ASPEK PSIKOLOGIS DALAM
PENUNTUT UMUM
PROSES PERADILAN PIDANA
Avin Fadilla Helmi
Universitas Gadjah Mada
INTISARI
Tulisan ini bermaksud mengungkapkan aspek-aspek psiko/ogis yang terjadi pada diri penuntut umum dalam proses peradilan pidana. Proses peradilan sendiri d1bagi da/am
tiga tingkat, yaitu tingkat pengusutan, tingkat
penuntutan, dan tmgkat pemeriksaan. Pada tingkat penuntutan, faktor faktor yang berpengaruh terhadap berat ringannya hukuman adalah faktor
penguasaan penuntut umum atas perkara yang dihadapt,
faktor «eort
badian penuntut umum, dan taktor gaya penjelasan penuntut umum me ngenai penyebab peristiwa. Sementara da/am tingkat pemeriksaan. be
berapa tindakan penuntut umum yang berpengaruh terhadap putusan hakim adalah pemilihan kata, kemampuan menguji kebenaran suatu ke saksian,
kemampuan menyesuaikan diri,
tuntutan umum dan putusan
hakim, impresi terhadap terdakwa, dan kred1bllitas pembela.
Kata
kuncl
:
penuntut
an.
umum,
tekanan
miniatur dunia
sosial,
proses
peradit
sosial.
PENGANTAR
roses peradilan di
Avln Fad/Ila Helm/ adafah dosen Fakultas Psikologi
UGM.
P
landaskan
Indonesia
Pancasila,
yang
yang
ber
menempat
Lulusan program pasca kan
harkat
dan
martabat
manusia
pada
sarjana UGM yang memmati kajian-ka;ian tempatnya
dan
melaksanakan
perlindung
psikologi sos/al ini juga aktif sebagai trainer an
pengembangan sumber daya manusia
serta
jarrunan
hak-hak
Soedjinawati.1994).
berbagai instansi dan perusahaan.
asasi
manusia
di Hal
tersebut
tertuang
Aktif dalam
Undang-undang
No.
8
tahun
1981
pufa dalam berbagai kegiatan penerbitan. yang
di antaranya
menjadi pengurus
dan
Buletin
Psikolog1
Acara
Pidana
Fakuftas
Psikologi
Undang-undang
Hu
(KUHAP).
yang ldealnya,
diterbitkan
Kitab
Jumal kurr-
Psikologi
memuat
UGM
hukum
membenkan
petunruk
dan aturan yang objektif dan
prosedur yang
eks
menjadi pengisi ruang konsultasi ps1kologi plisit.
Berdasarkan
hasil
penelitian
pakar
Majalah SEMBADA milik PEMDA Steman psikologi
forensik,
Davis
(dalam
Baron
&
Yogyakarta. Byrne,
PSIKOLOGIKA Nomor 3 Tahun II
1997
1991 ),
menemukan
bahwa manusia
19
Avin Fadllla Helml
sebagai
pelaku
bertunqst yang
hukum tidak selalu dapat
secara tepat dengan
objektif.
Ruang
cara-cara
peradilan,
menurut
Myers (1990), adalah miniaturdunia sosial, yang
human relation.
bersifat
Artinya,
di
OS sebagai petaku penganiayaan dinilai oteh pihak Kejaksaan kurang didukung oleh bukti yang kuat, walaupun pihak Keponsian ter lihat 'ngotot' nya.
mempertahankan pendapat
Akibatnya.
BAP
dikembalikan
untuk
ruang pengadilan terjadi proses saling mem
di1engkapi datanya sebanyak tiga kali.
