Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Asuransi Jiwa (Studi pada Pegawai Akademik UKSW) Alvi Novia Maria Rio Rita * Email:
[email protected] [email protected] (* Dosen Tetap Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
Abstract This research aims to obtain the empirical evidence that regarding the bias aspect in making decision to purchase the life insurance product. Formulation of the problem in this research is finding the bias aspect that dominates the psychological academic employees of SWCU in making decision to purchase the life insurance product. This research uses four categories of bias aspects, i.e. aspects of excessive optimism, overconfidence, confirmafion bias, and the illusion of control. The sample consists of fourty three academic staff of SWCU who has had experience or never bought the life insurance product. The sampling method used in the research was nonprobability sampling with purpose sampling. Methods of data analysis used in the study were the descriptive statistic. The findings in the research show that aspects of the excessive optimism bias that dominated is owned by the employees of SWCU when will take the decision to buy life insurance product. It is followed by the illusion of control in the second place and overconfidence in the third place. Last but not least, the confirmation bias. Keywords: Life Insurance, Overconfidence, Confirmation Bias, Excessive Optimism, Illusion of Control
Latar Belakang Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010: 2). Menurut Djojosoedarso (1999) risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga/ tidak diinginkan. Banyak cara untuk mengurangi dampak risiko seperti menghindar, mengendalikan, memisahkan, melakukan kombinasi atau memindahkan. Pemindahan risiko tersebut dapat
1
menimbulkan biaya. Apabila kita memindahkan risiko kepada penanggung risiko dalam hal ini perusahaan asuransi, maka kita harus membayar biaya dalam bentuk premi asuransi sebagai imbalan atas risiko yang diambil alih oleh perusahaan asuransi. Tujuan pemindahan ini intinya adalah untuk memberi kepastian dalam arti mencoba memperkecil dampak keuangan seandainya risiko tersebut tidak terhindarkan. Djojosoedarso (1999), membagi asuransi menjadi empat jenis, yaitu asuransi jiwa, asuransi kerugian/umum, re-asuransi umum dan asuransi sosial. Dari keempat jenis perusahaan asuransi tersebut, penelitian ini lebih memfokuskan pada perusahaan asuransi jiwa. Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan penetrasi jumlah polis asuransi jiwa di Indonesia, khususnya individu, masih rendah, hanya 3,6 persen terhadap jumlah populasi penduduk. Jumlah pemegang polis juga masih rendah, satu persen dari jumlah penduduk. Meski begitu, sebagian orang memiliki 8-9 bahkan hingga 12 polis asuransi per individu dengan minimal
premi
Rp
300.000
per
bulan
dari
berbagai
perusahaan
asuransi
(http://female.kompas.com). Perlahan, kesadaran akan pentingnya proteksi meningkat dalam masyarakat kita. Sayangnya kesadaran ini kurang diiringi dengan pengetahuan tentang aneka produk asuransi. Keterbatasan informasi dan pengetahuan produk dan kurangnya penjelasan agen asuransi kerap mengakibatkan konsumen membuat kesalahan ketika membeli asuransi (http://lipsus.kompas.com). Memproteksi diri dalam menghadapi risiko tentu merupakan langkah yang penting. Namun, yang juga penting adalah memahami produk asuransi seperti apa yang kita butuhkan. Hasrat melindungi diri tetaplah harus diimbangi kecermatan dalam memilih produk asuransi. Santoso (2009) dalam studi tentang perilaku, asumsi yang dibangun adalah bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan sebenarnya tidak sepenuhnya rasional. Seringkali
2
