UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SD N BRAJAN, KASIHAN, BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 Arum Ma’rifah Zauharoh Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia pada siswa kelas V SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah yang terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah student faciltator and explaining dengan multmedia. Analisis data menggunakan ratarata hitung dan persentasi ketuntasan minimal. Berdasarkan analisis data penelitian, kreativitas belajar yang diperoleh siswa pada siklus I skor rata-rata kreativitas belajar siswa yang diperoleh 23,83 kemudian meningkat 20,31% pada siklus II menjadi 28,67. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 6 siswa dengan persentase ketuntasan 25% setelah dilaksanakan siklus II, jumlah siswa yang tuntas menjadi 18 siswa dengan persentase ketuntasan 75%. Prestasi belajar siswa pada saat prasiklus nilai rata-rata yang diperoleh 67,45 persentase ketuntasan sebanyak 37,5%, kemudian setelah melaksanakan tindakan pada siklus I meningkat 3,48% diperoleh hasil nilai rata-rata siswa menjadi 69,80 dengan peresentase ketuntasan sebanyak 54,16%. Pada siklus II mengalami peningkatan 24,16% nilai rata-rata kelas menjadi 83,75 dengan persentase ketuntasan mencapai 87,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS. Kata kunci: Kreativitas Belajar IPS, Prestasi Belajar IPS, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pembelajaran dengan Multimedia, Student Facilitator and Explaining ABSTRACT The research purpose was to increase the creativity and social achievement through student facilitator and explaining learning model with multimedia of fifth grade students at Brajan Elementary School, Kasihan, Bantul 2015/2016 Academic Year. This research was a classroom action research (CAR) with the steps consisting of planning, implementation (action), observation, and reflection. Data were collected by using observation, testing, interviews, and documentation. The learning model used the student facilitator and explaining with multmedia. Analysis of data used the arithmetic mean and the percentage of minimum completeness. Based on the analysis of research data, the creativity of learning obtained by students in the first cycle, the average score of students' creativity gained 23.83 then increased to 20.31% in the second cycle into 28.67. The number of students who completed in the first cycle were 6 students with the percentage of completeness 25% after the second cycle is done, the number of students who completed were 18 students with a percentage of 75% completeness. Student achievement in the precycle, the average score was 67.45
with percentage of completeness was 37.5%, then after implemented the action in the first cycle increased to 3.48%, then the average score of students became 69.80 with the percentage of completeness was 54.16%. In the second cycle has increased to 24.16%, the class average of score into 83.75 with the percentage of completeness was 87.5%. It can be concluded that the used of student learning facilitator and explaining learning model with multimedia can enhance the creativity and social student achievement. Keywords: Social Study Creativity, Social Study Achievement, Social Science, Facilitator and Explaining PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan fungsinya sebagai manusia. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam UndangUndang No. 20 tahun 2003 Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah dengan menerapkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Pemerintah Indonesia mengupayakan perbaikan mutu pendidikan dengan menyempurnakan kurikulum yang diterapkan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Sekolah Dasar merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi siswa yang berusia 6-12 tahun. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, oleh sebab itu perlu adanya penyempurnaan secara terusmenerus sejalan dengan laju perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kurikulum yang diterapkan di sebagian besar lembaga
Multimedia, Student
pendidikan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Trianto, (2011: 7-8) Kurikulum ini menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan bermakna, selain itu guru juga harus dapat mengorganisasikan pembelajaran dan memilih pendekatan, model, metode, atau strategi pembelajaran yang tepat sehingga orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa. Materi pelajaran dalam KTSP di SD/MI memiliki beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Tujuan dari pembelajaran IPS di SD/MI adalah (1) agar perserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan social; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian dan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPS di sekolah dasar, siswa diharapkan mampu menyadari gejala sosial yang dihadapi dan memiliki kemampuan menyelesaikan secara logis sesuai dengan nilai-nilai sosial kemanusian. Konsep-konsep gejala sosial bersifat abstrak sehingga harus disosialisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Keabstrakan konsep-konsep materi IPS menjadi hambatan belajar bagi siswa dalam memperoleh ketuntasan belajar. Pembelajaran IPS akan tercapai tujuannya secara maksimal apabila tercipta suatu kondisi belajar yang menyenangkan, melibatkan siswa secara aktif, dan bermakna bagi siswa terhadap
