ASPEK GROWTH AND YIELD
JENIS: TEMBESU BAMBANG LANANG KAYU BAWANG GELAM
Aspek Growth and Yield 2011
56
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Teknik Budidaya Tembesu : Aspek Growth and Yield : Agus Sumadi, S. Hut, Hengki Siahaan S. Hut, M. Si. Teten Rahman S.
Abstrak Tembesu merupakan jenis yang banyak tumbuh di wilayah Sumatera Selatan. Kayu tembesu memiliki fungsi untuk kayu pertukangan dan bahan baku utama ukiran mebel palembang. Pembudidayaan tembesu masih terbatas dan salah satu daerah yang telah membudidayakan tembesu melalui pola campuran dengan karet pada daerah OKU Timur. Berdasarkan perkembangan tembesu yang ada dilakukan penelitian pertumbuhan dan hasil jenis tembesu. Penelitian dilakukan dengan pengukuran volume pohon sampel dengan pemanjatan serta pengukuran plot-plot PUP. Hasil analisis data volume pohon dengan satu peubah bebas V= 0.02559+0.000551D2 dengan nilai R2 sebesar 97%. Penyusunan persamaan penduga volume pohon dengan dua peubah bebas diameter dan tinggi pohon persamaan yang memiliki ketelitian tertinggi pada persamaan V = 0.0000912 D 2.129 H 0.451 dengan nilai R2 sebesar 97%. Hasil pengukuran terhadap dimensi tegakan tembesu memberikan informasi pertumbuhan tembesu meliputi persamaan pertumbuhan diameter Y=9.6142 Ln(x)-4.8432 dengan nilai R2 96.33% dan persamaan pertumbuhan tinggi y= 7.178 ln(x) -1.8829 serta nilai R2 97.41%. Dari hasil analisis riap MAI diameter dapat memberikan gambaran pertumbuhan optimal tegakan tembesu yang dapat tercapai sampai dengan umur 5 tahun. Kata kunci : tembesu, model volume, pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi A. Latar Belakang Hutan rakyat merupakan salah satu solusi bagi pemenuhan kebutuhan kayu. Sistem yang sering dikembangkan dalam hutan rakyat berupa pola campuran dengan tanaman perkebunan atau tanaman pertanian dengan tujuan untuk mendapatkan hasil secara kontinyu sebelum tanaman kehutanan bisa ditebang. Kegiatan utama dalam pengelolaan hutan tanaman baik hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat pada hakekatnya adalah penanganan pertumbuhan tegakan dengan tujuan memperoleh hasil tegakan hutan yang optimal. Dalam pengelolaan hutan tanaman diperlukan informasi yang memadahi mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan penelitian yang komprehensif terhadap hutan tanaman yang Aspek Growth and Yield 2011
57
meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, model penduga volume pohon, pengaturan hasil, daur optimal tegakan dan informasi kerapatan optimal tegakan. B. Tujuan dan Sasaran Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman dalam rangka mendukung peningkatan produktifitas hutan tanaman tembesu yang disajikan dalam bentuk perangkat model matematik. Sasaran penelitian pada tahun 2011 untuk menghasilkan persamaan alometri penduga volume pohon jenis tembesu pada hutan rakyat serta mendapatkan informasi informasi dimensi tegakan pada berbagai umur, riap tegakan yang meliputi riap diameter dan riap tinggi. C. Metode Penelitian 1. Pengumpulan data Penelitian pendugaan volume pohon dilakukan dengan pemanjatan pohon sampel yang mewakili kelas diameter serta dilakukan pemilihan pohon yang memiliki pertumbuhan normal. Pengumpulan data pertumbuhan tegakan tembesu dilakukan dengan pengukuran dimensi tegakan dalam tiap plot. Parameter yang diukur tiap plot berupa diameter setinggi dada dan tinggi total. 2. Pengolahan data Pengolahan data persamaan penduga volume pohon dilakukan dengan analisis regresi antara peubah bebas diameter dan tinggi dengan volume pohon. Pemilihan model terbaik berdasarkan nilai R2, simpangan rata-rata dan simpangan agregatif. Model pertumbuhan dan hasil tegakan dengan menggunakan analisis regresi antara pertumbuhan dan hasil tegakan dengan variable-variabel yang mempengaruhinya. Pertumbuhan tegakan yang akan dianalisis meliputi pertumbuhan diameter dan pertumbuhan tinggi. D. Hasil yang Telah Dicapai Tahun 2010 Penelitian growth & yield jenis tembesu dilakukan pada lokasi tempat tumbuh alami maupun tanaman yang tersebar di Propinsi Sumatera Selatan dan Jambi Hasil pengamatan pada berbagai lokasi memberikan hasil sebagai berikut. Model penduga diameter tajuk berdasarkan satu peubah diameter batang yang memberikan ketelitian paling tinggi pada persamaan Cd = 1.10 + 0.146 Dbh +0.000591 Dbh2 dengan nilai R2 = 86,79, bias 0.098 dan RMSe 1.08088. Model penduga diameter tajuk berdasarkan satu peubah diameter batang dapat digunakan untuk menentukan jumlah optimal pohon/ha. Persamaan regresi pertumbuhan diameter terbangun berdasarkan regresi antara umur tegakan dengan diameter, formula yang terbentuk y = 9.6142Ln(x) -
