/''
ASPEK CERITA DALAM WAYANG KANCIL: SILANG PENDAPAT TENTANG CERITA KANCIL DAN 'I'OKOH KANCIL 1 oleh Eddy Pursubaryanto
WayWlg Kancil digali lagi ~.Vayang
Kancil
termasuk
\vayang
baru
di
Jn.:_onesia.
Setelah
mengsJami pasang surut, · sejak tahun 1980 Wayang Ka:1.cil dihidupkan kembcli oleh Ki · Ledjar Soebroto, seorang seniman tatan sungging ya.1g bermu..l.dm di Yogyakarta. Seni pertunjukan Wayang Kancil telah diulas dalam beberapa tulisan, di .a ntaranya berjurdul From Wayar..g Kulit to Wayang
KanciJ· My Experience with Puppetry for Children olel-=. Pur::mbaryantv (PU.rsu-::>aryanto: 1991), "Seni Pertunjukan -N a yang Kancil C.a...1 Kemungkinan Pengembangannya di Indonesia" (Pursuba,r:,ranto: 1996),
"Wa~ang
Kancil: the
Short Tale of a Small Deer" (Bilby: 1999), dan dalam tesis master berjudul Waya~
Kancil: Perceptions of Traditiorr and Identity w:. Contemporary
Javanese Shadow Play (Bilby: 1997). 3erbagai respons terhadap hidup ke:nbalinya Wayan;] Kancil ini telah memb-. .tirtikan
bahwa
ia
mendapat
perhatian
di
berl:agai
ka.langan
masyarakat. Respons tersebut antara lair1 berasal dari sej-..lmlah seniman bonek;;;;. (dalang) dan juru dongeng baik di dalam dan di luar negeri yang tertarL-:. menggunakan medium Wayang Kancil. Komentar-k>J:nentar melipu.ti bonekhllya,
pakelirannyao gending
pengiringnya,
maupun
ceritanya.
1 Disajik.s;; dalam Seminar di ?usat Sturn Kebudayaan lJniversi!las Gadjah Mada., Rabu 13 Descmbc:r ?.002
Tentulc.h komentar-komentar itu ada yang mendukung dan ada pula kritik-kritik yang membangun .
Wayang Kancil dan cerita Kancil Ir_donesia yang ka.ya akan fauna memiliki berbagai cerita binatang. Salah sa.tunya yang aoat terkenal adalah cerita tentang
sepak terjang
binatang Kancil ya.ng populer dengan judul Dongeng Kancil. Selain itu kisah tentang Kancil telah banyak ditulis di berbagai media baik media tulis maupun di layer kaca. Kisah Kancil dapat pula dinikmati dalam bentuk kornik. Bahkan ldsah tersebut sudah dituangkan dalam piringan-piringan VCD. Kisah Kanc:L.. di Indonesia juga termasuk dari salah satu dongeng
pengantar tidur. Yang
~ebih
penting adalah ia selalu dikaitkan dengan
dongeng untuk konsumai anak-anak. Demikian pula yang te:rjadi dengan Wayang Kancil. \\"ayang ini selalu dikaitkan sebagai pertunjukan untuk
anak-anak, meskipun heterogen.
:;>ada pementasan sesungguhnya penonton cukup
Di kalangar_ masyarakat kisah
Kancil diakui
atau
tidak
mempunyai fungsi yang cukup berat yaitu sebagai medium pendidikan (Dipodjojo: 1966). Sesuai dengan namanya, Wayang Kancil sebagai sebuah medium mengamhil kisah I-.::ancil untuk ditampilkan. Tentang kisah Kancil dengan . berbagai versinya telah dibicarakan oldt Dipojoyo (Dipodjojo : 1966 dan
1993}. Namun dem:ldan dalam Wayang Kancil, cerita yang disajikan juga diambil cari sumber lain, misalnya
hitopade,~ a
(Pursubaryanto: 1996) dar1
2
Tantri Kamanci:lka (Mardiwarsito: 1983) . Namun ya:-:.; lebih penting, kisah
tentang Kancil yang di:sampaikan lewat WayaRg Kancil diharapkan pula mengandung nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu unsur cerita, terutama dilihat dari segi dedaktisnya,
merupakan salah satu aspek penting yang
perlu diperhatikan dengan seksama. Di kalangc.n masyara.
