ASPEK RELIGI DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZI DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Ma’mun Fauzi
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
Abstract Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat disebut sebagai novel pembangun jiwa . Karena penulis mengemas cerita penuh hikmah dengan bahasa yang sangat indah dengan dikaitkan dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dapat menyentuhkan hati orang mukmin.Dalam novel tersebut membuka mata hati pembaca, mengapa orang harus melakukan poligami. Tentu ada alasan yang membuat orang harus melakukannya. Contoh tokoh Fahri bukan orang yang hobi beristri dua tetapi karena kewajiban moral untuk menolong Maria dan dirinya dari ancaman penjara. Novel tersebut juga bisa dijadikan perbandingan untuk perilaku Syariah bagi kaum hawa dalam berpakaian ,mandi, dan dalam berpacaran dalam tuntunan Islami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya sastra berupa novel merupakan sarana yang sangat baik untuk membentuk akhlak siswa SMA dengan hikmah / amanat yang terkandung dalam novel yang dibacanya. Oleh karena itu, guru sastra perlu mengadaptasikan pembelajaran novel atas sastra demi perbaikan dan penggairahan pembelajaran sastra di SMA. Keywords: Novel, pembelajaran sastra, sastra Islam.
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi saat ini manusia banyak menghadapi modernisasi informasi yang benar-benar menjamur. Internet muncul dimana-mana. Sekolah-sekolah bahkan di kampung-kampung banyak menyediakan internet sebagai sarana informasi global yang menghantui kita sebagai orang tua atau sebagai pendidik, sebab warnet yang disewakan kepada masyarakat umum dapat menyajikan budayabudaya jelek untruk dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Informasi global memang perlu tetapi bila tidak diimbangi dengan pendidikan agama yang matang akan menjadi bumerang bagi keutuhan keimanan seseorang. Banyak contoh kejahatan yang dilakukan oleh siswa SLTA yaitu melakukan seks bebas dengan teman pelajarnya
karena sering melihat situs porno yang ada dalam internet. Hal ini terjadi karena tidak adanya benteng iman yang dimiliki pelajar . Benteng iman dapat dimiliki siswa bila ada usaha orang tua untuk memupuk iman sedalam-dalamnya melalui pengajian membaca al-qur’an, membaca buku-buku agama dan buku-buku sastra yang berisi tuntunan keagamaan seperti novel ayat-ayat cinta. Pendidikan agama di sekolah sangat terbatas karena hanya 2 jam dalam satu minggu yang tentu saja sangat kurang dibandingkan banyaknya masalah yang harus dibina kepada siswa baik dalam bidang aqidah, syariah, dan akhlak. Akibat dari kurangnya waktu dan tidak adanya upaya orang tua untuk membekali ajaran agama dengan baik dan cukup, maka
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
148
banyak penyimpangan-pemyimpangan yang terjadi baik yang disengaja atau yang tidak disengaja, baik yang disadari atau yang tidak disadari. Ditambah lagi pengaruh internet dan televisi yang banyak tidak mendidik, mencekoki kehidupan moral mereka. Terjadilah krisis moral yang tragis dalam kehidupan pemuda kita pada saat ini. Misalnya anak tidak patuh lagi kepada orang tua, siswa tidak patuh lagi dengan gurunya, siswa tidak patuh lagi dengan ajaran agamanya. Saat ini dunia pendidikan perlu mengupayakan sarana peningkatan pendidikan moral agama di sekolah dengan meningkatkan kegiatan Rohis dan menyiapkan bacaan-bacaan yang bermuatan religi. Guru juga perlu mengintegralkan mata pelajaran lain ke dalam unsur IMTAQ yang tentunya akan membangun kesadaran keagamaan siswa secara tidak sengaja. Hal ini yang belum banyak disadari oleh para pendidik dalam melaksanakan tugas tupoksinya di dalam kelas yang diasuhnya. Bila unsur religi sering tersentuh oleh siswa dan sering dijadikan bahan telaah insyaAllah akhlak keimanan pelajar kita akan makin jelas, makin baik, dan lebih terarah dalam melaksanakan syariat agama Islam tanpa dipaksakan oleh orang tua. Bahkan menjadi kepribadian dalam menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh. Namun kenyataannya sangatlah berbeda, guru-guru belum menyadari kalau pendidikan umum pada dasarnya juga adalah ajaran agama. Tidak terkotak-kotak, seakan-akan pelajaran agama di luar pelajaran umum bahkan dianggap musuh bagi perkembangan dunia pendidikan. Akibat kurangnya pendidikan agama, maka banyak sekali penyimpangan-penyimpangan kehidupan pelajar remaja saat ini. Misalnya akhlak seorang anak kepada orang tua sudah sulit didapat yang benar-benar bertuntunan Islam. Misalnya mencium tangan ketika pulang sekolah atau kuliah, berbusana muslim, berpacaran ala muslim, dan bergaul dengan orang lain secara muslim. Bahkan cara menghargai diri sendiri pun sudah jauh dari ajaran Islam. Misalnya menutup aurat bagi wanita yang sedang mandi walaupun mandi di 149
