ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL KETIDAKBERDAYAAN PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG ANTASENA RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
ASEP HIDAYAT 1106129594
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL KETIDAKBERDAYAAN PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG ANTASENA RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
ASEP HIDAYAT 1106129594
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014 I
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Asep Hidayat
NPM
: 1106129594
Tanda Tangan : Tanggal
: 14 Juli 2014
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh: Nama
: Asep Hidayat
NPM
: 1106129594
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan pada Tn. H dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Dr. Novy Helena C.D, S.Kp., M.Sc .
Penguji
: Linggar Kumoro SKp
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 14 Juli 2014
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, Juli 2014
Asep Hidayat
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya imiah akhir ners ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2.
Dr Erie Dharma Irawan, SpKJ, selaku Pimpinan RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah menyediakan tempat untuk pembuatan karya ilmiah akhir ners ini
3.
Ibu Iceu Yulia Wardhani , Skp. M.Kep.,Sp.Kep.J , selaku ketua koordinator Program Profesi Keperawatan Peminatan Jiwa
4.
Ibu Dr.Novy Helena C.D.,S.Kp., M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5.
Ibu Linggar Kumoro SKp, selaku Kepala Ruangan Antasena RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
6.
Teman sejawat di Ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan karya ilmiah ini.
7.
Ibunda tercinta dan almarhum Ayahanda yang telah melimpahkan kasih sayang serta memberikan doa yang tak ada putusnya kepada penulis
8.
Istriku tercinta Sarohni dan kedua Jagoan hatiku Fahri Rafadian dan Fawaz Maulana yang telah memberikan cinta, doa, dan semangat dalam setiap langkah perjalanan hidupku.
9.
Teman-teman khususnya yang tergabung dalam peminatan jiwa yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaaat bagi kita semua.
Depok, Juli 2014
Penulis
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Asep Hidayat
NPM
: 1106129594
Program Studi
: Profesi Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan pada Tn. H dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juli 2014 Yang menyatakan
(Asep Hidayat)
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Asep Hidayat
Program Studi
: Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Judul
: Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan pada Tn. H dengan Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Masalah kesehatan perkotaan dapat di pengaruhi oleh gaya hidup, pola makan, serta adanya tuntutan hidup. Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular namun bisa mematikan bila individu tidak bisa mengatur tatanan dalam hidup, individu yang terindikasi penyakit Diabetes melitus menjadi sangat rentang terhadap komplikasi penyakit tersebut, masalah yang dapat ditimbulkan mengharuskan individu mampu mengatur prilaku dan pola kognitif menjadi lebih baik, masalah psikososial ketidakberdayaan merupakan masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan diabetes melitus tipe 2, individu yang menderita penyakit kronis ini memerlukan perawatan psikososial. Dengan komunikasi untuk meningkatkan harapan hidup serta berpikir positif. Karya ilmiah ini menganalisa asuhan keperawatan psikososial ketidakberdayaan pada Tn H dengan diagnosa medis diabetes melitus tipe 2.
Kata kunci: Diabetes Melitus tipe 2, ketidakberdayaan, berpikir positif.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Abstract Name Study Program Title
: Asep Hidayat : Ners Profession Program Faculty of Nursing Universitas Indonesia : Psychosocial nursing care powerlessness on Mr. H with a medical diagnosis type 2 diabetes mellitus at room Antasena RSMM Bogor
Urban health problems can be influenced by lifestyle, diet, as well as the demands of life. Diabetes Mellitus is a disease is not contagious but can be deadly if an individual can not set the order in life, individuals who indicated Diabetes mellitus become very vulnerable to the complications of the disease, a problem that can arise requiring the individual to regulate behavior and cognitive patterns for the better, psychosocial problems powerlessness is a health problem that can arise with type 2 diabetes mellitus, individuals who suffer from this chronic disease requires psychosocial treatment. With communications to improve life expectancy and positive thinking. This paper analyzes the psychosocial nursing care powerlessness on Mr. H with a medical diagnosis of type 2 diabetes mellitus.
Key words: Diabetes Mellitus type 2, powerlessness, positive thinking.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN ORISINALITAS ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN BEBAS FLAGIAT. ................................................................. iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vii ABSTRAK .................................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4 1.3 Tujuan ................................................................................................. 4 1.4 Manfaat ............................................................................................... 5 1.4.1 Manfaat Aplikatif ........................................................................ 5 1.4.2 Manfaat Keilmuan ..................................................................... 6 1.4.2 Manfaat Metodologi .................................................................... 6 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7 2.1 Diabetes Melitus ................................................................................. 7 2.2 Ketidakberdayaan ............................................................................. 12 2.2.1 Definisi .................................................................................. 12 2.2.2 Patofisiologi ketidakberdayaan .............................................. 13 2.2.3 faktor predisposisi .................................................................. 14 2.2.4 karakteristik ketidakberdayaan................................................ 16 2.2.5 tindakan keperawatan . ............................................................. 17 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ....................................... 24 3.1 Pengkajian ........................................................................................ 24 3.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 25 3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 25 3.3.1 Aktivitas Keperawatan. ............................................................... 25 3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................... 27 3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 28 3.6 Rencana Tindak Lanjut ..................................................................... 28 4.ANALISA SITUASI .............................................................................. 30 4.1 Profile Ruangan ................................................................................ 30 4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait................................................................... 31 4.3 Analisa Intervensi keperawatan ........................................................ 35
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ......................................................... 37 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 39 7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 39 7.2 Saran ................................................................................................. 40 DAFTAR REFERENSI
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lmapiran 4
Kasus Kelolaan Analisa Data Intervensi Keperawatan Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan masyarakat perkotaan di dunia saat ini dihadapkan dengan pesatnya perkembangan dan majunya teknologi dalam segala bidang khususnya masalah kesehatan, menurut WHO, (2010) dari 1.9 miliar individu pada tahun 2000 akan menjadi 3.9 miliar ditahun 2030 dari data persoalan kesehatan masyarakat urban, namun perkembangan masyarakat perkotaan sering dibarengi oleh kehidupan yang ingin serba cepat dengan maraknya pola kehidupan seperti itu membuat gaya hidup dimasyarakat perkotaan kian terasa beresiko dalam hubungan sosial dimasyarakat dan menurunnya kemapuan masyarakat dalam kesadaran bidang kesehatan (Leviton, 2000), kesadaran masyarakat yang menurun berakibat meningkatnya penderita penyakit tidak menular diantaranya penyakit diabetes melitus yang saat ini di dunia telah menjadi perhatian dunia, menurut WHO, (2012) sebanyak 70 % dari populasi penduduk di dunia akan meninggal karena penyakit tidak menular diantaranya diabetes melitus, dan pada tahun 2030 diprediksi mencapai angka 52 juta jiwa meninggal karena penyakit tersebut, peningkatan kematian didunia disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang prilaku gaya hidup sehat, serta pertumbuhan populasi dan peningkatan angka harapan hidup. Perkembangan masalah kesehatan perkotaan pada penderita diabetes melitus telah terjadi peningkatan dari tahun 2007 sebanyak 2.1 % sampai tahun 2013 (Riskedas 2013). Sedangkan menurut PERKENI, (2006) perkembangan penderita diabetes melitus pada tahun 2030 mencapai 194 juta penduduk di Indonesia menderita diabetes mellitus pada usia diatas 20 tahun, faktor lingkungan diperkirakan ikut berperan dalam peningkatan penderita diabetes mellitus itu sendiri disamping gaya hidup dan pola makan tidak sehat sebagai penyumbang peningkatan penderita diabetes melitus (Ani, 2003). Masyarakat perkotaan mempunyai peranan yang berbeda dalam struktur sosial, sehingga terjadi
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
kekurangan komunikasi secara sosial dimasyarakat khususnya masalah kesehatan yang berdampak kurangnya pengetahuan tentang informasi yang benar tentang penatalaksanaan dan pencegahan terhadap timbulnya penyakit yang berpotensi terhadap penurunan kualitas hidup masyarakat terhadap kesadaran menjaga kesehatan (Ompad, 2007). Urbanisasi masyarakat terjadi dengan sendirinya dikarenakan tuntutan hidup masyarakat yang mendambakan kelayakan kehidupan pada saat ini, namun perkembangan pesat masyarakat tersebut membuat komunitas yang bisa dianggap kaum terpinggir menurut Ooi
dan Phua (2007) menyebutkan telah terjadi
penurunan kualitas hidup individu secara berkelompok pada daerah perkotaan dan meningkatkan penurunan kesadaran individu terhadap gaya hidup sehat. Prilaku pola makan yang salah merupakan penyebab dari kenaikan berat badan (Obesitas) yang berakibat pada pola makan yang berlebihan yang biasa dijalani oleh penderita obesitas berpotensi meningkatkan kadar glukosa darah secara berlebihan menurut Smeltzer dan Bare, (2002). Kondisi tersebut terjadi pada komunitas yang tidak sadar terhadap gaya hidup sehat karena kondisi budaya dan tuntutan kehidupan dari individu itu sendiri, sebanyak 90 % penyebab diabetes adalah perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, dan tidak seimbang serta konsumsi tembakau, (DepKes, 2008). Diabetes melitus
merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia) yang diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya dan klasifikasi diabetes melitus menjadi 3 tipe yaitu DM tipe1, DM tipe 2 dan DM pada kehamilan (Gestasional). Penyebab penyakit diabetes mellitus diantaranya obesitas yang merupakan faktor risiko karena pola makan yang berlebihan yang biasa dijalani oleh penderita obesitas berpotensi meningkatkan kadar glukosa darah secara berlebihan . sedangkan kelompok etnis yang dimaksudkan adalah adanya kelompok etnis tertentu yang memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes mellitus, imungkinkan kerena
kelompok tertentu
memiliki gaya hidup, pola makan tertentu sesuai dengan latar belakang etnis dan budayanya (Smeltzer & Bare, 2002).
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Pemberian asuhan keperawatan bagi penderita diabetes didasarkan oleh ketepatan dalam penentuan prioritas tindakan keperawatan yang akan diberikan melalui penegakan diagnosa, beberapa diagnosa yang ditegakan dalam penyakit diabetes melitus
diantaranya
nutrisi
perubahan
kurang
dari
kebutuhan
tubuh,
ketidakberdayaan, serta kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan kebutuhan
pengobatan
menurut
Doengoes,
(2000).
