April, 2015
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
ASPEK HUKUM TERKAIT BAHAN ELEKTRONIK
Dwi Muslimatul Ch. | Achmad Jaelani | Hesty Fajarwati S.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 1 BAB I ................................................................................................................................ 2 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2 A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 2 B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 6 C. TUJUAN ................................................................................................................ 6 BAB II .............................................................................................................................. 7 PEMBAHASAN ............................................................................................................... 7 A. PERKEMBANGAN KOLEKSI ELEKTRONIK ................................................. 7 B. HUKUM PENERBITAN KOLEKSI ELEKTRONIK ........................................ 12 C. ETIKA PENERBITAN BAHAN ELEKTRONIK .............................................. 18 D. DAMPAK POSITIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK ...................... 21 E. DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK ................... 23 BAB III ........................................................................................................................... 25 PENUTUP ...................................................................................................................... 25 A. KESIMPULAN ................................................................................................... 25 B. SARAN ................................................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 28
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Teknologi yang sangat berpengaruh dalam perubahan kehidupan tersebut adalah munculnya internet. Melalui teknologi yang disebut dengan internet ini, informasi menjadi semakin beragam sehingga membutuhkan adanya konvergensi atau keterpaduan antara perkembangan teknologi informasi dengan media telekomunikasi. Beragam produk dan jasa dihasilkan melalui konvergensi kedua pihak yang selalu berjalan beriringan tersebut. Pada akhirnya internet telah mengubah gaya hidup manusia untuk berkomunikasi menjadi global atau manusia yang dapat menembus ruang dan waktu. Jarak jauhpun, manusia dapat merasa dekat dengan bertelepon sekedar bertukar kabar. Bahkan informasi dari ujung dunia dapat cepat diterima dengan adanya beritaberita online yang terpasang pada internet. Berbagai macam inovasi penggunaan teknologi informasi terus bermunculan di dunia seperti halnya e-commerce yang merupakan perdagangan secara elektronik atau online berupa bentuk konversi dari kegiatan perdagangan konvesional menjadi bentuk perdagangan menggunakan data atau tanpa kertas (paperless) sehingga dalam penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang maupun jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televise. Kegiatan e-learning yang kini makin ramai dilakukan di lingkungan pendidikan. Tidak hanya pendidikan tinggi yang sudah melakukan e-learning, namun dari berbagai tingkat sekolah baik sekolah menengah pertama maupun atas sudah menereapkan kegiatan belajar mengajar jarak jauh sehingga siswa dapat melakukan pembelajaran hanya di rumah saja.
2
Kemudian pada dunia perpustakaan, kini telah banyak melanggan database online yang berisi e-journal maupun e-book dalam bentuk soft file sehingga dapat diakses siapapun dimanapun dan kapanpun menggunakan akses internet. Soft file dalam bentuk digital ini dapat di download secara fulltext ataupun tidak tergantung dari database yang dilanggan oleh pihak perpustakaan. Melalui akses yang cepat dan mudah tersebut, berbagai inovasi bermunculan sehingga menyebabkan kemudahan pengguna dalam mendapatkan informasi. Akhirnya hal tersebut akan menyebabkan ledakan informasi yang tidak terbendung sehingga berujung pada kebingungan masyarakat akan menentukan keputusan melalui banyaknya informasi tersebut. Koleksi perpustakaan menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang berisi semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Oleh karena itu dalam upaya memberikan layanan prima kepada pemustakanya, semua jenis bahan perpustakaan perlu diolah dengan benar sesuai dengan peraturan yang ditetapkan agar dapat disimpan dan ditemukan kembali secara cepat, tepat, dan akurat saat diperlukan oleh pemustaka. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat mewajibkan perpustakaan untuk selalu berusaha menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna secara cepat dan tepat. Karena lembaga pengelola informasi tidak hanya perpustakaan, maka sebuah perpustakaan haruslah terus memberikan layanan terbaik kepada pemustaka agar mampu bersaing dalam dunia informasi tersebut. Katakan saja perpustakaan kalah selangkah di belakang dengan suatu lembaga pengelola informasi, maka sangat disayangkan jika perpustakaan telah beralih peran menjadi bukan titik akses utama lagi. Maka inilah yang menjadi tantangan terbesar suatu perpustakaan dengan mampu mengiringi adanya perkembangan teknologi di dunia informasi.