Benkut ini akan disa: ikan beberapa komentar
khususnya yanE. menyoroti segi dedaktis cerita Kmcil. Sebagai pembanding akan disampaikan cerita Kan:::il dari tradisi Aceh.
Si·lang pendapcr.t tentang cerita Kancil Ketika ora..1.g mena::ki Candi Borobudur, Cc..ndi Meudut ; atau Candi Sojiwan orang akan melihat relief-relief cerita bi:1atang.
s~jumluh
episode
dalam cerita binatang dal:un 'relief-relief candi-candi di candi-candi tersebut temyata mempunyai kesamaan dengan berbagai cerita binatang di Indonesia baik dalaffi bentl.< hikayat naupun dongeng ter:nasuk cerita Kancil atau ceritera binatang lainnya (Darmosoetopo: 1971, Dipodjojo: 1966 dan 1993, Klokke: 1993). &lain menikmati keindahan seni pahat batu, onu.1g dapat mengambil maniaat berupa :pengetahuan dari pesan-pcsan dalam relief? misalnya peijalaL8.Il hid-.Ip seorang tokoh, sejarah, maupun ajaran-ajaran moral. Oleh pembuatnya tentu diharapkan agar pa:-a pemirsanya juga dapat mengetahui dan o.empelajari c_pa yang tersirat dala"'TT pahatan-pahatan batu terse but.
3
Menurut R.M. Sajid dalam bukunya berjudul Bauwarna Fv'a.jang2, Wayang Kancil sangat menarik di kalangan anak-ana1:. Selain banyak
mengandung unsur humor, ia juga dapat dipergunakan se-::.agai wahana pendidikan
kepada
anak-anak.
Sajid
memang
tidak
menyebutkan
pendidikan macam apa yang dimaksudkan. Namun demik . an , bolehlah diduga bahwa pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan tudi pekerti. Ditambahkannya bila R.M. Sajid mementaskan di hadapan orang-orang tua cerita yang diambilnya berdasar cerita Kantjil Krida-Martana:-:, yang berisi tentang ajaran dan pengetahuan tentang kehidupan berrnasyara kat.
Ki Ledjar Soebroto sebagai penggali Wayang Kancil di Yogyakarta mengatakan bahwa dia berrnaksud mengembangkan cerita Jawa "Sang Kancil" melalui wayang, karena cerita Kancil sebetulnya mengandung berbagai maksud meliputi pendidikan budi pekerti
lebih- kbi~
pendidikan
tentang lingkungan hidup {ROE-CHAN : 1997. hal 17) . Melalui bonekabonekanya yang te:rdiri dari berbagai macam bentuk binata..J.g, dia ingin berbicara tentang lingkungan hidup, terutama yang menyar:. . gkut dengan binatang-binatang yang hampir punah. Ki Ledjar Soebroto s etagai penggali Wayang
Kancil
di
Yogyakarta
mengatakan
bahwa
d ia
bermaksud
mengembangkan cerita Jawa "Sang Kancil" melalui wayar_K karena cerita Kancil sebetulnya mengandung berbagai maksud meliputi p er1d idikan budi 2