An
pengaruhi antar
daikata
Ke
tara
hakim,
penegak hukum, yaitu an
jaksa,
polisi,
pengacara,
dan
BAP
yang
dibua1
oleh
pihak
potisian diterima oleh pihak Kejaksaan, se
bahkan masyarakat. Ketika terjadi lnterakst
tidak-tidaknya pmak Kejaksaan te!ah
sosial, dilukiskan Baron & Byrne (1991), ma
nunlukkan komitmen yang tingg1 terhadap
me
ka perilaku dan penilaiannya dalam proses
tanggungjawab
peradi1an dipengaruhi oleh sikap, kognisi,
Artinya, BAP dibuat berdasarkan tata atur
dan emosinya.
an yang berlaku dan hanya menerima BAP
Dunia peradilan di Indonesia akhir-akhir
yang
telah
yang
dibual
ada
di
sesuai
prosedur
yang
perbaikan
BAP
im mendapat sorotan yang tajam dari ma
berlaku.
Sebaliknya,
syarakat. oleh karena beberapa aparat pe
yang
tiga
negak hukum dinilai melakukan tindakan
pihak Kejaksaan, maka OS sebaqar orang
tindakan yang bertentangan dengan hukum
yang secara hukum tidak dapat dibuktikan
itu sendiri. Sorotan tajam tersebut terutama
keterlibatannya sebagai
terfokus pada
bebas dari hukuman. Yang lebih parah lagi
bagai
polis! dan hakim.
penyelidik
disinyalir
Palisi se
masih
meng
gunakan pendekatan konvensional dalam
ke
kalinya
jika
pundaknya.
tidak
diterima
oleh
penganiaya,
jika OS memang bukan pelakunya,
ter
maka
pihak Kejaksaan telah menye1amatkan se
yaitu
orang manusia dari segala tuduhan terhadap
dengan cara kekerasan fisik. Kasus Tjetje
tmdak kejahatan yang tidak pernah dilaku
mengungkap
kesaksran
terdakwa,
Tadrudtn. seorang saksi kunci perampokan
kannya.Oleh karenanya, dalam kesempat
di jalan tol Jagorawi, yang meninggal dunia
an ini penulis akan memfokuskan peran pe
dalam
merupakan
nuntut umum sebagai penegak hukum da
salah satu contohnya. Hakim sebagai apa
lam proses peradilan terutama dalam kasus
rat
proses
yang
penyehdikan.
paling
akhir
adilan disinyalir oleh kum
datam
dalam
proses
per
beberapa pakar hu
membuat
putusan dinilai
pidana. d1tinjau dari perspektil psikologr so sial.
ku
rang konsisten dan menunjukkan disparitas yang pun
besar
(Poernomo,
merebak
dalam
1994).
tubuh
lsu
adilan tertinggi di Indonesia, yaitu mah
Agung.
Contohnya
kolusi
lembaga
Mahka
dalam
PENUNTUT UMUM DAN JAKSA
per
kasus
Gandhi Memorial School.
Undang-undang Republik Indonesia ta·
hun 1981 tentang Hukum Acara Pidana pa da pasal 1 dan pasal 13 membedakan istilah Jaksa dan penuntut umum sebagai berikut:
Justru di tengah-tengah sorotan yang tajam terhadap aparat penegak hukum ter utama pada aparat kepolislan dan hakim, peran
Kejaksaan
menegakkan
menonjol
xeadrlan.
Sebagai
adalah kasus penganiayaan wan
harian
meninggal).
20
Bernas Hasil
di
dalam
Udin
upaya
contoh,
Jaksa adalah pejabat yang diberi we wenang oleh undang-undang ini untuk ber
tindak sebagai penuntut umum serta melak sanakan
(warta
Yogyakarta
yang
BAP yang menyalakan
putusan
pengadilan
yang
telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Penuntut Umum adalah jaksa yang di beri wewenang oleh undang-undang mi un tuk
melakukan
penuntutan
PSIKOLOGIKA
Nomor
dan
melaksa-
3 Tahun
11
1997
Aspek Ps1kolog,s Penun1u1 Umum dalam Proses Perad1lan Pdana
nakan penetapan hakun. Oleh
karena
yang
kedua
dibahas
berkaitan
dengan peran jaksa dalam proses peradilan,
penuntutan, dan tingkat ketiga yaitu
pemeriksaan di
sidang.