kamar mandi sendirian, bagi muslimah yang taat seharusnya mandi menggunakan kain basahan. Berdasarkan permasalahan di atas judul penelitian ini adalah: “Aspek Religi dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman Elshirazi dan Implikasi Pembelajaran Apresiasi sastra di sekolah Menengah Atas.” Dari novel tersebut di atas diharapkan mendapatkan pengalaman dalam unsur religi dan patutkah novel tersebut dijadikan bahan ajar untuk mata pelajaran apresiasi sastra di lingkungan pelajar SMA. Tentunya saya ingin mengorek intan berlian yang terkandung dalam novel Ayat-ayat cinta untuk dijadikan perhiasan yang cantik dalam hati pelajar-pelajar kita di SMA. Dan akhirnya melahirkan generasi muslim dan muslimah yang taat kepada Allah, berakhlak mulia, menjalankan syariat Islam secara kaffah (total) seperti yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Fokus penelitian ini yaitu Aspek Religi dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman Elshirazi dan kuplikasinya dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Subfokus penelitian ini adalah: (1) Aspek moral dalam Novel Ayat-ayat Cinta. (2) Aspek aqidah dalam Novel Ayat-ayat Cinta. (3) Aspek Syariah dalam Novel Ayat-ayat Cinta. (4) Aspek Akhlak dalam Novel Ayat-ayat Cinta. (5) Aspek Religi dalam Novel Ayat-ayat Cinta. KAJIAN TEORI Dalam penelitian ini akan dikemukakan beberapa teori yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teori yang digunakan adalah pendapat para ahli yang menunjang penelitian. Teori tersebut adalah Aspek religi / Hakikat nilai-nilai Islam dan hakikat Novel. 1. Hakikat Religi Hakikat Religi ialah kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia seperti kepercayaan Animisme, Dinamisme dan sebagainya. Aspek-aspek religi Islam adalah Akidah,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
Syariah, Akhlak. Secara etimologi Akidah berarti ikatan atau sangkutan dan secara teknik berarti kepercayaan, keyakinan, iman, yang berkisar pada Arkanul Iman yaitu Rukun Iman yang terdiri dari enam perkara. Dalam Hadits Imam Muslim yang diriwayatkan Umar RA. Bertanya kepada Rosulullah “Ya Rosulullah beritahukanlah kepada ku tentang Iman ?“ dan Rosulullah menjawab, “ Yaitu engkau percaya pada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul Nya dan hari Kiamat, dan engkau percaya pada takdir Allah yang baik dan buruk (Hadits Arbain, 2005:21). Kondisi dan fungsi orang beriman bagai pohon yang besar (Hamid, 2007:35), yakni : (1) Berdiri tegak dan kuat, tidak terombang ambing oleh angin. Maksudnya tidak mudah terpengaruh situasi, tidak gampang terhasut, dan tidak plin plan. (2) Mejadi tempat berteduh, yakni memberikan perlindungan kepada sesama manusia yang membutuhkannya. (3) Buahnya bisa dinikmati oleh orang lain yakni perilakunya selalu menyenangkan dan menguntungkan. Syariat berati jalan, Syariat Islam berarti suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan alam sekitarnya Syaripudin, 1993:37). Hal ini disampaikan oleh syariah sebagaimana dijelaskan dalam kamus adalah suatu yang ditetapkan atau diturunkan Allah kepada hamba-Nya. Berupa aturan atau tuntunan agama, atau suatu yang diperintahkan Allah yang berkaitan dengan masalah-masalah agama seperti, Shalat, haji, zakat dan seluruh perbuatan yang baik, sebagaimana Firman Allah dalam Surat Jatsiah ayat 18 yang artinya “Kemudian (agama) itu kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat ( aturan ) dari urusan. Syariat Islam. Syariat artinya jalan yang sesuai dengan undang-undang (peraturan) Allah SWT. Allah menurunkan agama Islam kepada Nabi Muhammad SAW. (Hamid,2007:22). Secara lengkap dan sempurna, jelas dan mudah dimengerti, praktis untuk diamalkan, selaras dengan kepentingan dan hajat manusia di manapun sepanjang masa dan dalam keadaan bagaimanapun.