Sedangkan
masalah
psikososial yang timbul karena penyakit kronis menurut WHO, (2009) antara lain peningkatan stres bagi individu yang akan menimbulkan kecemasan bagi penderita diabetes melitus. Dampak bagi penderita diabetes melitus menurut DepKes (2008) penyakit kardiovaskular, penyakit paru kronis/menahun, dan kanker. Prilaku gaya hidup yang tak sehat bagi individu merupakan faktor yang sangat menentukan bagi timbulnya
diabetes
melitus
tipe
2,
individu
selalu
berusaha
untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan individu dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, agar individu dapat membina hubungan interpersonal secara positif. Respon yang ditimbulkan akibat penyakit diabetes mellitus dalam faktor psikososial menurut Darmono (2005) adanya respon negatif terhadap diagnosis berupa penolakan atau tidak mengakui kenyataan, cemas, merasa tak berdaya, dan depresi. Respon psikososial yang negatif tersebut dapat menghambat penurunan glukosa darah yang akan berdampak pada prilaku ketidakmampuan dalam menentukan keputusan serta gaya hidup tak sehat, sehingga diperlukan penanganan secara psikoterapi bagi penderita diabetes mellitus. Penanganan dalam ketidakmampuan individu tersebut merupakan modal dasar dalam keberhasilan pengobatan bagi penderita diabetes melitus. Penderita diabetes mellitus di daerah bogor saat ini telah mencapai
2.1 %
menurut data yang ditampilkan Rikesdas, (2013). Prilaku yang kurang sehat ditimbulkan oleh gaya hidup yang tidak baik bagi masyarakat Bogor, peningkatan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
penderita diabetes melitus lebih tinggi dari penderita di Jawa Barat sebanyak 2 %, dan peningkatan angka obesitas pada usia produktif antara 45-54 tahun mencapai 43 % individu (Dinkes Kota Bogor, 2014). Perawatan bagi penderita diabetes melitus menurut Depkes RI, (2011) mencapai 2.6 %, sedangkan rawat inap 2.81 %. Rumah sakit Marzoeki Mahdi yang melakukan perawatan bagi penderita diabetes melitus khususnya di ruang antasena pada Januari 2014 sebanyak 17.6 % penderita menjalani perawatan karena penyakit riwayat penyakit diabetes melitus. Menurut Aujoulat., Deccache.Luminet, (2007) beberapa klien yang menderita penyakit kronis mengalami ketidakberdayaan terhadap harapan kesembuhan dan penanganan akan penyakit yang diderita sehingga menimbulkan keputusan yang tidak bisa dilakukan oleh penderita penyakit kronis. Kondisi kesehatan yang dialami dapat membuat penderita menjadi tidak fokus dan kurang mampu berpikir positif secara realistis. Masalah psikososial yang timbul dari respon individu terhadap penyakit yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah pengalaman tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil yang ingin dicapai (NANDA, 2012). Seseorang yang mengalami ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap kejadian dalam hidupnya dan merasa segala sesuatu tidak bermakna bagi dirinya. 1.2 Rumusan Masalah Penderita diabetes melitus dapat mengalami berbagai dampak meliputi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Secara fisik seorang penderita diabetes melitus dapat mengalami berbagai gejala penyakit yang akan menimbulkan kesakitan dan ketidaknyamanan. Kondisi ini akan mempengaruhi kondisi psikososial dan spiritual dimana penderita mengalami perasaan yang tidak nyaman, serta pikiranpikiran yang negatif yang akan menimbulkan perasaan tertekan akibat kondisi sakit ditambah dengan tuntutan yang diterimanya dari lingkungan terdekatnya.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien penderita Diabetes Melitus hendaknya bersifat holistik dengan memperhatikan setiap aspek yang ada pada diri individu. Asuhan keperawatan holistik bertujuan tidak hanya untuk mencapai kembali tingkat kesehatan yang optimal secara fisik saja tetapi juga untuk memberikan dukungan psikososial untuk mendukung proses penyembuhan. Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan pada Tn. H dengan diagnosa medis Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ”. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum: Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan analisa tentang asuhan keperawatan Ketidakberdayaan pada pasien Diabetes Melitus. 1.3.2 Tujuan khusus: Tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah: a. Mengidentifikasi masalah fisik dan psikososial yang dapat terjadi pada klien dengan Diabetes Melitus. b. Menganalisis tentang pelaksanaan asuhan keperawatan fisik dan psikososial yang dapat dilakukan pada penderita Diabetes Melitus. c. Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Tn. H dengan sumber-sumber rujukan dan teori-teori terkait. 1.4 Manfaat Penulisan Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik secara ilmu, aplikatif, dan metodologi. 1.4.1 Manfaat Ilmu Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan gambaran asuhan keperawatan Ketidakberdayaan pada klien yang mengalami Diabetes Melitus.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
1.4.2 Manfaat Aplikatif Penulisan karya ilmiah ini kiranya dapat memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Diabetes Melitus dengan pendekatan fisik dan psikososial. Hal ini diharapkan dapat membantu perawat di ruang perawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diwujudkan dengan meningkatnya kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan. 1.4.3 Manfaat Metodologi Penulisan karya ilmiah ini kiranya dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait penerapan asuhan keperawatan psikososial pada pasien yang menderita Diabetes Melitus sehingga dikemudian hari dapat dijadikan sebagai sumber rujukan ilmiah bagi penulisan karya ilmiah berikutnya.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori dan penelitian terkait Diabetes Melitus. Yang berhubungan dengan masalah psikososial akibat dari penyakit fisik diantaranya ansietas dan ketidakberdayaan. 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Defenisi Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah, yang menyebabkan tubuh bereaksi terhadap insulin sebagai hormon yang diproduksi pankreas dapat menurun, yang menyebabkan hiperglikemi (Brunner & Suddarths, 2002) 2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus 2.1.2.1 Diabetes Melitus tipe 1 Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imonologi dan mungkin lingkungan (mis: virus) diperkirakan menimbulkan destruksi sel beta. a. Faktor Genetik Penderita diabetes melitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecendrungan genetik ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA ( Human Leucosyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. b. Faktor imunologi Respon autoimun merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Auto antibody terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosa dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes melitus tipe 1. c. Faktor Lingkungan Virus dan toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. 2.1.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes mellitus tipe 2 merupakan terjadinya resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut; terjadi suatu rangkaian reaksi dalam dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk
mengatasi
resistensi
insulin
dan
mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari empat tife sel dalam pulau-pulau langerhans pangkreas. Insulin merupakan hormon anabolik atau hormon untuk menyimpan kalori (storage hormon). Apabila seseorang makan makanan, sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa kedalam sel-sel otak, hati serta lemak. Dalam sel-sel tersebut, insulin menimbulkan efek berikut ini : a. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (glukagon) b. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adipose c. Mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal dari protein makan) kedalam sel
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Insulin juga menghambat pemecahan glukosa, protein dan lemak yang disimpan. Selama masa “puasa” ( antara jam-jam makan dan saat tidur malam), pankreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah kecil insulin bersama dengan hormon pangkreas lain yang disebut glukagon (hormon ini disekresi oleh sel pangkreas/pulau langerhans). Insulin serta glukagon bersama-sama mempertahankan kadar glukosa serta bersama-sama
mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam
darah dengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya hati
menghasilkan
glukosa
melalui
pemecahan
glikogen
(glikogenolisis), setelah 8-12 jam tanpa makanan, hati membentuk glukosa dan pemecahan zat-zat selain karbohidrat yang mencakup asam–asam amino (glukoneogenesis) 2.1.3 Proses keperawatan pada penderita Diabetes Melitus Pemberian asuhan keperawatan kepada penderita diabetes melitus terdiri: 2.1.3.1 Pengkajian Pengkajian meliputi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik difokuskan pada tanda dan gejala hiperglikemia dan pada faktor fisik, emosional, serta sosial yang dapat mempengaruhi pasien untuk mempelajari dan melaksanakan berbagai aktifitas perwatan secara mandiri. Pengkajian meliputi tanda poliuria, polidipsi, dan polifagia. Brunner dan Suddarts, (2002) penderita dikaji adakah gangguan sensori dan penurunan turgor kulit,
perawat
juga
memperhatikan
dukungan
keluarga
serta
keterbatasan sumber financial bagi kelanjutan pengobatan. Status emosional bisa diamati dengan mengamati pada saat melakukan anamnesa seperti prilaku yang menunjukan ansietas dan kekhawatiran penderita terhadap pengobatan yang dijalani dengan memperhatikan persoalan yang tengah dihadapi dan tindakan yang telah dilakukan. 2.1.3.2 Diagnosa Keperawatan Penentuan diagnosa secara fisik meliputi menurut ( Brunner & Suddarts, 2002) antara lain : resiko defisit cairan, gangguan nutrisi,
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
kurang pengetahuan tentang informasi, dan potensial ketidakmampuan melakukan perawatan mandiri. Penentuan diagnosa secara psikososial meliputi ansietas, sedangkan menurut (Lukbin & Larsen, 2006). Kurangnya pengetahuan dan keterampilan terhadap faktor fisiologis penyakit berdampak juga pada pemberian edukasi di rumah sakit dimana klien dan keluarga tidak memiliki kesempatan memperoleh edukasi tentang diagnosa dan regimen terapi yang akurat. Hal ini akan menyebabkan perasaan tidak berdaya/ ketidakbedayaan 2.1.3.3 Intervensi Keperawatan Mempertahankan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
dengan
pemantauan tanda tanda vital ada tidaknya tanda dehidrasi, takikardia, hipotensi. Dalam memperbaiki asupan nutrisi dengan mempersiapkan penderita agar bisa menjalankan program pemberian diet bagi pengontrolan glukosa darah dengan memperhatikan asupan hariannya. Brunner dan Suddarts (2002) dengan
pemberian
intervensi pada kurang pengetahuan
pendidikan
kesehatan
secara
terarah
guna
memberikan informasi yang dapat dimengerti oleh penderita dan bisa dilaksanakan di kemudian hari, pemberian penyuluhan dalam mempersiapkan perawatan klien secara mandiri memerlukan peran serta keluarga sehingga tujuan dari pencapaian keperawatan bisa di lakukan klien selama dalam perawatan dirumah, seperti pemberian terapi oral secara benar dan bagi yang menggunakan terapi insulin klien bisa memutuskan tempat yang akan dilakukan dalam pemberian terapi tersebut 2.1.3.4 Implementasi Keperawatan Pemberian asuhan keperawatan selama dalam perawatan diruangan diharapkan adanya peran serta keluarga dan klien sehingga pemberian asuhan bisa dilakukan secara terpadu dan mengurangi kecemasan serta ketidakberdayaan klien dalam menjalankan perawatan secara mandiri.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
2.1.3.5 Evaluasi Keperawatan Klien dan keluarga mampu melakukan tindakan pemberian terapi oral secara benar dan mampu melaksanakan perawatan mandiri dalam menentukan pilihan diet nutrisi yang harus dijalankan, pemberian terapi injeksi pada lokasi yang ditentukan serta mamahami perjalanan penyakit diabetes melitus 2.1.4 Diabetes Melitus dan Faktor Psikososial Penatalaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap klien Diabetes mellitus meliputi masalah psikosoial yang ada pada klien diantaranya klien mengalami ketidakberdayaan dalam menghadapi perawatan yang harus dilakukan klien, menurut Kanine.dkk (2011) 44.08 % klien dengan Diabetes mellitus mengalami
mengalami masalah
ketidakberdayaan, yang merupakan faktor dalam ketidakmampuan klien dalam melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri (Brunner & Suddarths, 2002 ). Sedangkan SIGN (2010) dalam managemen pada penderita diabetes menyebutkan beberapa faktor yang akan menimbulkan dampak psikososial bagi penderita diabetes melitus diantaranya : ansietas, masalah prilaku, depresi,
namun menurut Smeltzer dan Bare ( 2002)
mengungkapkan hal yang sama bahwa ansietas merupakan masalah yang muncul pada klien dengan diabetes melitus yang berhubungan dengan perasaan takut terhadap ketidakmampuan mengatasi penyakit diabetes, informasi yang salah tentang penyakit diabetes dan ketakutan terhadap komplikasi penyakit diabetes, serta menentukan langkah yang akan dilakukan bagi penderita diabetes yang dipengaruhi oleh kondisi penyakitnya. Ketika individu mengalami perubahan kondisi sakit fisik, maka akan banyak terjadi perubahan fungsi dan munculnya masalah psikososial. Klien dengan penyakit fisik mempunyai sumber stresor utama yang berdampak pada aspek bio-psiko-sosio-sosial dan spiritual. Perubahan kondisi dari sehat ke sakit biasanya berawal dengan gejala yang umumnya disertai rasa tidak nyaman, dan penurunan stamina, serta penurunan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
kemampuan untuk melakukan fungsinya sebagai individu yang mampu mempunyai harapan hidup serta berpikir secara positif tentang tujuan dari pencapaian
keberhasilan
dalam
pemulihan
kondisi
penyakitnya.
Pencapaian tujuan hidup, keharmosin keluarga, pekerjaan yang layak dan penghasilan yang sesuai sehingga bisa berpengaruh terhadap gaya hidup secara terstruktur dan memberikan tujuan dalam pencapaiannya menurut Brunner dan Suddarth (2002). 2.2 Ketidakberdayaan 2.2.1 Pengertian Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapat hasil (Varcarolis, 2000), tuntutan dari setiap individu terjadi bila ada kebutuhan yang melibatkan individu itu sendiri, bila setiap keputusan tak bisa dilakukan oleh individu maka telah terjadi masalah yang berimbas pada kemampuan individu dalam menentukan kondisi yang di rasakan (Fortinash, 2003). Menurut Townsend (2009) ketidakberdayaan dimana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekpsresikan oleh individu baik verbal maupun non verbal. Dapat disimpulkan bahwa kondisi depresi tersebut merupakan salah satu masalah yang berakibat pada kondisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan tidak seperti keputusasaan, ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Keputusasaan menyiratkan seseorang percaya bahwa tidak ada solusi terhadap masalahnya. Namun konsep dasar dari masalah ketidakberdayaan belum bisa dijelaskan baik
dari
definisi,
etiologi,
maupun
patofisiologinya
karena
ketidakberdayaan merupakan manifestasi yang timbul dari masalah yang berasal dari individu yang mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, salah satu gangguan alam perasaan, secara umum yang akan mengakibatkan distres, atau kerusakan sosial, atau berbagai area penting dalam kehidupan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
manusia termasuk aspek kognitif
yang menyebabkan kurangnya
konsentrasi, ketidakmampuan mengambil keputusan dan kesulitan untuk mengingat, perasaan tidak berharga dan ketidakmampuan memperoleh kekuatan untuk mengendalikan situasi, pada saat individu mengalami suatu kondisi sakit maka terdapat kemampuan individu untuk bertahan terhadap
penyakit
ketika
mengalami
stress,
atau
menggunakan
kemampuan penyelesaian masalah dan menyakini bahwa individu dapat melakukan koping terhadap situasi yang tidak menguntungkan atau situasi baru (Videbeck, 2008) , namun kondisi yang tidak mendukung memberikan pemahaman yang berbeda pada individu yang tidak bisa menyelesaikan masalah stres yang akan berakibat terhadap kemampuan dalam mengatasi masalah yang harusnya bisa teratasi dengan benar. 2.2.2 Patofisiologi Ketidakberdayaan Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun
jika
dianalisa dari proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada
struktur otak, terdapat
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
ketidakseimbangan
neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Stuart & Laraia, 2005). 2.2.3 Faktor predisposisi Menurut Struart dan Laraia (2005) faktor predisposisi merupakan faktor yang beresiko yang menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik secara biologis, psikososial dan sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut antara lain : a. Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi proses kehilangan. b. Teori
kehilangan,
berhubungan
dengan
faktor
perkembangan.