Proses
peradilan
bersifat berjenjang, artinya jika salah satu
mulai dari proses penuntutan sampai peme
tahap tidak terlewati, ndak akan dapat mele
riksaan d1 sidang, maka istilah yang
watr proses yang lebih tinggi.
lebih
tepat adalah penuntut umum. Adapun
wewenang
penuntut
umum
1. diatur datam
Hukum Acara
Pidana
Tingkat Pengusutan
pasal
14 sebagai berikut:
a.
menerima
Dalam tingkat pengusutan yang berwe
dan memeriksa berkas per·
kara penyelidikan dari penyelidik atau
mengadakan penuntutan kekurangan
pada
apabila
penyidikan
ada
dengan
memperhatikan pasal 1 1 0 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk da lam rangka penyempurnaan penyidikan
memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
penahanan.
atau
pena
hanan lanjutan dan atau mengubah sta tus tahanan setelah perkaranya dilim
d.
membuat surat dakwaan: melimpahkan perkara ke pengadilan; menyampaikan pemberitahuan kepada tentang
ketentuan
hari
dan
waktu perkara disidangkan yang diser· tai
surat
panggilan.
baik
kepada
dakwa maupun kepada saksi, untuk tang
pada
sidang
yang
telah
ter
oa
drten
h.
menutup
perkara
demi
kepentingan
Jadi tersangka. Hal ini memberikan konse·
hadap si terdakwa. Datam proses peradilan tingkat pertama ini, filter untuk memperoleh keadilan bagi si terdakwa adalah keputusan dari penuntut umum. Artinya, jika
mengadakan tindakan lain dalam ling· kup tugas dan tanggungjawab sebagai
melaksanakan
nyai
bahwa
penuntut
BAP yang
di·
hak
maka
penuntut
umum
untuk mengembatikan
mempu· BAP
dan
meminta pihak penyetidik untuk melengkap1 data. Jika penuntut umum
kurang cermat
dalam mengkaji BAP. maka kemungkinan orang yang tidak bersaraf akan
mendapat
kan hukuman, seperti kasus Sengkon dan
hal lidak pernah melakukan tindak kejahat· Oalam
kasus
Udin,
ternyata tidak beqttu tersebut.
bahkan
penuntut
umum
saja menenma
sampai
tiga
kali
OAP BAP
tersebut d.kembalikan untuk dilengkapi.
penetapan hukum.
2. PROSES
memandang
syaratan.
an.
penuntut umum menurut ketentuan j.
st terdakwa. Oengan adanya
tahun di Lembaga Pemasyarakatan, pada
melakukan penuntutan;
umum; L
bagi
BAP, seseorang secara hukum telah men·
Karta. yang mendekam kurang lebih tujuh
tukan; g.
dikatakan
buat tim penyelidik kurang memenuhi per
e.
terdakwa
BAP,
administratif tetapi mempunyai rnlai tunda· mental
umum
pahkan oleh penyidik:
f.
(BAP).
Khoidin (1994), bukanlah sekadar bemilar
kuensi psikoloqis dan sosrat yang berat ter
dari penyidik; c.
tersebut akan tertuang dalam Serita Acara Pemeriksaan
penyidik pembantu;
b.
nang adalah kepolisian. Hasil pengusutan
Tingkat Penuntutan
PERAOILAN Berdasarkan hasil pengusutan dan ba
Proses peradi1an, dikatakan oleh Sudji· nawati
(1994),
terdiri
yaitu tingkat pertama
atas
tiga tingkatan.
pengusutan,
PSIKOLOGIKA Nomor 3 Tahun
ti
1997
tingkat
rang
bukti
(proses
peradilan
tingkat
per·
tama) dibuat surat dakwaan dan melimpah kan perkara ke pengadilan.
21
Avm Fadilla Helm1
Faktor-faktor
psikologis
yang
berpe
stiwa terjadi disebabkan faktor situasr.
i a
ri
Jk
ngaruh terhadap beral·ringgannya tuntutan
penuntut umum menganggap bahwa
adalah sebagat berikut:
tiwa pembunuhan dilakukan terdakwa ka
a.