Aspek Growth and Yield 2011
58
4.8432 dengan nilai R2 = 96.33%, dimana y merupakan variabel diameter setinggi dada dan x merupakan umur tegakan. Persamaan regresi pertumbuhan tinggi jenis tembesu pada hutan rakyat y = 7.178Ln(x) - 1.8829 dengan nilai R2 = 97.41% dimana y merupakan tinggi total tegakan sedangkan x merupakan umur tegakan. Tahun 2011 1. Model penduga volume Persamaan alometri penduga volume pohon jenis tembesu dibangun dengan dua peubah bebas diameter dan tinggi. Pada persamaan yang pertama dengan menggunakan satu peubah bebas diameter persamaan yang memiliki ketelitian terbaik berdasarkan nilai R2, SR dan SA pada persamaan V= 0.02559+0.000551D2. persamaan ini memiliki nilai R2 sebesar 97%, nilai simpangan rata-rata sebesar 2.29% dan simpangan agregatif sebesar 0.01%. Penyusunan persamaan penduga volume pohon dengan dua peubah bebas diameter dan tinggi pohon persamaan yang memiliki ketelitian tertinggi pada persamaan V = 0.0000912 D 2.129 H 0.451 dengan nilai R2 sebesar 97%, SR sebesar 2,15% dan nilai SA sebesar 0,07%. Penggunaan peubah bebas diameter dan tinggi pohon secara bersamaan menghasilkan nilai R2 yang sama, menurunkan nilai simpangan rata-rata sebesar 0.14% serta menaikkan simpangan agregatif sebesar 0.06%. Berdasarkan hasil ini penggunaan satu peubah bebas diameter sudah cukup dalam menduga volume pohon. 2. Pertumbuhan tembesu pada hutan rakyat pola agroforestry Pembangunan hutan campuran antara tembesu dan karet merupakan solusi untuk pemenuhan kebutuhan kayu yang terus meningkat. Pola ini sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat yang ada di Kabupaten OKU Timur Propinsi Sumatera Selatan. Pengembangan sistem ini dapat memberikan hasil ganda bagi masyarakat baik berupa getah karet, kayu tembesu dan kayu karet itu sendiri. Hasil pengukuran terhadap dimensi tegakan tembesu memberikan informasi pertumbuhan tembesu meliputi persamaan pertumbuhan diameter Y=9.6142 Ln(x)-4.8432 dengan nilai R2 96.33% dan persamaan pertumbuhan tinggi y= 7.178 ln(x) -1.8829 serta nilai R2 97.41%. Dari hasil analisis riap MAI diameter dapat memberikan gambaran pertumbuhan optimal tegakan tembesu yang dapat tercapai sampai dengan umur 5 tahun, sehingga sampai dengan umur tersebut perlakukan silvikultur dapat diterapkan secara maksimal untuk mengoptimalkan pertumbuhan diameter tembesu. E. Kesimpulan Tembesu merupakan jenis yang banyak tumbuh di wilayah Sumatera Selatan. Kayu tembesu memiliki fungsi untuk kayu pertukangan dan bahan baku utama ukiran mebel palembang. Persamaan alometri penduga volume pohon jenis
Aspek Growth and Yield 2011
59
tembesu yang tersusun berdasarkan satu peubah bebas diameter V= 0.02559+0.000551D2 dengan nilai R2 sebesar 97%, sedangkan persamaan dengan dua peubah bebas V = 0.0000912 D2.129 H0.451 dengan nilai R2 sebesar 97%. Pertumbuhan tembesu pola campuran dengan karet persamaan yang terbentuk pertumbuhan diameter Y=9.6142 Ln(x)-4.8432 dengan nilai R2 96.33% dan persamaan pertumbuhan tinggi y= 7.178 ln(x) -1.8829 serta nilai R2 97.41%. Dari hasil analisis riap MAI diameter dapat memberikan gambaran pertumbuhan optimal tegakan tembesu yang dapat tercapai sampai dengan umur 5 tahun, sehingga sampai dengan umur tersebut perlakukan silvikultur dapat diterapkan secara maksimal untuk mengoptimalkan pertumbuhan diameter tembesu. Foto Kegiatan :
Gambar 1. Pengukuran dimensi pohon sampel tembesu untuk pendugaan volume pohon
Gambar 2. Pola campuran tembesu dan karet di kab OKU Timur
Aspek Growth and Yield 2011
60
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Teknik Budidaya Bambang Lanang : Aspek Growth and Yield : Agus Sumadi, S. Hut Hengki Siahaan, S. Hut, M. Si Agus Baktiawan H.