Seseorang yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi perasaan kehilangan, pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya dan
akan sulit
mencapai fase menerima. c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak ada harapan. Menurut Norris (2002) peran pengetahuan dapat mengubah sikap penderita diebetes menjadi lebih baik. d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan
individu
akan
ketidakmampuannya
mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif. Menurut Funnel, Anderson, (2005) mengatakan keberhasilan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
perubahan sikap dari penderita merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang mandiri Karakteristik gejala dan tanda dari ketidakberdayaan menurut Wilkinson (2005) antara lain. mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi, mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu, mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya, mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan
peran,
mengatakan
ketidakmampuan
perawatan
diri,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan, enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya, ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah, gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan. lingkungan perawatan kesehatan yang masih dianggap kurang terapeutik, program yang terkait dengan penyakit misalnya pengobatan jangka panjang, penyakit kronik yang berulang kambuh, interaksi interpersonal yang tidak adekuat atau terganggu, gaya hidup ketidakberdayaan yang pernah dipelajari karena seringnya individu mengalami kegagalan atau harapan peran yang tidak terpenuhi, penyakit kronis atau terminal, ketidakseimbangan metabolisme. 2.2.4 Karakteristik Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan merupakan respon individu terhadap penilaian stressor dan bagaimana menyelesaikan stressor tersebut. Individu yang dihadapkan pada suatu kondisi yang dianggap stressor maka akan bereaksi terhadap stressor tersebut , namun bila tidak bisa mengatas stressor tersebut dapat mengakibatkan masalah ketidakberdayaan. Menurut National Association Nursing Diagnoses of American (NANDA, 2012), adanya karakteristik dari ketidakberdayaan antara lain ketidakberdayaan ringan, sedang dan berat . Karakteristik ketidakberdayaan ringan antara lain mengekspresi ketidakpastian tentang kemampuan dalam mengatasi tingkat energi.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan pemenuhan perawatan diri ketika dibutuhkan, tidak memantau kemajuan, ekpresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas sebelumnya, ekspresi keraguan bahkan berakibat menjadi marah. Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi terhadap kondisi buruk secara fisik, menyatakan tidak memiliki kendali misalnya terhadap perawatan diri, situasi dan hasil. Menurut Winasis (2009) dalam konsep diri penderita diabetes menyebutkan adanya perubahan sikap sering ditunjukan pada penderita diabetes melitus dengan prilaku mudah marah, kurang mampu melakukan kemandirian, merasa sedih, dan putus harapan karena tak bisa melakukan aktifitas secara normal lagi di lingkungan masyarakat. 2.2.5 Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan untuk klien ketidakberdayaan sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan magister keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan. Tindakan keperawatan yang pertama untuk klien dengan ketidakberdayaan dengan latihan berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Menurut Kanine, (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh terapi generalis dan logoterapi terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus menyimpulkan bahwa pada kelompok intervensi diketahui terjadi penurunan skor respon ketidakberdayaan setelah diberikan terapi generalis dan logoterapi individu sebesar 14,80. Hasil ini diketahui setelah dilakukan terapi generalis dan logoterapi individu sebelum diberikan intervensi skor sebesar 44.08, sedangkan setelah dilakukan intervensi sebesar 22,28. Penelitian ini menunjukan adanya penurunan skor yang signifikan pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi generalis dan logoterapi individu berdampak pada penurunan kondisi ketidakberdayaan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
yang cukup tinggi dibandingkan dengan pemberian terapi generalis pada kelompok kontrol. Hal ini menegaskan bahwa pemberian terapi generalis dipadu dengan logoterapi individu pada kelompok intervensi memiliki hasil perbedaan skor yang signifikan pada kedua kelompok. Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaannya.
Dalam
melakukan
pendekatan
perawat
menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana dalam mempelajari klien dan mengatasi masalah indivdu terhadap harapan dan tujuan dalam mengatasi masalah dalam menghadapi kondisinya (Potter & Perry, 2005). Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat memegang peranan penting dalam mengatasi masalah pasien. Komunikasi terapeutik merupakan bagian dari proses keperawatan. Menurut Rosenthal, (2006) penderita penyakit kronis memerlukan komunikasi yang terapeutik dalam memandirikan kondisi klien dengan komunikasi yang terarah memberikan dukungan terhadap kondisi kesehatan individu sehingga individu mempunyai perasaan yang nyaman dan aman dalam menjalani perawatan selama di rumah sakit, dalam intervensi keperawatan psikososial pada penderita dengan ketidakberdayaan perawat memberikan keleluasaan kepada penderita dalam mengekspresikan emosi secara benar dengan memperhatikan pola pikir secara positif sehingga penderita mampu mengambil keputusan dalam perawatan secara mandiri. Menerapkan tujuan jangka panjang bagi klien yang mengalami ketidakberdayaan dengan
menunjukan rasa kendali pribadi atas situasi kehidupan yang
ditunjukan dengan menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan, serta menata lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, dengan cara minta klien mengidentifikasi masalah dengan diskusi mencari sumber frustasi, ansietas, konflik, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, (Copel, 2007).
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Langkah pertama identifikasi masalah penyebab perasaan negatif, bantu klien membuat tujuan sederhana yang realistis agar sukses, serta tetapkan waktu dalam implementasi tujuan sesuai tujuan struktur yang sesuai Lalu menetapkan tujuan lanjutan agar klien dapat membedakan situasi yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol atau menerima situasi yang tidak dapat diubah, dengan cara bantu klien mengidentfikasi masalah dan diskusikan dengan tujuan dan kebutuhan yang belum terpenuhi identifikasi strategi yang mungkin dimodifikasi, bantu klien identifikasi situasi yang tidak dapat diubah agar terhindar dari masalah frustasi. Sedangkan tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI-RSMM, 2012). Antara lain dengan : a. Membina hubungan saling percaya b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya. c. Memodifikasi pola kognitif yang negatif d. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya sendiri. e. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis. 2.3 Ansietas 2.3.1 Defenisi Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai
suatu respons ( sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Ansietas memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia, (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
seseorang, menurut Khuwaja et al, (2010) 58
% menyatakan individu
mengalami kecemasan terhadap penyakitnya dan tak tahu harus berbuat apa. Ditambahkan Roupa Ζ.et al, (2009) dalam jurnal tentang ansietas dan depresi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 menemukan mengalami masalah ansietas 53.2 % 2.3.2 Tingkatan Ansietas Stuart dan Sundeen (1998) dalam Stuart dan Laraia (2005) membagi ansietas menjadi 4 tingkat yaitu: a. Ansietas ringan Ansietas ringan ini berhubungan dengan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, menyebabkan sesorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, ansietas pada tingkat ini dapat meningkatlkan
motivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. b. Ansietas sedang Ansietas pada tahap ini memungkinkan untuk memusatkan pada hal yang dirasakan penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga perhatian hanya pada hal yang selektif namun dapat melakukan sesuatu dengan terarah, reaksi awal klien yang terdiagnosis diabetes mengalami konsep diri yang rendah, pengontrolan gerakan yang tidak sesuai serta serta peningkatan nadi dan pernapasan yang cepat. c. Ansietas berat Pada tahap ini seseorang mengalami pengurangan lahan persepsi sehingga cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan pesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan.
individu
tersebut
memerlukan
banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.29 % mengalami kecemasan yang berat menurut Wandell P.E (2005) terhadap kualitas hidup penderita diabetes tipe 2
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
d. Tingkat panik Pada tahap ini seseorang mengalami ketakutan dan teror, individu menjadi kehilangan kendali
dan tidak mampu melakukan sesuatu
waluapun dengan pengarahan. Panik menimbulkan disorganisasi kepribadian. Ketika panik
terjadi peningkatan aktivitas motorik,
individu mengalami penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. 2.3.3 Penyebab Ansietas Beberapa faktor yang berhubungan dengan ansietas (2012) adalah
Perubahan dalam
menurut NANDA,
status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, pemajanan toksin, masalah
terkait
dengan
keluarga,
herediter,
infeksi/
kontaminan
interpersonal, penularan penyakit interpersonal, krisis maturasi, krisis situasional, stres dan penyalahgunaan. 2.3.4 Sumber koping Menurut Stuart dan Laraia, (2005) individu dapat menilai serta mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. sumber koping
yang bisa digunakan sebagai pendukung dalam segi ekonomi,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, serta budaya yang dapat membantu seseorang
keyakinan
mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stres dan belajar mengadopsi strategi koping yang berhasil/efektif. 2.3.5 Mekanisme Koping Respon individu ketika mengalami ansietas terjadi bervariasi sesuai dengan mekanisme koping yang digunakan dalam menghadapi stres ataupun ansietas
yang
sedang
dihadapinya.(Stuart
dan
Laraia,
mengkatagorikan mekanisme koping dalam 2 katagori yaitu: a. Reaksi yang berorientasi pada tugas ( Task Oriented Reactions).
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
2005)
Reaksi yang berorientasi tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk
memenuhi kebutuhan secara realistik tuntutan
situasi stres. yang termasuk mekanisme jenis ini adalah perilaku menyerang, menarik diri atau kompromi. b. Reaksi yang berorientasi pada ego/mekanisme pertahanan ego ( Ego oriented reactions) Mekanisme pertahanan ego digunakan untuk mengatasi ansietas ringan dan sedang, namun pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi distorsi atau penyimpangan realitas dan merupakan respon maladaptif terhadap stres misalnya supresi, disosiasi, proyeksi dan lainnya. 2.3.6 Intervensi Keperawatan Prinsip penanganan gangguan kecemasan adalah menurunkan kecemasan, memperbaiki cara berfikir dan mempelajari perilaku baru. Dari kedua referensi disimpulkan bahwa tujuan intervensi pada ansietas adalah menurunkan tingkat ansietas serta melatih klien untuk mempelajari cara penyelesaian masalah baru yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya saat ini dan yang akan datang. (Stuart dan Laraia, 2005) Tujuan intervensi keperawatan pada klien ansietas sedang dalam Stuart dan Laraia, ( 2005)
Klien dapat
kecemasan yang dirasakan, sebelumnya yang respon
koping
mengidentifikasi
dan
menggambarkan
klien dapat mengidentifikasi kejadian
menyebabkan ansietas, adaptif
dan
klien dapat menggambarkan
maladaptif
mengimplementasikan atau mempraktekkan
dan
klien
dapat
dua respon adaptif
untuk
mengatasi ansietas. Intervensi keperawatan pada klien dengan ansietas antara lain: a. Bantu klien mengidentifikasi penyebab atau peristiwa sebelumnya yang menyebabkan ansietas, menghubungkan tanda tanda/kebiasaan yang dilakukan
klien
ketika
mengalami
ansietas,
pengamatan/kesimpulan atau asumsi dengan klien.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
validasi
hasil
b. Bantu klien mengenal situasi dan interaksi yang dapat menimbulkan ansietas, bantu klien mengulang penilaian terhadap stresor yang dapat mengancam dan cara mengatasinya. Bantu klien menghubungkan pengalaman dan cara mengatasi masalahnya yang relevan di masa lalu. c. Bantu klien mengeksplorasi pengalaman mengatasi/menurunkan ansietas dan hasilnya, bantu klien untuk membuang cara maladaptif dan destruktif dalam mengatasi ansietas, dorong klien untuk menggunakan
respon
koping adaptif yang efektif di masa lalu. d. Bantu klien mengidentifikasi cara menata kembali pikiran, melakukan modifikasi perilaku atau kebiasaan, menggunakan sumber yang tersedia dan mencoba respon koping yang baru, dorong klien untuk melakukan aktifitas untuk menyalurkan energi, dukung klien untuk menggunakan sumber dukungan dan suport sosial dalam membantu klien mempelajari respon koping yang baru serta ajarkan klien latihan relaksasi untuk meningkatkan kontrol, kepercayaan dan mengurangi stres. Cara menurunkan kecemasan (reduced anxiety) menurut Stuart dan Laraia (2005) diantaranya adalah relaxation training. Relaxation training ini bertujuan untuk menurunkan ketegangan dan ansietas, dapat digunakan sendiri maupun digabung. Prinsip dari pelaksanaan training relaksasi ini adalah mengatur pernapasan, menurunkan ketegangan otot dan perubahan kesadaran. pada tehnik pelaksanaanya, klien dianjurkan duduk dalam posisi yang nyaman, music yang pelan bisa dihadirkan untuk menciptakan suasana yang rilek, lalu klien dianjurkan untuk nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan lahan. Untuk memperoleh efek rileks kegiatan dilakukan dengan mengangkat kedua tangan pada saat menarik nafas dalam dan menurunkan kedua tangan kearah kaki pada saat menghembuskan nafas secara perlahan lahan.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Dalam bab ini menyajikan hasil pengkajian fisik dan psikososial serta masalah keperawatan. Penyajian dalam bentuk deskriptif dan menggambarkan bagaimana pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan yang diberikan terhadap klien.