Syariat Islam secara garis besar memcakup tiga hal : (1) Petunjukdan bimbingan untuk mengenal Alllah SWT. Dan alam gaib, yang menjadi pokok bahasan ilmu tauhid. (2) Petunjuk untuk mengembangkan potensi kebaikan yang ada dalam diri manusia agar menjadi mahluk terhormat yang sesungguhnya (Ahkam syariah, kuluhiyah). (3) Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT. Atas hubungan manusia dengan Allah ( vertikal ), serta ketentuan yang mengatur pergaulan/hubungan antara manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Perkataan Akhlak adalah jamaah dari kata khuluq yang menurut bahasa lughatan berarti adat kebiasaan, tabi’at, muru’ah, perangai dan agama (Syaripudin, 1993:40). Istilah perangai merujuk kepada perpaduan unsur fitri dan ikhtiari, kalau hanya unsur fitri saja yang bekerja disebut dengan tabi’at. Disebut adat jika sesuatu itu dilakukan dengan kesadaran ( iradah ) dan berulang kali, sedangan muru’ah adalah sifat yang mengajak orang berpegang dengan budi pekerti terpuji dan adat yang baik. Ibnu Abbas menafsirkan lafadzh khuluq pada ayat 4 surat Qalam sebagai agama ( Ad-Dien ). Jika ditinjau dari sisi istilah, Al hazali memberikan definisi akhlaq sebagai kondisi jiwa yang mantap dalam jiwa manusia sehingga menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan lagi pemikiran dan pertimbangan. Pengertian ini masih bersifat umum karena belum menunjuk kepada baik dan buruknya. Perkataan Akhlakdalam ajaran Islam itu sendiri telah menunjuk kepada suatu perilaku yang berkonotasi positif, yakni baik seperti : baik, Islam memandang yang disebut akhlak sekumpulan tindakan dan perilaku yang baik, yang muncul secara spontan dalam diri seorang muslim dengan maksud mencari pahala dari Allah SWT. bukan yang lainnya (FS PAIJS,1992:17). Bukan kepura-puraan atau keterpaksaan tujuannya jelas yakni balasan dari Allah bukan mencari popularetas, definisi inilah yang membedakan akhlak dengan filsafat moral. Akhlak bukanlah filsafat moral, karena
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
150
landasan pijak yang berbeda. Filsafat utilitarisme-nya Wiliam James hanya mendasarkan diri kepada besar kecilnya manfaat. Filsafat Hedonisme-nya Epicurus berpijak kepada kenikmatan dan kelezatan semata. Filsafat idealisme-nya kant hanya berpijak kepada ideal, sedangkan akhlak dalam pemahaman Islam berpijak kepada landasan AlQur’an dan sunnah yang mencontoh Rasulullah sebagai uswatun hasanah. Pengertian Aqidah Akhlak dan Syariat Islam. Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Aqidah dalam Al-Qur’an dapat dijabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5: 15--16) yang berbunyi “Sesungguhnya telah dating kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” :Dan agar orangorang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Al-Hajj 22: 54). Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran Islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemenelemen dasar keyakinan, meggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai sistem nilai berisi 151
peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan pada Allah sehingga tergambar akhlak yang terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang mengku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yang tidak lurus disebut munafik. Aqidah, syariah dan akhlak dalam AlQur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak. Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Karena itu di dalam AlQur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman. Antara lain firman Allah dalam (AnNur, 24: 55) “Allah menjajikan bagi orangorang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh menjadi pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orangorang dari sebelum mereka (kaum muslimin dahulu) sebagai paemimpin; dan menggantikan mereka dari rasa takut mereka (dengan rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepadaKu, mereka tidak menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”. Berdasarkan penjelasan pendapat para