R. M. Sajid adalah seomng Dalang Wayang Kulit dari Surakarta, jug3. rnen yebu t dirinya sebagai Dalang Wayang Kancil. Beliau mulai menekuni Wayang Kancii s ?!ja k tahun 1927. Dikatakannya bahwa pada tahun 1925 seorang Tionghoa bema m a :Bah Bo Lie m tc la h membuat seperangkat Vlayang Kancil, namlln pada tahun 194 ~ f( M. S;~:d :·Jcml JuuL s~: n(~ ir i seperangkat Wayang Kancil. Sebelum beliau mempunyai wayang St:":-tcLri, bila ad a pementasan beliau meminjam kepunyaan Bah Bo Liem (Sajid: 19 58. hal 5t""}) . 3 Judul ·cerita Kancil tersebut sebenarnya Serat Kancil Kridhamarta u :. d . ~:1li s oleh Raden Panji Natarata (ma.11.tan Panewu Gamping, Yogyakarta) pa da tahun 1906 (S astroa tmodjo: 1985. ha112; Dipodjojo: 1966. hal.39)
J
pekerti lebih-lebih pendidikan ten tang lillgkungan hid up . (Pursubaryanto: 1996). Lepas
dari
pandangan
bahwa cerita Kancil
atau
semacamnya
mengandung nilai pendidikc.n, muncul pula berbagai reaksi tentang cerita Kancil terutama untuk konsumsi anak-anak. "Cerita Seri Kancil, Tidak Mendidik", demikian judul sebuah berita di surat kabar Kedaulatan Rakyat yang ditulis oleh Niniek FS Yusuf (Yusuf: 1995). Dalam tulisannya, Niniek dengan tegas mengatakan, "Mungkin selama ini tidak pemah terbayangkan orangtua. Bila dongeng pengar_tar tidur 'Sang Kancil' merupakan cerita yang bukan hanya tidak mendidik bagi anak-anak, terutama mereka yang berusia pra-sekolah 2 - 5 tahun. Namun, kisah dalam · dongeng itu lebih memberi contoh pada anak u:utuk menipu." Dalam berita itu dikutip pula pesan seorang psikolog rlan seorang guru Taman Kanak-kanak, yaitu agar orang berhati-hati dengan dongeng tersebut kalau tidak ingin menanamkan nilai-nilai yang negatif kepada anak. Psikolog tersebut
mengatakan
pada
usia
pra-sekolah
eksplora~i
anak-anak
meningkat dan segala sesuatu ingin diketahui dan dicoba. Dengan mengacu kepada episode Kancil Nyolong Timun si anak mungldn akan berpikiT lalu manusia m.encuri apa. Selanjutnya dikatakannya bahwa orangtua harus punya
pemahaman
terhadap
cerita
pengantar
tidur
mana
yang
menanamkan nilai-nilai positif. Mungkin reaksi yang paling keras tentang cerita Kancil datang dari Aprinus Salam lewat tul.isan nya yang berjudul Cerda Kancil: Dongeng
5
Sebelum Tidur (Kemungkinan Implikasi Budayanya) (Salam: 1999)
4.
Dalam
tulisannya ia ingin melihat kemungkinan "... sampai seberapa jauh implikasi budaya dongeng kancil dalam masyaral
Dic~ritakan
da!am dongeng tersebut bahwa
Kancil menginjak (tidak diceritakan apakah hal tersebut disengaja atau
Tulisan ini berupa makalah yang disajikan pada seminar Sastra di Jakarta pada akhir tahun 1999 yang disdenggarakan oleh HISKJ (Himpunan Sazjana Kesusasteraan Indonesia}. Sebelum dipresentasikan, makalah tersebut dimuat dalam versi lehih pend ek dalam Minggu Pagi, no. 22, Minggu 11 Oktober 1999. Dalam catatan kaki no. 1, Aprinus memaksudkan "Ccrita Kancil" dalam tulisannya "bukan sekedar dongeng kancil", tetapi secara keseluruhan adalah sastra lisan (yang biasanya diceritakan kepada anak), dan dongeng itu (dongeng l>inatang lainnya) dimaksudkan.:Untuk tujuan-tujuan pedagogis (ajaran moral).