Faktor penguasaan perkara
yang
na
aktor
re
f
peris
sposisional, misalnya adanya
di
d1hadapi. Penguasaan penuntut umum ter
unsur perencanaan.
hadap perkara yang dihadapi sangat pen
diajukan lebih berat dibandingkan
ling.
akan
bunuhan dilakukan karena alasan situasio
mengajukan perkara penyelewengan dana
nal. misalnya membela diri. Berdasarkan
Misalnya,
seorang
jaksa
yang
reboisasi, maka pengetahuan tentang seluk
pasat
beluk reboisasi harus dikuasai misalnya ba·
c
tuntutan
P
dinyatakan
hukuman
berencana
140
aman
maka
KUH
yang
i a pem
jk
ahwa
an
b
lebih
berat
arena terdapat unsur perencanaan.
ang
gaimana pola-pola reboisasi, pemupukan,
k
atau
pertu diperhatikan bahwa upaya kategori
pun
pengetahuan
tentang
pola-pola
rilaku
sasi
disposisionat ataukah siluasional sering kali
p
pe
mengalami kesulitan mengajukan luntutan.
mengalami bias.
Kenyataan sekarang fni, kejahatan dengan
adalah
menggunakan teknologi tinggi semakin me
artinya orang
rajalela. misalnya kejahatan yang menggu
atribusi
nakan jaringan komputerdi bank-bank. Se
orang
rnakin dalam pengetahuan umum mengenai
sebagai
perkara yang ditangani maka semakin te
yaitu
Faktor kepribadian.
Secara
dari
alah satu bias tersebut
S
the fundamental attribution error, lebih
suka
disposisional
lain.
untuk
lmplikasinya,
manusia,
estimasi
perilaku
enunlut
mum
p
u
menqalarm
akan
yang
membuat
terhadap
rendah
pada
bias. aktor
f
situasi dan lebih memfokukan pada faktor
pat dan akurat tuntutan yang diajukan. b.
apakah
srs!
tanaman. Tanpa pengetahuan umum menge nar masalah/k.asus,
penuntut umum akan
enyebab
Y
psiko
disposisi terdakwa. adi
adafah
log1s, berat ringannya tuntutan juga dipenga
j
rutu oleh lipe kepribadian penuntul umum.
be rat.
emungkinan yang ter
K
tuntutan
pada terdakwa
retnn
Hasi\ penetinan dengan sistem peradilan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa Juri
3.
Tingkat pemenksaan sidang
dengan lipe kepribadian authoritarianyang alam tingkat ini, interaksi sosial
tinggi, akan menjatuhkan hukuman lebih la ma (Feldman,
1984; Brigham, 199�)- Jika
hasit penelitian ini digeneralisasikan pada
pleks, yaitu antara hakim,
penuntut umum, maka ke-mungkinan besar
terdakwa, dan saksi saling
nuntut
pe
umum
dengan
authoritarian akan
tipe
kepribadian
ebih berat dalam meng
l
c.
a1am istilah psikologi, gaya
O
lam
menjelaskan penyebab
da
dari peristiwa dikenal sebagai atribusi.
da
A
dua macam atribusi. menurut Heider. yaitu atnbusi
nal.
disposisional dan atribusi
Atribusi
disposisional
peristiwa terjadi
atribusi
situasto
adalah
arena disebabkan
k
dari datam diri orang
22
Ada
beberapa
yang
Faktor gaya penje/asan penyebab
seseorang
y
aksa, pembela,
j
tindakan
berpengaruh
empengaruhi.
m
penuntut
terhadap
umum
utusan
ha
p
kim.
ajukan tuntutan.
dari peristiwa.
ang
D
erjadi dalam ruang sidang semakin kom
1
situasiona!
tersebut.
suatu aktor
l
edangkan
s
menyatakan bahwa
e-
p
a. Pemilihan kara. lih
saksian tersangka
ata-kata yang d.pl
K
nuntut umum akan
pe
empengaruhi
m
maupun
studi yang di1akukan oleh dalam
(
atson,
W
1984),
tayangkan sebuah mobil.