3
Layanan yang saat ini banyak dikembangkan oleh perpustakaan adalah layanan penelusuran informasi karena layanan ini merupakan bagian terpenting dalam temu kembali informasi di perpustakaan. Temu kembali informasi merupakan suatu usaha untuk menemukan kembali informasi yang terdapat di perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Bayangkan saja jika suatu perpustakaan hanya memiliki katalog konvensional berupa katalog kartu, maka kegiatan penelusuran akan berjalan lama. Pemustaka tidak akan betah jika dalam mencari buku membutuhkan waktu yang lama. Pada akhirnya pemustaka akan lebih memilih mencari informasi pada internet yang lebih cepat dan akurat dengan mengetikkan kata kunci saja. Layanan lain yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan adalah layanan repository berupa publikasi local content yang ada dalam sebuah universitas agar dapat diketahui oleh khalayak di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia. Layanan seperti inilah yang memungkinkan penyebaran karya ilmiah seperti skripsi, tesis, maupun disertasi dalam suatu universitas menjadi cepat dan mudah. Mahasiswa di seluruh dunia mampu mengakses serta menggunakan bahan tersebut untuk perbandingan dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kegiatan seperti inilah yang memungkinkan adanya plagiarisme atau pelanggaran hak cipta yang kini marak terjadi. Banyak terjadi mahasiswa yang asal copas untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan tanpa memperhatikan aturan sitasi yang benar. Jika kegiatan ini tidak diketahu oleh pihak yang berwajib maka plagiarisme tidak akan diketahui siapapun. Jika kebetulan tindak ini diketahui maka seseorang dengan tindak pelanggaran hak cipta ini harus diadili. Namun, tindak plagiarisme yang kurang ditindaklanjuti ini menyebabkan masyarakat terus saja melakukan copas.
4
Pelanggaran hak cipta terhadap penerbitan buku-buku, baik dalam bentuk plagiat maupun terjemahan secara ilegal banyak terjadi. Beberapa kasus plagiasi di bidang karya tulis atau dalam bidang ilmu pengetahuan sudah diangkat ke permukaan (Henry Soelistyo, 2011 : 198). Jika hal tersebut sering terjadi pada koleksi tercetak maka akan semakin mudah terjadi pada koleksi non cetak atau digital yang mudah diakses. Pelanggaran hak cipta ini memang lebih rentan dilakukan di dunia maya. Di era digital dewasa ini, pencegahan terhadap pelanggaran hak cipta di dunia maya tidak mudah untuk dilakukan. Dengan menggunakan teknologi yang hampir semuanya dapat ditiru dengan mudah dengan hasil yang tidak terlalu terlihat kemiripannya serta terlihat sempurna. Tidak dapat bayangkan, jika tidak ada hukum yang dapat diterapkan di dunia maya ini maka penulis yang memposting tulisannya di internet plagiarisme akan terjadi di mana-mana. Hak kepemilikan dari suatu karya akan terampas dan penghargaan atas hasil kerja seorang penulis juga tidak akan ada harganya. Jika hal ini terus terjadi, maka penulis akan enggan menulis serta menyebarkan informasi yang dimiliki. Perlu adanya pengetahuan mengenai dasar-dasar sistem hukum kekayaan intelektual agar memahami dasar-dasar berkomunikasi melalui kegiatan yang menggunakan internet. Memahami fungsi hukum e-commerce sebagai model bisnis secara online yang kreatif karena hal ini secara radikal mampu mengubah the legal environment of business (Gerald R, et.al., 2004 : 3) dan harus berusaha untuk menghindari kandungan yang ilegal dalam bisnis online juga sangat penting dilakukan mengingat keberlangsungan bisnis online juga sangat memantu kegiatan manusia.
5
B. RUMUSAN MASALAH Melalui latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka berbagai rumusan masalah dapat diajukan agar menghasilkan output sesuai keinginan penulis. Rumusan masalah yang dapat diajukan antara lain : 1. Bagaimana perkembangan informasi dalam penyebarannya secara elektronik? 2. Bagaimana hukum yang mengenai penyebaran informasi secara elektronik? 3. Bagaimana tindak lanjut terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab? 4. Apakah terdapat dampak positif ataupun dampak negatif dari penggunaan informasi secara elektronik?
