Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management Terhadap Financial Distress dan Nilai Perusahaan Arya Imamuddin Koeswara Program Studi Manajemen, Universitas Islam Indonesia
[email protected] D. Agus Harjito Program Studi Manajemen, Universitas Islam Indonesia
[email protected];
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan Enterprise Risk Management terhadap financial distress dan nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data dari penelitian ini diperoleh dari BEI dan website perusahaan dengan periode 2010-2014. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 74 perusahaan manufaktur yang diambil dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik biner dan regresi data panel dengan metode fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui uji signifikansi variabel bebas menunjukkan bahwa penerapan Enterprise Risk Management tidak berpengaruh pada financial distress dan nilai perusahaan. sedangkan melalui uji signifikansi model yang telah dilakukan, model regresi yang diajukan mampu untuk menjelaskan semua perubahan variabel dependen dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi yang diajukan dapat dijadikan sebagai estimator. Kata Kunci: Enterprise Risk Management, Financial Distress, Nilai Perusahaan, Regresi Logistik, Regresi Data Panel. Abstract The purpose of this study was to determine the effect of the implementation of the Enterprise Risk Management on financial distress and companies value in the companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The data in this study were obtained from the Indonesia Stock Exchange and the company's website with the period 2010-2014. The sample used in this study was 74 manufacturing companies that were taken by purposive sampling method. The analysis technique used in this study is a binary logistic regression and panel data regression with fixed effect method. The results showed that by testing the significance of the independent variables showed that the implementation of Enterprise Risk Management has no effect on the financial distress and the value of the company. while through the significance test a model that has been done, the proposed regression model was able to explain all the changes in the dependent variables well. This indicates that the regression model can be used as an estimator. Keywords: Enterprise Risk Management, Financial Distress, Companies Value, Logistic Regression, Panel Data Regression.
185
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Pendahuluan Kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu mengancam kondisi keuangan perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mampu untuk menghadapi guncangan – guncangan ekonomi sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kondisi krisis. Pada umumnya kondisi krisis yang dialami oleh perusahaan adalah krisis keuangan atau biasa disebut dengan Financial Distress. Kondisi seperti ini sangat berbahaya pada keberlangsungan perusahaan karena jika kondisi seperti ini terus berlanjut, maka dapat menyebabkan kebangkrutan. Enterprise Risk Management merupakan suatu strategi yang digunakan untuk tetap bertahan dalam kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu. Perushaan harus mampu mengelola eksposur risiko yang dihadapinya sehingga dapat mempertahankan kinerjanya dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perubahan teknologi, globalisasi dan transaksi bisnis adalah hal yang pasti akan dihadapi oleh perusahaan, perubahan yang terjadi harus disikapi secara bijak oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat memperoleh manfaat dari perubahan – perubahan tersebut. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat menghadapi perubahan – perubahan tersebut, maka dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja perusahaan. Belum ada standar baku yang mengatur tentang Enterprise Risk Management, akan tetapi pada tahun 2004 Committee of Sponsoring Organizations (COSO) memperkenalkan Enterprise Risk Management Framework yang digunakan sebagai sistem internal control dan manajemen risiko terintegrasi. Framework ini didesain sebagai langkah preventif untuk menghindari kecurangan akuntansi dan penanganan atas eksposur risiko yang dihadapi oleh perusahaan serta salah satu bentuk dari Good Corporate Governance. Meskipun demikian, banyak perusahaan yang belum sadar akan pentingnya Enterprise Risk Management. Perusahaan yang berhasil menciptakan Enterprise Risk Management yang efektif memiliki keuntungan jangka panjang yang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan yang mengelola dan memantau risiko secara individual/parsial (Saptiti, 2013). Meizaroh dan Lucyanda (2011) mengatakan bahwa Enterprise Risk Management meningkatkan nilai perusahaan dengan menurunkan volatilitas harga saham, mengurangi biaya modal, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan sinergi antara aktivitas manajemen risiko. Penelitian sebelumnya tentang pengaruh penerapan Enterprise Risk Management terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hoyt dan Liebenberg (2008) menyatakan bahwa penerapan Enterprise Risk Management memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan, hasil empirisnya menyatakan bahwa penerapan Enterprise Risk Management akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 3,6%-17%. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Bertinetti et al., (2013) dan Waweru dan Kisaka (2013) yang menyatakan bahwa penerapan Enterprise Risk management memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa penerapan Enterprise Risk Management tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tahir dan Razali, 2011; Li et al., 2014; Sanjaya dan Linawati, 2015). Penelitian sebelumnya tentang Financial Distress lebih banyak membahas tentang menghitung probabilitas perusahaan mengalami Financial Distress menggunakan analisis rasio keuangan perusahaan dan Corporate Governance. Ugurlu dan Aksoy (2006) mengatakan bahwa rasio keuangan dapat dijadikan prediksi atas kondisi Financial Distress. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa EBITDT, SCA, MVETL, ROE, dan WLCLTD memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi Financial Distress, sedangkan EBITS, APNPT, STFA, OIBOIA, TOAS, dan SWC memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kondisi Financial Distress. Penelitian yang dilakukan oleh Bredart (2014) tentang Financial Distress dan Corporate Governance pada kebangkrutan perusahaan 186
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Lehman Brother mengatakan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kondisi Financial Distress, CEO duality dan CEO ownership juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kondisi Financial Distress. Penelitian lainnya dilakukan oleh Zaki et al., (2011) yang mengukur pengaruh makro ekonomi terhadap probabilitas perusahaan perbankan mengalami Financial Distress. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa makro ekonomi tidak berpengaruh pada probabilitas perusahaan mengalami Financial Distress. Kajian Pustaka Manajemen Risiko Risiko sering kali dikonotasikan sebagai hal yang negatif. Risiko merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan kerugian. Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian (Hanafi, 2009). Risiko juga didefinisikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham dan Houston, 2010). Risiko dikelompokkan kedalam dua tipe risiko yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang hanya akan menyebabkan kerugian, risiko murni dapat dihindari dengan cara asuransi, oleh karena itu risiko ini juga disebut dengan insurable risk. Sementara risiko spekulatif adalah risiko yang dapat menyebabkan kerugian dan keuntungan. Risiko spekulatif tidak bisa dihindari dengan cara asuransi, akan tetapi risiko ini dapat dihindari dengan cara melakukan analisis dan prediksi. Manajemen risiko memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen risiko mengarahkan perusahaan untuk terus berjalan sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan, implementasi dari strategi yang tidak bisa dilakukan dalam satu waktu membuat perusahaan harus menyesuaikan strateginya dengan perkembangan situasi yang terjadi, dengan demikian manajemen risiko dapat membantu perusahaan dalam menerapkan strategi kedepan kemudian melakukan kontrol terhadap strategi tersebut sehingga relevan dengan perkembangan situasi yang terjadi. Enterprise Risk Management Singapurwoko (2011) menjelaskan bahwa Enterprise Risk Management pertama kali dikembangkan oleh James Lam, Direktur Manajemen Risiko pada perusahaan GE Capital pada tahun 1993. Enterprise Risk Management sebagai sebuah kerangka kerja yang komprehensif dan terintegrasi untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, modal ekonomis, dan transfer risiko untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Enterprise Risk Management selanjutnya dikembangkan oleh COSO dengan membuat framework yang dapat diadopsi oleh perusahaan lain sehingga perusahaan lain dapat memaksimalkan nilai perusahaannya. COSO mengandung makna bahwa ERM sebagai suatu proses yang dipengaruhi manajemen perusahaan yang diimplementasikan dalam setiap strategi perusahaan dan dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensial yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan mengelola risiko berada dalam selera risiko perusahaan, untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan entitas. Enterprise Risk Management menjadi sebuah paradigma baru dalam manajemen risiko. Sebelum adanya Enterprise Risk Management, perusahaan melakukan manajemen risiko secara “silos” yang disebut dengan Traditional Risk Management dengan manajemen asuransi, valuta asing, operasi, kredit, dan komoditas. Masing – masing kegiatan dilakukan secara sempit, terfokus dan terfragmentasi. Enterprise Risk Management berusaha untuk
187
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
mengintegrasikan semua risiko kedalam sistem yang terintegrasi, strategis, dan EnterpriseWide System. Salah satu tanda bahwa perusahaan menerapkan Enterprise Risk Management adalah dengan adanya direktur risiko pada level dewan direksi atau komite manajemen risiko pada level dewan komisaris. Financial Distress Ross et al., (2013) mendefinisikan Financial Distress adalah sebuah situasi dimana operating cash flows perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (seperti hutang dagang atau biaya bunga) dan perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan korektif. Menurut Altman (1993) terdapat empat istilah yang umum ditemukan dalam literature Financial Distress yaitu Failure, Insolvency, Default dan Bankruptcy. Berbagai metode untuk memprediksi Financial Distress telah banyak dikembangkan oleh para pakar keuangan, mulai dari metode traditional ratio analysis, multiple discriminant analysis, dan yang paling popular digunakan adalah metode Z-Score Model yang dikembangkan oleh Altman (1993). Metode ini sering disebut sebagai Z-Score Altman. Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Faktor – faktor tersebut adalah kondisi ekonomi global, tren industri, dan masalah – masalah spesifik yang terjadi pada perusahaan seperti berubahnya selera konsumen, teknologi yang sudah usang, dan perubahan demografi pada lokasi – lokasi yang ditempati perusahaan. Faktor keuangan, seperti terlalu banyak hutang dan peningkatan suku bunga hutang yang tidak diharapkan juga dapat menyebabkan terjadinya Financial Distress. Manajemen risiko yang terintegrasi adalah salah satu strategi untuk menghindari terjadinya Financial Distress. Dengan melakukan manajemen risiko yang terintegrasi, perusahaan dapat mengetahui eksposur risiko yang dihadapinya serta dampaknya bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat menentukan strategi untuk menangani dampak dari risiko yang dihadapinya. Nilai Perusahaan Penerapan Enterprise Risk Management oleh perusahaan selain untuk melakukan manajemen risiko secara terintegrasi juga untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang mampu melakukan manajemen risiko yang baik lebih diminati oleh investor karena adanya jaminan bahwa perusahaan memiliki strategi yang baik untuk memaksimalkan keuntungan. Hal ini tentu saja menarik minat investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan meningkat. Semakin baik manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan mengalami kerugian, dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaannya karena semakin banyak investor yang tertarik untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Leverage Brigham dan Ehrhardt (2014) menjelaskan bahwa leverage keuangan adalah suatu ukuran sejauh mana sebuah perusahaan menggunakan pembiayaan hutang. Terdapat tiga implikasi penting dari Leverage: (1) pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan investasi lebih kecil dari ekuitasnya jika perusahaan membiayai bagian dari perusahaan dengan hutang; (2) jika asset perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak lebih tinggi dari tingkat suku bunga pada hutang, maka pemegang saham kembali diuntungkan, sebaliknya pemegang saham akan mengalami kerugian jika asset menghasilkan laba sebelum 188
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
pajak yang lebih rendah dari tingkat bunga; (3) jika sebuah perusahaan memiliki leverage yang tinggi, penurunan kecil dalam kinerja dapat menyebabkan nilai perusahaan jatuh dibawah jumlah hutangnya kepada kreditur. Oleh karena itu, posisi kreditur menjadi sangat berisiko ketika leverage meningkat. Penggunaan leverage bertujuan untuk meningkatkan return pada pemegang saham. Semakin besar penggunaan leverage akan membawa dampak positif selama laba yang dihasilkan lebih besar dari dari beban keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan. Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan (Brigham dan Ehrhardt, 2014). Sedangkan menurut Ross et al., (2013) profitabilitas mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan assetnya dan seberapa efisien perusahaan mengelola operasinya. Secara sederhana profitabilias adalah ukuran kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba. Horne et al. (2008) menjelaskan dua jenis profitabilitas. Pertama adalah profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan dimana profitabilitas ini menjelaskan tingkat keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dari hasil penjualannya. Dua rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan adalah gross profit margin dan net profit margin. Kedua adalah profitabilitas yang berhubungan dengan investasi dimana profitabilitas ini menjelaskan tingkat keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dari aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Dua rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas yang berhubungan dengan investasi adalah return on investment dan return on equity. Ukuran Perusahaan Perusahaan besar akan menghadapi risiko yang semakin kompleks bila dibandingkan dengan perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki bisnis yang lebih kompleks, banyaknya saingan dan supplier yang berhubungan dengan perusahaan besar, serta lingkup bisnis yang lebih luas dari pada perusahaan kecil sehingga risiko – risiko yang tidak dialami oleh perusahaan kecil dapat dialami oleh perusahaan – perusahaan besar. Banyaknya risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan – perusahaan besar mendorong perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen risiko terintegrasi untuk menangani eksposur risiko yang dihadapinya. Kegagalan dalam mengelola manajemen risiko pada perusahaan besar berdampak pada kepercayaan investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Hal ini dikarenakan kekhawatiran investor terhadap kemampuan perusahaan untuk mengelola uang yang mereka investasikan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh penerapan Enterprise Risk Management terhadap Financial Distress Tujuan penerapan Enterprise Risk Management oleh perusahaan adalah untuk menghindari terjadinya risiko kerugian. Risiko kerugian terjadi sebagai akibat dari kegagalan perusahaan dalam melakukan manajemen atas eksposur risiko yang dihadapi perusahaan. Kegagalan tersebut menyebabkan kinerja keuangan perusahaan menurun dan dapat menyebabkan perusahaan mengalami Financial Distress. Brigham dan Ehrhardt (2014) menjelaskan alasan mengapa perusahaan harus mengelola eksposur risikonya dengan baik, salah satunya adalah menghindari terjadinya Financial Distress. Penerapan Enterprise Risk 189