4
6
tidak)
anak-anak
Mamerang.
lnduk
mamerang
menyelid::.ki
mengapa
anaknya mati. Dari penyelidikannya diketahui bahwa yang merr_bunuh adalah Kancil. Induk mamerang mengadu kepada Nabi Sulaiman agar kancil diadili. Ket.Llm. hal tersebut ditanyakan kepada Kancil, ia berkilah bahwa peristiwa itut teijadi karena ia terkejut mendengar genderang perang yang ditabuh olet. Bubut sehingga Kancil melompat kesana kemari. Ketika Bubut ditanya mengapa ia menabuh genderang perang karena Bubut melihat Biawak
membawa
pedang
terhunus.
Demikianlah,
hingga
akhimya
pertanyaan sarnpai kepada Mamerang mengapa setiap hari memakan ikan. Mamerang n:engakui kesalahannya karena sering membunuh dc:.n memakan anak ikan. Dalam peristiwa i: u Kancil dinyatakan tidak bersalah. Bahkan Ikan berteri:ma kasih kepada Kancil tdah n1embalaskan sakit h::ttinya kepada Ma1rerang. Dari episode ini, Aprinus mengatakan tegaknya hukum bukan persoalan bagaimana bukti bersalah dapat dibuktikan, tetapi bagaimana kecerdikan dapat memutarbalikkan fakta: kecerdiikan Kancil
.
menjadi te1ah membuat pihak penuntur (induk Mamerang) justru kemud]an . . pihak yang bcrsalah dan pihak institusi penegak hukum pun dapat tertipu. Untuk motif kedua Aprinus Salam mengambil kisah Kar:cil menipu Harimau. Dikisahkan pacta suatu hari Harirnau menemui Kancil sedang bermain di sawah. Sambil ketakutan Kancil berkata bahwa ia sedang mengeringkan air sawah agar nanti ikannya bisa diambil dan dimakan. Hariman ternyata
t~rtarik
dan ikut mengeringkan air sawah. Setelah air sawah kering
me:o.ang ada
ikannya.
Kancil
mengatakan
bahwc:;. sebelum
memakan ikc.n tersebut, mereka sebaiknya mandi dahulu . Harimau 7
menyetujui usulan ini. Kemudian Kancil mendahului mandi. Se -:: 1 ah selesai mandi, Kancil mengatakan agar Harimau segera mandi. Pacta saat Harimau mandi, Kancil melarikan diri dengan membawa semua ikan . Harimau tertipu dan marah. Aprinus
melihat
bahwa
di
Indonesia
nampaknya
semangat
"perkancilan" telah berdampak pada penyelesaian masalah-masalah politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berangkat dari sm1, Aprinus sampai-sampai menyarankan agar pada sisi-sisi tertentu mungkin ada baiknya jika kecerdikan Kancil termasuk transformasinya lewat cerita anak-anak lainnya tidak lagi diceritakan generasi orangtua 1990-an kepada anak-anaknya.
Kancil: balk atau jahat Harus diakui pula bahwa sejumlah versi dongeng Kancil mengandung ajaran kejawen, kebatinan, dakwah agama, atau petunjuk kehidupan yang memang diperuntukkan bagi orang dewasa. (Sajid: 1958, Dipodjojo: 1966, Sasrawijaya: 1986). Padahal tokoh Kancil hampir tak dapat dilepaskan dari berbagai episode dalam dongeng Kancil. Sekarang bagaimana mendudukkan tokoh Kancil? "Beda Pendapat Tentang Muatan Dedaktis Cerita Kancil·' tulisan Sugihastuti Marwan 5 {Mruwan: 1995) berusaha mendudukkan persoalan
baik cerita Kancil
maupun tokoh Kancil seperti dalam tulisan Niniek di atas dan tulisan N. Ismoyowati yang berjudul "Wayang Kancil Lebih Hidup" (Ismoyowati: 1995) .