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek religi adalah aqidah, akhlak dan syariah. Manusia yang sudah dapat dikatakan hampir sempurna (taqwa) bila sudah melaksanakan ketiga aspek tersebut dengan baik sesuai dengan ajaran Islam. 2. Hakikat Novel Hakikat Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dihasilkan dengan men g g un akan b ah as a s eb ag ai al at penyampaiannya. Novel sebagai alat untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan yang merupakan tanggapan dan pandangan pengarang terhadap obyek nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Novel juga merupakan prosa yang panjang mengisahkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara tersusun. ( Burhan Nugiantoro 1995 : 27 ) Istilah novel berasal dari bahasa Itali yaitu Novellete yang dalam bahasa Jerman Novellete secara harfiah novel berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Tarigan, H.G. 1991:39). Pengkajian Istilah novel berasal dari kata latin “ Novellus” yang diturunkan dari kata “ Novies “ yang berarti baru : Cerita yang baru muncul kemudian sesudah drama, puisi dan lain -lain. Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah
novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya. Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya. Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut : (1) Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Sumardjo:1998:127). (2) Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan. (3) Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. (4) Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik. Berdasarkan pendapat dan uraian para ahli di atas disimpulkan bahwa novel adalah
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
152
karya sastra yang paling popular di dunia dan novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel memiliki sejumlah fungsi antara lain: (1) Sebagai sarana pendidikan yang dituangkan dalam cerita dan disampaikan secara tak langsung terwujud dalam bentuk amanat. (2) Sebagai sarana hiburan dengan membaca novel orang akan terasa terhibur dalam suasana rekreasi pustaka dengan berbagai gaya bahasa dan citraan-citraan yang menyentuh sehingga timbul rasa keindahan yang akhirnya menjadi hiburan bagi si pembaca. (3) Sarana untuk mengungkapkan pengalaman hidup dengan berbagai nuansa dan perilaku manusia yang bisa diambil hikmahnya bagi si pembaca. Sebagai suatu karya sastra, novel tidak berdiri sendiri tetapi ia dibangun oleh beberapa unsur. Adapun unsur yang membangun novel ada 2 macam yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah yang membangun novel dari dalam yaitu tema, amanat, alur, latar, penokohan, dan bahasa. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur yang terbangun dari luar karya sastra itu sendiri, kedua unsur tersebut saling menunjang memiliki hubungan timbal balik, saling membantu dan menentukan pemahaman terhadap isi karya tersebut. Semua unsur tersebut menyatu dalam pengalaman yang dikisahkan oleh seseorang secara mengasikan, sehingga pembaca dapat merasakan keutuhan dan kepaduhan isi cerita dalam novel tersebut. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun dari luar karya sastra itu, unsur tersebut adalah : Latar belakang kehidupan pengarang, kondisi sosial ekonomi, politik, pandangan dan aliran yang dianut pengarang. Penelitian ini difokuskan pada unsur ekstrinsik, yaitu aspek-aspek religi berupa aqidah, syariat, dan akhlak. Unsur ekstrinksik meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur intrinsik. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra. (Burhan Nurgiyantoro.1995: 25). 153
Novel sastra serius dan novel sastra hiburan mempunyai beberapa unsur yang membedakan keduanya. Unsur–unsur novel sastra serius adalah sebagai berikut : (1) tema : Karya sastra tidak hanya berputar – putra dalam masalah cinta asmara muda – mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua masalah yang penting untuk menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam sastra kadangan hanya penting untuk sekedar menyusun plot cerita belaka, sedang masalah yang sebenarnya berkembang diluar itu. (2) Karya sastra : Tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi selalu mencoba memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah, hal ini dengan sendirinya berhubungan dengan kematangan pribadi si sastrawan sebagai seorang intelektual. (3) Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa dialami atau sudah dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja karya sastra membicarakan hal – hal yang universal dan nyata. Tidak membicarakan kejadian yang artificial (yang dibikin – bikin) dan bersifat kebetulan. (4) Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru. Ia tidak mau berhenti pada konvensialisme. Penuh inovasi. (5) Bahasa yang dipakai adalah bahasa standard dan bukan silang atau mode sesaat. Sedangkan novel sastra hiburan juga mempunya unsur – unsur sebagai berikut : (1) Tema yang selalu hanya menceritakan kisah asmara belaka, hanya itu tanpa masalah lain yang lebih serius. (2) Novel terlalu menekankan pada plot cerita, dengan mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan dan unsurunsur novel lain.