Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 111-121 (2014)
PENGARUH DOSIS PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL, HASIL DAN KUALITAS BENIH DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) PADA INCEPTISOL JATINANGOR (The Effect of Phosphate Fertilizer Dosage on Growth, Yield, Yield Components and Seed Quality two variety of soybean in Inceptisol Jatinangor) Syakhsyiyyah Thoyyibah1 Sumadi2 Anne Nuraini3 1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dosis pupuk fosfat dan varietas terhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih kedelai serta menentukan dosis pupuk fosfat terbaik yang menghasilkan pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih kedelai terbaik. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang berada pada ketinggian tempat ± 725 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret 2014 sampai Juli 2014. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari; Varietas Wilis tanpa pemupukan, dosis 50, 100, 150, 200 kg ha-1 SP-36, Varietas Detam 1 tanpa pemupukan, dosis 50, 100, 150 kg, 200 kg ha-1 SP-36. Hasil percobaan menunjukkan pemberian pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman dan indeks panen. Varietas Detam-1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36 menunjukkan hasil terbaik pada tinggi tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman dan indeks panen. Kata kunci: kedelai, pupuk fosfat, viabilitas, vigor ABSTRACT The aim of this experiment was to study the effect of phosphate fertilizer dosage on growth, yield component, yield and seed quality of two variety soybean and the best phosphate fertilizer dosage which produce the best growth, yield components, yield and seed quality. The experiment was conducted at Experimental station and Seed Technology Laboratory of Faculty of Agriculture Padjadjaran University at Jatinangor, Sumedang Regency, West Java Province which is located at the altitude of ± 725 meters above sea levels in the month of March to July 2014. The experimental design used was randomized block design (RBD) which consists of 10 treatments and repeated three times. The treatment are : Var Wilis non fertilization, dosage 50, 100, 150, 200 kg ha-1 SP-36, Var Detam 1 non fertilization, dosage 50, 100, 150, 200 kg ha-1 SP-36. The results of experiment showed that phosphate fertilizer dosage had significant effect on height, number of seed per plant, 100 seed weight, seed weight per plant and harvest index. Var Detam 1 with fertilization 200 kg ha-1. SP-36 which give the best result on height, number of seed per plant, 100 seed weight, seed weight per plant and harvest index. Keywords : phosphate fertilizer, soybean, viability, vigor
Diterima 12 Agustus 2014. Disetujui 16 Oktober 2014. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan di Indonesia selain padi dan jagung. Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang merupakan sumber protein nabati dan dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, sehingga kebutuhan kedelai tiap tahunnya akan selalu meningkat. Bagi perekonomian Indonesia kedelai memiliki peranan yang besar karena merupakan sumber bahan baku utama bagi industri tahu, tempe, susu, dan kecap. Produksi kedelai pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan produksi tahun sebelumnya menjadi 747.611 ton, bahkan pada tahun 2007 mengalami penurunan drastis menjadi 592.534 ton menurun sebanyak 20,74 %. Produksi kedelai mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775.710 ton pada tahun 2008 dan 974.512 ton pada tahun 2009 meningkat sebanyak 20,4 %, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan kembali menjadi 907.031 ton menurun sebanyak 6,92 % hingga pada tahun 2013 terjadi penurunan kembali sebesar 807.570 ton menurun sebanyak 4,22 % dibandingkan tahun 2012 (BPS, 2013). Dalam memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri ditentukan oleh banyak faktor dalam suatu program produksi pertanian salah satunya yaitu faktor lingkungan makro tempat tumbuh tanaman dan varietas unggul tanaman. Faktor lingkungan yang dimaksud dapat berupa kesuburan kimia tanah. Kesuburan tanah adalah faktor penting yang harus dipertahankan untuk mencapai hasil yang maksimal. Pada percobaan ini ordo tanah yang digunakan adalah Inceptisol. Di Indonesia salah satu ordo tanah yang tersebar pada lahan kering umumnya termasuk ordo Inceptisol. Ordo tanah ini diperkirakan memiliki luasan sebesar 70,52 juta ha atau menempati 40 persen dari luas total daratan di Indonesia (Puslitbangtanak, 2003). Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisols relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan dengan penanganan teknologi yang tepat,