C. TUJUAN Tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan antara lain : 1. Mengetahui perkembangan informasi dalam penyebarannya secara elektronik. 2. Mengetahui hukum mengenai penyebaran informasi secara elektronik. 3. Mengetahui tindak lanjut terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab. 4. Mengetahui dampak positif ataupun dampak negatif dari penggunaan informasi secara elektronik.
6
BAB II PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN KOLEKSI ELEKTRONIK Pengertian sumber elektronik berdasarkan AACR2 adalah bahan yang terdiri dari data atau program yang diciptakan dengan menggunakan kode atau program komputer agar dapat dimanfaatkan dengan piranti komputer. Untuk memanfaatkan bahan sumber elektronik diperlukan piranti yang terhubung langsung dengan komputer, misalnya pemutar CD-ROM atau sambungan ke jejaring computer. Pengertian ini berkembang seiring dengan perkembangan jenis sumber elektronik. Sumber elektronik berdasarkan cara akses terdiri atas : a. Akses langsung dapat diartikan sebagai cara yang memerlukan wahana fisik yang dapat dibawa atau dijinjing, misalnya : cakram, kaset, kartrij. b. Akses jarak jauh adalah cara yang tidak memerlukan wahana fisik, akses jarak jauh hanya dapat dipergunakan dengan gawai masukan luaran, misalnya terminal yang terkoneksi dengan sistem komputer, sumber dalam jaringan, atau dengan menggunakan sumber yang tersimpan dalam cakram padat atau gawai penyimpanan lainnya. Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk : a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan public
7
d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi. Saat ini Perpustakaan Nasional maupun perpustakaan lain di seluruh Indonesia berlangganan database online yang berisi berbagai macam jurnal elektronik maupun artikel elektronik. Melalui database online ini, perpustakaan nasional mampu menyediakan koleksi digital yang dapat diakses oleh pengguna perpustakaan dalam wilayah area tertentu. Ebscohost dan Proquest adalah dua contoh database yang saat ini cukup laris dan menjadi primadona bagi perpustakaan perguruan tinggi yang ingin menyediakan koleksi digital. Untuk membangun sistem perpustakaan digital, terdapat banyak aplikasi yang bisa digunakan, baik yang komersial maupun yang open source. Dengan adanya internet yang akhir-akhir ini cukup mendunia, maka semakin marak dan berkembang kata elektronik yang digunakan seperti e-mail, e-business, ebook, e-learning, dan lain sebagainya. Segala bentuk file dan berkas yang tercetak akan beralih ke dalam bentuk digital dan menjadi trend untuk menunjang segala aktifitas kerja yang berbasis elektronik. Beberapa contoh bahan perpustakaan sebagai sumber electronik antara lain : a. CD-ROM CD-ROM kepanjangan dari Compact Disk Read Only Memori yang artinya bahhwa CD-ROM drive yang hanya bisa digunakan untuk membaca sebuah CD saja. Secara garis besar CD-ROM dibedakan menjadi 2 menurut tipenya yaitu : ATA/IDE dan SCSI.
8
b. E-BOOK Menurut Wikipedia e-book atau electronic book yang dikenal sebagai buku digital, merupakan e-teks yang berbentuk media digital dan kadang-kadang dilindungi dengan hak cipta digital. Adapun bentuknya bisa berbentuk file pdf, word, html, txt dll. Tetapi yang terkenal biasanya e-book berbentuk file pdf yang dapat dibaca dengan program seperti acrobat reader yang dapat di download sebelumnya secara gratis. E-book didedikasikan bagi mereka para pembaca media elektronik atau perangkat e-book baik melalui komputer atau bisa juga melalui ponsel yang dapat digunakan untuk membaca buku elekronik ini. Dengan hadirnya e-book ini para pembaca dimudahkan untuk tidak menyimpan buku-buku favoritnya dalam bentuk fisik c. E-JOURNAL Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan e-journal adalah “An article or complete journal available fully electronically via a web-site on the Internet. It could be available free or as part of a paid for service. This trend is older and more established than the trend of providing e-book content via the Internet.” Artinya bahwa sebuah artikel atau jurnal dalam bentuk elektronik tersedia secara penuh melalui situs web pada internet. Bahan-bahan koleksi yang ada di dalam suatu digital library secara garis besar terdiri dari dua macam yaitu : a. Digital Material Koleksi yang format awalnya yang sudah dalam bentuk format digital. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi proses digitalisasi dari content tersebut.