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Management oleh perusahaan diharapkan dapat menghindari kondisi Financial Distress. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H1 : Penerapan Enterprise Risk Management memiliki pengaruh negatif terhadap Financial Distress Pengaruh penerapan Enterprise Risk Management terhadap Nilai Perusahaan Penerapan Enterprise Risk Management membuat perusahaan lebih siap dalam menghadapi dan memitigasi risiko yang dihadapinya. Sehingga perusahaan dapat membuat keputusan strategis terkait dengan bisnis yang dijalankannya sehingga dapat memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin meningkat nilai perusahaan, hal ini dikarenakan investor lebih menyukai untuk melakukan investasi pada perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik. Tujuan utama penerapan Enterprise Risk Managemen adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai perusahaan. Perapan Enterprise Risk Management berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan (Hoyt dan Liebenberg, 2008). Namun demikian, Tahir dan Razali (2011) menyatakan bahwa penerapan Enterprise Risk Management tidak memiliki pengaruh pada Nilai Perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H2 : Penerapan Enterprise Risk Management memiliki pengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Metode Penelitian Metode Penentuan Sampel Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. 2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) secara konsisten yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode 2010 – 2014 dan disajikan dalam rupiah. 3. Perusahaan yang telah mengungkapkan manajemen risiko dalam laporan tahunannya secara konsisten selama periode 2010 sampai dengan periode 2014. Definisi Operasional Variabel Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan pada penelitian ini diukur menggunakan Rasio Tobin’s Q yang dihitung dengan membandingkan Market Value of Equity (MVE) ditambah Book Value of Liabilities (BVL) dengan Book Value of Assets (BVA) (Hoyt dan Liebenberg, 2008). � � �+ � � ��� = �
190
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Financial Distress Financial Distress dalam penelitian ini diukur menggunakan variabel dummy. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ross et al. (2013) tentang Flow-based insolvency terjadi ketika operating cash flow tidak cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga pada penelitian ini perusahaan dikatakan mengalami Financial Distress apabila memiliki operating cash flow yang negatif, dan/atau EBIT yang negatif, dan/atau EAT yang negatif. 1 (satu) jika perusahaan mengalami Financial Distress 0 (nol) jika perusahaan tidak mengalami Financial Distress Penerapan Enterprise Risk Management Penerapan Enterprise Risk Management (ERM) dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kriteria 108 pengungkapan berdasarkan dimensi COSO ERM Framework yang mencakup delapan dimensi. Setiap item Enterprise Risk Management yang diungkapkan diberi nilai 1, dan 0 apabila tidak diungkapkan. Kemudian setiap item akan dijumlah dan dibuat Indeks Pengungkapan ERM yang diperoleh dari perhitungan : � � = �� Variabel Kontrol Penelitian ini melibatkan variabel kontrol antara lain Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan. Hal ini dilakukan agar penelitian mendapatkan hasil yang optimal dalam menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan memutus pengaruh dari variabel – variabel lain yang turut mempengaruhi variabel dependen. Leverage Brigham dan Ehrhardt (2014) menjelaskan bahwa leverage keuangan adalah suatu ukuran sejauh mana sebuah perusahaan menggunakan pembiayaan hutang. Leverage pada penelitian ini diukur dengan rasio total hutang dengan total ekuitas perusahaan. � = � �� Profitabilitas Profitabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa efektif sebuah perusahaan menggunakan berbagai sumber dananya untuk menghasilkan laba (Nickels et al., 2010). Besarnya profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on Assets Ratio. � =
191
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat risiko (Sanjaya dan Linawati, 2015). Pada penelitian ini Ukuran Perusahaan diukur dengan proksi logaritma natural dati total asset. �
Analisis Data
= ��
Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan generalisasi. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai variabel – variabel penelitian. Analisis Regresi Persamaan yang dipresentasikan untuk melihat pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management terhadap Financial Distress dilakukan dengan analisis regresi logistic binary dengan persamaan sebagai berikut:
1. �
−
= �
�
+ ��
+ �
�
+ �
�
�
+ �
�
+
: Log dari perbandingan antara peluang Financial Distress
−
IPERMit LEVERAGEit PROFITABILITYit SIZEit εit
dan peluang Non Financial Distress. : Indeks Pengungkapan Enterprise Risk Management pada perusahaan i waktu ke t. : Leverage Perusahan pada perusahaan i waktu ke t. : Profitabilitas Perusahaan pada perusahaan i waktu ke t. : Ukuran Perusahaan pada perusahaan i waktu ke t. : Variabel lain yang mempengaruhi Financial Distress Perusahaan tetapi tidak dipertimbangkan dalam model.