materi yang diajarkan. Untuk itu, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menentukan berbagai pendekatan, model, metode, strategi maupun media pembelajaran yang bervariasi agar dapat terlaksana pembelajaran IPS yang kondusif dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti di SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul khususnya dikelas V, diketahui proses dan hasil belajar IPS di kelas V belum maksimal. Ketidakmaksimalan proses dan hasil tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu: (1) Siswa susah menghafal materi; (2) Saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang antusias dan merasa malu untuk bertanya atau berpendapat mengenai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru dan; (3) Guru belum sepenuhnya menggunakan alat media pembelajaran yang menarik dan inovatif untuk menunjang proses pembelajaran IPS, sehingga berdampak pada kurangnya antusia siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa sulit untuk diajak berdiskusi, dan kurang memahami materi pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil belajar IPS siswa kelas V yang masih tergolong rendah dengan nilai rata-rata kelas yaitu 67,45 dimana nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditentukan yaitu 70. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 9 siswa atau 37,5% dan yang belum mencapai KKM sebanyak 15 siswa atau 62,5% dari jumlah siswa kelas V yaitu 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi guru memahami karakteristik materi, siswa, dan model pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap metode dan model pembelajaran yang variatif dan bermakna bagi siswa. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif dan inovatif dalam mengkonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan prestasi siswa. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran tergantung bagaimana guru mengajar. Berbagai upaya untuk menciptakan kondisi belajar yang benar-benar membuat siswa nyaman dan senang telah dilakukan oleh para pakar pendidikan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pembelajaran IPS adalah dengan pemilihan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD dan
materi yang akan dipelajari. Salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran adalah dengan menciptakan pembelajaran dengan pendekatan, metode, strategi, atau model pembelajaran yang variatif dan inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif adalah model student facilitator and exlpaining. Menurut Miftahul Huda, (2013: 228) student facilitator and exlpaining yaitu satu model pembelajaran yang menyajikan materi ajar dengan diawali penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekanrekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada semua siswa. Model student facilitator and exlpaining ini akan lebih menarik dan berkesan bila dipadukan dengan menggunakan multimedia. Menurut Richard E Mayer, (2009: 3) Multimedia adalah presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar. Model dan media pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik, karena siswa diminta untuk bertindak sebagai pengajar ataupun sebagai fasilitator bagi seisi kelas. Artinya, dengan memposisikan siswa seperti itu, siswa secara langsung terkondisi untuk menguasai materi pelajaran yang hendak diberikan. Dengan menguasainya, maka siswa lebih mudah memahami materi dan memungkinkan baginya untuk meningkatkan prestasi belajar IPS. Keunggulan dari model pembelajaran student facilitator and exlpaining yang menggunakan multimedia ini diharapkan akan mampu meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Negeri Brajan, Kaisihan, Bantul. Untuk itu peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas V SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul, dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan Multimedia pada Siswa Kelas V SD N Brajan, Kasihan, Bantul Tahun Ajaran 2015/2016”. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan multimedia pada siswa kelas V SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul tahun ajaran 2015/2016?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berhubungan dengan peneliti baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat teoretis yang akan didapat antara lain yaitu: a) Untuk menambah informasi tentang penerapan student facilitator and explaining dengan mulitimedia dalam pembelajaran IPS pada kelas V, b) Untuk memperoleh pengetahuan tentang bagaimana penerapan student facilitator and explaining dalam pembelajaran IPS dengan multimedia di kelas V SD. Penelitian ini juga bermanfaat secara praktis bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Manfaat bagi siswa yaitu: a) Mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajar, b) Mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. c) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, d) Memberikan pembelajaran yang bermakna dan, e) Meningkatkan proses dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS. Manfaat yang diperoleh bagi guru antara lain yaitu: a) dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas V, b) Memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Manfaat yang diperoleh bagi sekolah antara lain yaitu: a) Untuk meningkatkan kualitas peserta didik, b) Memberikan kontribusi positif dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajaran. Sedangkan manfaat yang diperoleh bagi peneliti antara lain yaitu: a) Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya tentang penerapan student facilitator and explaining dengan multimedia dalam pembelajaran IPS di kelas V. b) dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut. KAJIAN TEORI Istilah kreativitas mempunyai banyak definisi, tergantung pada sudut pandang seseorang yang mengkajinya. Beberapa ahli mempunyai definisi yang berbeda-beda tentang kreativitas. Menurut Ahmad Susanto, (2013:99) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Adapun kreativitas menurut Untami Munandar, (2002:14) kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dan lingkungannya. Dari definisi tersebut berarti bahwa seseorang mempengaruhi atau dipengaruhi lingkungan di mana ia berada.