Abstrak Pengelolaan hutan tanaman baik hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat pada hakekatnya adalah penanganan pertumbuhan tegakan dengan tujuan memeroleh hasil tegakan hutan yang optimal. Dalam pengelolaan hutan tanaman diperlukan informasi yang memadahi mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman. Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan penelitian komprehensif meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, model penduga volume pohon, dan sistem pengaturan hasil. Kegiatan penelitian dilakukan dengan penebangan pohon sampel serta pembuatan dan pengukuran ulang PUP. Model alometri persamaan penduga volume pohon jenis bambang yang memiliki ketelitian terbaik dengan menggunakan dua peubah bebas diameter dan tinggi pohon dengan persamaan yang terbentuk V=0.0000418 D1.839 H1.113, persamaan ini memiliki R2 sebesar 96.8%. Pertumbuhan berdasarkan ketinggian tempat menunjukkan semakin tinggi tempat tumbuh bambang pertumbuhan tegakan menurun baik diameter maupun tinggi tanaman. Pertumbuhan terbaik pada tegakan yang tumbuh di kab Empat Lawang dengan ketinggian antara 100 – 200 mdpl. Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, model volume, diameter, tinggi A. Latar Belakang Salah satu program revitalisasi kehutanan adalah pembangunan dan pengembangan hutan tanaman dan hutan rakyat. Pembangunan hutan rakyat merupakan solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi kebutuhan kayu yang terus meningkat. Pengelolaan hutan tanaman baik hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat pada hakekatnya adalah penanganan pertumbuhan tegakan dengan tujuan memeroleh hasil tegakan hutan yang optimal. Dalam pengelolaan hutan tanaman diperlukan informasi yang memadahi mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan penelitian yang komprehensif terhadap hutan tanaman yang meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, model penduga volume pohon, pengaturan hasil dan informasi daur optimal tegakan.
Aspek Growth and Yield 2011
61
B. Tujuan dan Sasaran Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman dalam rangka mendukung peningkatan produktifitas hutan tanaman bambang yang disajikan dalam bentuk perangkat model matematik. Sasaran penelitian pada tahun 2011 untuk menghasilkan persamaan alometri penduga volume pohon, pertumbuhan dimensi tegakan pada berbagai umur, riap tegakan yang meliputi riap diameter dan riap tinggi. C. Metode Penelitian 1. Pengumpulan data Pengumpulan data untuk menyusun rumus alometri penduga volume pohon dilakukan dengan melakukan penebangan pohon sampel yang memiliki pertumbuhan, kondisi batang dan tajuk normal. Pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan dilakukan dengan pengukuran dimensi tegakan dalam tiap plot PUP. Parameter yang diukur tiap plot berupa diameter setinggi dada dan tinggi total. 2. Pengolahan data Pengolahan data model pertumbuhan dan hasil tegakan dengan menggunakan analisis regresi antara pertumbuhan dan hasil tegakan dengan variable-variabel yang mempengaruhinya. Pertumbuhan tegakan yang akan dianalisis meliputi pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi dan regresi antara diameter dengan luas proyeksi tajuk. D. Hasil yang Telah Dicapai Tahun 2010 Persamaan hubungan antara diameter tajuk dan diameter batang yang memiliki ketelitian tertinggi pada persamaan kuadratik dengan rumus Cd = 3.15 + 0.0391 Dbh + 0.00251 Dbh2. Persamaan ini memiliki nilai R2 68.52 %, bias 0.2% dan RMSE 73.76%. Persamaan ini dapat menjadi dasar dalam perhitungan kerapatan optimal tegakan bambang. Sebaran tegakan bambang dalam bentuk hutan rakyat terdapat di Kab Empat Lawang, Lahat dan Kota Pagar Alam. Pertumbuhan berdasarkan ketinggian tempat menunjukkan semakin tinggi tempat tumbuh bambang pertumbuhan tegakan menurun baik diameter maupun tinggi tanaman. Pertumbuhan terbaik pada tegakan yang tumbuh di kab Empat Lawang dengan ketinggian antara 100 – 200 mdpl. Tahun 2011 1. Model Penduga Volume Pohon Bambang. Persamaan V = -0.0916 + 0.00889 D2 merupakan persamaan terbaik berdasarkan satu peubah bebas diameter untuk menduga volume tegakan
Aspek Growth and Yield 2011
62
bambang. Persamaan ini memiliki nilai R2 sebesar 89.6%. Simpangan rata-rata sebesar 3.59% dan simpangan agregatif sebesar 0.55%. Persamaan alometri penduga volume pohon yang memiliki ketelitian terbaik berdasarkan dua peubah bebas diameter dan tinggi pohon V=0.0000418 D1.839 H1.113, persamaan ini memiliki R2 sebesar 96.8%, simpangan rata-rata 2.17% dan simpangan agregatif 0.01%. Penggunaan variabel bebas diameter dan tinggi pohon secara bersamaan dibandingkan dengan satu peubah bebas diameter dapat meningkatkan nilai R2 sebesar 7.2%, menurunkan nilai simpangan rata-rata sebesar 1.42% serta menurunkan simpangan agregatif sebesar 0.54%. 2. Pertumbuhan bambang pola agroforestry Budidaya bambang dengan sistem agroforestri pada umur 3 tahun memberikan informasi pertumbuhan diameter dan tinggi pohon bambang tidak berbeda jauh antara sistem agroforestri dengan kako maupun agroforestri dengan kopi. Pertumbuhan MAI diameter dan MAI tinggi bambang yang dikembangkan dengan sistem agroforestri baik kopi maupun kakao memeliki pertumbuhan optimal sampai dengan umur 5 tahun sehingga pada saat umur 0 – 5 tahun memerlukan perlakukan silvikultur intensif untuk memacu pertumbuhan bambang. Persamaan untuk menggambarkan pertumbuhan diameter y = 8.0731 Ln(x) + 2.3187 sedangkan pertumbuhan tinggi y = 7.2355 Ln (x) – 1.281. Persamaan ini dapat menjadi pedoman dalam memprediksi pertumbuhan bambang yang dikembangkan dengan sistem agroforestri antara bambang dengan kopi atau bambang dengan kakao. 3. Pertumbuhan bambang berdasarkan ketinggian tempat tumbuh Sebaran tegakan bambang dalam bentuk hutan rakyat terdapat di Kabupaten Empat Lawang, Lahat dan Kota Pagar Alam. Pertumbuhan berdasarkan ketinggian tempat menunjukkan semakin tinggi tempat tumbuh bambang pertumbuhan tegakan menurun baik diameter maupun tinggi tanaman. Pertumbuhan terbaik pada tegakan yang tumbuh di Kabupaten Empat Lawang dengan ketinggian antara 100 – 200 mdpl. E. Kesimpulan Sebaran tegakan bambang dalam bentuk hutan rakyat terdapat di Kab Empat Lawang, Lahat dan Kota Pagar Alam. Model alometri persamaan penduga volume pohon jenis bambang yang memiliki ketelitian terbaik dengan menggunakan dua peubah bebas diameter dan tinggi pohon dengan persamaan yang terbentuk V=0.0000418 D1.839 H1.113, persamaan ini memiliki R2 sebesar 96.8%.