3.1 Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 03 - 06 Juni 2014. Klien adalah Tn. H yang berusia 44 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan keluhan mengeluh sakit pada ulu hati dan sesak, terasa mual, muntah tidak ada, pusing, dan mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak satu tahun yang lalu. Keluhan utama klien saat ini adalah mual dan sesak. Klien mengatakan sesak bila beraktifitas, selama perawatan klien terlihat sering termenung dan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien sendiri bekerja sebagai tenaga pengajar didaerah kota Bogor, klien telah menikah dan dikaruniai tiga orang putra tercinta, klien tinggal didaerah yang tak begitu padat namun klien dalam kesehariannya gemar melakukan aktifitas sosial, setelah klien terdiagnosa mengidap penyakit diabetes mellitus sekitar 2 tahun yang lalu klien mulai membatasi aktifitasnya karena merasa tak berdaya dengan kondisi penyakitnya, klien rajin kontrol ke Poli diabetes namun hanya untuk mengambil jatah obat bulanan saja, sejak dua minggu sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak napas bila bergerak. Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupannya adalah istri dan anakanaknya. Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai ukurannya. Saat berbicara klien tampak tenang, terkadang tampak termenung dan sedih saat menceritakan masa lalunya yang menurut klien sangat menyedihkan dan sempat membuat klien depresi ketika mengetahui mengidap penyakitnya, klien tak mengerti mengapa menderita penyakit diabetes melitus kenapa bukan orang lain saja, klien merasa selama ini tak pernah mengontrol pola
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
makannya, klien mengatakan tidak tahu harapan kedepan dalam kehidupannya ini khususnya terhadap pemulihan penyakitnya ini dan masa depan anakanaknya terhadap kondisi penyakitnya yang kronis, klien merasa tak mampu menentukan pilihan bila ditanya daerah mana yang akan dilakukan penyuntikan, klien merasa apapun yang akan dilakukan tak akan mengubah klien sebagai sebagai penderita diabetes melitus. Klien tidak mengalami ganguan memori, namun kadang bila dalam pembicaraan klien sulit untuk berkonsentrasi dan kadang terlihat gelisah Klien dapat menceritakan kejadian masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi. 3.2 Diagnosa Keperawatan Dari hasil pengkajian diatas mahasiswa merumuskan masalah keperawatan psikososial yang dialami klien Tn. H antara lain sebagai berikut : - Ketidakberdayaan 3.3 Intervensi Keperawatan Masalah keperawatan psikososial mahasiswa melakukan beberapa intervensi. Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu ketidakberdayaan. Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa yang berdasarkan pedoman standar asuhan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan yaitu melakukan pengkajian ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif, serta evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI, RSMM, 2012). Antara lain : 3.3.1 Aktifitas Keperawatan a. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respons emosional dan menerima pasien apa adanya. b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri ( mis; rasa marah, frustasi dan simpati ) c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif, beri waktu klien untuk berespons
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
d. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi e. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi areaarea situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol. f. Bantu
klien untuk mengidentifikasi
faktor-faktor
yang dapat
berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya g. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan h. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subtitusi i. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif j. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien k. Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. l. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya. m. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi. n. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya. o. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan. p. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk mempertahankan penampilan/kegiatan tersebut. q. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan , berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu. r. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan – kekuatan diri yang dapat di identifikasi oleh klien.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
s. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untuk partisipasi dan pencapaiannya. t. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan tidakberdaya. u. Dorong kemandirian , tetapi bantu klien jika tidak dapat melakukan. v. Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada klien w. Adakan suatu konfrensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan perawatan rutin klien. 3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari. Pada tahap awal interaksi mahasiswa melakukan pendekatan terapeutik dengan membina hubungan saling percaya melalui komunikasi terapeutik. Implementasi dilanjutkan dengan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya, mengenal penyebab ketidakberdayaannya, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidakberdayaanya, mengidentifikasi pemikiran yang negatif dan membantu klien menghilangkan persepsi negatif dengan meningkatkan pemikiran yang positif. Implementasi hari kedua mahasiswa melakukan latihan mengembangkan harapan positif (afirmasi positif), untuk memberikan penegasan bahwa klien bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan bangkit dari kondisinya saat ini. Implementasi selanjutnya mahasiswa melakukan evaluasi ketidakberdayaan, menjelaskan manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan (membantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Memberikan dukungan kekuatankekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien), misalnya klien masih mampu menjalankan pekerjaan sebagai tenaga pengajar walaupun dalam
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
keadaan sakit, klien mampu memegang peranan sebagai kepala keluarga dan menghasilkan nilai financial yang bisa digunakan oleh keluarganya. Mahasiswa juga melibatkan keluarga khususnya istri dan anak pertama klien dengan menjelaskan kondisi klien, kondisi penyakit, dan bagaimana mengontrol ketidakberdayaan klien dengan memberikan dukungan penuh untuk klien dalam menjalani perawatan setelah selesai dirawat 3.4 Evaluasi Keperawatan Tindakan keperawatan pada interaksi hari ke empat evaluasi klien mengatakan dirinya mempunyai harapan baru dalam kehidupannya. Menurut klien dirinya akan mencoba menjalani hidup ini dengan semangat, klien ingin mengisinya dengan kembali menjalankan peran sebagai bapak
dari tiga
anaknya, menjalankan peran sebagai tenaga pengajar dan melanjutkan cita cita keluarga yang harmonis dan dinamis. Mahasiswa melatih ulang klien untuk mengontrol perasaaan ketidakberdayaannya dengan menanamkan pemikiran yang positif serta mahasiswa melakukan komunikasi dengan keluarga, akhirnya keluarga mengerti dan memahami kondisi klien sampai akhirnya klien
pulang dengan tersenyum dan menunjukkan perasaan
senangnya.
3.5 Rencana Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut untuk klien dengan mempertahankan cara berpikir positif dan mengembangkan harapan positif yang sudah dilatih. Selain itu perlu ditingkatkan lagi bagaimana manajemen stres terhadap suatu masalah agar ketika muncul stressor individu akan menggunakan koping yang adaptif untuk mengambil keputusan dan tidak terjebak kembali dalam situasi ketidakberdayaannya. Rencana tindak lanjut untuk keluarga adalah mempertahankan support sistem bagi klien karena keluarga adalah orang terdekat yang setiap saat berada bersama pasien di rumah. Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
psikis agar klien dapat mampu bangkit dari kondisi ketidakberdayaannya. Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan khususnya
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
psikososial
ketidakberdayaan yang didukung dengan adanya instrumen pengkajian psikososial yang lebih lengkap dan menyeluruh sehingga masalah yang dihasilkan lebih luas dan dapat menggambarkan masalah keperawatan klien secara utuh dan komprehensif.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISA SITUASI Bab ini
akan membahas ruang praktek, berdasarkan analisa hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan teori, jurnal, serta penelitian sebelumnya yang terkait dengan karya ilmiah ini. Hal yang akan dipaparkan meliputi hasil asuhan keperawatan, intervensi keperawatan utama serta serta alternatif pemecahan masalah keperawatan yang dilakukan pada klien Tn H di ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. 4.1 Profil Ruangan Ruang yang digunakan oleh mahasiswa profesi FIK UI sebagai lahan praktik mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners Peminatan Jiwa adalah ruangan Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Ruangan ini merupakan ruang rawat inap pasien fisik dengan kekhususan pada pasien denga penyakit dalam dan bedah, dengan perawatan kelas 2 dan 3. Ruang Antasena dipimpin oleh satu orang Kepala Ruangan (Karu) dan dibantu dengan adanya dua orang Ketua Tim (Katim) serta terdapat 24 perawat pelaksana, Ruangan Antasena berusaha untuk mencapai misi rumah sakit untuk memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif. Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor terletak di pusat kota Bogor. Bogor sebagai kota yang berkembang memiliki masyarakat yang mempunyai tingkat mobilitas yang lumayan tinggi seperti perkotaan, masyarakat kota Bogor mempunyai pekerjaan secara heterogen dan menguasai dalam beberapa bidang yang ada didaerah perkotaan besar khususnya daerah ibukota Jakarta. Masala yang dihadapi dalam perkotaan kaena mobilitas yang tinggi beresiko terhadap gaya hidup kuran sehat bagi masyarakat kota bogor. Beberapa masalah tersebut merupakan batasan dalam keperawatan psikososial dan memerlukan penanganan keperawatan perkotaan yang terarah, khususnya didaerah kota Bogor. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan psikososial bagi pasien yang sedang dirawat khususnya di ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait Perkembangan masyarakat perkotaan khususnya mengenai peningkatan urbanisasi berdampak pada tuntutan hidup di masyarakat yang mendambakan kelayakan kehidupan pada saat ini, yang menyebabkan terbentuknya kelas dalam masyarakat secara sendirinya seperti terbentuknya komunitas terpinggirkan seperti yang diutarakan oleh Ooi dan Phua, (2007) menyebutkan telah terjadi penurunan kualitas hidup individu secara berkelompok pada daerah perkotaan dan meningkatkan penurunan kesadaran individu terhadap gaya hidup sehat. Prilaku pola makan yang salah merupakan penyebab dari kenaikan berat badan (Obesitas) yang berakibat pada pola makan yang berlebihan yang biasa dijalani oleh penderita obesitas berpotensi meningkatkan kadar glukosa darah secara berlebihan yang tidak dirasakan oleh individu. (Smeltzer & Bare ,2002). Perubahan gaya hidup yang tidak sehat tersebut terjadi pada komunitas yang tidak sadar karena tuntutan dan kondisi kehidupan dari individu itu sendiri, sebanyak 90 % penyebab diabetes adalah perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, dan tidak seimbang serta konsumsi tembakau (DepKes, 2008). Respon yang ditimbulkan akibat penyakit diabetes mellitus dalam masalah psikososial bisa berdampak pada penerimaan diri yang negatif sehingga terjadi penolakan terhadap status penyakitnya yang akan berakibat pada ketidakmampuan individu dalam menata harapan hidupnya dengan dukungan terhadap kesehatannya sendiri serta berpikir secara positif tentang kondisi penyakitnya, Darmono (2005) Berdasarakan hasil pengkajian mahasiswa selama melakukan praktek di Ruang Antasena terkaji beberapa masalah psikososial yang ditemukan pada masalah kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare, (2002) yang mengatakan bahwa pengalaman terhadap suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stres, termasuk frustasi, ansietas, kemarahan, penyangkalan rasa malu, berduka dan ketidakpastian. Ditambahkan menurut Khuwaja et al, (2010) terdata 58
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
% menyatakan
individu mengalami stres terhadap penyakitnya dan berakibat pada ketidakmampuan individu terhadap pemilihan pelayanan yang harus dia pilih. Efek hospitalisasi selama dalam perawatan di rumah sakit menyebabkan reaksi stres karena perubahan lingkungan yang tidak biasa, sehingga kadangkadang menyebabkan ketakutan dan munculnya perasaan ketidakberdayaan dan sehingga kehilangan kontrol individu terhadap kemampuanya dalam pemenuhan kebutuhan yang harus didapatkan. Penyakit kronis salah satu yang menyebabkan perubahan pada pola kognitif individu yang akan berdampak pada respon psikososial pada individu yang menderitanya ataupun pada keluarga yang merawatnya . Masalah psikososial yang ditemukan di ruang Antasena antara lain ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan sering muncul ketika seseorang mengalami penyakit kronis salah satunya penyakit Diabetes Melitus yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada masyarakat perkotaan karena pola hidup tak sehat yang dijalanankan masyarakat perkotaan saat ini. Penyakit Diabetes Melitus membuat penderita merasakan adanya hambatan dalam menjalankan aktifitas hariannya. Kondisi yang terus-menerus dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi ketidakberdayaan. Menurut Kanine, (2011) tentang pengaruh terapi generalis terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus mengatakan bahwa penderita
penyakit
ketidakberdayaan
kronis dan
terindikasi
melakukan
ketidakberdayaanya mulai menurun
dengan tindakan
masalah
psikososial
keperawatan
maka
Hal seperti ini dialami oleh klien
kelolaan mahasiswa yaitu Tn H yang mengalami ketidakberdayaan dengan kondisi mengalami penyakit kronis melalui peningkatan harapan hidup dan berpikir positif secara terstruktur. Pengkajian dilakukan pada Klien Tn H , usia 44 tahun. Usia ini termasuk kedalam usia dewasa pertengahan. Usia seseorang pada kelompok dewasa menengah ini merupakan usia yang sangat matang dalam hal pengalaman hidupnya termasuk dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Stuart dan Laraia (2005) bahwa usia
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
mempengaruhi cara pandang individu dalam menyelesaikan masalah. Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai macam stressor, kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping yang akan dilakukan klien melalui beberapa kondisi yang disadari ataupun tidak
disadari.