salah satunya dengan penambahan pupuk untuk meningkatkan kesuburan kimia tanah. Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai, guna mencapai kuantitas dan kualitas benih yang maksimal. Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan, meningkatkan pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono, 2007). Selain itu menurut Suprapto (2002), Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh, fosfor penting untuk transfer energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya, serta merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji. Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin. Senyawa ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor benih, dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan tinggi (Bewley dan Black 1978). Faktor lain yang menentukan produktivitas tanaman adalah faktor genetik, benih bermutu yang berasal dari varietas unggul. Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang sangat penting untuk mencapai hasil yang tinggi. Varietas unggul merupakan galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus, seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, bersertifikat dari pemerintah, toleran terhadap cekaman lingkungan seperti halnya tahan pada kondisi tanah pH rendah dan pH tinggi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengambilan hara P dan dapat meningkatkan produksi baik kuantitas maupun kualitas (Soegito dan Adie, 1993). 112
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
Berdasarkan uraian tersebut dapat diduga bahwa pemberian pupuk fosfat berpengaruh terhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih dua varietas yang ditanam pada Inceptisol Jatinangor. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa hal yang dapat dikaji yaitu: 1. Apakah pemberian pupuk fosfat berpengaruh terhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih dua varietas kedelai. 2. Adakah dosis pupuk fosfat yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih dua varietas kedelai. TUJUAN DAN MANFAAT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk fosfat terhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih dua varietas kedelai pada Inceptisol Jatinangor. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh dosis pupuk fosfat yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil dan kualitas benih dua varietas kedelai pada Inceptisol Jatinangor. METODOLOGI Lokasi Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang berada pada ketinggian tempat ± 725 m dpl. Tipe curah hujan di Jatinangor menurut klasifikasi curah hujan Oldeman termasuk ke dalam tipe C (agak basah). Pengujian daya berkecambah benih dan bobot 100 butir benih dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor. Media tanam yang digunakan diperoleh dari sekitar kebun percobaan dengan ordo Inceptisol. Penelitian dilakukan mulai dari
bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014. BAHAN DAN METODE Bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan adalah benih kedelai kuning varietas Wilis dan benih kedelai hitam varietas Detam-1 yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang, tanah ordo Inceptisol yang diambil dari Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk dasar yang berasal dari kotoran ayam, Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis terdapat pada Lampiran 4, Furadan 3G, Curacon 500 EC (1.5 cc/L air), Dithane M-45 WP (1 cc/L air ) dan kertas merang untuk uji daya berkecambah. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya : alat untuk mengolah tanah (sekop, cangkul, ayakan), kored, tugal, polibag, sprayer untuk pestisida dan timbangan analitik. Alat untuk uji daya kecambah antara lain: tali rapia, sprayer, pinset, germinator dan plastik. RANCANGAN PERCOBAAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 10 kombinasi perlakuan yang diulang tiga kali. Setiap perlakuan terdiri dari 5 pot tanaman, sehingga jumlah seluruh percobaan ada 150 pot. Kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut : Varietas Wilis tanpa pemupukan, Varietas Wilis yang dipupuk 50 kg ha-1 SP36,Varietas Wilis yang dipupuk 100 kg ha-1 SP-36, Varietas Wilis yang dipupuk 150 kg ha-1 SP-36, Varietas Wilis yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36, Varietas Detam 1 tanpa pemupukan, Varietas Detam 1 yang dipupuk 50 kg ha-1 SP-36, Varietas Detam 1 yang dipupuk 100 kg ha-1 SP-36, Varietas Detam 1 yang dipupuk 150 kg ha-1 SP-36, Varietas Detam 1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36.