Aspek Growth and Yield 2011
63
Aspek Growth and Yield 2011
64
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Budidaya Jenis Kayu Bawang : Aspek Growth and Yield : Hengki Siahaan S. Hut, M. Si. Agus Sumadi, S. Hut, Teten Rahman S.
Abstrak Pengembangan hutan rakyat kayu bawang telah dimulai sejak tahun 1990, namun perangkat pengaturan hasil untuk mencapai kelestarian pengelolaan hingga saat ini belum tersedia. Perangkat pengaturan hasil yang diperlukan adalah berupa model penduga volume dan model pertumbuhan kayu bawang pada berbagai lokasi sebaran. Model penduga volume dilakukan dengan pengukuran volume pohon perseksi pada pohon sampel yang terpilih, sementara penyusunan model pertumbuhan dilakukan dengan pembuatan dan pengukuran berseri petak-petak kayu bawang pada berbagai lokasi-lokasi pengembangan kayu bawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model penduga volume kayu bawang terbaik adalah adalah model eksponensial V = 0,0001027 D2,317 H0,239 dengan R2 95,58%. Berdasarkan model yang diperoleh, terdapat perbedaan pertumbuhan kayu bawang pada berbagai lokasi pengembangan kayu bawang di Propinsi Bengkulu. Produktifitas tegakan kayu bawang di Kabupaten Rejang Lebong yang merupakan dataran tinggi lebih rendah dibanding pertumbuhan kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara yang merupakan daerah pesisir hingga dataran rendah. A. Latar Belakang Pengembangan kayu bawang dalam bentuk hutan rakyat dimulai pada tahun 1990-an. Teknik budidaya yang dilakukan masih sederhana dengan input yang minimal. Pengaturan jarak tanam belum dilakukan sehingga petak penanaman yang dijumpai mempunyai kerapatan yang sangat beragam, yaitu berkisar antara 150-1250 pohon/hektar. Penanaman dilakukan dengan pola monokultur, tumpangsari, atau pola agroforestry. Pada pola tumpangsari, kayu bawang ditanam dengan jenis tanaman semusim seperti cabe dan kacang tanah, namun pola ini tidak banyak dijumpai. Sedangkan pola agroforestry dapat dijumpai dalam bentuk kombinasi antara kayu bawang dan kopi, kayu bawang dengan kakao, atau dalam bentuk kombinasi multijenis dengan kopi, karet, dan kayu manis. Pada pola agroforestry kayu bawang dengan tanaman kopi atau kakao, kayu bawang sekaligus berfungsi sebagai pelindung. Upaya peningkatan produktivitas hutan rakyat memerlukan sistem pengelolaan yang baik dan terencana. Sistem pengelolaan yang baik membutuhkan berbagai perangkat pengelolaan seperti model penduga volume, Aspek Growth and Yield 2011
65
model kualitas tempat tumbuh, dan model pertumbuhan dan hasil tegakan. Perangkat pengelolaan ini akan bermanfaat untuk memberikan prediksi pertumbuhan dan hasil yang dapat diperoleh dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan manajemen, antara lain dalam penentuan waktu panen. Hingga saat ini, kayu bawang telah berkembang hampir di seluruh Propinsi Bengkulu. Pengembangan mulai dilakukan di Kabupaten Bengkulu Utara, kemudian menyebar ke Bengkulu Tengah, Kepahyang, Rejang Lebong, hingga Kabupaten Bengkulu Selatan. Jika dilihat dari ketinggian tempat pengembangannya, kayu bawang tersebar dari dataran rendah di sepanjang pantai barat Propinsi Bengkulu yang meliputi Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan, hingga ke dataran tinggi di Kabupaten Kepahyang dan Rejang Lebong. Jika pertumbuhan di dataran rendah seperti di Bengkulu Utara relatif baik, namun belum tentu demikian pada daerah pengembangan yang baru. Oleh karena itu penyusunan model kualitas tapak dan model pertumbuhan pada berbagai lokasi pengembangan tersebut merupakan hal yang penting untuk mencapai pengelolaan yang optimal. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pengaturan hasil hutan rakyat di Propinsi Bengkulu. Hasil penelitian bermanfaat sebagai perangkat pengelolaan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu, yang memberikan informasi model pertumbuhan, riap, kualitas tempat tumbuh, dan daur optimum tegakan kayu bawang. Pada tahun 2010 penelitian ditekankan untuk memperoleh gambaran kualitas tapak dan pertumbuhan pada berbagai lokasi pengembangan yang baru. C. Metode Penelitian 1. Pengumpulan data Pengumpulan data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data pertumbuhan tegakan dan kondisi tapakyang diukur secara langsung. Data sekunder mencakup adalah data curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan jenis tanah yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi dan instansi terkait lainnya. 2. Penyusunan Model Penduga Volume Volume individu pohon dapat diduga sebagai fungsi dari diameter (variabel tunggal) dan fungsi diameter dan tinggi (2 variabel). Model dengan satu variabel penduga dinyatakan sebagai Y = b1Db2; Y = b0 + b1D2; Y = b0 + b1D + b2D2. Sedangkan model dengan 2 variabel penduga dinyatakan sebagai Y = b1D2H; Y = b0 + b1D2H; Y = b1Db2Hb3 (Ket. Y = volume, D = dbh, H = tinggi total, b0, b1, b2, b3 = konstanta). 3. Penyusunan Model pertumbuhan dan hasil Model pertumbuhan yang disusun adalah model tegakan keseluruhan (Whole stand model). Model tegakan keseluruhan menggunakan tegakan sebagai
