangnya badak-badak yang tiba-tiba di dalam kota dengan segala dampaknya. Pada babak pertama dengan mengambil setting di sebuah kota kecil di pedalaman khususnya di area restoran dan café, ketika seekor badak dating maka muncul keributan, banyak debu, menabrak kucing
6
JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016
seorang ibu rumah tangga sampai mati bahkan ada yang mengira bahwa badak yang lewat sampai beberapa kali bukanlah badak yang sama dengan yang pertama kali dating. Kemudian pembahasan beralih pada isu apakah badak-badak tersebut bercula satu atau bercula dua, berasal dari Asia atau Afrika (hlm: 18). Sedangkan isu yang dibicarakan pada babak kedua dengan latar di perusahaan khusus masalah hukum adalah masalah judul headline di surat kabar tentang badak-badak yang muncul di kota dan menimbulkan keributan. Sebagian besar pegawai di kantor tersebut tidak mempercayai isi berita yang muncul di surat kabar pagi itu. Mereka menganggap berita tersebut hanyalah isu murahan yang tidak layak untuk dipercaya, walaupun seorang tokoh lainnya, Daisy berusaha meyakinkan pegawai lain yang tidak melihat peristiwa tersebut secara langsung bahwa dia menyaksikan datangnya badak-badak tersebut di kota. (Daisy: “Saya melihatnya, saya melihat badak!”) (Tablo pertama, hlm: 26). Pada babak kedua ini ditutup dengan peristiwa datangnya Nyonya Boeuf, istri dari Pak Boeuf, salah seorang karyawan di kantor percetakan tersebut, yang memberitahukan bahwa suaminya tidak dapat bekerja hari itu karena sakit dan yang lebih mengejutkan dia tampak ketakutan dan terlihat kelelahan karena dikejar seekor badak sampai di kantor percetakan tersebut. Dan di akhir cerita pada babak ini, badak tersebut menghancurkan tangga masuk di kantor percetakan. (Babak 2, tablo pertama).
Aspek struktur pada drama :Badak-badak” karya Eugene Ionesco
7
Tuan Papillon : Sayang sekali Tuan Boeuf tidak hadir. Tapi itu bukan alasan untuk panik begitu! Nyonya Boeuf, dengan susah payah: Soalnya … soalnya saya dikejar-kejar seekor Badak dari rumah sampai ke sini … Kemudian dilanjutkan dengan perubahan wujud Jane, teman Barenger menjadi seekor badak (Babak 2, tablo kedua). Pada babak kedua ini, hamper seluruhnya bercerita mengenai perubahan Jean menjadi seekor badak. Pada babak ketiga, yang merupakan akhir dari drama Badak-badak ini dengan latar di kamar Barenger, sebagai salah satu tokoh utama dalam drama ini, permasalahan yang dikemukakan adalah tentang perubahan wujud Jean, tokoh-tokoh lain dan hamper sebagian penduduk kota yang berubah wujud menajdi seekor badak. Kemudian diakhiri dengan kepergian Daisy meninggalkan Barenger karena terdapat silang pendapat diantara keduanya antara lain tentang keinginan Barenger untuk menyelamatkan dunia, sedangkan Daisy berkeinginan lain dengan menganggap bahwa mereka berdua yang harus diselamatkan (Daisy: Lagipula, mungkin kita yang harus diselamatkan. Mungkin kitalah yang abnormal) (hlm: 68). Tokoh-tokoh dalam drama Badak-badak karya Eugene Ionesco terdiri dari 17 orang ditambah dengan pemain yang berperan sebagai kepala-kepala badak yang kesemuanya terbagi dalam tiga babak. Tidak semua tokoh hadir dan terlibat dalam ketiga babak tersebut. Pada babak pertama terdiri dari 10 orang tokoh, yaitu: Berenger, Jean, Lelaki Tua, Ahli
8
JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016
Logika, Pemilik Toko, Istri Pemilik Toko, Majikan Café, Pelayan Café, Daisy, dan Ibu Rumah Tangga. Di setiap babaknya, ada pembagian peran yang cukup menonjol sehingga tidak setiap babak semua tokohnya terlibat dalam setiap dialog. Yang paling sering terlibat dan berperan di keseluruhan babak adalah Barenger, Jean, dan Daisy. Pada babak pertama yang terlihat cukup berperan adalah pembicaraan antara Barenger-Jean, Lelaki Tua-Ahli Logika, sedangkan Pemilik Toko-Istri Pemilik Toko dan Majikan Café-Pelayan café walaupun nampak namun hanya sebagai tokoh sekunder. Pada babak kedua, tokoh yang muncul berjumlah enam orang, yaitu Tuan Papillon (Kepala Bagian), Dudard (yang memiliki ambisi untuk menggantikan Tuan Papillon), Botard (pensiunan guru), Daisy (sekretaris di kantor tersebut), Nyonya Boeuf (istri Pak Boeuf, karyawan di kantor percetakan itu) dan Berenger. Sedangkan pada babak ketiga, tokoh yang berperan adalah Berenger, Dudard, dan Daisy. Mereka terlibat dalam pembicaraan intens tentang ketakutan Berenger apabila tubuhnya juga turut berganti rupa menjadi badak seperti yang lainnya. Hal ini dikarenakan hamper sebagian besar orang di kota termasuk orang-orang yang dikenalnya di kantor juga berganti wujud menjadi seekor badak, seperti Jean, Tuan Papillon, Ahli Logika, Botard, Pak Beouf bahkan hal yang sama juga terjadi pada orangorang terkenal di kota tersebut, seperti: Kardinal de Retz (seorang ulama), Duc Saint-Simon (bangsawan) (hlm: 60).