113
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Penunjang Daya kecambah benih dan bobot 100 butir benih awal Hasil pengamatan daya berkecambah awal benih varietas Wilis dan Detam 1 masing-masing 91,59 % dan 94,35 %. Kedua varietas benih kedelai memiliki mutu yang tinggi serta viabilitas yang baik, sehingga mampu berkecambah dengan normal. Benih yang baik dan berkualitas tinggi mempunyai daya kecambah di atas 80 % (Sadjad, 1980). Bobot 100 butir awal varietas Wilis dan Detam 1 adalah 10,32 g dan 14,55 g. Varietas Wilis mempunyai ukuran biji yang kecil (< 10 g/100 biji), sedangkan varietas Detam mempunyai ukuran biji yang besar (berat > 14 g/100 biji). Berdasarkan hasil pengamatan, benih varietas Wilis dan Detam 1 yang ditanam memiliki kualitas yang baik. Analisis tanah awal Tanah yang digunakan termasuk ordo Inceptisol. Tanah ini mengandung fraksi pasir 12 %, debu 44 % dan liat 44 %, sehingga termasuk kriteria tanah liat berdebu. Tanah yang ideal untuk tanaman kedelai adalah yang bertekstur liat berpasir, liat berdebu dan debu berpasir (Sumarno dan Manshuri, 2007). Tekstur tanah ini merupakan salah satu tekstur tanah yang ideal untuk tanaman kedelai. Nilai pH tanah 5,72 dikategorikan agak masam. Menurut Prihatman (2000), toleransi kemasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah 5,8 - 7,0 tetapi pada pH 4,5 kedelai masih dapat tumbuh. Kandungan unsur hara makro N-total 0,20 % termasuk kategori rendah, P tersedia 28,94 % termasuk kategori tinggi. Kondisi Lingkungan (Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan). Pengamatan pada suhu, kelembaban dan curah hujan dilaksanakan setiap hari selama penelitian berlangsung. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu berkisar antara 23,4 - 28,160C, kelembaban berkisar antara 79 - 90 % dan curah hujan berkisar antara 1 - 17,4 mm/hari.
Rata-rata suhu tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 28,160C. Rata-rata suhu bulan terendah terjadi pada bulan April yaitu sebesar 23,40C. Menurut FAO, 2011 Suhu rata-rata bulanan pada kedelai berkisar antara 27,3 - 29,350C. Suhu minimum pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai skitar 10 - 150C, namun pada suhu dibawah 180C dapat menurunkan pertumbuhan dan pada beberapa varietas, suhu dibawah 240C menyebabkan proses pembungaan terlambat dan suhu yang terlalu tinggi ≥ 370C menyebabkan tanaman kedelai berbunga lebih awal, namun jumlah polong meningkat, tetapi ukuran biji menjadi lebih kecil. Berdasarkan data yang ada suhu di tempat percobaan berada pada kisaran optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Kelembaban nisbi selama percobaan rata-rata kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 90 % dan ratarata kelembaban nisbi terendah terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 79 %. Rata-rata curah hujan selama percobaan berkisar antara 1-17,4 mm/hari. Data curah hujan selama percobaan dapat dilihat pada Lampiran 10. Menurut Prihatman (2000) selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan atau 3,33-6,66 mm/hari. Organisme Penganggu Tanaman Selama percobaan berlangsung, terdapat hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kedelai. Hama yang ditemukan antara lain ditemukan serangan ulat grayak (Spodoptera litura), belalang (Valanga nigricornis) dan ulat penggerek polong (Etiella zinckenella). Hama ulat grayak menimbulkan kerusakan pada daun, yang tersisa hanya tulang-tulang daun dan epidermis daun bagian atas. Hama ini merupakan hama utama pada tanaman kedelai selama percobaan karena memiliki intensitas serangan yang terbesar. Intensitas serangan hama ulat grayak pada seluruh tanaman yaitu ± 8 %.