9
b. Koleksi yang Didigitalkan Koleksi yang format awalnya tidak dalam bentuk digital sehingga diperlukan suatu proses digitalisasi untuk mengubah format tersebut ke dalam format digital. Untuk itu diperlukan suatu sarana yang berfungsi sebagai alat untuk mengubah format yang non digital ke format digital. Tetapi dalam melakukan proses didigitalisasi ini harus diperhatikan pula mengenai masalah hak cetak dan hak kepemilikan intelektual. Berbagai jenis perpustakaan di Indonesia tentu memiliki jenis-jenis bahan pustaka yang beragam pula seperti bahan pustaka cetak maupun noncetak. Bahan pustaka cetak meliputi buku, majalah, surat kabar, dan laporan. Untuk terbitan berkala seperti majalah, surat kabar, maupun tabloid biasa diterbitkan sesuai jangka terbit sesuai kebijakan masing-masing penerbitan. Sedangkan dalam koleksi noncetak yang merupakan hasil pemikiran manusia yang telah dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar, dan lain sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku atau bahan pandang dengar, dengan penjelasan sebagai berikut : a. Rekaman suara yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset. Saat ini untuk buku pelajaran telah dilengkapi dengan VCD pembelajaran secara visual agar mudah dipahami oleh siswa. b. Gambar hidup dan rekaman video seperti film atau kaset video memiliki kegunaan yang bersifat rekreasi serta pendidikan. Misalnya saja digunakan dalam pendidikan pemakai yang menerangkan mengenai bagimana cara menggunakan perpustakaan.
10
c. Bahan grafika dengan dua tipe yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (selid, transparansi, dan filmstrip). Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka bentuk mikro ini digolongkan tersendiri dengan jenis lain bahan noncetak karena informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Terdapat tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu : a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16 mm, dan 35 mm. b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm. c. Micro opaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukuran sebesar mikrofis. Dengan adanya teknologi informasi, maka infornasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc sehingga informasi akan mudah untuk disebarluaskan, namun untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer, CD-ROM player, dan sebagainya.
11
B. HUKUM PENERBITAN KOLEKSI ELEKTRONIK Hukum dan perundang-undangan telah banyak dibuat dalam penyelesain hak kekayaan intektual yang terkait dengan pengambilan pembuatan koleksi digital dan palgiarisme (Supsiloani, 2006). Banyak upaya yang ditujukan untuk mencegah plagiarism tersebut, salah satunya melalui peraturan dan pemberian sanksi yang berat. HAKI yang merupakan singkatan dari Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak dengan peranannya sebagai pusat pengaturan segala kegiatan fisik dan psikologis. HAKI dapat diartikan sebagai hak yang timbul sebagai hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia sehingga manusia dapat menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HAKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia (DirJen HAKI, 2014). Beberapa hak eksklusif yang diumumkan dan diberikan pada pemegang hak cipta adalah sebagai berikut : a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk salinan elektronik) b. Mengimpor atau mengekspor ciptaan c. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan) d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum e. Menjual atau menghilangkan hak eksklusif tersebut kepada pihak lain.
12
Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki perbedaan dengan pengelolaan dokumen tercetak. Proses pengelolaan dokumen elektronik melewati beberapa tahapan, yang dapat kita simpulkan dalam proses digitalisasi, penyimpanan dan pengaksesan atau temu kembali dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur adalah bekal penting dalam pembangunan sistem perpustakaan digital (digital library). Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang dimaksud dengan : 1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat. elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. 3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. 4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima,
atau
disimpan
dalam
bentuk
analog,
digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
13
Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Bab VII perbuatan yang dilarang : Pasal 27 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. 2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. 3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. 4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. Pasal 28 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. 2.