ubjek
S
ke
alam
D
oftus dan
L
epada
k
ahri
Z
ubjek
s
di
m tentang kecelakaan
fil
menunjukkan
berbeda antara
saksi.
espon
yang
r
anyaan yang
pert
berbunyr
apakah kamu melihat kecelakaan yang mengerikan tersebut?dengan pertanyaan
PSIKOLOGIKA Nomor 3 Tahun
11
1997
Aspek Ps1kolog1s Pet1untut Umum dalam
Proses Peracuan P1dana
yang berbunyi apakah kamu melihat suatu
ngan
non-verbal.
kecelakaan yang mengerikan? Pengguna
yang
kurang
an kate-kata yang lebih menumukkan suatu
non-verbal, perlu dipertanyakan kebe
peristiwa tertentu,
ditangkap sebagai
Pernyataan
didukung
oleh
verbal
ekspresi
ke
narannya. Misalnya tersangka menya
jadian yang benar-benar ddihal oleh saksi.
takan penyesalan atas perbuatan yang
Oengan menggunakanmodetpertanyaan
dilakukan karena membunuh adiknya,
tipe
tetapi
pertama maka saksi
akan lebih kejadian
mengenal
yang
alau
kembali
sebenarnya
lerdakwa
(rekognisi)
tidak
sesuai
dengan perisliwa yang terjadi.
dari
ekspresi
non-verbal
tidak
memancarkan ekspresi sechh. Ekspresi non-verbal, dinyatakan oleh beberapa ahli, lebih jujur dan lebih menggambar kan kondisi yang sesungguhnya dari ter
b. Kemampuan penuntut umum dalam menguJi kebenaran suatu kesaksian.
dakwa dibandingkan dengan ekspresr
Ke
verbal. Oleh karenanya kepekaan ter
mampuan dalam mengungkap kebenaran
hadap ekspresi non-verbal merupakan
suatu kesaksian dipengaruhi beberapa fak
ketrampuan yang dapat men ingkatkan
tor benkut ini:
objektivitas.Namun
(i).
Kemampuan mengingat penstiwa kem bali.
Untuk sampai pada proses persi
dangan dibutuhkan waktu yang lama. Sementara
itu
waktu bergulir dengan
berbaqar peristiwa. Pensnwa-peristtwa sesudah
peristiwa berlangsung
akan
membuat rancu peristiwa yang berhu bungan dengan tmdak pidana.
Hal
ini
menqakibatkan kesaksian yang disam
demikian
ketram
pilan im ada batasnya. yartu ketika ter dakwa mempunyai ketrampilan bermain peran misalnya seorang artis, aktor, pe main drama, atau bahkan pemain keto prak.
Oalam hal ini perlu kehati-hatian
dalam menginterpretasikan bahasa ver bal dan non-verbal. c. Kemampuan menyesuaikan dm.
01
dalam suatu sidang pengadilan ada berbagai
paikan perlu dipertanyakan kebenaran
peran yang harus dimainkan oleh para pene
nya.
gak hukum. Pe ran jaksa dalam ruang sidang
Studi yang dilakukan Upton dkk
(dalam
menunjukkan
tersebut sebagai penuntut umum dan penga
bahwa kemampuan mengingat kembali
Brigham.
cara berperan sebagai pembela. Ke dua pe
1991)
dari subjek yang melihat film seminggu
ran tersebut, pembela dan penuntut umum,
yang lalu lebih rendah dari-pada subjek
adalah peran yang antaqornsnk. Jika dalam
yang baru
tersebut.
masa pemeriksaan sidang masing-masing
Apabila penuntut umum mampu meta
saja
melihat film
terlalu kuat dalam memegang teguh pendi
kukan pred.ksl yang akurat mengenai
riannya. maka yang terjadi adalah polarisas,
kemampuan mengmgat kembali pada
kelompok. Yang dimaksud dengan polarisasi
tersangka
kelompok, menurut Hewstone dkk (1996),
maupun
saksi,
objektivrtas
kesaksian akan didapatkan.