Persamaan yang dipresentasikan untuk melihat pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management terhadap Nilai Perusahaan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut: 2.
� �
_ �
��
��
+ ���
=�
+ � �
FIRM_VALUEit IPERMit
��
+ �
��
+ �
�
� �
��
+
: Nilai Perusahaan pada perusahaan i waktu ke t. :Indeks Pengungkapan Enterprise Risk Management pada perusahaan i waktu ke t.
192
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito LEVERAGEit PROFITABILITYit SIZEit εit
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016 : Leverage Perusahan pada perusahaan i waktu ke t. : Profitabilitas Perusahaan pada perusahaan i waktu ke t. : Ukuran Perusahaan pada perusahaan i waktu ke t. : Variabel lain yang mempengaruhi Financial Distress Perusahaan tetapi tidak dipertimbangkan dalam model.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai ini menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1. Semakin besar R2 (mendekati 1) semakin tinggi variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 sebesar 0 berarti variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan sama sekali oleh variabel independennya, dan sebaliknya. Menurut Widarjono (2009) mengatakan pada model regresi logistik, nilai koefisien determinasi (R2) konvensional tidak dapat digunakan untuk mengukur kebaikan garis regresi. Sebagai penggantinya, maka digunakan koefisien determinasi yang dikembangkan oleh McFadden. Sama seperti nilai koefisien determinasi konvensional, nilai koefisien determinasi Mc-Fadden terletak antara 0 dan 1. Hasil dan Pembahasan Statistik Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu statistik yaitu perangkat lunak statistik EVIEWS 9 untuk mempermudah proses analisis sehingga dapat menjelaskan hasil analisis dengan baik. Sampel pada penelitian ini berjumlah 74 perusahaan dan periode penelitian ini selama 5 tahun sehingga didapatkan data sebanyak 370 data. Setelah data diperoleh kemudian sebagai langkah awal dilakukan penjabaran statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran sampel pada kondisi yang sebenarnya tanpa bermaksud untuk mengambil kesimpulan. Pada penjabaran statistik deskriptif, akan didapatkan rata – rata, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum dari setiap variabel penelitian. Berikut adalah hasil penjabaran statistik deskriptif dari sampel penelitian ini. Tabel 1: Statistik Deskriptif FIRM_VALU FIN_DIS LEVERAG PROFITABILI E S IPERM E TY Mean 1.9312 0.2810 0.4573 1.1800 0.0714 Std. Dev. 2.4038 0.4501 0.1386 4.4470 0.1226 Maximum 17.9350 1.0000 0.7685 40.3700 0.6700 Minimum 0.1005 0.0000 0.1203 -31.7800 -0.7560 Observations 370 370 370 370 370 Cross sections 74 74 74 74 74 Sumber: Data diolah
SIZE 28.0187 1.6636 33.0949 23.0825 370 74
Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing – masing variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 2, variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (FIRM_VALUE) menunjukkan nilai maksimum sebesar 17.9350 dan nilai minimum sebesar 0.1005 dengan 193
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
rata – rata sebesar 1.9312 dan standar deviasi sebesar 2.4038. Sedangkan variabel dependen Financial Distress (FIN_DISS) menggunakan variabel dummy dengan rata – rata 0.2810 yang menunjukkan bahwa sebesar 28.1% sampel penelitian mengalami kondisi Financial Distress dengan standar deviasi sebesar 0.4501. Variabel independen yaitu Enterprise Risk Management (IPERM) menunjukkan nilai maksimum sebesar 0.7685 dan nilai minimum sebesar 0.1203 dengan rata – rata sebesar 0.4573 dan standar deviasi sebesar 0.1386. Variabel kontrol Leverage (LEVERAGE) menunjukkan nilai maksimum sebesar 40.3700 dan nilai minimum sebesar -31.7800 dengan rata – rata sebesar 1.1800 dan standar deviasi sebesar 4.4470. Variabel kontrol Profitabilitas (PROFITABILITY) menunjukkan nilai maksimum sebesar 0.6700 dan nilai minimum sebesar -0.7560 dengan rata – rata sebesar 0.0714 dan standar deviasi sebesar 0.1226. Variabel kontrol Ukuran Perusahaan (SIZE) menunjukkan nilai maksimum sebesar 33.0949 dan nilai minimal sebesar 23.0825 dengan rata – rata sebesar 28.0187 dan standar deviasi sebesar 1.6636. Analisis Regresi Adapun hasil pengujian regresi logistik adalah sebagai berikut:
Variabel C IPERM LEVERAGE PROFITABILITY SIZE
Tabel 2. Hasil Regresi Logistik Koefisien Odds Ratio Std. Error 5.2962 199.5770 3.2109 -1.7751 0.1695 1.0871 0.0476 1.0488 0.0380 -29.5509 0.0000 4.0510 -0.1553 0.8562 0.1154 Prob(LR statistic)