(3) Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional cerita disusun dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca, akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal, tanpa pendalaman. (4) Masalah yang dibahas kadang-kadang juga artificial, tidak hanya dalam kehidupan ini. Isi cerita hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri, tidak dalam kehidupan nyata. (5) Karena cerita ditulis untuk konsumsi massa, maka pengarang rataratatunduk pada hokum cerita konvensional, jarang kita jumpai usaha pembaharuan dalam
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
jenis bacaan ini, sebab demikian itu akan meninggalkan masa pembacanya. (6) Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang actual, yang hidup dikalangan pergaulan muda-mudi kontenpores di Indonesia pengaruh gaya berbicara serta bahasa sehari-hari amat berpengaruh dalam novel jenis ini. Berdasarkan penjelasan di atas unsur ekstrinsik merupakan unsur yang mewarnai novel tersebut agar menjadi novel yang sempurna. 3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sastra Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sastra adalah: (1) Nilai Sosial, nilai sosial ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan manusia lain. (2) Nilai Ethik, novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya dapat memausiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari dan dihargai oleh para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu dari seorang pengarang untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia. (3) Nilai hedonik, nilai hedonik ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan (4) Nilai spirit, nialai sastra yang mempunyai nilai spirit isinya dapat menantang sikap hidup dan kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca mendapatkan kepribadian yang tangguh percaya akan dirinya sendiri. (5) Nilai koleksi, novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya sendiri, menyimpan dan diabadikan. (6) Nilai kultural, novel juga memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban masyarakat, sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah. 4. Ontologi Novel Novel adalah cerita fiksi yang melukiskan suatu peristiwa yang luar biasa dari kehidupan tokoh cerita dan peristiwa menimbulkan krisis/pergolakan batin yang mengubah nasibnya. Novel merupakan suatu bentuk
karangan prosa yang panjang dan didalamnya menceritakan tentang kehidupan manusia dan karya sastra fiksi sebagai hasil kreatifitas dan imajinasi pengarang mempunyai bentuk serta jenis yang beragam, seperti puisi, drama, novel dan roman. Novel sebagai salah satu bentuk sastra yang sudah banyak dibahas oleh para ahli dan diantara para ahli yang memberi tanggapan misalnya pendapat Murshal Esten, ia menyatakan bahwa: “Novel merupakan pengungkapan dari pragmen manusia dalam jangka lebih panjang dimana terjadi suatu konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan hidup si pelaku”. Pendapat senada dilontarkan Korry Layun Rampan (1984:52) didalam bukunya berjudul Suara Pancaran Sastra, ia menjelaskan bahwa “sebuah novel adalah penggambaran kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan disuatu tempat”. Secara sosiologi manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan realitas yang dicerminkan oleh pengarang disuatu keadaan tercermin dalam suatu masyarakat tertentu di suatu tempat tertentu. Zaniar Rahman (1987:42), memberi penjelasan tentang novel ini yaitu, bahwa novel menceritakan suatu peristiwa yang luar biasa dari kehidupan manusia. Novel sebagai cerita suatu pencerahan yang terdegredasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang problematik dalam sebuah dunia yang juga terdegredasi .“ yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentik adalah nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisif, tidak eksplisif. Dengan penceritaan yang begitu beragam tema yang kompleks dan karakter yang banyak maka sebuah novel akan menggambarkan suatu kehidupan manusia yang utuh dan menyeluruh. Pendapat lain tentang novel ini (Clara Reene. 1993:7), dalam buku Reene Wellek, menyatakan: “ The Novel is Picture of Real and Manners and of the Time in Culture it is Written “ artinya novel adalah gambaran dari