adalah ketika berlangsung suatu diskusi un
(ii). Kebenaran kesaksian dapat duihat dari
tuk mencapai konsensus. mas1ng-masing
konslstensr pernyataan verbal dari awal
anggota akan
sampai akhir sidang.
yang drbuatnya, bahkan cenderung bereaksr
Kesaksian yang
mempertahankan argumen
sering berubah-ubah perlu dipertanya
neg at if terhadap argumen orang lain.
kan kembali.
asi kelompok ini didasarkan atas teori per
Kebenaran kesaksian dapat dilihat dan
takan bahwa ada kebutuhan untuk meng
smxrcnteesr antara bahasa
evaluasi pendapat dan kemampuan diri sen-
Polan
badingan sosial dan Festinger yang menya (iii)
PSIKOLOGIKA Nomor 3 Tahun II
verbal de-
1997
23
Avin Fad1lla Helml
diri untuk dibandingkan dengan pendapat dan kernampuan orang lain.
Upaya mela
kukan perbandingan tersebut untuk menda
ngenai putusan hakim dengan mengguna· kan
subjek
mahasiswa
Fakuttas
Hukum
yang telah tufus mata kuliah Hukum Pidana
patkan citra diri yang positif, bark dari sudut
l. Subjek diberikan berkas perkara prdana
pandang diri sendiri maupun dari
orang lain.
pembunuhan. Tuntutan terhadap terdakwa
Namun dermkian dalarn melakukan proses
adalah 60 bulan (5 tahun). Subjek dtminta
perbandingan tersebut sering kali mengalami
untuk
bias. Yang sering terjadi, diri sendiri dimlal
dakwa sete!ah mempelajari kasus tersebut.
memberikan
putusan
terhadap
ter
'lebih baik' dan '!ebih benar' daripada orang
Rerata putusan yang dibuat subjek ternyata
lam.
ini pada penuntut
tidak Jauh berbeda dengan tuntutan jaksa
umum dan pembela dalam sidang peme
yaitu 55,56 bulah. Dijelaskan oleh Rahayu
lmpltkasi dari
teori
riksaan adalah tolok ukur keberhasilan bu
(1995). bahwa hakim mengalami situasi ke
kan pada sejauh rnana peran-peran lersebut
tldakpaslian datam memutuskan lama hu
dipegang erat-erat, misalnya tolok ukur ke
kuman. sebab berdasarkan pasal 338 KUHP
berhasilan penuntul
jika terdakwa
tentang pembunuhan dengan senqaja can
mendapat hukuman sesuai dengan tuntut
cam dengan hukuman maksimal 1 5 tahun
annya; sementara itu sebagai pembela ma
(180 bulan). Rentang putusan adalah 0 - 180
ka tolok ukur keberhasilannya Jika terdakwa
bulan. Dalam srtuasi ketidakpasnan. orang
umum
mputus bebas. Tolok ukur keberhasilan ter
berusaha
letak pada memperlakukan terdakwa pada
ngan cera membuat patokan (anchor) dan
poser yang sesungguhnya. Artinya, [ika tun
orang berusaha menyesuaikan dengan pa
tutan yang dibual tertaiu berat sedangkan
tokan tersebut (Sears dalam Rahayu, t 995).
bukti-bukti yang diperoleh
Oleh
ngankan terdakwa,
pembeta meri
maka penuntut umum
mengurangi
ketrdakpasnan
de
karenanya dalam situasi yang tidak
pasti (0- 180 bulan), hakim menggunakan
perlu dengan cepat metakukan penyesuatan
tuntutan jaksa sebagai acuan untuk memu
dlri.
tuskan perkara.
d.