perilaku seseorang dalam mengambil keputusan, seperti masalah keuangan dilatarbelakangi oleh emosi atau pengaruh orang lain disekitarnya. Menurut Supramono dan Putlia (2010), keputusan yang lebih didominasi oleh faktor psikologis akan mengarah pada hasil keputusan yang bias karena faktor rasa yang ada pada diri seseorang melebihi pertimbangan faktor rasio. Faktor psikologis merupakan faktor yang turut berperan dalam pengambilan keputusan yang kurang rasional. Shefrin (2007) mengklasifikasikan gejala psikologis yang dapat membuat manajer salah dalam mengambil keputusan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu : (1) biases, (2) heuristic, dan (3) framing effects. Studi oleh Santoso (2009) pada pengusaha tekstil di Pekalongan menyimpulkan bahwa aspek bias turut berperan penting terhadap psikologis para pengusaha tekstil sewaktu akan mengambil keputusan investasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marbun (2010) pada industri tempe dan kripik tempe di desa Karangtengah Prandon mengemukakan bahwa pengusaha industri tempe dan kripik tempe di desa tersebut cenderung mengalami bias psikologis dalam pengambilan keputusan hutang yang dilakukan oleh pengusaha dan termasuk dalam kategori tinggi. Hasil perolehan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar pengusaha cenderung memiliki excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control yang tinggi dalam pengambilan keputusan hutangnya. Berdasarkan hasil penelitian Santoso (2009) dan Marbun (2010), fokus penelitian ini pada kategori bias yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Bias merupakan kecenderungan kesalahan prediksi (Shefrin, 2007). Aspek bias merupakan salah satu aspek yang cenderung menghasilkan keputusan yang tidak menjamin ketepatan secara mutlak. Pengambil keputusan memiliki kemungkinan untuk mengambil keputusan yang salah. Nofsinger (2005) menekankan bahwa bias yang diakibatkan faktor
3
psikologis menghambat kemampuan seseorang dalam membuat keputusan keuangan yang baik. Bias mengakibatkan kesalahan prediksi karena membuat orang salah dalam memperhitungkan risiko yang dapat terjadi. Bias dapat digolongkan menjadi empat, yaitu excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control Shefrin (2007). Penelitian Taroreh (2011) pada pegawai UKSW menunjukkan bahwa pegawai UKSW cenderung mengalami illusion of control dalam pembelian asuransi jiwa. Nofsinger (2005) mengemukakan jika terdapat enam indikator yang memicu terjadinya perkembangan illusion of control antara lain pilihan, urutan hasil, kefamiliaran tugas, informasi, keterlibatan aktif, dan kesuksesan masa lalu. Keenam faktor tersebut terbukti ditemui pada responden yang dijadikan sampel penelitian dengan faktor pilihan, urutan hasil, kefamiliaran tugas, keterlibatan aktif tergolong dalam range tinggi. Sedangkan informasi dan kesuksesan masa lalu berada dalam range sedang. Adanya illusion of control dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa, berarti dalam mengambil keputusannya sering mengedepankan faktor perasaan dan psikologis daripada rasio sehingga menghasilkan keputusan yang bias. Kecenderungan faktor illusion of control pada sampel yang diteliti berada pada tingkat yang tinggi berarti para pegawai UKSW merasa dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil pembelian asuransi jiwanya, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Taroreh (2011), tetapi penelitian ini akan melihat secara menyeluruh dari aspek bias psikologis yang dapat digolongkan menjadi empat, yaitu excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control, yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa pada pegawai akademik UKSW (tenaga pengajar). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan maka masalah yang hendak dijawab dalam studi ini adalah: aspek bias apa
4
yang mendominasi psikologis pegawai akademik UKSW sewaktu pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa?
Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis Asuransi Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan asuransi. Menurut UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan. Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan asuransi yang bidang usahanya risiko keuangan sebagai akibat dari kematian orang-orang yang dipertanggungkan jiwanya Djojosoedarso (1999). Sedangkan Rosefsky dalam Taroreh (2011) menggolongkan asuransi jiwa menjadi empat. Pertama yaitu Permanent Insurance, merupakan asuransi yang perjanjiannya bersifat permanen di mana pembayaran preminya tetap; kedua: Term Insurance merupakan asuransi yang perjanjiannya bersifat sementara dan apabila jangka waktu perjanjian telah habis sedangkan pembeli asuransinya masih hidup maka pemegang polis asuransi tidak dapat menarik uangnya kembali: ketiga: Universal Life Insurance merupakan asuransi yang perjanjiannya dapat diperbaharui secara periodik dan terdapat unsur investasi; dan keempat: anuitas merupakan
5
asuransi yang memiliki jangka waktu tertentu di mana pemegang polis wajib membayar sejumlah uang kepada perusahaan asuransi dan di masa akan datang, selama jangka waktu tertentu pula perusahaan asuransi tersebut wajib membayar sejumlah uang kepada pihak pemegang polis asuransi. Aspek Bias Marbun (2010) menyatakan bahwa aspek psikologis berperan dalam membentuk perilaku individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut dalam melakukan pengambilan keputusan yang berbeda dari asumsi teori ekonomi, yaitu individu akan membuat keputusan yang rasional, padahal sebenarnya individu tidak selalu sepenuhnya rasional. Perilaku yang tidak sepenuhnya rasional tersebut tidak lepas dari pengaruh perasaan dan sikap seseorang. Shefrin (2007) mengemukakan bahwa aspek bias merupakan gejala psikologis yang ada dalam diri masing-masing individu yang dapat berakibatkan seseorang mengambil keputusan yang salah. Bias yang diakibatkan faktor psikologis menghambat kemampuan seseorang dalam membuat keputusan keuangan yang baik (Nofsinger, 2005), salah satunya yaitu keputusan untuk membeli produk asuransi. Aspek bias memiliki 4 (empat) jenis kategori menurut Shefrin (2007) yaitu : 1.
Excessive optimism (optimis yang berlebihan): Seseorang berharap secara berlebihan akan memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan dan tidak mengharapkan beroleh hasil yang sebaliknya.
2.
Overconfidence (kepercayaan diri yang berlebihan): Seseorang terlalu percaya bahwa pandangannya tepat dan yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan dan pengetahuan di atas rata-rata.
3.
Confirmation bias (penyimpangan konfirmasi): Seseorang hanya akan menggunakan
6
informasi yang sesuai dengan pandangannya dan mengabaikan informasi yang tidak sesuai dengan pandangannya. 4. Illusion of control (kendali ilusi): Seseorang merasa mampu mengendalikan hasil dari keputusan yang diambilnya. Cassar dalam Marbun (2010) menyatakan bahwa excessive optimism paling sering terjadi pada pengusaha yang baru memulai usahanya, pengusaha sangat yakin akan pasti memperoleh keberhasilan dalam kegiatan operasional bisnis mereka. Hal ini juga bisa terjadi pada keluarga yang baru pertama kali membeli produk asuransi, keluarga sangat yakin akan pasti memperoleh keberhasilan mendapatkan proteksi dari perusahaan asuransi yang dipilihnya. Nofsinger (2005) menjelaskan bahwa overconfidence berasal dari dua sumber psikologis, yaitu ilusi pengetahuan (illusion of knowledge) dan ilusi kendali (illusion of control). Ilusi pengetahuan merupakan kondisi dimana seseorang merasa lebih percaya diri atas ramalan atau prediksinya disebabkan memiliki banyak informasi. Semakin baru informasi yang diperoleh akan membuatnya merasa mempunyai kendali atas hasil yang akan diperolehnya. Sedangkan ilusi kendali adalah keadaan dimana orang sering mempercayai bahwa mereka telah mempengaruhi hasil yang diperoleh dari peristiwa yang tak terkendali. Shefrin (2007) mengungkapkan bahwa overconfidence merupakan kesalahan prediksi mengenai seberapa baik seseorang memahami kemampuan dan batas pengetahuannya. Overconfidence dan excessive optimism seringkali berjalan beriringan, tetapi itu adalah dua hal yang tidak sama. Seseorang bisa jadi pesimis, tetapi juga overconfidence. Venter dan Michayluk dalam Marbun (2010) mengungkapkan mayoritas orang cenderung menilai lebih kemampuan, dan mereka menganggap kemampuan mereka di atas rata-rata. Overconfidence sebenarnya merupakan bias dari rasa optimisme (Santoso, 2009).