Sugihastuti Marwan adalah dosen Juru~an Sa stra Indonesia pa da Fakultas llmu Bu daya UGM. Beliau juga dikenal sebagai pengamat dan peneliti cerita anak-anak .
5
8
Sugihastuti Marwan melemparkan sebuah pertanyaan penting yaitu ·bena::-kah Kancil semata-mata seorang tokoh penipu hingga terkesan cerita tidak mendidik. Beliau mengingatkan bahwa dalam tema dasar cerita Si Kanci.l terdapat konsep oposisi biner, yaitu "Bila ada kejahatan, pasti ada
kebaikan. Bila ada kebodohan, ada pula kepandaian. Bila ada kedunguan, muncul kelicikan." Tentang episode Kancil Nyolong Timun (Kancil Mencuri Ketimun) rriisalnya, dikatakan bahwa muatan dedaktisnya, antara lain "mell!Curi itu adalah perbuatan yang tidak baik, si pelaku akan dihukum di kemudian hari''. Dalam episode ini, Kancil tertangkap oleh Pak Tani dan itulal:.
hukumannya.
Selanjutnya,
dikatakan
episode-episode
yang
memperlihatkan kenakalan Kancil harus dimaknai dengan nilai tambah yaitu nilai dedalrtisnya. Sebuah contoh lain nilai dedaktis dari cerita Kancil adalaih orang harus selalu waspada agar tidak mudah terkecoh oleh akal-akal Kancil. Di akhir tulisannya Sugihastuti mengatakan,
"... seharusnyalah tidak ditiru sifat, sikap, dan ulah si Kancil yang jahil. Manusia adalah ciptaan Tuhan teristimewa karena dikaruniai kemampuan akal dan budi oleh Tuhan jauh melampaui apa yang dimiliki oleh milirnluk lain, termasuk "Si Kancil".
Sekarang msrilah kita menuju ke Aceh. Bagaimana masyarakat Aceh mene:npatkan tokoh Pelanduk (Kanci1)? Dalam tulisannya be:rjudul "Cerita Pelan::iuk, Dalam Hikayat Dan Haba, Dalam khasanah Sastra Aceh"' Imran T. Abdullah 1nengatakan dalam tradisi Aceh dikenal ·istilah haba (berasal dari bahasa Arab yang berarti "khabar"'), yaitu "cerita prosa yang hidup di dalam masyarakat dan diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi" (dalam Bagus., ed.: 1987. hal. 159). Peran tukang haba yang sering diundang ke 9
perhelatan-perhelatan sangat penting dalam penyebara n haba yang dalam hal ini cerita tentang Pelanduk atau Kancil termasuk di dalamnya. Ketika tukang haba inL sedang melakukan tugasnya, ia melakukannya dengan santai dan dalam suasana informal . Bila di Jawa atau daerah lainnya ada cerita Kancil. kemungkinan kata kancil berasal dari kata kancieh6 bahasa Aceh. Kata ersebut di antaranya
dapat berarti "kosong'' a tau "kurang ajar" (Dipodjc:!Ji•) : 1993. hal.
10).
Sedangkan menurut Imran T. Abdullah kata kancieh berarti berarti jahat. 7 P~landuk Kancieh,
Jadi kalau di Aceh ada hikayat yang disebut Hikayat
artinya "hikayat Pelanduk yang jahat". Oleh karena itu capat dipahami bila binatang Kancil selalu dikaitkan dengan binatang digunak<:~n
tetapi kecerdikan dan ker.e1·dasannya
yan~
cerdik dan cerdas,
untuk kepentingannya
sendiri yang kerap kali harus mencelakakan pihak lain. Selanjutnya Abdullah menyatakan dalam cerita Kancil tradisi Aceh Welanduk Kancieh) terdapat beberapa episode yang berbeda dengan tradisi Namun
episode terpenting adalah
matinya
~elayu
Peland-..Ik
dan
atau Jawa. Harimau.