114
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
Hama lain yang menyerang ialah rendah selama percobaan membuat belalang (Valanga nigricornis). Gejala penyakit tidak berkembang. Tingkat serangan hama belalang yang ditemukan di serangan baik hama maupun penyakit tidak lapangan yaitu daun menjadi berlubang dan mengakibatkan kerusakan yang serius pada sobek karena belalang memakan daun tanaman, karena penyemprotan dilakukan kedelai. Intensitas serangan hama belalang tiap seminggu sekali sehingga gangguanpada seluruh tanaman yaitu ± 5 %. gangguan tersebut bisa teratasi. Hama ulat penggerak polong Gulma dominan yang tumbuh pada (Etiella zinckenella). Gejala kerusakan tanaman kedelai selama percobaan terdiri tanaman akibat hama ini adalah terdapat dari berbagai jenis diantaranya adalah bintik atau lubang berwarna coklat tua pada Cyperus rotundus (teki), Mimosa pudica kulit polong, bekas jalan masuk larva ke (putri malu), dan kakawatan (Cynondon dalam biji. Intensitas serangan hama ulat dactylon) penggerek polong pada seluruh tanaman yaitu ± 5 %. Pengendalian hama ini PENGAMATAN UTAMA menggunakan Curacon dengan konsentrasi Pertumbuhan Tanaman 1,5 cc/L pada saat tanaman umur 3 minggu Paremeter pertumbuhan tanaman setelah tanam dengan interval tiap 1 yang diamati pada percobaan ini meliputi minggu sekali. tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, Selama percobaan tidak ditemukan bobot kering tanaman dan jumlah bintil serangan penyakit pada tanaman kedelai. akar efektif. Hal ini diduga karena curah hujan yang a. Tinggi Tanaman Tabel 1. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat dan Dua Varietas Kedelai terhadap Tinggi Tanaman
Parameter tinggi tanaman diukur pada saat tanaman kedelai berumur 2, 3, 4 dan 5 MST. Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4 dan 5 MST (Tabel 6). Varietas Detam 1 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas 115
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
Wilis. Perbedaan variasi tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan diduga karena adanya perbedaan genetik pada kedua varietas. Perbedaan genetik ini mengakibatkan setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain sehingga menunjukkan keragaman penampilan. Seperti yang dikemukakan oleh Sitompul dan Guritno (1995) bahwa perbedaan susunan genetik merupakan
salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. b. Jumlah Daun Trifoliate Jumlah daun trifoliate tanaman kedelai diamati pada saat tanaman kedelai berumur 2, 3, 4 dan 5 MST. Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate (Gambar 1).
20.00
A B
15.00
C 10.00
D E
5.00
F G
0.00 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
Gambar 1. Jumlah Daun Trifoliate pada 2-5 MST Keterangan: A = Varietas Wilis tanpa pemupukan B = Varietas Wilis yang dipupuk 50 kg ha-1 SP-36 C =Varietas Wilis yang dipupuk 100 kg ha-1 SP-36 D = Varietas Wilis yang dipupuk 150 kg ha-1 SP-36 E= Varietas Wilis yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36
c. Bobot Kering Tanaman Bobot kering tanaman dihitung pada saat panen. Pemberian pupuk fosfat
F = Varietas Detam 1 tanpa pemupukan G = Varietas Detam 1 yang dipupuk 50 kg ha-1 SP-36 H = Varietas Detam 1 yang dipupuk 100 kg ha-1 SP-36 I = Varietas Detam 1 yang dipupuk 150 kg ha-1 SP-36 J = Varietas Detam 1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36
berbagai dosis pada dua varietas kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat dan Dua Varietas Kedelai terhadap Bobot Kering Tanaman dan Jumlah Bintil Akar Efektif
116
Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 111-121 (2014)
Berdasarkan hasil pengamatan kombinasi pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate, bobot kering tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Hal ini diduga karena unsur hara didalam tanah telah mampu menyuplai hara sesuai kebutuhan tanaman, terutama untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman, penambahan jumlah daun, bobot kering tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Ketersediaan hara yang cukup di dalam tanah sebelum penanaman diduga menjadi penyebab tidak adanya respons yang cukup nyata pada parameter jumlah daun trifoliate, bobot kering tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman dan jumlah bintil akar efektif. Hal ini terkait dengan kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif. Unsur hara N pada tanah dan perlakuan inokulasi Rhizobium yang diberikan pada saat perlakuan pelapisan benih sebelum ditanam sudah optimum, karena Rhizobium atau legin yang berfungsi sebagai penambat N yang bersimbiosis dengan tanaman kacangkacangan mengalami proses pembentukan yang mengakibatkan dan mempengaruhi efektivitas fiksasi N.