mempengaruhi
Terdapat respon
faktor
seseorang
predisposisi terhadap
dan
presipitasi
ketidakberdayaan.
yang Dapat
disimpulkan bahwa usia memang berpengaruh dalam hal kematangan seseorang dalam mengambil keputusan, namun tidak mempengaruhi seseorang dalam berespon terhadap ketidakberdayaan. Fungsi dalam fase keluarga memberikan dukungan terhadap kemampuan klien dalam mencapai tatanan hidup yang mampu klien hadapi, khususnya dalam fase perawatan keluarga yang sakit. Diagnosa keperawatan pada klien Tn.H berdasarkan dari hasil pengkajian adalah ketidakberdayaan. Secara subjektif klien mengatakan dirinya merasa sedih, tidak bisa melakukan apa-apa terkait dengan kondisi sakitnya dan mengalami kemnduran dalam kemampuan menyelesaikan masalah yang harus klien atasi. Hal ini sesuai dengan definisi ketidakberdayaan yang diungkapkan Carpenito, (2008) menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan kondisi seseorang atau kelompok yang merasa kurang kontrol atas kejadian atau pribadi atau situasi yang memberi dampak pada pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Menurut asumsi mahasiswa bahwa respon verbal dan objektif pasien mengarah pada kondisi ketidakberdayaan sehingga diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah ketidakberdayaan. Beberapa reaksi emosional yang biasanya dialami oleh individu dan keluarganya menurut Brunner dan Suddarth, (2002). Antara lain tidak berdaya, iri, dan kesepian. perubahan dari sehat ke sakit biasanya berawal dengan gejala yang umumnya disertai rasa tidak nyaman, kehilangan kekuatan dan stamina, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi. Perubahan yang dialami dapat berkembang menjadi krisis-krisis yang akan mempengaruhi keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar. Sesuai dengan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
NANDA (2012) menyatakan bahwa ketidakberdayaan adalah pengalaman tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan bermakna atau mempengaruhi terhadap hasil yang ingin dicapai. Respon pasien terhadap sakitnya memiliki persepsi bahwa apa yang dialaminya saat ini membuat hidupnya tidak bermakna dan pasien tidak bisa mengontrolnya sehingga mahasiswa menetapkan diagnosa keperawatan utama adalah ketidakberdayaan Data pengkajian juga menunjukkan bahwa
klien yang mengalami
ketidakberdayaan yang dialami Tn. H merupakan kondisi yang disebabkan oleh multi faktor. Kondisi ini diantaranya diakibatkan oleh akibat penyakit itu sendiri yang menimbulkan berbagai masalah dan ketidaknyamanan termasuk kaitannya dengan efek samping pengobatan, faktor lingkungan yang masih dikelilingi banyak stigma, kekhawatiran klien akan penyakitnya yang tak bisa sembuh dan kondisi defisiensi pengetahuan yang dialami klien dan keluarga tentang masalah-masalah kesehatan. Untuk menangani masalah psikososial tentang kecemasan dan ketidakberdayaan, terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat diantaranya adalah dengan meningkatkan kembali kemampuan klien terhadap motivasi diri yang akan mempengaruhi pikiran positif klien terhadap kemampuan kognitif klien dalam mengatasi masalah ketidakberdayaan dengan motivasi tindakan-tindakan khusus seperti pengalihan perhatian serta pemberian program edukasi yang sesuai dengan kebutuhan klien dan keluarga. Melalui identifikasi masalah dengan diskusi mencari sumber frustasi, ansietas, konflik, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, dengan langkah pertama identifikasi masalah penyebab perasaan negatif, bantu klien membuat tujuan sederhana yang realistis agar sukses dalam menata harapan hidup yang mampu klien tangani. Kurangnya kemampuan klien dan keluarga mendapat paparan tentang informasi-informasi kesehatan membuat klien dan keluarganya memiliki persepsi yang kurang tepat terkait kondisi kesehatannya saat ini. Akibat persepsi yang kurang tepat menyebabkan klien dan keluarganya bereaksi tidak sesuai dengan kondisi yang semestinya. Hal ini perlu diatasi karena jika
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
dibiarkan berlarut-larut sikap dan tindakan yang diambil tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan permasalahan baru yang semestinya tidak perlu terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Wulandari, (2012) 41 % penderita Diabetes Melitus tipe 2 mempunyai perasaan negatif yang akan berdampak pada pola kognitif klien sehingga mempengaruhi terhadap keputusan klien dalam penentuan penyelesaian masalah yang harus dihadapi. Hal ini juga sesuai dengan Potter dan Perry, (2009) yang menyebutkan bahwa akibat menderita suatu penyakit dapat mengganggu kemampuan individu dalam mengambil keputusan yang akan
dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas individu itu sendiri, kondisi ini dapat menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain, terkadang menyebabkan depresi, rasa gelisah dan rasa cemas yang berlebihan sebanyak 69.6 % responden meyatakan ketidakmampuan terhadap keadaan dirinya yang diawali oleh stres terhadap pemulihan penyakit khususnya diabetes melitus menurut Palizqir, Bakhtiar, Esteghamati, (2013) dalam peran penyakit diabetes terhadap sosiolog individu dalam aktivitas sehari hari. Ditambahkan menurut Stuart, (2002) yang menerangkan bahwa stres merupakan salah satu pencetus akibat ancaman yang terjadi pada pertahanan sistem diri yang akan membahayakan identitas dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu dalam penentuan masalah kesehatan psikososial yang harus dihadapi individu. 4.3 Analisis Intervensi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait 4.3.1 Diagnosa Ketidakberdayaan Tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ketidakberdayaan terdiri dari dua cara. Intervensi pertama untuk klien dengan melakukan pendekatan terapeutik serta melakukan pengkajian ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Intervensi untuk keluarga yaitu menjelaskan kondisi klien dan cara merawat serta evaluasi peran
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
keluarga
merawat
pasien,
cara
latihan
mengontrol
perasaan
ketidakberdayaan dan follow up (FIK UI-RSMM, 2012). Pemberian tindakan keperawatan dengan melakukan pendekatan terapeutik agar terbina hubungan saling percaya sehingga dapat melakukan pengkajian masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan tindakan keperawatan mahasiswa menggunakan komunikasi terapeutik agar terbina hubungan saling percaya. Komunikasi terapeutik merupakan kunci utama dalam membina hubungan dengan pasien agar terbina rasa saling percaya antara psien dengan perawat. Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian terhadap latar belakang sosial budaya turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi antara perawat dengan klien kelolaan. yang mengungkapkan
bahwa
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan dalam melaksanakan keperawatan psikososial khususnya masalah ketidakberdayaan dengan cara komunikasi melalui beberapa tahapan
diantaranya
penilaian
terhadap
persepsi,
nilai,
tingkatan
pengetahuan, peran dalam keseharian, serta lokasi interaksi. Penilaian dalam awal komunikasi mempermudah cara merawat klien dalam melakukan hubungan komunikasi satu sama lain. Pemahaman faktor ini membantu seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki hambatan dalam berkomunikasi dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu pasien mengatasi masalahnya Hal ini sesuai dengan Potter dan Perry, (2005) Tindakan keperawatan lainnya yaitu melatih klien untuk berpikir positif dan mengembangkan harapan positif. Dengan berpikir positif diharapkan dapat memberikan pengurangan terhadap pemikiran yang negatif sehingga klien mampu mengambil keputusan dalam mencapai tujuan yang realistis dalam hidupnya serta mampu mengontrol ketidakberdayaannya dengan mengendalikan pola pikir yang biasa dilakukan oleh klien. Mahasiswa memberikan pemahaman tentang pemikiran positif dalam kehidupnya
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
dengan pengembangan tatanan harapan positif dalam kehidupan yang akan dijalaninya nanti. Penjelasan keperawatan
diatas
dapat
dengan
disimpulkan
metode
bahwa
pendekatan
dan
melakukan pengkajian
tindakan tentang
ketidakberdayaan, lalu melatih dan menanamkan cara berpikir positif, dengan intervensi berupa penjelasan secara rasional sehingga peningkatan pengetahuan klien tentang masalah yang dihadapi membantu klien mengontrol ketidakberdayaannya dan mengubah perilakunya dan pola pikir keseharianya terhadap penyakit yang dirasakan oleh klien 4.4 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah psikososial dalam keperawatan memerlukan evaluasi terhadap klien setelah tindakan keperawatan dilakukan. Klien secara verbal mengatakan bahwa dirinya mempunyai harapan yang lebih baik untuk kehidupannya dimasa yang akan datang. Secara obyektif pasien tampak lebih tenang dan memiliki kesiapan mental jauh lebih baik dari kondisi awal dalam menghadapi respon ketidakberdayaan. Hal ini menunjukkan bahwa intevensi keperawatan yang diberikan memberikan dampak positif bagi pasien. Hal senada diutarakan oleh Kanine, (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh terapi generalis terhadap pasien DM yang mengalami ketidakberdayaan menunjukkan telah diketahuinya skor ketidakberdayaan yang tinggi sebelum dilakukan terapi generalis individu baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Penurunan kondisi yang signifikan pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi generalis
berdampak pada penurunan