Tuntutan penuntut umum dan pu
tusan hakim. Sistem peraddan di Indonesia tldak menggunakan Juri dalam memutus kan perkara. Hakimlah yang memutuskan bersalah atau tidak dan lama hukuman yang harus dijalani terdakwa. Dikatakan Soedji nawati (1994) bahwa putusan hakim dalam tindak pidana dibuat setelah dilakukan pro ses pemeriksaan di ruang sidang yang d1dasarkan alas keyakinan hakim bahwa tin
dak pfdana benar telah terjadi dan terdak walah yang bersatah dan setidak-tidaknya didukung dua alat bukti yang sah (KUHAP pasal
183),
yaltu
keterangan
saksl.
kete
rangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Pertanyaan selanjutnya adalah bagai mana hakim memutuskan lama hukuman? Rahayu (1995) melakukan penelitian me-
24
e.
lmpresi
terhadap
terdakwa. Seba
gai manusia yang mempunyai snat kema· nuslawran. maka
impresi terhadap terdak
wa berpengaruh terhadap sikap penuntut umum. Bngham (1991) mengatakan bahwa dalam interaksi sosial, orang berusaha mem pertahankan
citra
dirinya
melalui
proses
yang disebut sebagai sell-presentation atau
impression management. Motivasi tersebul akan kuat munculnya jika ada tujuan terten tu (misalnya untuk menjalin persahabatan, mendapat
penghargaan
materi).
Adapun
tujuan dari manajemen imprest adalah men dapatkan perhargaan yang tlnggl dari orang lain. lmplikasi dan teorl pada penuntut umum adalah Jika terdakwa mampu membawakan diri dengan baik, seperti sopan, tenang, dan baik; bias akan dialami oleh pen_untut umum.
PSIKOLOGIKA Nornor 3 Tahun II
1997
Aspek Ps1kologis P&nuntut Umum dalam Proses Perad1lan Pidana
Terdakwa yang dipersepsikan baik oleh pe- · nuntut
umum
akan
menjadikan
penuntut
umum tldak akan 'ngotot' mempertahankan tuntutannya.
Selain laktor-laktor yang
adilan
Kredibilitas pembefa.
r
pe
ngsung, masyarakat juga mam
berla
pu mempengaruhi proses peradilan itu diri.
f.
elah diuraikan
t
tersebut, pada dasarnya selama proses
al
H
ni
i
n
se
jika suatu kasus tel ah di
terjad:
dari
Drtiruau
angkat di media massa sehingga memben sudut pandang terdakwa, segala daya dan tuk opini publik.
O
pini
publik
ecara tidak
s
upaya akan dilempuh agar terbebas dari se angsung akan
!
gala tuntutan.
Salah satu cara yang biasa
sure ditempuh
social pres
bernndak sebaqar
adalah
memilih
tekanan
(
ang
sosial).
sering terjadi
Y
pembela yang dalam menghadapi
tuasi social pressure
si
mempunyai kredibilitas tinggi. Selama pro adalah
ara penegak hukum kemungkinan
p
ses persidangan. dikatakan Brigham (199 1), akan metakukan
ndakan yang bias, yaitu
ti
pembela akan bertindak sebagai komuni tindakan yang sesuai dengan harapan ma kator yang persuasif terhadap hakrm dan syarakat sehmgga konlormitas terhadap penuntul
umum
Beberapa
pi
o
kharakteristik ni publik pun
ak dapat
tid
ormroarkan
l
agi.
yang mampu membantu menmgkatkan kre d.bilitas sebagai komunikator yang persua
stt adalah daya tarik, status, dan keahhan:
PENUTUP
yang dapat mempengaruhi perhanan hakim eristiwa
yang
P
teqadi
selama
proses
terhadap pesan yang drsampalkan pembela. ersidangan
p
melukiskan
realitas
sosial
Selanjutkan dinyatakan oleh Brigham (1991) yang bersilat human relation, sehingga
ter
bahwa salah satu tugas pembeta yang pen adi safing mempengaruhi antar para
j
ne
pe
ting membuktikan counterargumentdari ar ak hukum.