Aspek struktur pada drama :Badak-badak” karya Eugene Ionesco
9
Diantara banyak tokoh yang berperan dalam drama ini, Berenger adalah satu-satunya orang yang dalam berkomunikasi berusaha untuk memenuhi prinsip kerjasama dalam pembicaraan yang merupakan ciri dari maxim kemasyarakatan. Topik pembicaraan dalam dalam drama ini selalu berkejaran satu sama lain. Tidak pernah sampai pada esensi yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat pada pembicaraan diantara tokoh-tokohnya pada babak pertama tentang jumlah cula pada badak-badak tersebut. Badak disini diartikan sebagai mitos, karena sudah tidak ada lagi yang bisa dipercaya, seperti dalam dialog antara Jean dengan Berenger yang memperdebatkan masalah moral manusia. Terdapat kebosanan atas moral dari diri manusia itu sendiri. Sehingga moralitas manusia yang ada bukanlah seperti kualitas moral yang sekayaknya dimiliki oleh manusia. Namun sudah berbeda jauh dari yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Alur yang terdapat dalam drama Badak-badak ini adalah non circular plot, yaitu terdapat perbedaan di awal dan di akhir cerita. Selain itu juga terdapat klimaks saat Berenger menentukan dia tetap menjadi manusia meskipun tinggal dia sendiri. Sebelumnya Daisy berkeinginan untuk tetap tinggal bersama Berenger namun setelah terjadi konflik berupa perbedaan pendapat diantara keduanya yang diakhiri dengan peristiwa Berenger menamparnya maka Daisy memutuskan untuk pergi (Babak 3, hlm: 69).
10
JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016
Tema yang menonjol dalam drama ini adalah tentang gagasangagasan esensi dan eksistensialisme yang menyangkut keberadaan manusia dan apa arti dari keberadaan itu, yang berarti walaupun semua orang memiliki masalah yang berbeda tetapi masalah utamanya adalah suatu hal yang
sama,
yakni
individualisme,
egoisme,
dan
materialisme.
Ketidakpedulian pada orang lain adalah salah satu budaya yang terjadi pada masyarakat di masa itu. Sebagai akibatnya, manusia cenderung bersikap individualistik, kehilangan unsur humanismenya dan tidak berbeda dengan badak di sini.
5. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa apabila dilihat dari tokoh, alur, tema, dan latarnya maka semua aspek terebut menunjang karya drama ini sebagai bagian dari karya Teater Absurd, walaupun tidak seluruhnya mencerminkan karya absurd karena ada beberapa pembahasan yang tidak mencirikan karya absurd seperti pada alur yang berupa non circular plot yang berbeda dengan ciri khas karya Teater Absurd yang non-linear. Kemudian untuk setting-nya juga tidak mencirikan karya absurd karena setting pada drama Badak-badak ini mengambil beberapa tempat yang berbeda, sedangkan pada karya teater absurd cenderung ada minimalisasi setting. Hal lain berkisar pada deskripsi tentang tokoh terdapat sedikit penyimpangan. Yaitu ada deskripsi singkat tentang beberapa tokohnya yang biasanya tidak dimiliki oleh Teater Absurd.
Aspek struktur pada drama :Badak-badak” karya Eugene Ionesco
Sebagai
penutup,
drama
Badak-badak
ini
11
berusaha
mengetengahkan suatu pandangan untuk selalu menjadi diri sendiri “Be Yourself” pada diri kita sebagai manusia. Hidup terdiri atas pilihan-pilihan, karena itu kita sendiri yang akan memilih dan menentukannya. Bukan pula orang lain. Ketika kita berusaha untuk konsisten pada pilihan hidup yang sudah kita ambil dan putuskan, seyogyanya kita musti memiliki visi dan misi untuk menerima segala bentuk konsekuensi yang muncul sebagai dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA Budianta, Melani, dkk. 2002. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera. Esslin, Martin. 1973. The Theatre of the Absurd. New York: Overlook Press, Woodstock. Ionesco, Eugene. 2006. Badak-badak. Terjemahan Talha Bachmid. Menafsir dan Memperagakan Ionesco Tuesday, December 26, 2006 dalam http://amptamba.blogspot.com/2006/12/menafsir-danmemperagakan-ionesco.html