kondisi ketidakberdayaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan pemberian terapi generalis pada kelompok kontrol. Hal ini menegaskan bahwa pemberian terapi generalis individu memiliki hasil perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Beberapa kesimpulan akan tindakan keperawatan khususnya melatih pasien untuk berpikir positif dan mengembangkan harapan positif serta memberikan edukasi yang tepat akan memberikan hasil yang efektif untuk mengatasi kondisi ketidakberdayaan terhadap penyakit yang dideritanya.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Peran serta keperawatan dalam mendukung keberhasilan tindakan keperawatan memberikan respon yang cukup bagus terlihat secara emosional klien rentan terhadap stressor kiranya perlu dilakukan kerjasama lebih lanjut dengan beberapa tenaga spesialis untuk melatih tentang manajemen stres pada pasien agar tidak kembali ke dalam kondisi ketidakberdayaannya. Ditambahkan menurut Copel, (2007). Menerapkan tujuan jangka panjang bagi klien yang mengalami ketidakberdayaan dengan menunjukan rasa kendali pribadi atas situasi kehidupan yang ditunjukan dengan menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan, serta menata lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, dengan cara minta klien mengidentifikasi masalah dengan diskusi mencari sumber frustasi, ansietas, konflik, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, dengan langkah pertaman identifikasi masalah penyebab perasaan negatif, bantu klien membuat tujuan sederhana yang realistis agar sukses, serta tetapkan waktu dalam implementasi tujuan sesuai tujuan struktur yang sesuai. Lalu menetapkan tujuan lanjutan agar klien dapat menbedakan situasi yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol atau menerima situasi yang tidak dapat diubah, dengan cara bantu klien mengidentfikasi masalah dan diskusikan tujuan dan kebutuhan yang belum terpenuhi identifikasi strategi yang mungkin dimodifikasi, bantu klien identifikasi situasi yang tidak dapat diubah agar terhindar dari masalah frustasi. Pemberian motivasi yang positif sangat diperlukan oleh klien yang mengalami persepsi yang salah terhadap penyakit yang dideritanya penguatan positif juga harus diberikan pada kelurga klien agar mampu memberikan semangat dalam membangun kembali harapan berdasarkan komitmen untuk menjadi lebih baik. Dorong klien menggunakan bicara diri positif ” saya bisa mengatasi masalah ini “. Setelah klien dapat mengendalikan semua gejala, eksplorasi konflik dan stessor yang menyebabkan timbulnya gejala bersama klien. Ajarkan teknik relaksasi kepada klien untuk mengurangi ketegangan dalam perasaan klien. Oleh karena itu juga diperlukan kerjasama dengan perawat spesialis jiwa dalam menentukan tindakan keperawatan psikososial khususnya dalam merawat klien yang mengalami ketidakberdayaan.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Karya ilmiah ini
sesuai dengan tujuan telah dapat menggambarkan asuhan
keperawatan klien dengan ketidakberdayaan pada Tn.H di ruang Anatasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Berdasarkan uraian penjelasan dari bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil karya ilmiah maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 7.1.1 Klien yang mempunyai masalah fisik Diabetes Melitus berdampak pada penerimaan diri individu karena ketidakmampuan individu dalam memberikan dukungan terhadap kesehatannya, masalah psikososial ketidakberdayaan dalam penentuan penerimaan pola pikit positif klien itu sendiri dalam pencapaiannya terhadap kemampuan klien 7.1.2 Pemberian asuhan keperawatan untuk masalah ketidakberdayaan berfokus pada klien dalam mengontrol ketidakberdayaannya dengan tetap berpikir positif serta mengembangkan harapan positif dalam tatanan hidupnya. Dengan pola komunikasi yang terarah klien mampu termotivasi dalam penyelesaian terhadap peningkatan pola kognitif secara positif klien, khususnya dalam masalah psikososial yang dihadapi klien dengan Diabetes Melitus. 7.1.3 Peningkatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial ketidakberdayaan terkait kesesuaian dengan beberapa sumber dan teori yang terkait. Peningkatan pola kognitif klien merupakan keberhasilan dalam mengatasi masalah psikososial yang dihadapi klien, diantaranya keikutsertaan klien dalam penentuan tindakan yang melibatkan kemandirian klien terhadap pemberian
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
terapi yang akan dijalani klien. Sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial. 7.2 Saran Terkait dengan kesimpulan hasil karya ilmiah, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan acuan dalam pengembangan hasil karya ilmiah ini. 7.2.1 Bagi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor Berdasarkan hasil temuan selama praktik bahwa belum adanya format pengkajian khusus psikososial, oleh karena itu diharapakan pihak rumah
sakit
bekerja
sama
dengan
akademik
untuk
dapat
mengembangkan instrumen pengkajian psikososial disamping format pengkajian fisik yang sudah ada agar pengkajian yang dilakukan dapat menyeluruh mencakup bio psikososio spiritual. Selain itu Rumah Sakit Marzoeki Mahdi khususnya Ruang Antasena hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan dengan pelatihan khusus asuhan keperawatan psikososial agar perawat lebih memahami dan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan psikososial kepada klien. 7.2.2 Bagi Penelitian Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang bisa dikembangkan dari karya ilmiah ini yang terkait asuhan keperawatan psikososial di ruang rawat inap fisik sehingga hasilnya akan lebih komprehensif karena menilai individu dalam berespon terhadap kondisi sakitnya secara menyeluruh mencakup aspek bio-psiko-sosio-spiritual. 7.2.3 Bagi Keperawatan Diharapkan mampu memanfaatkan hasil karya ilmiah ini untuk meningkatkan dan mengembangkan asuhan keperawatan klien dengan masalah psikososial khususnya masalah ketidakberdayaan.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
Ani.H,.(2003).faktor faktor resiko penderita diabetes mellitus di semarang dan
sekitarnya,study
kasus.universitas
Diponogoro
semarang.indonesia. Aujoulat.I, Olivier L., Alain.D,. (2007). The Perspective of Patients on Their Experience of Powerlessness Université Catholique de Louvain, Belgium Bill.,D,P. (2002).Registered Psychiatric Nurses: Competency Profile for the
Profession in Canada . ISBN: 0-9689811-0-0
Published by
Alberta Health and Wellness in partnership with Registered Brunner
&
Suddarts.(2002).Buku
Ajar
Keperawatan
Medikal
Bedah.Pengkajian Dan Pelaksanaan Pasien Diabetes Melitus.alih bahasa Kuncara dkk.EGC..Indonesia Carpenito,
L.J.,
(2008).
Philadelphia.
Handbook
Lippincott
of
nursing
diagnosis.12th.ed.
Company.
Copel,L.C, (2007) Kesehatan Jiwa dan Psikiatri :Pedoman Klinis Perawat,Ed.2.alih
bahasa
Akemat,Penerbit
Buku
Kedokteran.EGC.Jakarta Dohrenwend BP, Dohrenwend BS. Psychiatric disorders in urban settings. In: Caplan G,ed. Child and Adolescent Psychiatry: Sociocultural and Community Psychiatry. New York: Basic Books; 1974:424–449. David Vlahov, Nicholas Freudenberg, Fernando Proietti,.Danielle Ompad, Andrew Quinn, Vijay Nandi, and Sandro Galea the
New
York
Academy
of
Medicine,
(2007) Bulletin of Vol.
84,
No.
1..
doi:10.1007/s11524-007-9169-3 * Journal of Urban Health. 2007 The New York Academy of Medicine.. Urban as a Determinant of Health.Newyork USA DepKes.(2008).Direktorat pengendalian Penyakit tidak Menular.Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus Dan Penyakit Metabolik.Direktorat Jendral
Pengendalian
Penyakit
Dan
Lingkungan.Depkes.Jakarta
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Penyehatan
Darmono (2005).Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk mencegah
komplikasi
Pengukuhan.Guru
Kerusakan
Besar
Penyaki
Organ-Organ
Tubuh.Pidato
Dalam.Fakultas
Kedokteran
Universitas Diponogoro. Doenges, M. E.,Moorhouse, M. F., Geissler,A. C.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan;
Pendokumentasian
Untuk
Perencanaan
Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. edisi 3. Jakarta. EGC DepKes (2011). Gambaran Penyakit Tidak menular di Rumah Sakit Di Tahun 2009-2010.Indonesia Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2011 DepKes
(2011).
Rencana
Program
Nasional
Pencegahan
dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2010 – 2014 Fortinash, K.M and Holoday Worret, PA. ( 2003 ). Psychiatric Nursing Care Plans.
( 4th ed ) St.Louis,Missouri.
Mosby.
FIK-UI, RSMM (2012). Standar asuhan keperawatan psikososial. Kerjasama
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan
mahasiswa program
Magister Fik UI. Tidak dipublikasikan.
Funnel, M., Anderson, R. 2005. Patient empowerment: reflections on the challenge of fostering the adoption of a new paradigm. http://www.hphconferences.org/archive/vienna07/htm/plenaryabst racts/PatietEmpowerment.pdf .diunduh tanggal 27 juni 2014,jam 21:10 WIB Khuwaja et al.2010. Anxiety and depression among outpatients with type 2 diabetes: A multi-centre study of prevalence and associated factors. Diabetology
&
Metabolic
Syndrome.Aga
Khan
Univerity,Karachi.pakistan.http://www.dmsjournal.com/content/2/1/7 2 .diunduh tanggal 28 juni 2014, jam 20:29 WIB Kanine, E., Helena, N,. (2011).Pengaruh terapi
generalis
dan
logoterapi individu trhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus di rumah sakit provinsi Sulawesi Utara. Tesis FIK UI. Tidak dipublikasikan. Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s techniques in nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Leviton LC, Snell E, McGinnis M. (2000) Urban issues in health promotion strategies. Am J.Public Health. 2000;90(6):863–866. Lubkin, I.M & Larsen P.O., (2006). Chronic illness : impact and intervention. Jones and Barlett Publisher, Inc Sudbuy Messachusetts. NANDA (2012). Nursing disgnoses: Definition and classification 20122014.
Philadelphia- USA. Nanda International
SIGN.(2009).Management Of Diabetes. Scottish Intercollegiate Guidelines Network.Elliott House, 8-10 Hillside Crescent.Edinburgh EH7 5EA.www.sign.ac.uk Norris, S.L,. Lau, J., Smith, S.J., Schmid, C.H., Engelgau, M.M. (2002). Self Management Education for Adult with Type 2 Diabetes. A Meta-analysis of The Effect on Glicemic Control. Diabetes Care. 25(7):11591171http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12087014>. Diunduh tanggal 24 juni 2014,jam 23:14 WIB Ooi G, Phua KH. (2007) Urbanisation and slum formation. J Urban Health. Ompad D, Galea S, Caiaffa W, Vlahov D. (2007) Social determinants of the health of urban populations: implications for intervention. J Urban Health. 2007; in press. Palizqir M,Bakhtiar M, Esteghamati A (2013 ) Association of Depression and Anxiety With Diabetes Mellitus Type 2 Concerning Some Sociological Factors. Iranian Red Crescent Medical Journal. 2013 August; 15(7): 644-8. DOI: 10.5812/ircmj.12107 .
Islamic Azad
University, Najafabad Branch, Isfahan, IRAN PB PERKENI.(2006).buku konsensus 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006.jakarta Potter, P.A.& Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing; Concept process and practice.(4th.ed). Philadephia: Mosby-year Book-inc. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus
Di
Indonesia
Mencapai
21,3
Juta
Orang.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414. Roupa Ζ.et al(.2009). Anxiety and depression in patient with types Diabetes Mellitus,Depending on sex and Body mass index,Galatsi, Athens,
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Greece .pp:32-40 ISSN:1108-7366, E-ISSN:1791-809X www.hsj.gr Health Science Journal® All Rights Reserved . Rosenthal.
S
(2006).
Power
and
Powerlessness.