Pertemuan Pelanduk dan Harin1au dianggap awal mula korrflik pada salah satu cerita Pelanduk tradisi Aceh; dan untuk mengRkh:i::i ce:i ita, Pelanduk dan Harimau "dimatikan". Di bawah ini akan dituturkan kembali bagaimar:.a 1-:edua tokoh ini dimatikan oleh Urn Grun Brak, seorang tukang haba di A.ceh.8 Diceritakan bahwa sesudah berkelana dengan segala
petualangannya ~
Pelanduk bertemu
6 Kata kancieh juga d::tulis dengan kance, dan kata Pelanduk dit1ml:::s rlengru1 peulandok sepeiti dalam judul Hikayat Peulandok Kance seperti yang dicatat cleh Snouck Hurgronje (Abdullah dalam Bagus, ed., 1984. hal. 173) 7 Wawancara dengan Dr. lmran T. Abdullah 8 Wawan~ara dengan Dr. Imran T. Abdullah. 10
dengan m -..lsuh lamanya yaitu Harimau. Pel"'"'c duk sangat terkejut. Harimau segera mengingatkan Pelanduk bahwa dia pemah beberapa kali ditipunya sehingga oyawanya nyaris hilang. Harimau menyebutkan pula bahwa dia pernah menipu gajah, buaya, dan lain-lain. Sekarang tiba saatnya Pelanduk harus membayar perbuatannya yang jahat.
Harimau
berkata bahwa
Pelanduk akan dimangsanya. Pelanduk merasa bahwa dia sudah tidak dapat menghindar lagi. Pelanduk bersedia dimakan Harimau . Dia minta Harimau membuka mulutnya lebar-lebar kemudian Pelanduk melompat ke dalam mulutnya. Harimau incrasa lega, karena musuh bebuyutannya sudah sima. Nam.un apa yang teijadi di dalam perut Harimau? Menurut yang empunya ,c erita, sesudah berkelana di dalam perut Harimau Pelanduk mernilih te:mpat di dekat dubur Harimau. Kepalanya yang kecil diarah.kan tepat di mulut dubur Harimau. Dengan cara ini Pelanduk dapat bernafas dan masil: dapat melihat apa yang teijadi di luar. Diceritakan Harimau meneruskan peijalanan. Ketika melihat Kambing dikejauhan, ia ingin memangsa.~ya.
Si Pelanduk melihat situasi ini kemudian berteriak bahwa
Kambing disuruh lari karena akan dimangsa Harimau. Terheran-heran Harimau ketika mendengar teriakan keluar dari pantatnya. "Pantat sialan!" katanya. lalu digaruk-garuknya pantatnya. Demikian pula ketika Harimau akan memangsa lembu. Pantat sialan tersebut memperingatkan lembu agar lari. Ia akl:irnya lepas dari bahaya dimangsa Harimau. Sekali lagi Harimau marah dengan pantatnya. Pantatnya digaruk-garuk semakin keras, sehingga lukanya rnakin dalam. Kejadian ini berlangsung terus menerus. Harimau tak mendapat
mangsa,
sedangkan
luka-luka
pantatnya
sema_1Un
senus. II
Akhimya Harimau jatuh sakit dan mati. Pelanr1uk kemu dian keluar dari perut Harimau. Betapa
suka
hati
Si
Pelanduk
ketika
sekali 1agi
lepas
dari
cengkeraman musuh lamanya. Dia kembali berkelana. Pada suatu hari dia ingin sekali mengunjungi bangkai Harimau musuhnya itu. :Setelah bangkai itu diketemukan, dia mengungkit kembaJi kebodohan :=iarimau sambi1 menari-nari di atas tulang-tulang Harimau . Karena merce:s a. senang, dia kurang berhati-hati. Pelanduk terpeleset dan kakinya ter:jepit di antara tulang-tulang Harimau dan tak dapat melepaskan diri. ? elanduk sedih sekali. Karena tak makan berhari-hari, akhimya dia mati. Mengapa tokoh PelanJuk
dimati~an
dalam tradisi Aceh? Apakah
pesan dari episode ini? Menurut Abdullah "pelanduk dBJ3ID sastra Acch dipandang sebagai tokoh yang licik, pandir, jahat.