etidaksadaran
g
as
K
realitas
al
gumen penuntut umum. Counterargument tersebut akan menyebabkan bias-bias peri tersebut dimaksudkan agar sikap para ha laku yang
dak sesuai dengan tujuan diun
ti
kim dan penuntut dapat berubah. Hasil pe dangkannya
P
KUHA
o
N
hun
8 Ta
1981,
yaitu
nelrhan di Amenka menunjukkan bahwa sa setama lah
proses
p
eradilan
berlandaskan
satu upaya memperkuat counterargu ancasila sehingga menempatkan
P
ment adalah
menggunakan
dak
ter
gambar dan a
w
harkat dan martabatnya sebagai
pada
video-tape yang ternyata mampu mempe manusia untuk mendapatkan
j
amman per
ngaruhi reaksi Juri. ll
ndungan dan
hak-hak
[amman
ma
asasi
Sebagai penuntut umum, oleh karena nusia. lmphkasinya, khususnya
i penun
bag
ilu l!dak hanya mampu melakukan penun tut umum.
etrampilan-ketrampilan yang ber
k
lutan saja tetapi bagaimana mempertahan lat
si
sikologis
p
seyogyanya
dimiliki
ntuk
u
kan tuntutan tersebut menghadapi pesan meningkatkan
ofesionalisme
pr
sehingga
pesan yang persuasil dari pembela. Penun rlindungan
pe
dan
aminan
hak-hak
j
asasi
tut umum l!dak hanya dituntut harus memi manusia si terdakwa dapat liki
ketrampilan
saja tetapi
berkomunrkasi
yang
erjaga.
t
baik
sr
ga mampu mendudukkan
ju
PUSTAKAAN
KE
tuasi yang
d'coba
diubah
oleh
pembela.
al
H
itu berarti kepercayaan diri yang besar ada lah prasyarat yang
idak dapat ditawar-tawar
t
agar penuntut umum tidak kalah sebelum berperang
aron,
B
. A & Byrne,
A
. 1991.
D
Social Psy
chology. Understanding Human Interac tion.
oston:
B
A
llyn &
acon.
B
ketika akan menghadapi pem
ela yang mempunyai kredibilitas
b
nggi.
Brigham, J.C.
1 99 1
ork: Harper
Y
PSIKOLOGIKA Nomor 3 Tahun II
1997
. Social Psychology.
New
ti
ollins
C
Pubishers.
25
Allin Fadilla Helmi
Feldman. R.S.
Theories, New
1984.
Social Psychology.
Research,
York:
Rahayu, Y.P. 1995. Peranan Etnik dan Daya Tarik Wajah Terdakwa terhadap Putusan
and Application.
McGraw-Hill
Book
Hakim. Tesis (tidak diterbitkan). Yogya
Com
karta:
pany.
Program
Pasca
Sarjana
UGM
Mina! Utama Psikologi Sosial. Hewstone,
M.,
Stroebe W.,
Stephenson,
G.M. , 996. Introduction to Social Psy
chology.
Cambridge:
Blackwell
Sudjinawati. 1994. Mernngkatkan Kuatitas Dukungan Pemeriksaan Psikologi pada
Publi
Proses Perarntan. Maka/ah (tidak diter
shers.
bitkan). Khoidin,
M.
1994.
Memahami
Kerja
Pe
Disampaikan
pada
Kongres
Nasional ke VI Sarjana Psikologi, Sura
nyidik. Kompas. Jakarta: PT Gramedia.
baya, 2-3 Desember 1994.
17 Oktober rn94.
Watson, Myers, O.G. 1990. Social Psychology. New York: Mc Graw Hills,
O.L.,
de
Bortail-Tregerthan,
G.,
Frank, J. 1984. Social Psychology. Sci·
Inc.
ence and Application. Glenview: Scott. Foresman, and Co.
Poernomo, B.
1994. Proses Pengambilan
Keputusan dalam
Perkara
Pidana di
-- tt. Kitab Undang-undang Hukum Aca
Pengadilan. Maka/ah (tidak diterbitkan). Disampaikan dalam rangka kuliah Semi
ra
Pidana.
Surabaya:
Penerbit Karya
Anda.
nar Psikologi Sosial semester I 1994/
1995.
Program
Pasca
Sariana
UGM,
Mmat Utama Psikologi Sosial.
• • •
26
PSIKOLOGIKA NomOf 3 Tahun ll
1997