Canada
at
www.collectionscanada.ca/amicus/index-e.html ISBN 1‑4120-5691-8 . Oxford, UK OX1 1HH United Kingdom.diunduh tanggal 27 juni 2014,jam 16:43 WIB Smeltzer, C.S. &Bare, G.B (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of nursing. 8th Ed. Piladelphia: Lippincott-
medical
surgical
Raven
Publishers.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing. 8th ed. St. Louis: Mosby Year Book. UN Habitat.(2003) The Challenge of Slums—Global Report on Human Settlements 2003.London: Earthscan; 2003. Varcarolis, E.M .( 2000 ), Psychiatric Nursing Clinical Guide; Assesment Tools and Diagnosis . Philadelphia. W.B Saunders Co. Videback, S L (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC Wiyadi.(2012). HubunganTingkat Kecemasan dengan kadar gula darah penderita Diabetes Melitus yang dirawat di ruang Flamboyan RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. Laporan penelitian samarinda.Indonesia Wilkinson,J.M.(2005),
Nursing
Diagnosis
Hand
Book
With
NIC
Intervention and NOC out Come . ( 7 th. ed). New Jersey : Prentice Hall Inc. Winasis,E.B.(2009).Hubungan antara konsep diri dengan depresi penderita diabetes mellitus di puskesmas pracimantoro 1 wonogori. Fakultas ilmu keperawatan Universitas muhamadiyah Surakarta.jawa tengah Wandell.P.E. (2005).Quality Of life patients With diabetes mellitus. Scandinavian Journal of Primary Health Care, 2005; 23: 68_/74 Center of Family Medicine, Karolinska Institutet, Huddinge, Sweden ISSN 0281-3432 print/ISSN 1502-7724 online # 2005 Taylor & Francis.DOI: 10.1080/02813430510015296
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
World Health Organization (2010). Urban matter word health day 2010.1000 cities 1000 lives..Geneva. World Health Organization (2009). Cities and public health crises. Report of the international consultation,29-30 October 2008. Lyon, France… http://www.who.or.jp/network.html diunduh tanggal 25 juni 2014 jam 23:30 WIB
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA MASALAH PSIKOSOSIAL
INFORMASI UMUM Inisial klien
: Tn H P
Usia
: 44 (tahun)
Jenis kelamin
: perempuan
Suku
: Sunda
Bahasa dominan
: Indonesia
Status perkawinan
: belum menikah
Pekerjaan
: Tenaga Pengajar
Alamat
: Alam Tirta Lestari Blok C.No : 9 Rt 12/14 Desa pagelaran. Bogor
Tanggal masuk
: 23-05-2014
Tanggal pengkajian
: 03 - 06 - 2014
Ruang rawat
: Antasena III/ 7
Nomor rekam medik
: 27 26 81
Diagnosa medis
: Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Sesak napas
Riwayat alergi
: Tidak Ada
Diet
: 1500 kalori DM
√ laki-laki
( √ ) menikah janda/ duda
KELUHAN UTAMA Klien mengeluh nyeri ulu hati dan dada terasa sesak, mual ( + ), muntah ( - ), pusing ( + ), riwayat penyaki DM Tipe 2
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR Fisik Berat badan : 63 tahun Tinggi badan : 165 cm Tanda-tanda vital : TD: 100/ 70 MmHg .P 20 X/menit .Nd : 93 X/menit T : 36,5 C Riwayat pengobatan fisik : Klien selalu rajin berobat jalan untuk mengambil obat dalam setiap bulannya Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll Hb : 12,8 Ureum : 33 Ht : 3,5 Kreatinin : 1,1 Lekosit : 8200 SGOT : 15 Trombosit : 149.000 SGPT : 10 GDS : 380 mg/dl
Na : 131 K : 3,9 Ca : 8,5
Pemeriksaan urin: Warna : kuning muda Kekeruhan : agak keruh PH : 5,0 Glukosa : positif Bakteri : negatif Kristal : negative Masalah Keperawatan : tidak ada Masalah keperawatan Tingkat Ansietas Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan) Ringan (√)
Sedang ( √)
Berat
Panik PERILAKU
PERILAKU
Tenang
Menarik diri
Ramah
Bingung
Pasif
Disorientasi
Waspada
Ketakutan
Merasa membenarkan lingkungan
Hiperventilasi
Kooperatif
Halusinasi/ delusi
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
√
Gangguan perhatian
Depersonalisasi
Gelisah
√
Obsesi
Sulit berkonsentrasi
√
Kompulsi
Waspada berlebihan
Keluhan somatik
Tremor
Hiperaktivitas
Bicara cepat
Lainnya:
Masalah Keperawatan:_Ansietas Ringan Sedang KELUARGA Genogram
Tipe keluarga (√) nuclear family extended family family
diad family single parent
Pengambilan keputusan (√) kepala keluarga orang tua
istri bersama-sama
Hubungan klien dengan kepala keluarga (√ ) kepala keluarga orang tua lain-lain
istri anak
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga Jelaskan: klien terbiasa berkumpul dengan keluarga disaat sore menjelang, sambil menghabiskan menonton televisi bersama
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat Jelaskan: Keluarga klien aktif dalam kegiatan dilingkungan seperti pengajian dan arisan bulanan. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan RIWAYAT SOSIAL Pola sosial Teman/ orang terdekat Klien dekat dengan tetangga sekitar walaupun klien sudah mulai mengurangi intensitasnya karena tak mau berkumpul terlalu lama Peran serta dalam kelompok Klien aktif dalam kegiatan pengajian kelompok warga dalam rukun tetangga sebulan sekali Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien merasa tak bisa lagi berkumpul terlalu lama dengan lingkungan karena merasa tak bisa ikut menentukan setiap kali ada kesepakatan warga Obat-obatan yang dikonsumsi Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep. Klien sudah tak pernah lagi mengkonsumsi herbal yang dijual warung sejak menderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini Ranitidine : 2 x 1 ampul Ondansentron : 3 x 1 ampul Paracetamol : 3 x 1 kp Rl : 8 j / kolf Meloxicam : 1 x 1 malam Humulin : 3 x 15 unit. Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya Klien pernah mengkonsumsi alkohol waktu usia muda sebelum menikah hanya untuk acara tertentu . Masalah Keperawatan: Tidak masalah Keperawatan STATUS MENTAL DAN EMOSI Penampilan 1. Cacat fisik ada, jelaskan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
(√) tidak ada, jelaskan 2. Kontak mata (√ )ada, jelaskan tidak ada, jelaskan 3. Pakaian tidak rapi, jelaskan penggunaan tdk sesuai________________________________ 4. Perawatan diri Jelaskan: klien biasa mandi 2 kali dalam sehari selama dalam perawatan diruangan Masalah Keperawatan :. Tidak Ada masalah keperawatan Tingkah Laku Tingkah Laku Resah
Agitasi Letargi Sikap
√
Jelaskan Klien mengatakan tak tahu dengan masa depan anaknya karena takut penyakitnya dapat menghancurkan masa depan anakanaknya
√
Klien tak mau menentukan tujuan dan pilihan tempat terapi injeksi yang di diskusikan Klien tampak sering termenung
Ekspresi wajah √ Lain-lain Masalah Keperawatan : Ketidakberdayaan Pola komunikasi POLA KOMUNIKASI
√
Jelas
POLA KOMUNIKASI Aphasia
Koheren
Perseverasi
Bicara kotor
Rumination
Inkoheren
√
Tangensial
Neologisme
Banyak bicara/ dominan
Asosiasi longgar
Bicara lambat
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Flight of ideas
Sukar berbicara:
Lainnya: Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan Mood dan Afek PERILAKU
JELASKAN
Senang Sedih
√
Klien mengatakan tak semangat dalam menatap kehidupan dan harapan yang harus dicapai
Patah hati Putus asa Gembira Euporia Curiga Lesu
√
Klien tak semangat ketika berdiskusi tentang masalah penyakitnya
Marah/ Bermusuhan Lain-lain: Masalah Keperawatan: - Ansietas Ringan Sedang - Ketidakberdayaan
Proses Pikir PERILAKU
Jelas Logis Mudah diikuti Relevan Bingung Bloking Delusi Arus cepat Asosiasi lambat Curiga Memori jangka pendek
Hilang
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Utuh √
Memori jangka panjang
Hilang
Utuh √
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan Persepsi PERILAKU Halusinasi Ilusi Depersonalisasi Derealisasi
JELASKAN Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Halusinasi Jelaskan Pendengaran Tidak ada kelainan Penglihatan Tidak ada kelainan Perabaan Tidak ada kelainan Pengecapan Tidak ada kelainan Penghidu Tidak ada kelainan Lain-lain: Tidak ada kelainan MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan
Kognitif 1. Orientasi realita Waktu
: klien mampu mengatakan orientasi waktu yang sesuai
Tempat : klien mampu mengatakan tentang dimana klien dirawat . Orang
: klien mampu mengenali perawat yang bertugas
Situasi
: klien mengetahui kenapa dirawat, dan merasakan ketidakmampuannya akan kondisi yang diderita serta harapan akan masa depan dan pikiran yang negatif akan kondisi tubuhnya
2. Memori Gangguan gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek gangguan daya ingat saat ini
jelaskan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
paramnesia, sebutkan
Tidak ada kelainan
hipermnesia, sebutkan
Tidak ada kelainan
amnesia, sebutkan
Tidak ada kelainan
3. Tingkat konsentrasi dan berhitung Tingkatan mudah beralih
jelaskan Tidak ada kelainan
tidak mampu berkonsentrasi
Tidak ada kelainan
tidak mampu berhitung sederhana
Tidak ada kelainan
MasalahKeperawatan : Ketidakberdayaan IDE-IDE BUNUH DIRI Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain Tidak (√)
Ya Jelaskan:
MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan V. KULTURAL DAN SPIRITUAL Agama yang dianut 1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya? Klien selama dirawat tidak menjalankan kewajiban sholat lima waktu, namun hanya bisa berdoa 2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan? Tidak ada 3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu Klien merasa menyerahkan kondisi penyakitnya kepada tuhan Yang Maha Esa
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Budaya yang diikuti Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah Klien merasa tak mempunyai masalah dalam penyakit keturunan dan merasa penyakitnya ini karena dulunya jarang memperhatikan prilaku dan gaya hidup Tingkat perkembangan saat ini Klien termasuk dalam perkembangan dewasa menengah, dimana mulai mengalami tahapan regenarasi kepada anak anaknya, sedangkan dalam fungsi keluarga dalam fase fungsi perawatan kesehatan yang terganggu, karena kondisi klien yang menderita penyakit kronis.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
Analisa Data No. 1
Data subjektif dan objektif DS: -
-
-
-
DO: 2
DS: -
-
DO: -
3
DS : DO : -
Klien mengatakan merasa sedih dengan sakitnya yang tak ada perubahan Klien tak mau bila disuruh untuk mempraktekan tindakan pemberian insulin pada badannya Klien tak bisa menyebutkan rencana dalam penetapan diet bagi penderita diabetes. Klien tak bisa menentukan apa saja obat oral yang biasa diminum dan kegunaannya
Masalah keperawatan Ketidakberdayaan
Klien tampak sedih dan murung saat menceritakan masalahnya klien tampak sering termenung
khawatir dengan tindakan penusukan pada daerah dada klien merasa mual jika membayangkan obat-obat yang harus dikonsumsi setiap harinya Klien khawatir dan takut penyakitnya bertambah parah klein menyebutkan merasa tak ada keinginan untuk beraktivitas dilingkungan rumah klien
Ansietas Ringan Sedang
Klien tampak murung Klien terlihat gelisah Klien sulit berkonsentrasi dengan pembicaraan tentang prosedur tindakan Nyeri Akut Klien mengatakan sakit bila digerakan pada daerah penusukan Klien mengatakan dalam skala 4 Klien tampak meringis Klien tampak mempertahankan posisi badannya, secara tegak
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
4
DS: -
DO: -
-
Perut terasa mual, ada rasa ingin muntah, makan sulit hanya masuk 1-4 sendok makan.
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Klien tampak lemah TD: 100/70 mmHg, Nadi : 93 x/menit, suhu 36.5 C, dan frekuensi napas 20 x/menit. Tinggi badan 165 cm BB sebelum sakit 65 kg ( ± 3 bulan sebelum masuk RS) Berat badan saat ini 63 kg. BB ideal 60,5 - 65,5 kg. IMT = 23 (normal) Lingkar lengan atas 20 cm Konjungtiva pucat, warna pink muda. Sklera agak keruh, ikterik tidak ada. Bibir agak pucat dan kering Hb: 12,8 mg/ dL
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO 1.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakberdayaan
Ansietas Ringan Sedang
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
Tujuan : klien mampu mengontrol ketidakberdayannya Kriteria hasil : - Klien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. - Klien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
Sp 1 Pasien - Kaji ketidakberdayaan klien - Bantu klien menguraikan perasannya - Latih klien untuk berpikir positif - Latih klien untuk mengembangkan harapan positif (afirmasi positif) Sp 2 Pasien - Evaluasi kondisi ketidakberdayaan - Latih klien untuk mengontrol ketidakberdayaan Sp 1 keluarga - Jelaskan kondisi klien dan cara merawat Sp 2 Keluarga - Evaluasi peran keluarga merawat klien
Umum : ansietas berkurang
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
RASIONAL - Untuk menentukan intervensi selanjutnya - Agar klien dapat mengungkapkan penyeba ketidakberdayaannya - Berpikir positif membawa perubahan baik dalam fisik dan mental individu - Untuk menegaskan bahwa klien mampu lebih baik - Untuk mengetahui perkembangan respon ketidakberdayaannya - Agar dapat mengendalikan situasi tertentu - Agar keluarga mengetahui kondisi klien dan mampu berperan dalam perawatan - Untuk melihat sejauh mana peran keluarga dalam merawat klien
Khusus: - Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. - Klien mampu mengenal ansietas. - Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi. - klien dapat menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam secara mandiri - Klien dapat dukungan keluarga dalam mengatasi ansietas.