z-Statistik 1.6494 -1.6328 1.2518 -7.2946 -1.3454
Prob. 0.0991 0.1025 0.2106 0.0000 0.1785 0.0000
Berdasarkan hasil uji yang ditampilkan pada Tabel 2 didapatkan hasil bahwa nilai konstanta sebesar 5.2962 dengan nilai odds ratio sebesar 199.5770 yang berarti kemungkinan perusahaan mengalami financial distress meningkat sebesar 199.5770 kali ketika variabel independen dan variabel kontrol adalah konstan. Variabel independen penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) memiliki nilai koefisien sebesar -1.7751, hal ini menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara penerapan Enterprise Risk management dengan kondisi financial distress. Nilai odds ratio sebesar 0.1695 yang berarti jika penerapan Enterprise Risk Management naik sebesar 1 maka kemungkinan mengalami financial distress turun sebesar 0.1695 kali dengan asumsi variabel lain adalah konstan.
Variabel C IPERM LEVERAGE PROFITABILITY SIZE
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Data Panel Koefisien Std. Error t-Statistik 1.4381 0.6648 2.1631 0.1310 0.1763 0.7431 -0.0039 0.0020 -1.9387 0.2792 0.1292 2.1600 0.0149 0.0246 0.6057 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0313 0.4580 0.0535 0.0316 0.5451 0.0000
194
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Dari persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 1.4381 yang artinya variabel dependen (FIRM_VALUE) memiliki nilai konstan sebesar 1.4381 pada saat variabel independen dan variabel kontrol bernilai 0. Variabel independen penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) memiliki nilai koefisien sebesar 0.1310 yang artinya setiap kenaikan Enterprise Risk Management sebesar 1 akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0.1310 dengan asumsi variabel lain adalah konstan. Hal ini menunjukkan hubungan yang searah antara penerapan Enterprise Risk Management dan nilai perusahaan dimana setiap peningkatan penerapan Enterprise Risk Management maka akan mengakibatkan peningkatan pada nilai perusahaan dan sebaliknya. Pembahasan Hasil uji signifikansi pengaruh penerapan Enterprise Risk Management terhadap financial distress menunjukkan bahwa nilai p – value sebesar 0.1025. Nilai p – value tersebut lebih besar dari pada taraf signifikansi α sebesar 0.05, dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa penerapan Enterprise Risk Management tidak berpengaruh terhadap financial distress. Berdasarkan hasil uji signifikansi model regresi, nilai probabilitas LR-Statistik adalah 0.0000, nilai tersebut menunjukkan bahwa model regresi yang diajukan mampu untuk menjelaskan semua perubahan variabel dependen dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi yang diajukan dapat dijadikan sebagai estimator. Penelitian ini menambahkan keragaman atas penelitian tentang financial distress. kecenderungan penelitian tentang financial distress berfokus pada profitabilitas dan solvabilitas. Akan tetapi, sebenarnya banyak variabel yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap financial distress seperti penelitian yang dilakukan Zaki et al., (2011) yang mengukur pengaruh makro ekonomi terhadap financial distress dan penelitian Bredart (2014) yang meneliti pengaruh Corporate governance terhadap financial distress, dan penelitian ini yang mengukur pengaruh penerapan Enterprise Risk Management terhadap financial distress. Kondisi financial distress dapat dihindari salah satunya dengan menerapan enterprise risk management. Akan tetapi, penerapan Enterprise Risk management merupakan langkah yang berkelanjutan dan dampaknya baru akan dirasakan pada jangka panjang sehingga perusahaan harus terus melakukan evaluasi agar dampak dari penerapan Enterprise Risk Management dapat dirasakan oleh perusahaan. selain itu hal yang harus diperhatikan adalah efektivitas dari penerapan Enterprise Risk Management yang seharusnya mampu untuk menghindari kondisi financial distress menjadi kunci dari kesuksesan perusahaan dalam mengadopsi penerapan sistem tersebut. Berdasarkan hasil dari uji signifikansi variabel bebas menunjukkan bahwa nilai koefisien dari variabel independen penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) adalah sebesar 0.1310 yang berarti hubungan antara variabel independen penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) dengan variabel dependen Nilai Perusahaan (FIRM_VALUE) adalah searah. Nilai p – value dari variabel independen penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) adalah sebesar 0.4580 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 (p – value > α) yang artinya H0 pada penelitian ini diterima dan H2 ditolak. Berdasarkan hasil uji signifikansi model regresi, nilai probabilitas F-Statistik adalah 0.0000, nilai tersebut menunjukkan bahwa model regresi yang diajukan mampu untuk menjelaskan semua perubahan variabel dependen dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi yang diajukan dapat dijadikan sebagai estimator. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas yang menunjukkan nilai 0.4580 lebih besar dari α = 0.05. Hasil ini berbeda 195
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
dengan penelitian yang dilakukan oleh Liebenberg dan Hoyt dan Liebenberg (2008), Bertinetti et al. (2013), dan Waweru dan Kisaka (2013), tetapi mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tahir dan Razali (2011), Li et al. (2014), dan Sanjaya dan Linawati (2015). Menurut Sanjaya dan Linawati (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pertimbangan investor dalam melakukan investasi kurang mengapresiasi penerapan Enterprise Risk Management suatu perusahaan akan tetapi cenderung lebih mempertimbangkan faktor lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji regresi dimana leverage (LEVERAGE) dan profitabilitas (PROFITABILITY) memiliki pengaruh yang signifikan masing – masing pada level 10% dan 5%. Investor di Indonesia lebih mengapresiasi perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dan leverage yang rendah, selain itu penerapan Enterprise Risk Management di Indonesia masih dalam tahap adopsi sehingga investor kurang memperhatikan penerapan Enterprise Risk Management. Penerapan Enterprise Risk Management merupakan proses yang berkelanjutan dan jangka panjang sehingga dampak dari penerapannya baru akan dirasakan dalam jangka panjang sehingga investor tidak dapat langsung merasakan dampaknya. Selain itu tujuan dari penerapan Enterprise Risk Management adalah untuk mengelola risiko sehingga performa perusahaan dapat maksimal, dalam hal ini perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dengan mengelola segala risiko yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya investor yang bersifat jangka panjang yang akan merasakan dampak dari penerapan Enterprise Risk Management, sedangkan investor jangka pendek yang mencari keuntungan dari capital gain tidak akan merasakan dampak dari penerapan Enterprise Risk Management. Kesimpulan Kesimpulan penelitian antara lain bahwa penerapan Enterprise Risk Management tidak berpengaruh pada kondisi Financial Distress. . hal ini berdasarkan hasil pengujian variabel independen dengan metode regresi logistik yang mendapatkan hasil p - value sebesar 0.1025 lebih besar dari taraf signifikansi α 0.05. Penerapan Enterprise Risk management tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini didasarkan pada hasil uji signifikansi variabel bebas dengan regresi data panel melalui metode Fixed Effect dengan pembobotan GLS Weights: Cross-Section Weights yang menghasilkan nilai p – value variabel penerapan Enterprise Risk Management (IPERM) sebesar 0.4580 lebih besar dari taraf signifikansi α sebesar 0.05. Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain bahwa penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif sehingga pengambilan kesimpulan hanya berdasarkan perhitungan statistik, hal ini menyebabkan kesimpulan yang diambil kurang dapat menjelaskan kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan. Sampel pada penelitian ini masih terbatas hanya pada perusahaan yang masuk dalam kategori manufaktur yang listing di BEI. Periode penelitian terbatas hanya selama 5 tahun. Sehingga hasil dari penerapan Enterprise Risk Management masih belum dapat dirasakan pengaruhnya. Oleh karena itu saran untuk penelitian berikutnya antara lain penelitian sebaiknya menggunakan metode eksperimen sehingga kesimpulan yang diambil benar – benar dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Dilakukan penambahan sampel penelitian dengan memasukkan seluruh perusahaan yang listing di BEI. Periode penelitian ditambah sehingga dapat mengamati dampak dari penerapan Enterprise Risk Management terhadap nilai perusahaan dan kondisi financial distress dengan lebih baik.