7
Phung dalam Marbun (2010) menyatakan bahwa confirmation bias dalam diri seseorang membuat seseorang yang bersangkutan cenderung memilih dan menaruh perhatian lebih pada informasi yang mendukung opini mereka, sementara itu mereka mengabaikan informasi yang bertentangan dengan opini mereka. Dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi, keluarga yang mengalami confirmation bias akan mengambil informasi mengenai produk asuransi yang sesuai dengan pandangannya sebanyak mungkin, serta mengabaikan informasi yang tidak mendukung pendapatnya. Terdapat 6 (enam) hal yang memicu terjadinya perkembangan illusion of control antara lain pilihan, urutan hasil, kefamiliaran tugas, informasi, keterlibatan aktif, dan kesuksesan masa lalu (Nofsinger, 2005). Hal ini berarti semakin aktif keluarga dalam membuat pilihan terhadap asuransi dalam arti terlibat aktif dalam menentukan pilihan asuransinya, maka keluarga akan lebih yakin memperoleh suatu keberhasilan dari apa yang telah dipilihnya. Cara atau proses mendapatkan hasil (urutan hasil) mempengaruhi illusion of control. Hasil positif yang lebih awal membuat keluarga memiliki illusion of control yang lebih besar dari pada yang bisa diberikan hasil negatif. Semakin familiar keluarga dengan asuransi, maka semakin besar kontrol yang keluarga rasakan dalam keputusan pembelian asuransi tersebut. Semakin banyak informasi mengenai asuransi yang didapatkan, illusion of control juga semakin besar. Saat keluarga terlibat aktif dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi, maka perasaan memegang kontrol juga secara proporsional menjadi semakin besar, sehingga keluarga yang mengambil keputusan pembelian asuransi merasa yakin akan mendapatkan proteksi yang diinginkannya. Selain itu, perkembangan illusion of control juga dipengaruhi oleh kesuksesan masa lalu. Semakin banyak kesuksesan yang dialami keluarga, maka mereka akan menyebutnya sebagai hasil dari kemampuan mereka sendiri, bahkan faktor keberuntunganlah yang sebenarnya banyak
8
terlibat. Keluarga yang sebelumnya pernah membeli asuransi dan dapat dikatakan berhasil dalam artian merasa terproteksi, maka akan memiliki illusion of control apabila melakukan pengambilan keputusan pembelian asuransi lagi. Studi psikologi menemukan bahwa meningkatnya kontrol yang dirasakan juga akan membuat excessive optimism meningkat (Shefrin, 2007). Studi Taroreh (2011) pada pegawai UKSW mengemukakan bahwa pegawai UKSW memiliki aspek illusion of control dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Adanya illusion of control dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa, berarti dalam mengambil keputusannya sering mengedepankan faktor perasaan dan psikologis daripada rasio sehingga menghasilkan keputusan yang bias. Kecenderungan faktor illusion of control pada sampel yang diteliti berada pada tingkat yang tinggi berarti para pegawai UKSW merasa dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil pembelian asuransi jiwanya, tetapi pada kenyataannya tidak demikian.
Metode Penelitian Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode survey dengan membagikan kuesioner kepada pegawai akademik UKSW. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria pegawai akademik UKSW yang memiliki pengalaman atau pernah membeli produk asuransi jiwa dan bersedia menjadi responden. Responden yang terkumpul berjumlah 43 orang.
9
Pengukuran konsep Konsep yang akan diukur dalam penelitian ini adalah aspek bias dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Konsep diukur pada aras pengukuran interval dengan menggunakan likert scale. Skor untuk tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut : SS S KS TS STS
: Sangat Setuju : Setuju : Kurang Setuju : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
=5 =4 =3 =2 =1 Tabel 1. Pengukuran Konsep Aspek Bias
Konsep Excessive Optimism
Definisi Konsep Suatu jenis penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya orang menaksir terlalu tinggi terhadap hasil yang baik dan menganggap remeh hasil yang kurang baik dari pengalaman yang mereka dapat.
Overconfidence
Suatu jenis penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya orang membuat kesalahan karena kepercayaan diri mereka sendiri yang terlalu berlebihan dan menganggap kemampuan diri sendiri yang paling baik.
Confirmation Bias
Suatu jenis penyimpangan yang menyebabkan seseorang lebih suka mendengar anggapan atau pendapat dari orang yang sejalan dengan pemikirannya. Sehingga akan lebih mempertimbangkan informasi yang sesuai dengan pendapat pribadi.