- Bina hubungan saling percaya - Perkenalkan diri, yanyakan nam aklien dan panggilan yang disukainya. - Kaji kebutuhan rasa aman klien. - Sediakan waktu untuk ekspress feeling.
- Bantu klien mengenal ansietas. Jelaskan kepada klien tentang pengertian ansietas penyebab tanda tanda dan akibat dari ansieatas. Bantu klien mengidentifikasi penyebab ansietas yang dialaminya. Bantu klien mengidentifikasi tanda tanda ansietas yang dialaminya Bantu klien mengidentifikasi akibat dari ansietas yang dialaminya.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
- Menentukan tindakan yang akan dilakukan..
keperawatan
- Rasa aman dapat menurunkan ansietas. - Ungkapan hati dapat meringankan beban pikiran atau kecemasan. - Dengan mengenal masalah klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Bantu klien mengidentifikasi cara yang dilakukan untuk menurunkan kecemasan yang telah dilakukan. Motivasi klien untuk tetap melakukan cara menurunkan kecemasan yang telah dilakukan. - Ajarkan cara lain mengatasi kecemasan dengan relaksasi nafas dalam dan distraksi serta hipnosis lima jari. Demonstrasikan cara melakukan relaksasi nafas dalam dan distraksi serta hipnosis lima jari. Minta klien untuk mendemonstrasikan kembali relaksasi nafas dalam dan distraksi hipnosis lima jari. - Motivasi klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan hipnosis lima jari secara mandiri. - Keluarga mempu merawat
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
- Memberikan pengetahuan tentang tehnik relaksasi nafas dalam. Demonstrasi memungkinkan klien untuk melihat secara langsung pelaksanaan relaksasi nafas dalam. Dengan memperagakan kembali klien akan dapat lebih mengingat pelajaran yang didapat.
- Agar klien terbiasa melakukan relaksasi nafas dalam ketika mengalami kecemasan. - Keluarga merupakan pendukung utama bagi klien.
sistem
anggota keluarga dengan ansietas dengan latihan relaksasi nafas dalam dan hipnosis lima jari. 3
Nyeri
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang Kriteria hasil : - TTV normal, - klien tenang, - klien tidak tampak kesakitan.
- Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik durasi, frekunsi, dan faktor pencetus nyeri - Monitor tanda-tanda vital - Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk - mengurangi nyeri teknik napas dalam - Kolaborasi untuk pemberian analgetik
- Sebagai dasar untuk melakukan intervensi keperawatan yang tepat - Perubahan tanda vital dapat mengindikasikan nyeri - Untuk mengurangi nyeri dengn cara sederhana - Untuk mengurangi nyeri
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil : - Turgor baik, intake dapat masuk sesuai kebutuhan, BB sesuai - Berat badan dan tinggi badan ideal.
Observasi texture, turgor kulit. Observasi intake out put. Kaji status nutrisi kebiasaan makan.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
- Mengetahui status nutrisi klien.
dan - Mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
-
Keluarga Klien mematuhi dietnya. Kadar gula darah dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia. -
-
-
- Untuk mengetahui tentang keadaan dan Anjurkan kaluarga klien untuk kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat mematuhi diet yang telah diberikan tindakan dan pengaturan diet diprogramkan. yang adekuat. Timbang berat badan setiap seminggu sekali. - Kepatuhan terhadap diet dapat Identifikasi perubahan pola mencegah komplikasi terjadinya makan. hipoglikemia/hiperglikemia. - Mengetahui perkembangan berat badan Kerja sama dengan tim pasien (berat badan merupakan salah kesehatan lain untuk satu indikasi untuk menentukan diet). pemberian diet.
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN NAMA :TN. H UMUR : 44 TAHUN DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakberdayaan
Ansietas Ringan Sedang
DX MEDIS : DIABETES MELITUS TIPE 2 RUANGAN : ANTASENA 3/7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tanggal 03 – juni -2014 Jam 15.00 Sp 1,2 klien - Membantu klien untuk mengungkapkan perasaannya - Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya - Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberdayaannya - Membantu klien mengidentifikasi hal yang negatif dan bantu menurunkan dengan cara meningkatkan pemikiran yang positif Jam 16 : 45 Mengkaji kebutuhan rasa aman klien Menyediakan ekpress feeling perasaaan klien Melatih teknik relaksasi napas dalam dan distraksi Masukan dalam jadwal harian
EVALUASI S : klien mengatakan saat ini merasa bingung, merasa tidak bisa melakukan apa-apa, tidak mengerti harus berbuat apa, pekerjaannya juga jadi terbengkalai karena sering merasa tak mampu. O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan lamban A : ketidakberdayaan belum teratasi P : latih klien mengontrol ketidakberdayaan S
: Klien mengatakan khawatir akan tindakan penusukan pada dirinya - Klien takut bila sakitnya bertambah parah - Klien bersedia ketika ditawarkan teknik relaksasi. O : klien tampak termenung klien terlihat bersedih ketika bercerita tentang rencana tindakan punksi - Klien tampak mau mempraktekan teknik napas dalam dan distraksi A : Ansietas Ringan Sedang belum Teratasi
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
P : lanjutkan intervensi Sp 3 Motivasi latihan Sp 3 teknik relaksasi Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakberdayaan
-
Jam 17 : 30 WIB Mengobservasi texture, turgor kulit. Mengobservasi intake out put Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Mengidentifikasi perubahan pola makan. Bekerjasama dalam penyediaan alat makan dari rumah.
S : klien mengatakan masih terasa mual - klien mengatakan tidak selera makan. O : Turgor kulit cukup. Porsi makan malam habis ½ porsi A : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : lanjutkan intervensi dengan menganjurkan klien makan sesuai diet - Bekerjasama dengan keluarga dalam menyiapkan tradisi makan dirumah .piring dan sendok kebiasaaan
TINDAKAN KEPERAWATAN Tanggal 04 – juni - 2014 Jam 15.00 Sp 2,3 klien - Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya - Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya - Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberdayaannya - Membantu klien pemikiran yang positif dan latihan mengembangkan harapan positif (afirmasi positif) Sp Keluarga - Mendiskusikan dengan keluarga tentang kondisi klien dan cara
EVALUASI (SOAP) S: klien mengatakan saat ini merasa sedih, merasa tidak bisa melakukan apa-apa, kondisi sakitnya membuatnya harus meninggalkan banyak pekerjaan. O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan lamban A : ketidakberdayaan belum teratasi P : lanjutkan Intervensi Sp ketidakberdayaan P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan Sp Keluarga: Motivasi keluarga untuk berperan merawat klien
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
merawat klien Ansietas Ringan Sedang
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tanggal 04 juni 2014 Jam 14 : 45 - Mengkaji kebutuhan rasa aman klien - Menyediakan ekpress feeling perasaaan klien - Melatih teknik relaksasi napas dalam dan distraksi - Melatih teknik hypnosis lima jari - Masukan dalam jadwal harian
-
S : klien masih merasa khawatir akan rencana tindakan punksi - klien bersedia diajarkan teknik hypnosis lima jari. O : klien tampak berkonsentrasi ketika berbincang. - klien tampak mau mempraktekan teknik hypnosis lima jari A : Ansietas Ringan Sedang belum Teratasi P : lanjutkan intervensi Sp 3 - Motivasi latihan Sp 3 teknik hypnosis lima jari - Masukan dalam jadwala harian
Jam : 17 : 30 WIB S: klien mengatakan makan mulai berselera setiap makan Mengobservasi texture, turgor kulit. nasi tim. Mengobservasi intake out put - klien mengatakan kadang masih terasa mual Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup. Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan malam habis ½ porsi Mengidentifikasi perubahan pola makan. Klien tampak makan dengan piring dan sendok dari Bekerjasama dengan keluarga dalam penyediaan alat kesehatan rumah Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet A : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan rendah serat tubuh belum teratasi P : lanjutkan intervensi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah serat
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakberdayaan
Ansietas Ringan Sedang
TINDAKAN KEPERAWATAN
EVALUASI (SOAP)
Tanggal 05 juni 2014 S: klien mengatakan senang bisa berbincang bincang Jam 09 .00 . Sp 4 klien dengan perawat, klien akan mencoba mempraktekan - Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya penatalaksanaan diet bagi dirinya - Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang O : klien tampak ceria, klien terlihat konsentrasi dalam dihadapinya pembicaraanya - Membantu klien berpartisipasi dalam keputusan yang A : ketidakberdayaan belum teratasi berkenaan dengan perawatan klien P : latih klien mengambil keputusan tentang perawatan Sp Keluarga sendiri. Mendiskusikan dengan keluarga tentang kondisi klien dan cara merawat klien Mendiskusikan dengan keluarga dalam memotivasi klien Tanggal 05 – juni - 2014 Jam 15.10 WIB Sp 3 klien - Mendiskusikan persepsi dan perasaannya klien - Mendiskusikan latihan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi - Mendiskusikan latihan hypnosis lima jari - Menanyakan latihan teknik relaksasi napas dalam dan hypnosis lima jari dalam kekeseharian klien sesuai jadwal yang telah disepakati
S : klien mengatakan mulai mengerti kenapa harus dilakukan tindakan punksi - klien mau melakukan latihan napas dalam sehari tiga kali - klien akan melakukan hypnosis lima jari bila lagi sedang cemas O : klien tampak sedih, sering termenung - klien tanpak konsentrasi dalam hypnosis lima jati - klien tanpak konsentrasi dalam latihan relaksasi napas dalam A : Ansietas Ringan Sedang belum teratasi P :. P: Bantu klien latihan teknik relaksasi napas dalam dan
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
distraksi sesuai jadwal - Bantu klien melakukan teknik hypnosis lima jari dalam kesehariannya K: Mendiskusikan penyebab dan cara mengatasi masalah kecemasan klien Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri
-
Jam : 17 : 40 Wib Mengobservasi texture, turgor kulit. Mengobservasi intake out put Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Mengidentifikasi perubahan pola makan. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah serat dan mengganti bubur dengan nasi tim TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal 06 juni 2014 jam 16:10 WIB - memonitor keadaan umum dan tanda tanda vital - mengkaji skala nyeri 5 (skala 1 – 10 ) - memberikan posisi yang nyaman bagi klien - melatih klien teknik nafas dalam untuk mengurngi nyeri dan guide imagery - kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
S
: klien mengatakan makannya habis dan berselera dengan diet nasi Tim - klien mengatakan sekarang sudah ada rasa nasi. O : Turgor kulit cukup,. Porsi makan malam habis ¾ porsi. Klien tampak senang dengan menu hari ini. A : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi P : Pertahankan intervensi EVALUASI (SOAP) S : klien mengatkan nyeri berkurang sesaat setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam O : klien tampak lebih tenang, - klien mempraktekkan teknik nafas dalam dan guide imagery A : nyeri belum teatasi P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi K; Latihan teknik nafas dalam
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014
ketidakberdayaan
Ansietas Ringan Sedang
Tanggal : 06 – juni -2014 Jam 17.00 Sp 4.5 klien - Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya - Mengevaluasi kondisi ketidakberdayaannya - Membantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan sendiri - Memotivasi klien aktif dalam mencapai tujuan yang realistis
Tanggal 06 – juni - 2014 Jam 15.20 WIB Sp 4 klien - Mendiskusikan persepsi dan perasaannya klien - Mempraktekan teknik relaksasi dalam dan hypnosis lima jari dalam kesehariananya sesuai jadwal yang telah disepakati - Sp Keluarga: motivasi keluarga dalam peran latihan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi
S: klien mengatakan senang dengan kondisi sekarang, - klien mau melakukan pelaksanaan diet dan melakukan tindakan injeksi pada dirinya O : klien tampak antusias , raut wajah klien tampak senang A : ketidakberdayaan teratasi P : lanjutkan intevensi. Sp 2 : evaluasi dan monitor motivasi klien dalam pola pikir positif dan Sp Keluarga : motivasi keluarga dalam peran harapan positif klien S : klien mengatakan nyeri bila menggerakan badannya akibat tindakan punksi - klien khawatir akan hasilnya O : klien tampak sering termenung, klien Nampak sering menyendiri A : AnsietasRingan Sedang belum teratasi P :. P: bantu kien latihan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi K: motivasi klien dalam pelaksanaan latihan teknik relaksasi napas dalam
Asuhan keperawatan ..., Asep Hidayat, FIK UI, 2014