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
14
Pasal 29 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. Pasal 30 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. 2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. 3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. Pasal 31 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. 2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. 3. Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
15
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 32 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik. 2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak. (3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya. Pasal 33 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pasal 34 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual,
mengadakan
untuk
digunakan,
mengimpor,
mendistribusikan,
menyediakan, atau memiliki: a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33
16
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33. 2. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum. Pasal 35 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik. Pasal 36 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain. Pasal 37 Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.
17
C. ETIKA PENERBITAN BAHAN ELEKTRONIK Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi memang lebih cepat dan dinamis terjadi pada perpustakaan digital dibandingkan dengan koleksi tercetak yang terdapat pada perpustakaan konvensional. Perpustakaan konvensional yang masih menggunakan katalog kartu, kini telah beralih menjadi OPAC (Online Public Access Catalogue) yang lebih cepat dan mudah dalam proses pencarian koleksi pemustaka. Setiap teknologi yang ada tentu memiliki dampak positif serta negatif tersendiri. Perpustakaan konvensional yang pekerjaannya dilakukan oleh manusia sehingga kemungkinan terjadi kesalahan tentu lebih besar, namun informasi yang diberikan lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika dilihat pada perpustakaan digital, maka seluruh kegiatan berbanding terbalik. Manusia hanya sebagai pengontrol mesin sehingga tidak memerlukan banyak tenaga, namun manusia perlu memikirkan deposit digital atau tempat penyimpanan yang aman sehingga tidak mudah dimasukin oleh oknum yang kurang bertanggungjawab. Kegiatan digitalisasi tentu tidak serta merta terjadi tanpa alasan. Fenomena utama yang terjadi adalah ledakan informasi atau information overload yang menuntut lembaga pengolah informasi untuk melakukan berbagai inovasi pengolahan koleksi atau informasi agar mampu diterima pemustaka dengan baik serta sesuai kebutuhan mereka. Sering terjadi kebingungan informasi karena pemustaka sulit menentukan keputusan dengan informasi yang begitu banyak. Informasi yang banyak dengan akses terbuka kapan dan dimanapun tanpa berbayar tentu memudahkan masyarakat informasi yang membutuhkan informasi. Hanya dengan akses internet, membuka web browser lalu mengetikkan kata kunci yang diinginkan, maka akan muncul rekomendasi artikel sesuai beberapa kategori dari penulis yang kurang dapat dipastikan kebenarannya. Dapat dikatakan bahwa 80% informasi dalam mesin pencari adalah sampah.
18
Muncul masalah lain mengenai hak kekayaan intelektual atau hak kepemilikan dari karya seseorang. Masalah kepemilikan ini sulit dikendalikan karena artikel yang dimiliki perseorangan telah tersebar luas di internet sehingga sulit diketahui siapa pemilik asli dari artikel tersebut. Lain halnya dengan plagiarisme, yaitu kegiatan mengklaim karya orang lain menjadi karya sendiri. Hal ini sering terjadi di dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Mahasiswa banyak yang hanya menggunakan pengetahuan tacit mereka dalam mencari informasi namun tidak menggunakan kemampuan eksplisit mereka untuk mengambil inti sari suatu informasi yang kemudian ditulis kembali menggunakan bahasa yang lebih baru. Bahkan untuk tingkat profesor yang sudah ahli di bidang pendidikannya harus lebih hati-hati dalam aspek plagiarisme ini. Pernah terjadi seorang profesor menjadi plagiat dari karyanya sendiri. Karena terlalu sering membaca dan menulis buku atau artikel secara tidak sadar seseorang dapat menulis kembali kalimat yang sama persis dengan buku yang sebelumnya pernah ditulis. Dari segi keamananpun, perpustakaan digital dengan koleksi yang berbentuk digital tidak selalu terjamin keamanannya dari jangkauan hacker walaupun telah menggunakan sistem teraman sekalipun. Gerakan Open Access ini setiap harinya berdahapan dengan internet yang sekarang telah menjadi wilayah dari sosial budaya, artinya segala sesuatu yang terdapat di dalamnya harus didasarkan atas kesepakatan bersama karena digunakan oleh banyak orang. Google sebagai pendukung gerakan Open Access menyediakan informasi atau penyedia platform bagi seseorang yang akan menyebarkan informasi dengan gratis. Hal yang gratis tidak selalu tidak berkualitas. Jika kita sebagai masyarakat informasi mampu menjadi masyarakat yang literat tentu informasi yang gratis akan mampu diolah agar menjadi informasi yang memiliki nilai jual. Hanya tergantung masing-masing individu sebagai manusia yang membutuhkan informasi dalam memilih informasi serta menggunakannya dalam kegiatan yang bermanfaat.