Indikator Berkeyakinan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi dari investasi asuransi jiwa yang dipilihnya. 2. Berkeyakinan bahwa asuransi jiwa yang dipilihnya bermanfaat bagi keluarganya. 3. Berkeyakinan bahwa asuransi jiwa yang dipilihnya dapat memberikan hasil yang lebih baik dimasa mendatang. 4. Berkeyakinan bahwa premi dari asuransi jiwa yang dipilihnya dapat berjalan dengan lancar. 1. Percaya dengan kemampuan diri sendiri dalam menentukan produk asuransi jiwa. 2. Terlalu percaya diri akan mendapatkan hasil yang optimal. 3. Tidak memperdulikan masukkan dari orang lain. 1. Tidak suka mendengarkan pendapat dari orang yang bertentangan dengan pemikirannya. 2. Menggunakan informasi yang diberikan oleh orang yang sejalan dengan pemikirannya sebagai bahan pertimbangan. 3. Lebih memperhatikan masukkan atau pendapat orang yang sesuai dengan pendapatnya. 4. Cenderung mengesampingkan 1.
10
Illusion Control
of
Suatu penyimpangan yang menyebabkan seseorang merasa seakan-akan ia dapat mengendalikan lingkungannya, padahal sebenarnya tidak.
1.
2.
3.
4.
informasi yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Berkeyakinan bahwa mampu memilih asuransi jiwa yang terbaik. Berkeyakinan bahwa asuransi jiwa yang dipilihnya bisa memberikan proteksi yang lebih baik. Beranggapan bahwa sudah tidak asing lagi dengan produk asuransi jiwa sehingga akan mendapatkan proteksi yang diinginkan. Yakin pada keputusannya sendiri tanpa perlu meminta masukkan dari orang lain.
Sumber : Santoso, J. S., (2009) Teknik Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini akan dilakukan secara deskriptif kualitatif. Sedangkan klafisikasi tingkatan bias diukur dengan nilai rata-rata menjadi 2 kategori,yaitu bias tinggi dan bias rendah. Adapun penentuan interval kategori kelas (I) adalah sebagai berikut :
I=
ππππ βπππ πΎ
β¦β¦.β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(1)
5β1 =2 2 Interval kategori jawaban yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: =
Tabel 2. Definisi dan Range Setiap Variabel Interval rata-rata jawaban 1,00 β 3,00 3,01 β 5,00
Interpretasi Rendah Tinggi
Analisis Data Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian merupakan pegawai Akademik UKSW yang menjadi nasabah perusahaan asuransi jiwa dan bersedia menjadi responden. Berdasarkan kuesioner yang 11
dibagikan kepada responden tersebut, diperoleh gambaran umum responden meliputi karateristik responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama bekerja di UKSW, dan lama menjadi nasabah. Tabel 3. Gambaran Umum Responden Karakteristik Responden Frekuensi Ukuran Sampel 43 A. Jenis Kelamin : Laki-laki 28 Perempuan 15 B. Usia (tahun) : 24-33 2 34-43 23 44-53 11 β₯ 54 7 C. Pendidikan : S1 3 S2 30 S3 9 Profesor 1 D. Lama Bekerja di UKSW <9 13 9-16 20 17-24 9 β₯ 25 1 E. Lama menjadi nasabah asuransi jiwa (tahun) <8 26 8-14 13 15-21 4 Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Prosentase (%) 100 65,1 34,9 4,6 53,5 25,6 16,3 7 69,8 20,9 2,3 30,2 46,6 20,9 2,3
60,5 30,2 9,3