(Bagus ~
170). Selain itu di Aceh terdapat pepatah "Bila orang
melaku.~
ed: 1984. hal. laknat, dia
akan mati karena kelaknatannya itu".9 Selanjutnya, dikatakan bahwa, Dimatikannya pelanduk di sini, sebenamya ber:Y...aitan erat dengan latar budaya masyarakat Aceh, ialah bm a ya Islam yang mengajarkan umatnya hidup rukun dan dE.Inai, maaf memaafkan. Kancil tak pemah memaafkan musuh nya, malah menjerumuskan binatang lain yang tidak berselisih dengannya." (Bagus, eel.: 1984. hal. 170) c ••.
Menyikapi Cerita Kancil dalam Wayang Kancil
"Mengapa Anda mengambil cerita Kancil? C(>rita Kancil kan banyak bercerita tentang tipu-menipu. Ini tidak baik untuk anak-anak, ka...'1?" demikian sebuah pertanyaan yang kerap diajukan kepada d alang Wayang 9
Wawancara dengan Dr. lmran T. Abdullah . 12
Kancil. Bagaimana seorang pengguna cerita Kancil, 10 termasuk dalang Wayang Kancil, menjawab pertanyaan ini? Pendapat
Niniek,
Aprinus,
dan
lain-lain
yang
menunjukkan
kegelisahan ini nampaknya menyarankan agar para pengguna cerita K.ancil (termasuk dalang
Wayang
Kanci~
atau cerita semacamnya sebaiknya
berhati-hati dalam inenyajikan episode-episode (episode yang dipilih) bagi konsumen terutama bagi anak-anak. Lebih jauh pengguna cerita Kancil hendaknya, seperti yang dikemukakan oleh Sugihastuti, menekankan agar setiap episode yang dipilih dimaknai dengan menambah nilai dedaktisnya dan menyiratkan bahwa mesti ada moral yang harus disampaikan. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Hariyadi (Hariyadi: 1999) bahwa cerita tentang
SR.Ilg
sebagaima..~a
Kancil
kis8h-kisah
fabel
sering
mengidentikkannya seekor hewan yang berwatak cerdik, culas, dan tak gampang ditipu ini -- tentu punya gaung pelajaran moral. Secara khusus pergelaran Wayang Kancil sebagai salah sebuah. media pendidikan
dapat
bersama-sama memahami
menjadi
lewat
salah
kehidupan
nyata
tempat
bagi
satunya ini
pemirsanya
adalah
cerita
untuk
Kancil
secara
berusaha
termasuk · problem-p:roblemnya
dan
kemungkinan solusinya.
Cerita Kancil, seperti juga cerita-cerita lain,
merupakan
alterrmtif
salah
satu
kehidupan
yang
ditawarkan
oleh
penggunanya, termasuk dalang Wayang Kancil.