Sedangkan menurut Menurut Torrance, (Ahmad Susanto, 2013:101) bahwa kreativitas didefinisikan sebagai proses dalam memahami sebuah masalah, mencari solusi yang mungkin, menarik hipotesis, menguji dan mengevaluasi, serta mengkomunikasikan hasilnya pada orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu gagasan baru yang membangun dan dapat memperbaiki dari yang sebelumnya. Maka dari itu dalam dunia pendidikan kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam memahami suatu pelajaran atau memakna dari semua yang akan dilakukan. Kreativitas berkaitan dengan faktor kognitif dan afektif seperti yang diungkapkan Ahmad Susanto, (2013:106) bahwa faktor kognitif memiliki ciri-ciri kecerdasan seperti : keteramipalan berfikir lancar, keterampilan berfikir luwes, keterampilan berfikir orisinal, keterampilan elaborasi, dan keterampilan mengevaluasi. Sedangkan ciri-ciri afektif dari kreativitas adalah yang berkaitan dengan sikap dan perasaan seperti: rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat mengambil resko, dan sifat menghargai. Dari beberapa ciri-ciri kreativitas yang dinyatakan oleh Ahmad Susanto sesuai dengan pendapat menurut Utami Mundandar, (Ahmad Susanto, 2013:111) bahwa komponen berfikir kreatif meliputi fluency, flexibiliti, elaboration, dan originality. Keterampilan berfikir lancar (fluency) memiliki ciri-ciri seperti; mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, sesalalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Keterampilan berfikir lancar ditunjukan dengan perilaku siswa seperti: mengajukan banyak pertanyaan, menjawab degan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan dan mempunyai banyak gagasan dalam pemecahan suatu masalah. Keterampilan berfikir luwes (flexibiliti) memiliki ciri yaitu: menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang lebih bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampum mengubah cara pendekatan atau cara pemkiran. Keterampilan ini ditunjukan oleh perilaku siswa, seperti: memberikan macammacam penafsiran terhadap suatu gambar, menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda, jika diberi masalah
basanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya. Keterampilan memerinci (elaboration) memiliki ciri-ciri: mampu memperkaya dan mengmbangkan suatu gagasan atau produk, menambah atau merinci secara detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik. Adapun perilaku yang ditunjukan siswa yang memilki keterapilan memerinci, seperti: mencar art yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas terhadap penampilan yang kosong dan sederhan, membuat garis-garis, warna-warna dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau orang lain. Adapun ciri-ciri keterampilan berfikir orisinal (originality), yaitu; mampu mengungkapkan hal-ha baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kondisi yang tidak lazim dari bagian atau unsur-unsur. Keteramplan ini ditunjukan dengan perilaku sswa seperti; memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak pernah terfikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lamadan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memiliki cara berfikir yang lain dari yang lain. Kegiatan belajar dikatakan berhasil apabila dapat mencapai hasil yang optimal. Untuk mengetahui apakah hasil yang sudah dicapai sudah optimal atau belum maka diadakan evaluasi belajar. Setelah diadakan evaluasi belajar maka akan diperoleh suatu hasil atau yang sering disebut dengan prestasi belajar. Menurut Mulyasa, (2013: 189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang dapat berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang melatarbelakanginya. Menurut Mulyasa, (2013: 191) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang ditentukan oleh faktor diri seperti intelegensi, minat, sikap, waktu dan kesempatan. Sedangkan faktor eksternal, yang ada di luar individu seperti faktor sosial dan nonsosial. Faktor sosial yaitu menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial seperti keluarga, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor nonsosial yaitu faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan lingkungan fisik, sehingga faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar harus diperhatikan agar tidak mengganggu prestasi belajar siswa. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Pada jenjang SD/MI, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonimi. Pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari, dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada disekitar mereka serta mengembangkan pemahaman dan kemampuan menganalisis kondisi sosial masyarakat di lingkungan sekitar. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam pembelajaran dengan harapan peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Menurut Numan Sumantri, (Tasrif, 2008:1) mengatakan bahwa pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, idiologi negara, dan disiplin ilmu lainnya serta masalahmasalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan dasar dan menengah. Menurut Somantri, (Rudi Gunawan, 2011:21) Tujuan pendidikan IPS, diantaranya untuk membantu tumbuhnya berpikir ilmuwan sosial dan memahami konsep-konsepnya, serta membantu tumbuhnya warga negara yang baik. Sementara menurut Wahab, (Rudi Gunawan, 2011: 21) Tujuan pengajaran IPS di sekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan dan menghafal sejumlah fakta dan informasi, akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Menurut Miftahul Huda, (2013: 228) menyatakan student facilitator and explaining merupakan penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada semua siswa. Menurut Aris Shoimin, (2014: 184) memaparkan langkah langkah student facilitator and explainingsebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garisgaris besar materi pembelajaran. 