19
Kian hari teknologi yang disajikan perpustakaan tentu semakin canggih. Kini perpustakaan telah memiliki OPAC (Online Public Access Catalogue) yaitu sebuah katalog terpasang generasi ketiga yang dapat diakses kapan dan dimanapun pemustaka berada. Seperti halnya dengan website perpustakaan yang menyajikan berbagai fitur yang dilayankan maupun berbagai kegiatan sebagai bagian dari program kerja untuk menarik minat pemustaka. Website perpustakaan yang juga dapat diakses kapan dan dimanapun tentu akan lebih memudahkan pemustaka untuk mengetahui koleksi terbaru dari perpustakaan, maupun layanan yang diberikan. Bahkan ada beberapa database yang dilanggan sebuah perpustakaan juga dapat diakses di luar jaringan perpustakaan. Namun, tidak semua database berlaku sama. Untuk beberapa database berbayar dengan harga yang mahal, pemustaka hanya dapat mengakses di dalam jaringan perpustakaan. Dalam fenomena ini, tentu dibutuhkan sebuah etika yang dianjurkan untuk dilaksanakan pada masing-masing bidang pekerjaan yang ada. Setiap profesi yang ada di dunia tentu memiliki etika yang mengatur mengenai tugas yang harus dikerjakan atau aturan yang harus dipatuhi. Sebagai contoh kode etik pustakawan telah diatur sejak lama, sejak perpustakaan masih berjenis perpustakaan konvensional sehingga kode etik ini perlu diubah seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan perpustakaan menjadi perpustakaan digital atau bahkan sekarang telah berkembang menjadi perpustakaan mobile. Hal ini juga berlaku di dalam informasi, dalam konsep perpustakaan digital tentu ada beberapa etika yang harus dilaksanakan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.
20
Seefektif apapun suatu layanan yang diberikan oleh perpustakaan digital dengan penawaran berbagai koleksi digital, berbagai kemudahan yang didapatkan hanya dengan download file saja, namun pada akhirnya pemustaka tetap membutuhkan koleksi tercetak dalam mengkonfirmasi informasi yang diinginkan. Sebagian besar pemustaka atau peneliti akan lebih suka datang ke perpustakaan untuk melihat koleksi tercetak secara langsung. Kadangkala kebijakan suatu perpustakaan juga menyediakan koleksi tidak fulltext sehingga pemustaka yang awalnya hanya mengakses melalui website dapat mengunjungi perpustakaan untuk mendapatkan koleksi secara fulltext.
D. DAMPAK POSITIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK Dalam sebuah kegiatan digitalisasi yang sekarang sedang digalakkan, maka perlu adanya pengembangan koleksi dalam sebuah perpustakaan. Koleksi tercetak yang kini
mulai
kurang diminati
perlu adanya
kegiatan pengembangan koleksi.
Pengembangan koleksi di sini adalah mengembangkan koleksi yang baik dan seimbang, serta sesuai dengan kebutuhan pengguna yang disusun berdasarkan standar koleksi perpustakaan dan kajian kepustakaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna sivitas akademika. Manfaat suatu perpustakaan melakukan pengembangan koleksi menurut Sutarno NS (2006 : 118) antara lain : a. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan pustaka yang harus dibeli. b. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerja sama dengan perpustakaan lain, seperti pinjam antar perpustakaan, kerjasama dalam pengadaan, dan sebagainya. c. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi. d. Membantu dalam merencanakan anggaran jangka panjang dengan menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan. e. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan.