18 Desember 2002 IO Dalam hal ini, pedu ditambah bahwa para pengguna cerita Kancil termasuk pula juru dongeng, para guru TK dan SD, para penulis cerita binatang, termasuk ibu-ibu atau bapakbapak yang mempunyai ke biasaan mendongeng kepada putera--puterinya
13
REFERENSI
Abdullah, lmran T. "Cerita Pelanduk dalam Hikayat dan Haba dalam Khazanah Sastra Aceh", dalam I Gusti Ngurah Bagus, (Penyunting). Dalam Punya: Cenderamata untuk Profesor Emeritus A Teeuw. Denpasar: Pustaka Siddhanta, 1987. Bilby, Sarah. "Wayang Kancil: the Short Tale of a Small Deer", Seleh !'•:otes {The UK Gamelan Network Newsletter). Vol. 6, no. 3 . June 1999. Hal. 8-10. Bilby, Sarah Louise. Wayang Kancil: Perceptions of Tradition and Identity in Contemporary Javanese Shadow Play. A dissertation submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of M.Mus.Ethnomusi·:::ology of the University of London. 15th September 1997. Dipodjojo: Asdi S. Cerita Binatang Dalam Beberapa Relief Pada Candi Sojiwan dan lviendut. Y ogyakarta: Lukman Offset, 199 3.
Sang Kancil Tokoh Tjerita Binatang Indonesia. Dj&.k::rrta: Gunung Agung, 1966. Hariyadi, Mathias. "Moralitas Wayang Kancil Sarah Bilby", Kompas, 16 Agustus, 1999. Hal. 1 Ismoyowati, N. "Wayang Kancil Lebih Hidup", Kedaulatan Rakyat, 9 April 1995.Hal. 9. Klokke, Marijke J. The Tantri. Reliefs on Ancient Javanese Candi. Leiden.: KITLV Press, 1993. Mardiwarsito, L. Tantri Kamandaka: Naskah d'an Terjemahan dengan Glosarium. Ende: Nusa Indah dan Kanisius. 1983. Marwan, Sugihastuti. "Beda Pendapat Ten tang Muatan Dedaktis Cerita Kancil", Kedaulatan Rakyat, 28 Agustus. 1995. Hal. 4.
14
Pursubaryanto, Eddy. From Wayang Kulit to Wayang Kancil: My Experience with Puppetry for Children. Paper presented for The Second Sampreeti Seminar in Bangladesh. 1991. Tidak diterbitkan.
Seni Pertunjukan Wayang Kancil dan Kemungkinan Pengembangannya di Indonesia. Makalah Seminar di Pusat Penelitian Kebudayaan dan Perubahan . Sosial, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 29 Maret 1995 .. "Seni Pertunjukan Wayang Kancil dan Kemungkinan Pengembangannya di Indonesia," Humanio r.a. No . III. 1996. Hal. 12-23. ROE-CHAN . "Ledjar Pelopor Wayang Kancil," MEKAR SARI, 21 /XLI, 18 J uli 1997. Sajid, R.M. Bauwama Wajang. Jogjakarta: Pertjetakan Republik Indonesia, 1958. Salam; Aprinus. Cerita Kancil.· Dongeng Sebelum Tid.ur (KPmu.ngkin.an Implikasi Budayanya). Disajikan dalar.a Seminar. 3astra di Jakarta pada akhir tahun 1999 yang diselenggarHkan oleh HISKI (Himpunan Srujana Kesusasteraan Indonesia). Yogyakarta, 1999. Tidak diterbitkan. ------ "Implikasi Budaya Dongeng Kancil", Minggu Pagi, 11 Oktober, 1999. Hal. 8. Sasrawijaya, R.P. Serat Kancil. 3 jilid. Dialihaksarakan oleh Sri Suhcirini. Jakarta: DepBrtemen Pcndidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986. Sastroatmodjo, RPA Suryanto. "Risang Kancil Rahadyan Jinantaka", Djaka Lodang, No. 649, Th. XIV, 1985. hal. 12-13. Yusuf, Niniek FS. "Cerita Seri Kancil, Tidak Mendidik", Kedaulatan Rakyat, 15 Agustus 1995. Hal 5.
WAWANCARA
Dr. Imran T. Abdullah. Sabtu 4 Maret, 2000 , di Fakultas Sastra UGM. Beliau, yang berasal dari Aceh, adalah seorang dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. 15
- - ·---
_:_------:--------'"·'"'·"---=-='"'·"·==-- -----··-- ._ -·-