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jika responden dalam penelitian ini menurut jenis kelaminnya lebih banyak responden pria yaitu 28 responden (65,1%). Sebagian besar responden berusia antara 34-43 tahun yaitu sebanyak 23 responden (53,5%) dan diikuti oleh kelompok usia antara 44-53 berjumlah 11 responden (25,6%). Untuk jenjang pendidikan, sebagian besar responden berasal dari latar belakang pendidikan S2 yaitu sejumlah 30 responden (69,8%). Untuk jenjang lama bekerja di UKSW, paling banyak responden bekerja selama 9-16 tahun sejumlah 20 responden (46,6%). Sedangkan mayoritas responden menjadi nasabah perusahaan asuransi selama < 8 tahun yaitu sejumlah 26 orang (60,5%). Ditinjau dari jenis 12
asuransi yang diikuti oleh responden, tabel 4 berikut menunjukkan bahwa PT Prudential Life Assurance merupakan asuransi yang paling banyak di beli oleh pegawai akademik UKSW dengan jumlah 24 orang (55,8%). Sedangkan PT Sequis Life berada di urutan kedua dengan jumlah 5 orang (11,6%) dan PT AIA Financial dengan jumlah 5 orang (11,6%). Hal ini menunjukkan tendensi kemampuan responden dalam memilih perusahaan asuransi berdasarkan kinerja. Tabel 4. Perusahaan Asuransi Jiwa yang Dipilih oleh Responden Perusahaan Asuransi Jiwa Frekuensi Prudential Life Assurance 24 Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG 2 Asuransi Allianz Life Indonesia 3 AIA Financial 5 Sequis Life 5 AXA Mandiri 3 Bumiputera 1 Total 43 Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Persentase (%) 55,8 4,7 7 11,6 11,6 7 2,3 100
Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Menentukan valid atau tidaknya variabel dengan membandingkan r hitung dengan r tabel, dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (Nugroho, 2011: 27). Dengan tingkat signifikansi 5 % diperoleh r tabel = 0,444. Dengan demikian semua dinyatakan valid, karena masing-masing variabel yang diuji memiliki koefisien korelasi (r hitung) lebih besar dari r tabel (0,444). Tabel 5. Uji Validitas Variabel Excessive optimism P1 P2 P3 P4 Overconfidence P5 P6 P7
Corrected Item-Total Correlation
Validitas
0,928 0,879 0,928 0,821
VALID VALID VALID VALID
0,829 0,934 0,773
VALID VALID VALID
13
Confirmation bias P8 0,766 P9 0,597 P10 0,928 P11 0,880 Illusion of control P12 0,560 P13 0,555 P14 0,642 P15 0,571 Sumber : Data primer yang di olah, 2013
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Uji Reliabilitas Pengukuran reliabilitas menggunakan metode alpha cronbach pada nilai alpha dalam skala 0 β 1, yang dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) kelas seperti tabel berikut : Tabel 6. Tingkat Reliabilitas Alpha Tingkat Reliabitias 0.00 β 0.20 Kurang reliabel 0.201 β 0.40 Agak reliable 0.401 β 0.60 Cukup reliable 0.601 β 0.80 Reliabel 0.801 β 1.00 Sangat reliable Sumber : Nugroho, (2011) Tabel 7. Uji Reliabilitas No. 1.
Variabel Excessive optimism
Cronbachβs Alpha 0,912
Reliabilitas Sangat Reliabel
2.
Overconfidence
0,784
Reliabel
3.
Confirmation bias
0.804
Sangat Reliabel
4.
Illusion of control
0,269
Agak Reliabel
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui bahwa variabel Excessive Optimism dan Confirmation bias tergolong sangat reliabel. Sedangkan variabel Overconfidence tergolong reliabel dan Illusion of control tergolong agak reliabel.