Aspek Growth and Yield 2011
66
satuan dasar pengukuran. Model yang digunakan adalah model sebagaimana diajukan oleh Alder (1980), Vanclay (1994), Schumacer (1937) yang secara eksplisit dinyatakan sebagai Ln D = b0 – b1/A + b2/N; Ln D = b0 – b1/A - b2 Ln N: dan D = b0 Ab1 Nb2 4. Pemilihan dan validasi model Pemilihan dan validasi model didasarkan pada kriteria uji statistik dan kelogisan bentuk kurva. Kriteria uji statistik yang digunakan adalah Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas, Koefisien determinasi (R2), Simpangan ratarata (SR) dan simpangan agregat (SA), Bias (mean error = ME) dan akar rata-rata kuadrat simpangan (RMSE) D. Analisa Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan Excel dan perangkat pengolah data seperti Minitab dan Statistica. Penyusunan model dilakukan dengan analisis regresi sederhana maupun berganda sesuai dengan model yang diuji. Variabel penduga dipilih berdasarkan uji tingkat kepentingan peubah bebas sedangkan pemilihan model terbaik didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2), RSME (Root mean square error), dan ME (Mean error). E. Hasil yang Telah Dicapai a. Model Penduga Volume Kayu Bawang Pohon model untuk penelitian ini dipilih secara purpossive sampling pada tegakan hutan rakyat yang tersebar di wilayah Bengkulu Utara. Pohon model untuk penyusunan model memiliki sebaran diameter antara 6.37–34,33 cm dan tinggi total antara 7,3 m–23,7 m. Sedangkan pohon model untuk validasi mempunyai sebaran diameter antara 6,37 – 33,12 cm dan tinggi antara 5,4 – 21 m. Pola hutan rakyat di Bengkulu Utara digunakan untuk menduga volume kayu yang dapat dimanfaatkan (Merchantable volume), yaitu batang hingga diameter ujung 10 cm. Berdasarkan nilai-nilai kriteria uji R2, RMSE, SR, dan SA, dilakuka pemeringkatan model-model yang diuji. Pemeringkatan tersebut menunjukkan bahwa model penduga volume kayu bawang yang paling tepat adalah model 3 V = 0.0187 + 0.000456 D2 + 0.000013 D2H - 0.00494 H (R2 = 95,47%) dan model 4 V = 0,0001027 D2,317 H0,239 (R2 = 95,58%). b. Model Pertumbuhan Tegakan Kayu Bawang 1. Pertumbuhan Diameter Secara berturut-turut, model pertumbuhan diameter tegakan kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Utara, Rejang Lebong, dan Bengkulu Selatan adalah ln D = 3,046 – 2,062/A + 96,7/N; lnD = 3,959 – 10,061/A + 28,77/N; dan ln D = 6,039 -2,995/A – 0,413 ln N. Jika model ini diproyeksikan terhadap umur tegakan pada kerapatan 400 pohon/ha akan diperoleh gambaran pertumbuhan pada masing-
Aspek Growth and Yield 2011
67
masing lokasi. Terlihat jelas bahwa pertumbuhan kayu bawang di Kabupaten Rejang Lebong hingga umur 9 tahun selalu di bawah pertumbuhan kayu bawang pada 2 lokasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas kayu bawang di dataran tinggi lebih rendah dibanding pertumbuhannya pada dataran rendah. 2. Pertumbuhan Tinggi Berbeda dengan pertumbuhan diamater yang dipengaruhi oleh kerapatan tegakan, pertumbuhan tinggi lebih berkorelasi dengan kualitas tapak, sehingga pertumbuhan tinggi dapat dijadikan sebagai indikator kecocokan jenis dengan tapak. Model pertumbuhan tinggi tegakan pada ketiga lokasi di Kabupaten Bengkulu Utara, Rejang Lebong, dan Bengkulu Selatan secara berturut-turut adalah ln H = 2,928 – 1,773/A + 69,36/N; ln H = 3,805 – 10,686/A + 12,28/N; dan ln H = 4,913 – 0,916/A – 0,303 ln N. Pertumbuhan tinggi tegakan kayu bawang menunjukkan kecenderungan yang sama dengan pertumbuhan diameter tegakan. Pertumbuhan tinggi tegakan di Kabupaten Rejang Lebong (dataran tinggi) terlihat lebih rendah dibanding 2 lokasi lainnya yang merupakan wilayah pesisir hingga dataran rendah. Jika dilihat dari kecocokan tapak, dapat dikatakan bahwa kayu bawang kurang cocok untuk dikembangkan pada dataran tinggi. 