21
Kebijakan pengembangan koleksi dapat meliputi kegiatan memilih dan mengadakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pustakawan bersama-sama dengan pengguna perpustakaan. Kegiatan ini dimaksudkan dengan adanya perencanaan untuk mengembangkan bahan pustaka demi tercapainya perpustakaan yang berkualitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan. Kebijakan pengembangan koleksi ini didasari atas beberapa asas yaitu : a. Relevansi, dari pihak pustakawan harus mempunyai data koleksi yang relevan dengan kebutuhan pengguna sehingga bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan pada masyarakat tertentu. b. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna karena pengembangan koleksi harus ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan perpustakaan perguruan tinggi. c. Kelengkapan koleksi tidak hanya terdiri dari buku-buku teks saja, namun meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bahan penelitian. Pengguna perpustakaan di perguruan tinggi adalah tenaga pengajar, tenaga peneliti, tenaga administrasi, mahasiswa, dan alumni yang memiliki keberagaman kebutuhan informasi. d. Kemutakhiran koleksi hendaknya perpustakaan harus mengadakan dan memperbaharui bahan pustaka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga informasinya tidak ketinggalan zaman. e. Kerjasama koleksi hendaknya merupakan hasil kerjasama semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan koleksi, yaitu antara pustakawan, tenaga pengajar, dan mahasiswa. Dengan kerjasama, diharapkan pengembangan koleksi dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi pengguna perpustakaan.
22
Ada pun beberapa dampak positif dari penyebaran informasi ataupun koleksi elektronik adalah sebagai berikut : a. Memudahkan pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan karena tidak bergantung pada tempat, waktu dan situasi. b. Merubah perspektif perpustakaan “You comes to Library” menjadi “Library comes to You”. c. Memberi kemudahan dalam sistem temu kembali informasi. d. Adanya e-book yang menjadi pengganti buku e. Praktis karena banyak ditawarkan di internet f. Efisiensi biaya penelusuran informasi
E. DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK Sedangkan untuk dampak negatif dari penyebaran informasi dalam bentuk elektonik antara lain : a. Ketergantungan dengan media akses informasi instant yang kemudian banyak berakibat pada rasa malas bergerak, malas membaca buku teks, dan lain sebagainya. b. Plagiarisme marak terjadi karena kemudahan akses informasi secara digital berdampak pada pelanggaran etika yang sangat fatal dimana kemudahan akses tersebut juga tidak diimbangi dengan kemudahan dalam pengoreksian.
23
Menurut Felicia Utorodewo (2014) menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme, antara lain : a. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri. b. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri. c. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri. d. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri. e. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya. f. Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya. g. Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.
24
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Teknologi yang sangat berpengaruh dalam perubahan kehidupan tersebut adalah munculnya internet. Pada akhirnya internet telah mengubah gaya hidup manusia untuk berkomunikasi menjadi global atau manusia yang dapat menembus ruang dan waktu. Berbagai macam inovasi penggunaan teknologi informasi terus bermunculan di dunia seperti halnya e-commerce, e-learning, maupun melanggan database online yang berisi e-journal maupun e-book dalam bentuk soft file sehingga dapat diakses siapapun dimanapun dan kapanpun menggunakan akses internet. Melalui akses yang cepat dan mudah tersebut, berbagai inovasi bermunculan sehingga menyebabkan kemudahan pengguna dalam mendapatkan informasi. Akhirnya hal tersebut akan menyebabkan ledakan informasi yang tidak terbendung sehingga berujung pada kebingungan masyarakat akan menentukan keputusan melalui banyaknya informasi tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat mewajibkan perpustakaan untuk selalu berusaha menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna secara cepat dan tepat. Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk : a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan public
25
d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi. Hukum dan perundang-undangan telah banyak dibuat dalam penyelesain hak kekayaan intektual yang terkait dengan pengambilan pembuatan koleksi digital dan palgiarisme (Supsiloani, 2006). Banyak upaya yang ditujukan untuk mencegah plagiarism tersebut, salah satunya melalui peraturan dan pemberian sanksi yang berat. Beberapa hak eksklusif yang diumumkan dan diberikan pada pemegang hak cipta adalah sebagai berikut : a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk salinan elektronik) b. Mengimpor atau mengekspor ciptaan c. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan) d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum e. Menjual atau menghilangkan hak eksklusif tersebut kepada pihak lain. Sedangkan untuk dampak negatif dari penyebaran informasi dalam bentuk elektonik antara lain : a. Ketergantungan dengan media akses informasi instant yang kemudian banyak berakibat pada rasa malas bergerak, malas membaca buku teks, dan lain sebagainya. b. Plagiarisme marak terjadi karena kemudahan akses informasi secara digital berdampak pada pelanggaran etika yang sangat fatal dimana kemudahan akses tersebut juga tidak diimbangi dengan kemudahan dalam pengoreksian.