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
154
kehidupan perilaku yang nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, keberadaan novel itu sangat dekat dengan masyarakat karena sebuah karya sastra yang dipandang sebagai suatu gejala sunnah yang mengungkapkan masalah-masalah kehidupan masyarakat. Dalam arti yang luas Sumardjo dalam (Abdullah Ambari:1974:25) menyatakan bahwa : “ Novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup dan menentukan nasibnya. Berdasarkan pendapat dan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan novel merupakan karya prosa yang bertujuan untuk mencari hiburan sesuai dengan fungsinya sebagai karya seni. 5. Pembelajaran Sastra di SMA Berdasarkan kurikulum 2004 yaitu: Satandar Isi, materi sastra yaitu terdapat pada Kelas XI, Semester I dan II, yaitu: 1. Membaca, meliputi: (1) Standar Kompetensi: Memahami berbagai Hikayat, Novel Indonesia, Novel terjemahan; (2) Kompetensi Dasar: Menemukan unsur-unsur Intrinsik dan ekstrinsik hikayat, dan Menganalisis unsur-unsur Intrinsik dan ektrinsik Novel Indonesia/Novel terjemahan. 2. Menulis, meliputi: (1) Standar Kompetensi: Mengungkapkan Informasi melalui penulisan Resensi; dan (2) Kompetensi Dasar: Mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi, dan Meng apl i kas i kan p ri ns ip -p rin s ip penulisan resensi. 3. Mendengarkan, meliputi: (1) Standar Kompetensi: Memahami pembacaan cerpen, (2) Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi penokohan dan latar dalam cerpen yang dibacakan, dan Menentukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan. 4. Berbicara, meliputi: (1) Standar Kompetensi: Mengungkapkan wacana 155
sastra dalam bentuk drama, (2) Kompetensi Dasar: Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, dan Menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. 5. Membaca, meliputi: (1) Standar Kompetensi: Memahami buku biografi, Novel, dan Hikayat, (2) Kompetensi Dasar: Mengungkapkan hal.-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh, dan Memandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik Novel Indonesia/terjemahan dengan hikayat. 6. Menulis, meliputi: (1) Standar Kompetensi: Menulis naskah drama, (2) Kompetensi Dasar: Mendeskripkan prilaku manusia melalui dialog drama, dan Menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama Berdasarkan kompetensi pembelajaran sastra di SMA sangatlah penting digairahkan membaca karya sastra berupa novel terutama yang bernilai religi. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif – Kualitatif dengan teknik analisis isi yaitu menganalisis aspek religi yang terdapat dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Teknis yang digunakan dalam penelitian ini secara deskriptif dengan menggunakan analisis isi. Menganalisis setiap adegan pada tiap bab yang dijadikan sampel penelitian. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan tabel analisis. Penggunaan tabel analisis tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dan mengolah data-data sehingga dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis serta menginterpretasikan nilainilai Islam yang terdapat dalam Novel AyatAyat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Fokus penelitian ini meliputi Aspek religi Islam dalam tatanan akidah, syariah, dan akhlak yang terdapat dalam Novel (Nugiantoro,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