3. Produktifitas Tegakan Produktifitas tegakan merupakan besarnya produk yang dapat diperoleh dari suatu tegakan. Produktifitas tegakan dapat digambarkan dengan volume yang dihasilkan selama jangka waktu tertentu. Perkembangan volume tegakan kayu bawang di Bengkulu Utara, Rejang Lebong, dan Bengkulu Selatan secara berturut-turut digambarkan dengan model ln V = 6,224 – 6,889/A – 133,85/N; ln V = 3,225 – 28,763/A + 0,74 ln N; dan ln V = 6,231 – 6,397/A – 0,04 ln N. Sama halnya dengan pertumbuhan tinggi dan diameter, produktifitas tegakan kayu bawang di Kabupaten Rejang lebong jauh lebih rendah dibanding kedua lokasi lainnya. Untuk memperoleh gambaran besarnya hasil yang diperoleh, disajikan besarnya tinggi, diameter, dan volume pada masing-masing lokasi serta riapnya pada umur panen 10 tahun. Pada Kabupaten Bengkulu Selatan, riap diameter, tinggi, dan volume tegakan secara berurutan adalah 2,62 cm/th; 2,02 m/th; 21,1 m3/ha/th. Pada Kabupaten Bengkulu Utara masing-masing adalah 2,18 cm/th; 1,86 m/th; dan 18,14 m3/ha/th. Sedangkan untuk Kabupaten Rejang-lebong masing-masing adalah 2,06 cm/th; 1,59 m/th dan 11,94 m3/ha/th. Pada Tabel 4 terlihat bahwa, pertumbuhan kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan relatif sama pada semua variabel pertumbuhan dan tergolong cepat. Tidak demikian di Kabupaten Rejang Lebong yang pertumbuhannya lebih lambat dan produktifitasnya rendah.
Aspek Growth and Yield 2011
68
F. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Model penduga volume kayu bawang di propinsi Bengkulu adalah model menggunakan dua variabel bebas tinggi dan diameter, yaitu V = 0,0001027 D2,317 H0,239 dengan R2 95,58%. 2. Terdapat perbedaan pertumbuhan kayu bawang pada berbagai lokasi pengembangan kayu bawang di Propinsi Bengkulu. 3. Produktifitas tegakan kayu bawang di Kabupaten Rejang Lebong yang merupakan dataran tinggi lebih rendah dibanding pertumbuhan kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara yang merupakan daerah pesisir hingga dataran rendah.
Foto Kegiatan :
Aspek Growth and Yield 2011
69
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Teknik Pembudidayaan Gelam : Aspek Growth and Yield : Hengki Siahaan S. Hut, M. Si. Agus Sumadi, S. Hut, Teten Rahman S.
Abstrak Gelam (Melaleuca leucadendron L.) merupakan jenis yang penting pada lahan basah terutama pada lahan basah di wilayah Sumatera Selatan. Pemanfaatannya sudah lama dilakukan oleh masyarakat, sehingga memerlukan perangkat pengaturan hasil agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara lestari. Perangkat pengaturan hasil yang disusun adalah berupa model penduga volume dan model pertumbuhan gelam. Model penduga volume dilakukan dengan pengukuran volume pohon perseksi pada pohon sampel yang terpilih, sementara penyusunan model pertumbuhan dilakukan dengan pembuatan dan pengukuran berseri petak-petak gelam pada berbagai lokasi sebaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model penduga volume gelam terbaik adalah model kuadratik V = -0.00276 – 0,00305 D + 0,000625 D2 (R2 = 90,74%). Model pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan gelam adalah model logaritmatik, yaitu: Ln D = 1,955 – 2,515/A + 1399/N (R2 = 93,06%), Ln H = 2,296 – 2,252/A + 763/N (R2 = 88,83%), dan Ln V = 5,337 – 5,710/A -110/N (R2 = 88,04%). A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah sebaran lahan basah di Indonesia. Luas lahan basah di Sumatera diperkirakan mencapai 7,2 juta ha dan 1,42 juta ha berada di Propinsi Sumatera Selatan (Wahyunto, Ritung dan Subagjo, 2004). Lahan basah mempunyai nilai dan manfaat yang besar, antara lain sebagai sumber kekayaan beraneka ragam flora dan fauna, reservoir (simpanan air), dan simpanan karbon. Kekayaan flora berisi bermacam-macam jenis pohon yang dapat menghasilkan kayu maupun non-kayu (getah, lateks, kulit kayu, dan zat ekstraksi). Di antara berbagai jenis flora yang terdapat di lahan basah, gelam (Melaleuca leucadendron L.) merupakan jenis yang cukup dominan terutama di Sumatera Selatan. Gelam sudah lama dan telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera Selatan. Selain memiliki penyebaran yang luas pada lahan basah (rawa gambut), kayu gelam juga mempunyai beragam kegunaan, sudah lama menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan masyarakat. Perubahan pemanfaatan kayu gelam dari kelas kayu
Aspek Growth and Yield 2011
70
batangan menjadi kayu gergajian merupakan pertanda bahwa gelam merupakan jenis kayu pertukangan yang prospektif untuk pengembangan di masa mendatang. Pemanfaatan gelam sampai saat ini masih mengandalkan pada gelam alam. Eksploitasi hutan alam gelam belum memperhatikan kaidah kelestarian hasil sehingga saat ini mulai dirasakan kesulitan memasok gelam dengan ukuran besar yang mengindikasikan tingkat eksploitasi yang lebih besar dari pertumbuhan tegakan. Di sisi lain habitat gelam juga mulai banyak dikonversi untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan rawa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk melakukan pengaturan hasil. Informasi seberapa besar kayu yang dapat dipanen dalam suatu satuan luas lahan dan kapan waktu dilakukan panen