196
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Daftar Pustaka Altman, Edward I. (1993).Corporate Financial Distress and Bankruptcy. Canada : John Wiley & Sons, Inc. Bertinetti, G. S., Cavezzali, E., Gardenal, G. (2013). The Effect Of The Enterprise Risk Management Implementation On The Firm Value Of European Companies.Venezia. Retrieved From http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2326195. Bredart, Xavier. (2014). Financial Distress and Corporate Governance around Lehman Brother Bankruptcy. International Business Research. 7(5):1-9. Brigham, Eugene F., Ehrhardt, Michael C. (2014). Financial Management 14th Ed. Theory & Practice. USA: South-Western Cengage Learning. Brigham, Eugene F., Houston, Joel F. (2010). Dasar – Dasar Manajemen Keuangan Buku 1 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Hanafi, Mamduh M. (2009). Manajemen Risiko Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Horne, James C. Van., Wachowicz, John M. (2008). Fundamentals of Financial Management 13th Ed. Essex: Prentice Hall. Hui, Huang., Jing-Jing, Zhao. (2008). Relationship Between Corporate Governance and Financial Distress: An Empirical Study of Distressed Companies in China. International Journal of Management. 25(3):654-664. Liebenberg, A. P dan Hoyt, R. E., (2008). The Value of Enterprise Risk Management: Evidence from the U.S. Insurance Industry. The Journal of Risk and Insurance. Li, Q., Wu, Y., Ojiako, U., Marshall, A., Chipulu, M. (2014). Enterprise Risk Management and Firm Value Within China’s Insurance Industry. Acta Commercii, 14(1). http://dx.doi.org/10.4102/ac.v14i1.198. Meizaroh,. Lucyanda, Jurica. “Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan pada Pengungkapan Enterprise Risk Management”. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Banda Aceh, 2011. Nickels, William G., McHugh, James M., McHugh, Susan M., (2010). Pengantar Bisnis (Understanding Business) Ed. 8 Buku 2. Jakarta: Salemba Esmpat. Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., Jaffe, Jeffrey. (2013). Corporate Finance 10th Ed. New York: McGraw-Hill Irwin. Sanjaya, C. K., Linawati, N. (2015). Pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management dan Variabel Kontrol Terhadap Nilai Perusahaan di Sektor Keuangan. FINESTA, 3(1):52-57. Saptiti, Adharia. (2013). PENGARUH IMPLEMENTASI PERAN KOMITE AUDIT DAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT TERHADAP KUALITAS LABA, Studi 197
Arya Imamuddin Koeswara D. Agus Harjito
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 2, Febuari 2016
Empiris Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Konstruksi Periode 2009-2011. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Singapurwoko, Arif. (2011). The Analysis of Company’s Financial Performance Before and After Implementing Enterprise Risk Management: An Empirical Study in Indonesia. Asian Journal of Business and Management Sciences, 1(7):92-105. Tahir, I. Z., Razali, A. R. (2011). The Relationship Between Enterprise Risk Management (ERM) and Firm Value; Evidence From Malaysian Public Listed Companies. International Journal of Economics, 1(2):32-41. Ugurlu, Mine., Aksoy, Hakan. (2006). Prediction of Corporate Financial Distress in an Emerging Market: the Case of Turkey. Cross Cultural Management: An International Journal. 13(4):277-295. Waweru, Nelson., Kisaka, Eric. (2013). The Effect of Enterprise Risk Management Implementation on the Value of Companies Listed on the Nairobi Stock Exchange. Journal of Applied Finance & Banking. 3(3):81-105. Widarjono, Agus. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: EKONISIA Zaki, Ehab., Bah, Rahim., Rao, Ananth. (2011). Assessing Probabilities of Financial Distress of Banks in UAE. International Journal of Managerial Finance. 7(3):304320.
198