Burhan. 1995:180). Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Kriteria yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini meliputi aspek religi Islam, yakni pokok-pokok ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlaq. Aqidah adalah segala informasi baik ucapan, pikiran dan tindakan yang dilakukan tokoh dalam novel yang didasari pada keyakinan, keimanan dan kepercayaan dalam tatanan keimanan, ruang lingkupnya meliputi rukun Iman yang keenam yakni : Percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat, percaya kepada Kitab, percaya kepada Rosul, percaya kepada hari kiamat dan percaya kepada Qodar/ takdir. Syariah yakni semua informasi baik pikiran, ucapan dan tindakan tokoh dalam novel yang menyatakan hubungan antara manusia dengan Allah sebagai tindakan ibadah dalam arti khas yang meliputi rukun Islam yaitu: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji serta hubungan antara sesama manusia dan alam sekitar sebagai bentuk ibadah dalam arti luas. Akhlaq yakni semua informasi yang menunjukan perbuatan manusia yang terlibat dari perangai, tabiat, dan sistem perilaku baik dengan Allah maupun antar manusia dan alam sekitar. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini berupa hasil analisis aspek religi dalam Novel Ayat - ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Diterbitkan oleh Pustaka Republik. Novel ini terdiri dari
419 halaman, 33 bagian cetakan XII tahun 2008, cetakan pertama tahun 2004. Perancang cover oleh Jaya dan Percetakan Nangita Dinamika. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel analisis aspek religi. Aspek religi meliputi bentuk ketaatan tokoh terhadap pokok -pokok ajaran Islam yang mencakup kaidah, syariah dan akhlaq. Untuk memperluas uraian data penelitian dalam tabel tersebut akan disajikan contoh-contohnya. Di bawah ini penulis sajikan deskripsi hasil analisis. 1. Deskripsi Aspek religi. Deskripsi hasil analisis aspek religi Islam meliputi bentuk ketaatan tokoh terhadap aspek religi Islam. 2. Bentuk ketaatan tokoh dalam novel ini terlihat dari segala aktivitas-aktivitas yang dilakukan tokoh seperti ucapan, pikiran dan tindakan ataupun perbuatan tokoh. Prosentasi Hasil Penelitian Aspek Religi Novel "Ayat-ayat Cinta" Karya Habiburrahman El Shirazy, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy terdapat 50 informasi yang menunjukan ketaatan sang tokoh terhadap pokok-pokok ajaran Aqidah berjumlah 21 dengan prosentase 42 %, Syariah berjumlah 20 dengan prosentase 40 % dan Akhlak berjumlah 9 dengan prosentase 18 %. Secara lebih rinci berikut disajikan contoh-contoh analisis: 1. Dimensi Aqidah adalah segala informasi baik ucapan, pikiran dan tindakan yang dilakukan tokoh dalam novel yang didasari
No.
Aspek Analisis
Jumlah
Prosentase
1.
Aqidah
21
42 %
2.
Syariah
20
40 %
3.
Akhlak
9
18 %
Jumlah
50
100 %
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
156
pada keyakinan, keimanan dan kepercayaan dalam tatanan keimanan, ruang lingkupnya meliputi rukun Iman yang keenam yakni : Percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat, percaya kepada Kitab, percaya kepada Rosul, percaya kepada hari kiamat dan percaya kepada Qodar/takdir. 2. Dimensi Syariah: yakni semua informasi baik pikiran, ucapan dan tindakan tokoh dalam novel yang menyatakan hubungan antara manusia dengan Allah sebagai tindakan ibadah dalam arti khas yang meliputi rukun Islam yaitu: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji serta hubungan antara sesama manusia dan alam sekitar sebagai bentuk ibadah dalam arti luas. 3. Dimensi Akhlak: akhlaq yakni semua informasi yang menunjukan perbuatan manusia yang terlibat dari perangai, tabiat, dan sistem perilaku baik dengan Allah maupun antar manusia dan alam sekitar.
2.
3.
4.
SIMPULAN Setelah peneliti membaca dengan seksama novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sungguh mengagumkan dan membuat peneliti menjadi terkagum dengan isi, bahasa dan nilai sastra Islami yang sangat kental di dalamnya. Syarat sekali dengan aspek pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari tokoh-tokoh utama yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca novet tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Aspek religi dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, terdapat 21 temuan yang termasuk Aqidah, 20 temuan termasuk Aspek Syariah dan 9 temuan yang termasuk Aspek Akhlak. Hal ini diambil dari 33 judul kecil dirandom ⅓, maka yang diteliti adalah 12 judul dengan 50 temuan adegan. Hasilnya adalah : (a) Aspek Aqidah 21 temuan = 42 %; (b) Aspek Syariah 20 temuan = 40 %; (c) Aspek 157
5.
6.
7.