Bintil akar yang berfungsi sebagai penambat N sudah dapat meningkatkan efisiensi pemupukan yang mengakibatkan pertumbuhan kedelai sudah optimal dan fotosintat yang dihasilkan banyak, sehingga mengakibatkan banyaknya cadangan fotosintat yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif yang berdampak pada tingginya bobot kering tanaman. Menurut Rinsema (1986), peningkatan pertumbuhan pada masa vegetatif dipengaruhi oleh tingginya kandungan unsur N dan didukung oleh kecukupan kandungan P dan K untuk pertumbuhan yang optimum. KOMPONEN HASIL DAN HASIL Parameter komponen hasil dan hasil yang diamati meliputi jumlah biji per polong, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tanaman, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per polong. Pada perlakuan Varietas Wilis yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36 memberikan jumlah biji per tanaman tertinggi yaitu sebesar 257.33, sedangkan varietas Detam 1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36 memberikan jumlah biji per tanaman tertinggi yaitu sebesar 378 (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat dan Dua Varietas Kedelai terhadap Jumlah Biji per polong dan Jumlah Biji per Tanaman
Diterima 12 Agustus 2014. Disetujui 16 Oktober 2014. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 111-121 (2014)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk P yang kurang dari 200 kg/ha ternyata menghasilkan produksi yang lebih rendah dibandingkan pemberian 200 kg/ha, dengan demikian jumlah unsur hara atau nutrisi yang tepat dan seimbang sangat menentukan produksi, jika terjadi kekurangan atau kelebihan maka hasil yang optimal tidak akan tercapai. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Tisdale dan
Nelson (1993) dan Marschner (1995) bahwa respons tanaman akan lebih baik bila menggunakan jenis pupuk, dosis, cara, dan waktu pemberian yang tepat. Kekurangan atau kelebihan unsur hara termasuk N, P, dan K akan berpengaruh tidak baik terhadap pertumbuhan dan produksi. Oleh karena itu unsur hara yang tersedia harus dalam jumlah cukup dan seimbang (Poulton et al., 1989 dan Morgan, 1998).
Tabel 4. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat dan Dua Varietas Kedelai terhadap Bobot 100 Butir, Bobot Biji per Tanaman, Bobot Biji per Hektar dan Indeks Panen
Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir, namun varietas Detam 1 memiliki rata-rata bobot 100 butir lebih berat dari varietas Wilis (Tabel 4). Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Pada perlakuan varietas Detam 1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36 memberikan bobot biji per tanaman tertinggi yaitu sebesar 42.02 g atau setara dengan 3.50 ton/ ha-1 dan berpengaruh nyata dengan kombinasi lainnya (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai dapat meningkatkan hasil dan varietas Detam 1 lebih respons terhadap pemberian pupuk P. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Prasad dan Power (1997); Sarief (2005) menyatakan bahwa produktivitas tanaman akan dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, pengelolaan tanah dan tanaman, serta nutrisi yang cukup dan seimbang.