sangat diperlukan untuk mencapai pemanfaatan yang optimal. Oleh karena itu, sejalan dengan makin tingginya kebutuhan akan gelam, penelitian untuk menghasilkan perangkat pengaturan hasil hutan gelam untuk mencapai kelestarian pengaturan hasil sangat diperlukan. B. Tujuan Tujuan penelitian ini untuk memperoleh paket informasi pengaturan hasil dan pertumbuhan tegakan gelam. Paket informasi ini digunakan sebagai dasar pengelolaan hutan untuk mencapai kelestarian hasil. C. Metode Penelitian 1. Pengumpulan data Pengumpulan data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data pertumbuhan tegakan dan kondisi tapakyang diukur secara langsung. Data sekunder mencakup adalah data curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan jenis tanah yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi dan instansi terkait lainnya. 2. Penyusunan Model Penduga Volume Volume individu pohon dapat diduga sebagai fungsi dari diameter (variabel tunggal) dan fungsi diameter dan tinggi (2 variabel). Model dengan satu variabel penduga dinyatakan sebagai Y = b1Db2; Y = b0 + b1D2; Y = b0 + b1D + b2D2. Sedangkan model dengan 2 variabel penduga dinyatakan sebagai Y = b1D2H; Y = b0 + b1D2H; Y = b1Db2Hb3 (Ket. Y = volume, D = dbh, H = tinggi total, b0, b1, b2, b3 = konstanta). 3. Penyusunan Model pertumbuhan dan hasil Model pertumbuhan yang disusun adalah model tegakan keseluruhan (Whole stand model). Model tegakan keseluruhan menggunakan tegakan sebagai satuan dasar pengukuran. Model yang digunakan adalah model sebagaimana diajukan oleh Alder (1980), Vanclay (1994), Schumacer (1937) yang secara eksplisit dinyatakan sebagai Ln D = b0 – b1/A + b2/N; Ln D = b0 – b1/A - b2 Ln N: dan D = b0 Ab1 Nb2
Aspek Growth and Yield 2011
71
4. Pemilihan dan validasi model Pemilihan dan validasi model didasarkan pada kriteria uji statistik dan kelogisan bentuk kurva. Kriteria uji statistik yang digunakan adalah Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas, Koefisien determinasi (R2), Simpangan ratarata (SR) dan simpangan agregat (SA), Bias (mean error = ME) dan akar rata-rata kuadrat simpangan (RMSE) D. Analisa Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan Excel dan perangkat pengolah data seperti Minitab dan Statistica. Penyusunan model dilakukan dengan analisis regresi sederhana maupun berganda sesuai dengan model yang diuji. Variabel penduga dipilih berdasarkan uji tingkat kepentingan peubah bebas sedangkan pemilihan model terbaik didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2), RSME (Root mean square error), dan ME (Mean error). E. Hasil yang Telah Dicapai 1. Pembuatan dan Pengukuran PUP Penyusunan perangkat pengaturan hasil gelam diawali dengan pembuatan petak-petak ukur permanen (PUP) pada berbagai lokasi sebaran gelam, baik sebaran alam maupun tanaman. Hingga tahun 2011 telah dibuat sebanyak 14 petak ukur yang tersebar pada 4 lokasi permudaan alam dan satu lokasi hutan tanaman gelam di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil pengukuran terlihat bahwa pertumbuhan gelam di daerah Gasing, Banyuasin jauh lebih baik dibandingkan lokasi lainnya. Riap diameter (CAI) gelam di daerah gasing berkisar antara 0,49 – 0,51 cm/tahun pada umur 22 ke 23 tahun dan 0,9 – 1,0 cm/tahun pada umur 3 ke 4 tahun. Sedangkan pada daerah Sungai Lilin, Musi Banyuasin, riap (CAI) diameter berkisar antara 0,18 – 0,31 cm/tahun pada umur 2 ke 3 tahun dan 0,05 – 0,15 cm/tahun pada umur 4 ke 5 tahun. Riap diameter gelam pada daerah Sepucuk (OKI) yang merupakan lahan gambut (dalam) jauh lebih kecil, yaitu 0,0 – 0,10 cm/tahun pada umur 2 ke 3 tahun dan 0,13 cm/tahun pada umur 1 ke 2 tahun. Perbedaan riap diameter gelam pada daerah Gasing dengan Sungai Lilin yang sama-sama merupakan lahan rawa sulfat masam diduga disebabkan oleh perbedaan kerapatan tegakan. Tegakan gelam di daerah Sungai Lilin tumbuh lebih rapat sehingga pertumbuhan diameternya lebih lambat dibandingkan dengan tegakan gelam di daerah Gasing yang tumbuh lebih renggang. Riap diameter paling rendah terdapat pada tegakan gelam di daerah Sepucuk (OKI). Hal ini diduga karena rendahnya kualitas tapak pada daerah ini, yang merupakan lahan gambut. Sebagaimana riap diameter, riap (CAI) tinggi di daerah Gasing juga lebih cepat dibanding daerah sebaran gelam lainnya. Pada kisaran umur 2-5 tahun riap tinggi di daerah Gasing mencapai 1,48 – 1,64 m/tahun sedangkan di daerah Sungai Lilin hanya mencapai 0,75 – 0,87 m/tahun. Riap tinggi paling rendah juga
Aspek Growth and Yield 2011
72
terdapat pada tegakan gelam di daerah Sepucuk yang merupakan lahan gambut dalam, yaitu berkisar antara 0,27 – 0,54 m/tahun pada kisaran umur 1 – 3 tahun. 2.