Akhlak 9 temuan = 18 %. Seluruhnya berjumlah 100%. Unsur Aqidah dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy menjadi unsur yang dominant karena di dalam novel tersebut banyak hal-hal yang dihubungkan dengan keyakinan dan keimanan tokoh kepada Allah SWT. Adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang dihubungkan dengan keyakinan dan diaplikasikan oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Dalam novel ini penulis pandai sekali memasukkan aspek-aspek Islam dengan jelas. Hal ini membuktikan kepiawaian penulis dalam berdakwah dalam sastra,yaitu dalam wujud novel religi. Karena dengan menggambarkan nilainilai Islam yang dimasukkan ke dalam cerita terasa lebih dalam. Novel sebagai karya sastra yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan manfaat dan konstribusi yang cukup banyak tentang ajaran Islam atau kehidupan Islami. Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy memiliki nilai sastra Islami yang sangat tinggi. Sebagai karya sastra yang berkualitas akan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat luas. Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat disebut sebagai novel pembangun jiwa . Karena penulis mengemas cerita penuh hikmah dengan bahasa yang sangat indah dengan dikaitkan dengan ayat-ayat suci Al -Qur’an yang dapat menyentuhkan hati orang mukmin. No vel A yat - ayat Ci n ta karya Habiburrahman El Shirazy diberi judul “Ayat-ayat Cinta” karena di dalam novel tersebut banyak sekali ayat-ayat suci AlQur’an yang berisikan tentang cinta yang Islami. Dalam Al-Qur’an Surat Az Zuhruf ayat 67 yang dapat disimpulkan bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang berdasarkan dengan ketaqwaan.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
8.
Dalam novel tersebut juga membuka mata hati pembaca, mengapa orang harus melakukan poligami. Tentu ada alasan yang membuat orang harus melakukannya. Contoh tokoh Fahri bukan orang yang hobi beristri dua tetapi karena kewajiban moral untuk menolong Maria dan dirinya dari ancaman penjara. 9. Novel tersebut juga bisa dijadikan perbandingan untuk perilaku Syariah bagi kaum hawa dalam berpakaian ,mandi, dan dalam berpacaran dalam tuntunan Islami. Berdasarkan pemaparan di atas karya sastra berupa novel merupakan sarana yang sangat baik untuk membentuk akhlak siswa SMA dengan hikmah / amanat yang terkandung dalam novel yang dibacanya. Oleh karena itu, guru sastra perlu mengadaptasikan pembelajaran novel atas sastra demi perbaikan dan penggairahan pembelajaran sastra di SMA. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Shanon. 1979. Gubahan Novel. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Kuala Lumpur, Malaysia. Al Faruki, Ismail Raji. 1991. Seni Tauhid: Esensi dan Ekspresi Estetika Islam. Alih Bahasa oleh Hartono Hadikusumo: Benteng Budaya, Yogyakarta. Al Qorqhawi, Yusuf. 1995. Membumikan Syariat Islam. Dunia Ilmu, Jakarta. Azzam, Abdullah. 1995. Aqidah: Landasan Pokok Membina Umat. Gema Insani Press, Jakarta. Damono, Sapardi Djoko. 1975/1976. Sosiologi Sastra. P us at Pembi naan dan
Pengembangan Bahasa, Jakarta. El Shirazy, Habiburrahman. 2008. Ayat- Ayat Cinta. Republika, Jakarta. Gazalba, Sidi. 1988. Islam dan Kesenian. Pustaka Al Husna, Jakarta. Hawa, said. 1990. Al Islam. Alih Bahasa oleh Abu Ridho: Al Ishlah Press, Jakarta. _________. 1988. Sistim Akhlaq. Al Ishlahy Press, Jakarta. Mangunwijaya, Y.B. 1982. Sastra dan Religiusitas. Sinar Harapan, Jakarta. Misbah, M. Taqi. 1996. Monoteisme: Tauhid Sebagai Sistem Nilai dan Akidah Islam. Lentera, Jakarta. Nugiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Gajah mada University Press, Yogyakarta. Oemarjati, Boen. S. 1991. Pembinaan Apresisi Sastra Dalam Proses Belajar Mengajar: Dalam Bulir-Bulir sastra dan Bahasa. Pembaruan Pengajaran, Yogyakarta. Rahner, Karl. 1975. Makna Religius Dalam Kesusastraan Profan. Disarikan oleh Dick Hartoko; Saksi Budaya: Pustaka Jaya, Jakarta. Scholes, Robert, ed. 1961. Approaches to The Novel. Chandler Publishing Company, California. Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pustaka Jaya, Jakarta. Usman, Muhtar Yusuf. 1987. Tafsir Al-Qur’an. Banda Aceh. Wellek, Renne dan Austin Warren. 1995. Teori kesusastraan. Alih Bahasa oleh Mulani Budiantra: Gramedia, Jakarta. Yunus, H. Mahmud. 1975. Terjemahan Qur’an Karim. Al Ma’arif, Bandung
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
158