Indeks panen adalah rasio bobot kering biji dengan hasil bobot kering tanaman. Pemberian pupuk fosfat berbagai dosis pada dua varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap indeks panen (Tabel 4). Pada perlakuan varietas Detam 1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36 memberikan indeks panen tertinggi yaitu sebesar 0.52. Menurut Goldsworthy et.al (1992), nilai indeks panen optimal berkisar antara 0,150,52. Indeks panen yang dihasilkan dalam percobaan ini masih berada dalam kisaran indeks panen optimal tanaman kedelai. Pemberian pupuk fosfat dapat meningkatkan jumlah benih per tanaman, bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemupukan fosfat yang cukup, tanaman dapat tumbuh dengan optimal, karena di dalam tanaman yang tersedia fosfor dalam jumlah yang cukup dapat menghasilkan fotosintat yang lebih banyak sehingga dapat ditranslokasikan ke dalam biji dengan optimal, yang berdampak pada jumlah biji
Diterima 12 Agustus 2014. Disetujui 16 Oktober 2014. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
yang dihasilkan lebih banyak, bobot biji Parameter kualitas benih yang yang dihasilkan lebih besar dan indeks diamati meliputi daya berkecambah dan panen yang optimal. Selain itu dipengaruhi indeks vigor. Pemberian dosis pupuk fosfat oleh pertumbuhan organ vegetatif, semakin pada dua varietas tidak berpengaruh nyata besar organ pertumbuhan vegetatif yang terhadap daya kecambah dan indeks vigor. berfungsi sebagai penghasil asimilat Varietas Detam 1 menghasilkan daya (source) akan meningkatkan pertumbuhan kecambah dan indeks vigor yang paling organ pemakai (sink) yang akhirnya akan tinggi dibandingkan dengan varietas Wilis memberikan hasil yang semakin besar pula. (Tabel 5). Hal ini diduga karena Menurut Sediyarso dan Suharto perkecambahan dipengaruhi oleh sifat (1984), pemupukan P berpengaruh terhadap genetik dari masing-masing varietas yang hasil dan kadar hara P. Fungsi dari fosfor merupakan faktor dalam benih (Byrd, dalam tanaman yaitu dapat mempercepat 1983). pertumbuhan akar semai, dapat Parameter kualitas benih meliputi mempercepat serta memperkuat daya kecambah normal dan indeks vigor pertumbuhan tanaman muda menjadi menunjukkan semua kecambah mampu tanaman dewasa, mempercepat berkecambah dengan baik. Hal ini pembungaan dan pemasakan buah dan biji menunjukkan bahwa pemupukan fosfor serta meningkatkan produksi biji-bijian yang mencukupi akan memberikan daya (Sutedjo 2002). kecambah normal dan indeks vigor yang tinggi. Kualitas Benih Tabel 5. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat dan Dua Varietas Kedelai terhadap Kualitas Benih
Copeland dan Mc Donald (2004) menyatakan bahwa aplikasi fosfor menghasilkan perkecambahan yang lebih cepat dan meningkatkan indeks vigor kecambah. Varietas Detam 1 memperlihatkan indeks vigor lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Wilis yaitu sebesar 9,47 dari indeks vigor maksimum 10. Hal ini diduga karena varietas Detam 1 mempunyai ukuran benih lebih besar, sehingga mempunyai cadangan makanan yang lebih banyak (Copeland dan McDonald, 2004). Cadangan makanan yang
cukup dalam benih dapat menunjukkan peningkatan indeks vigor kecambah. Hal ini diduga karena benih yang digunakan berasal dari benih yang baru dipanen sehingga masih mempunyai mutu yang baik. Menurut Austin (1972) kekurangan unsur hara fosfor berpengaruh pada jumlah benih dan komposisi benih yang dihasilkan. Hal ini diduga karena di dalam tanah masih tersedia unsur fosfor yang dibutuhkan tanaman dan benih masih dalam keadaan baru dipanen, sehingga benih yang 119
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