26
B. SARAN Hal pertama yang terlintas dalam aspek hukum terkait hak kekayaan intelektual dari sebuah aturan karya, plagiarisme dari berbagai karya yang asal copy paste dan kemudian diklaim menjadi hak miliknya, loyalti yang seharusnya diterima pemilik menjadi tidak didapatkan karena pencari informasi dapat download file di internet. Namun, berbagai kejadian ini telah diperhitungkan oleh lembaga pengelola informasi sehingga banyak UU atau aturan yang disusun mengenai larangan plagiarime atau UU hak cipta. Aturan akan sekedar menjadi aturan jika masih ada oknum tidak bertanggungjawab yang masih melakukan tindakan-tindakan tersebut. Perlu adanya kesadaran dari masing-masing individu dan perlu memikirkan kembali jika hal tersebut terjadi pada dirinya. Selain itu, perlu diadakan pelatihan tata cara kepenulisan dengan benar serta cara penyitiran sehingga tindak plagiarime yang marak terjadi akan mulai dapat diminimalisir. Suatu karya juga peelu dipatenkan jika pemilik ingin mendapatkan loyalti atau hak paten tersebut tidak diambil oleh orang lain. Salah satu kasus yang terjadi mengenai paten dari virus HIV yang ditemukan oleh ilmuwan Perancis. Dia adalah ilmuwan pertama yang menemukan virus HIV dalam lingkup laboratorium, namun belum dipatenkan dalam bentuk tulisan. Maka ilmu tersebut hanya akan menjadi pengetahuan tacit yang tersimpan dalam otak. Kemudian virus HV tersebut ditulis oleh ilmuwan Amerika sehingga virus HIV dipatenkan bahwa telah ditemukan oleh ilmuwan Amerika tersebut yang menjadi pengetahuan eksplicit dan disebarluaskan kepada masyarakat informasi. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam etika dunia ilmuwan, suatu karya harus dituliskan dalam sebuah artikel dan diketahui banyak orang agar menjadi hak kepemilikannya karena telah diketahui banyak orang.
27
DAFTAR PUSTAKA
Asmara,
Dedi,
2011
“Perlindungan
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136051
Hukum”
diakses
melalui
T%2028056
Perlindungan%20hukum-Pendahuluan.pdf [30/03/2015] Imas Rosidawati dan Edy Santoso “Pelanggaran Hak Moral Atas Karya Cipta dalam Penerbitan
Elektronik”
diakses
melalui
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca =rja&uact=8&ved=0CDcQFjAD&url=http%3A%2F%2Fe journal.kopertis4.or.id%2Ffile.php%3Ffile%3Dkaryailmiah%26id%3D754&ei BsgYVfzuIMmRuATym4GYBQ&usg=AFQjCNGCOrS Vk87dVITxqaaMR2wGKSO8Q&sig2=3hX4YpwUvzc29lvoEtlc6A [30/03/2015] Indah
Purwani
dan
Mariana
Ginting
“KATALOG
KOLEKSI
BAHAN
PERPUSTAKAAN E-RESOURCE Ekspansi Pustakawan Dalam Mengolah Bahan Perpustakaan Sumber Elektronik“
diakses
melalui
http://pusbangkol.perpusnas.go.id/files/KATALOG%20KOLEKSI%20BAHA %20PERPUSTAKAAN%20E-RESOURCES.pdf [30/03/2015] Safira, Fidan, 2014 “Hukum Perpustakaan Digital di Indonesia” diakses melalui https://fidansafira.wordpress.com/2014/08/22/analisis-hukum-perpustakaan digital-di-indonesia/ [31/03/2015]
28