Model Penduga Volume Gelam Model penduga volume gelam disusun untuk menduga volume pohon hingga diameter ujung 7 cm. Model dibangun berdasarkan variabel tunggal diameter atau dengan menggunakan dua variabel, yaitu tinggi dan diameter pohon. Model penduga volume dengan menggunakan variabel tunggal diameter adalah V = 0,000102 D2,5047 (R2 = 90,56%); V = -0,0276 + 0,000536 D2 (R2 = 90,70%); dan V = -0.00276 – 0,00305 D + 0,000625 D2 (R2 = 90,74%), sedangkan model dengan menggunakan dua variabel bebas tinggi dan diameter adalah V = 0.0000389 D2H (R2 = 70,38%), V = 0.00838+ 0.0000270 D2H (R2 = 96,14%); dan V = 0,000131 D2,774 H-0,243 (R2 = 96,61%). 3.
Model Pertumbuhan Tegakan Gelam Model pertumbuhan gelam dinyatakan dalam model pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan. Berdasarkan nilai koefisien determinasi, model pertumbuhan diameter terbaik adalah model eksponensial yaitu D = 3,5984 A0,591 N-0,079 (R2 = 98,42%), tetapi pPada model ini tidak semua variabel penduga mempunyai peran yang nyata dalam model, yaitu kerapatan tegakan (N). Oleh karena itu model Schumacher1 Ln D = 1,955 – 2,515/A + 1399/N merupakan model terbaik (R2 = 93,06%). Pada model ini terlihat bahwa pertumbuhan diameter berbanding terbalik dengan kerapatan tegakan karena koefisien 1/N bernilai positif. kerapatan yang berbeda. Pada model pertumbuhan tinggi, variabel kerapatan tegakan (N) tidak berperan penting pada semua model (nilai p lebih dari 0,05). Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian lainnya (Davis, 2001; Clutter, 1983) bahwa pertumbuhan tinggi lebih dipengaruhi oleh kualitas tapak (site) dan berkorelasi rendah dengan kerapatan tegakan. Model terbaik untuk pertumbuhan tinggi adalah model Schumacher1 Ln H = 2,296 – 2,252/A + 763/N dengan nilai koefisien determinasi 88,83%. Berdasarkan nilai-nilai uji statistik model eksponensial V = 0,00305 A1,466 N0,829 merupakan model terbaik untuk menggambarkan pertumbuhan volume tegakan gelam, karena selain mempunyai koefisien determinasi tertinggi, juga semua parameter model mempunyai peran yang nayata dalam model. Namun demikian model ini kurang logis karena koefisien eksponen umur (A) mempunyai nilai lebih dari 1. Model ini hanya terbatas menggambarkan pertumbuhan tegakan pada umur muda. Oleh karena itu model terbaik yang dipilih adalah Model 1 Ln V = 5,337 – 5,710/A -110/N (R2 = 88,04%) . Berdasarkan model ini diperoleh bahwa riap tegakan rata-rata (MAI) gelam, tertinggi terdapat pada umur 6 tahun yaitu sebesar 13,09 m3/ha/tahun dan pada umur tersebut terjadi perpotongan
Aspek Growth and Yield 2011
73
antara grafik CAI dan MAI. Hal ini berarti pemanenan yang memberikan volume maksimum terjadi pada umur 6 tahun. F. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Volume gelam dapat diduga dengan akurat dengan hanya menggunakan 1 variabel penduga yaitu diameter (dbh), yaitu model kuadratik V = -0.00276 – 0,00305 D + 0,000625 D2 (R2 = 90,74%). 2. Model pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan gelam adalah model logaritmatik, yaitu: Ln D = 1,955 – 2,515/A + 1399/N (R2 = 93,06%), Ln H = 2,296 – 2,252/A + 763/N (R2 = 88,83%), dan Ln V = 5,337 – 5,710/A -110/N (R2 = 88,04%). 3. Gelam tergolong jenis yang agak lambat tumbuh, dengan riap diameter 1,35 cm/tahun; tinggi 1,56 m/tahun; dan volume 13,09 m3/ha/tahun. Foto Kegiatan :
Aspek Growth and Yield 2011
74