14
Aspek Bias Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Asuransi Jiwa Untuk dapat mengetahui aspek bias dalam diri pegawai akademik UKSW termasuk dalam kategori rendah atau tinggi, maka penelitian ini menggunakan pengalaman pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa para pegawai akademik UKSW. Jika skor nilai terletak antara rentang 1,00 β 3,00 termasuk kategori rendah, dan 3,01 β 5,00 termasuk kategori tinggi. Tabel di bawah ini akan memaparkan aspek psikologis excessive optimism. Tabel 8. Excessive optimism Bias Psikologis
Rata-rata
Excessive optimism
4,32
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh 4,32 dan tergolong dalam kategori tinggi. Hasil dari rata-rata tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai akademik UKSW cenderung memiliki excessive optimism yang tinggi dalam mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa. Hal ini dapat dilihat pada saat pegawai akademik UKSW akan mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa, mereka merasa yakin produk asuransi jiwa yang dipilihnya akan memberikan keuntungan yang tinggi, dapat memberikan manfaat bagi keluarganya, dapat memberikan hasil yang lebih baik dimasa mendatang, dan premi dari produk asuransi jiwa yang dipilihnya dapat dibayar dengan lancar. Tabel 9. Overconfidence Bias Psikologis
Rata-rata
Overconfidence
3,53
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Overconfidence memiliki rata-rata sebesar 3,53 dan tergolong dalam kategori tinggi. Hasil dari rata-rata tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai akademik UKSW yang menjadi responden dalam penelitian ini cenderung memiliki overconfidence yang tinggi dalam 15
pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Sebagian pegawai akademik UKSW sangat percaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki tentang produk asuransi jiwa dan mengabaikan masukkan atau saran dari orang lain. Overconfidence dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa menyebabkan pegawai akademik UKSW merasa percaya diri akan mendapat hasil (proteksi) yang optimal dari produk asuransi jiwa yang mereka beli. Tabel 10. Confirmation Bias Bias Psikologis
Rata-rata
Confirmation Bias
3,43
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Confirmation bias dalam tabel 10 memiliki rata-rata sebesar 3,43 dan tergolong dalam kategori tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa pegawai akademik UKSW memiliki kecenderungan kearah confirmation bias dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa yang mereka ambil. Hal ini terlihat pada jawaban sebagian besar pegawai akademik UKSW yang setuju dengan indikator tidak perlu mendengarkan pendapat dari orang yang bertentangan, menggunakan informasi yang diberikan oleh orang yang sejalan dengan pemikiran mereka sebagai bahan pertimbangan, lebih memperhatikan pendapat orang yang sesuai dengan pendapat mereka, serta cenderung mengesampingkan informasi yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Sebagian pegawai akademik UKSW cenderung tidak menerima pendapat orang lain yang tidak sejalan dengan pendapatnya mengenai produk asuransi jiwa serta hanya mencari informasi dan menggunakan informasi yang mendukung keputusannya. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan pengambilan keputusan pembelian produk asuransi yang dilakukan pegawai akademik UKSW menjadi tidak sepenuhnya tepat. Seharusnya pegawai akademik UKSW tidak hanya mendengarkan pendapat atau informasi yang sejalan, melainkan
16
mau mendengarkan masukan atau saran dari pihak lain yang dimungkinkan dapat menghasilkan keputusan yang tidak bias. Tabel 11. Illusion of Control Bias Psikologis
Rata-rata
Illusion of Control
3,91
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Illusion of control memiliki rata-rata sebesar 3,91 dan tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pegawai akademik UKSW cenderung memiliki illusion of control yang tinggi dalam mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa. Hal ini dapat dilihat pada saat pegawai akademik UKSW akan mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa, mereka merasa yakin bahwa asuransi jiwa pilihannya adalah pilihan yang paling baik, asuransi jiwa pilihannya dapat memberikan proteksi yang lebih baik karena tidak asing lagi dengan produk asuransi jiwa dan mereka memutuskan sendiri ketika hendak membeli produk asuransi jiwa tanpa campur tangan dari orang lain. Setelah merinci satu per satu aspek psikologis yang terdapat dalam kategori bias maka tabel di bawah akan dipaparkan hasil dari penggabungan keempat aspek psikologis tersebut, yaitu excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control. Tabel 12. Bias Psikologis Bias Psikologis Rata-rata Excessive optimism 4,32 Overconfidence 3,53 Confirmation bias 3,43 Illusion of control 3,91 Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Interpretasi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa aspek bias excessive optimism atau optimis yang berlebihan memiliki rata-rata paling tinggi yaitu sebesar 4,32 tergolong dalam kategori