dihasilkan masih memiliki kandungan phytin dalam jumlah yang sama dan memperlihatkan daya kecambah dan indeks vigor yang tinggi. Menurut Sutopo (2004), bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan adanya penghambat perkecambahan. Pada percobaan ini diduga bahwa benih yang dipanen memiliki tingkat kemasakan benih yang tidak berbeda dan benih tidak dalam kondisi dorman. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberian pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman dan indeks panen, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate, bobot kering tanaman, bintil akar efektif, jumlah biji per polong, daya kecambah dan indeks vigor. 2. Varietas Detam 1 yang dipupuk 200 kg ha-1 SP-36 memberikan hasil terbaik sebagaimana terukur pada tinggi tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 butir, bobot biji per tanaman dan indeks panen. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka : 1. Disarankan melakukan penelitian di lahan yang memiliki kesuburan tanah yang miskin akan unsur hara atau di lahan marginal. 2. Sebaiknya tanaman ditanam di lahan untuk mendapatkan hasil penelitian yang representatif. DAFTAR PUSTAKA Austin, R.B., 1972. Effect of environment phosphorus before harvesting and viability of seed. J. Hort. Sci. 42 : 119136. Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi kedelai. http://.bps.go.id/press-
releases/2011/produksi-kedelai.html. tanggal akses 10 Desember 2013. Baharsyah, J.S, dan D.M, Azahari. 1985. Posisi Kacang – Kacangan di Indonesia. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Balitkabi. 2008. Kedelai : Varietas, Kandungan gizi dan Bahan baku industry. http://balitkabi.litbang.deptan.go.id. Badan Litbang Pertanian. Tanggal akses 20 Desember 2013. Bewley, J.D. and M.Black. 1978. Physiology and Biochemistry of Seed. In Relation to Germination I. SpringerVerlag, Berlin. Byrd, H.W., 1983. Pedoman Teknologi Benih. Terjemahan Emid Hamidin. PT. Pembimbing Masa. Hal 9-17. Copeland. L.O. and M.B. Mc. Donald. 2004. Principles of Seed Science and Technology.Burgess Publishing Company. New York. 369 p. FAOSTAT. 2011. http://.faostat.fao.org. tanggal akses 10 April 2014. Goldsworthy dan Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik (terjemahan dari The Physiology of Tropical Fields Crops oleh Tohari). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. Academic-Press. California. Morgan, M.A. 1998. The behaviour of soil and fertilizer phophorus. In H. Tunney,O.T. Carton, P.C. Brookes, and A.E. Johnston. Phosporus Loss from Soil to Water. CAB International. New York, USA. 467 pp. Poulton, J.E, J.T. Romeo, E.E. Conn. 1989. Plant Nitrogen Metabolism. Plenum Press. New York and London 474 pp. Prasad, R and J.E. Power. 1997. Soil Fertility Management for Sustainable Agriculture. CRC Lewis Publisher. New York. 356 pp. Prihatman, K. 2000. Kedelai (Glicine max (L) Merrill). Tanggal akses 10 Maret 2014.
120
Syakhsyiyyah T. - Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Kedelai
Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2003. Klasifikasi Tanahtanah di Indonesia. PPTA. Rinsema, M.T., 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan, Bratara Karya Aksara, Jakarta. Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih. Grasindo. Jakarta. hlm : 85 Sarief, E. S., 2005. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 252 hal. Sediyarso, M. dan Suharto. 1984. Tanggapan tanaman terhadap pupuk P pada tanah Podsolik Merah kuning Lampung dan Banten. hlm 28–31. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soegito dan M. Adie. 1993. Evaluasi daya hasil pendahuluan galur homosigot kedelai umur genjah. p. 48-54. Risalah seminar hasil penelitian tanaman pangan tahun 1992. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. Suprapto, H. S. 2002. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Sutedjo. M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm. Tisdale, S.L and Nelson, W.L. 1993. Soil Fertility and Fertlizer 3rd Edition. New York: The Mac Millan Publ. Co. 597 pp.
121