17
tinggi. Di urutan kedua yaitu illusion of control sedangkan di urutan ketiga yaitu overconfidence dan terakhir confirmation bias atau penyimpangan konfirmasi. Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian ini menemukan bahwa pegawai akademik UKSW cenderung mengalami bias psikologis yang tinggi dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Bias excessive optimism ternyata mendominasi para pegawai akademik UKSW ketika akan mengambil keputusan membeli produk asuransi jiwa. Ada kemungkinan pegawai akademik UKSW tersebut merasa yakin produk asuransi jiwa yang dipilihnya akan memberikan keuntungan yang tinggi, dapat memberikan manfaat bagi keluarganya, dapat memberikan hasil yang lebih baik dimasa mendatang, dan premi dari produk asuransi jiwa yang dipilihnya dapat dibayar dengan lancar. Di urutan kedua yaitu illusion of control, hal ini dapat dilihat pada saat pegawai akademik UKSW akan mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa, mereka merasa yakin bahwa asuransi jiwa pilihannya adalah pilihan yang paling baik, asuransi jiwa pilihannya dapat memberikan proteksi yang lebih baik karena tidak asing lagi dengan produk asuransi jiwa dan mereka memutuskan sendiri ketika hendak membeli produk asuransi jiwa tanpa campur tangan dari orang lain. Sedangkan di urutan ketiga yaitu overconfidence atau kepercayaan diri yang berlebihan Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa menyebabkan pegawai akademik UKSW merasa percaya diri akan mendapat hasil (proteksi) yang optimal dari produk asuransi jiwa yang mereka beli. Urutan terakhir yaitu confirmation bias, hal ini mengindikasikan bahwa pegawai akademik UKSW tidak perlu mendengarkan pendapat dari orang yang bertentangan,
18
menggunakan informasi yang diberikan oleh orang yang sejalan dengan pemikiran mereka sebagai bahan pertimbangan, lebih memperhatikan pendapat orang yang sesuai dengan pendapat mereka, serta cenderung mengesampingkan informasi yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian ini mengambil sampel dari responden yang karakteristiknya tergolong homogen yaitu semuanya memiliki pendapatan yang tetap dan rata-rata berpendidikan yang tinggi, sehingga dapat diterapkan untuk kategori responden yang lebih beragam; kedua, kuesioner dalam penelitian ini mungkin mengandung unsur leading questions artinya kuesioner yang sifatnya mengarahkan jawaban responden, sehingga terdapat kemungkinan untuk menyusun kuesioner dalam bentuk terbuka agar dapat menangkap jawaban responden lebih luas lagi. Daftar Pustaka Ali, Z., 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta. Djojosoedarso, Soeisno, 1999. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Salemba Empat, Jakarta. Djumena, Erlangga, 2011. Kesalahan Ketika Membeli Asuransi. http://lipsus.kompas.com/asuransi/read/2011/10/20/11031859/Kesalahan.Ketika.Membeli .Asuransi. Diunduh 11 Oktober 2012 Fahmi, Irham, 2010. Manajemen Risiko : Teori, Kasus, dan Solusi, Alfabeta, Bandung. Fazriyati, Wardah, 2012. Ketagihan Proteksi Diri karena Melek Finansial. http://female.kompas.com/read/2012/06/04/11325474/Ketagihan.Proteksi.Diri.karena.Me lek.Finansial. Diunduh 21 Oktober 2012 Marbun, L. R., 2010. Aspek Bias Psikologis dalam Pengambilan Keputusan Hutang Studi pada Industri Tempe dan Kripik Tempe di Desa Karangtengah Prandon Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur, Skripsi Fakultas Ekonomika dam Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Nofsinger, J. R. 2005. The Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River. Nugroho, Y. A., 2011. Itβs Easy Olah Data dengan SPSS, Skripta Media Creative, Yogyakarta. Santoso, J. S., 2009. Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi Pengusaha Tekstil di Pekalongan Studi Kasus pada Usaha Tekstil Skala Kecil dan Menengah di Kompleks Pertokoan Pasar Banjarsari Pekalongan, Skripsi Fakultas Ekonomika dam Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
19
Shefrin, Hersh, 2007. Behavioral Corporate Finance: Decisions that Create Value, McGrwallHill/Irwin, New York. Supramono dan Nancy Putlia, 2004. Persepsi dan Aspek Psikologis dalam Pengambilan Keputusan Hutang Studi pada Home Industry Tempe di Salatiga, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14 Taroreh, H. G., 2011. Ilusion of Control Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Asuransi Jiwa pada Pegawai UKSW. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Undang-undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.
20