3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran. 4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa. 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. 6) penutup. Menurut Aris Shoimin, (2014:184) berpendapat kelebihan model student facilitator and explaining antara lain: 1) Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret ; 2) dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi; 3) melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk mengulangi penjelasan dari guru yang telah didengar; 4) memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar; dan 5) mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan. Sedangkan kekurangannya antara lain: 1) Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif; 2) tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya atau menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran; 3) adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil; dan tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi ajar secara ringkas. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan pendekatanan Kualitatif melalui metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Classroom Action Research (CAR). Menurut Hamzah B. Uno dkk, (2011:41) PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
bersifat kolaboratif dimana penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dan dicari pemecahannya bersama dengan guru kelas yang biasa mengajar. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari mulai persiapan, pelaksanaan, analisis hingga pembuatan laporan dimulai pada bulan Januari hingga bulan Juni 2016. Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Guru kelas V sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Bapak Esdy Waluyo, S.Pd. Siswa yang ada di kelas V memiliki latar belakang prestasi akademik yang berbeda-beda satu sama lain. Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu kreativitas dan prestasi belajar IPS kelas V SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul tahun ajaran 2015/2016. Prosedur penelitian berupa uraian yang melukiskan kegiatan sejak awal sampai dengan pembuatan laporan. Menurut model Kemmis dan Mc Taggart, (Hamzah B.Uno, dkk, 2011:87) model tersebut berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observation) dan refleksi (reflection) dengan menjadikan satu kesatuan komponen tindakan (action) dan observasi (observation).
Gambar 1 Alur Pelaksanaan PTK menggunakan Model Spiral Kemmis dan Taggart (Hamzah B. Uno, dkk, 2011:87)
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, antara lain: 1) Teknik tes, tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes evaluasi hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar IPS, 2)Teknik Non tes, yaitu dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari data pada saat berlangsungnya proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia. Data ini nantinya akan digunakan untuk menentukan tingkat ketercapaian penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia dan kemampuan kreativitas belajar siswa, apakah dalam penerapannya dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS siswa kelas V atau tidak. Observer dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh teman sejawat, sedangkan yang bertindak sebagai praktikan adalah guru kelas V. Observer bertugas mengamati proses pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir pembelajaran yaitu mengamati bagaimana penerapan langkah-langkah model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia dalam peningkatan kreativitas dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar tes evaluasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebaga berikut: a. Peningkatan kreativitas belajar siswa dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 1. Melakukan perhitungan persentase nilai kreativitas belajar tiap siswa menggunakan rumus:
2. Melakukan perhitungan nilai rata-rata kreativitas belajar siswa
Katagori kreativitas belajar siswa dapat diketahui dengan menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut
Tabel 1 : Pedoman Penilaian Kreativitas Belajar No. Skor Kriteria 1. 35-40 Sangat Tinggi 2. 29-34 Tinggi 3. 23-28 Cukup 4. 17-22 Rendah 5. 10-16 Sangat Rendah b. Menghitung Peningkatan Prestasi Belajar 1. Menghitung rata-rata kelas Menurut Suharsimi Arikunto, (2012:299), untuk menghitung nilai rata-rata hasil tes sebagai berikut: ∑ ̅ ∑
Menghitung nilai persentase ketuntasan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II diperoleh hasil rekapitulasi kreativitas belajar siswa sebagai berikut: Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Observasi Kreativitas Belajar Siswa No. A 1. 2. B
Aspek Peningkatan Nilai Siklus I Siklus II Ketuntasan
1. 2.
Siklus I Siklus II
Keterangan RataPersentase Rata 23,83 28,67 20,31% Frekuen Persentase si 6 25% 18 75%
Berdasarkan tabel 4.5, peningkatan kreativitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2 Diagram Peningkatan Skor Rata-Rata Kreativitas Belajar Siswa Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I skor rata-rata kreativitas belajar siswa yang diperoleh 23,83 kemudian meningkat 20,31% pada siklus II menjadi 28,67. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 6 siswa dengan persentase ketuntasan 25% setelah dilaksanakan siklus II, jumlah siswa yang tuntas menjadi 18 siswa dengan persentase ketuntasan 75%. Peningkatan kreativitas belajar pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu apabila siswa memliki kreativitas dengan katagori tinggi minimal sebanyak 75% dari jumlah siswa sehingga tindakan dapat dihentikan. Rekapitulasi peningkatan prestasi belajar dari sebelum diterapkan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia dengan sesudah diterapkan, mulai dari nilai prestasi pra siklus, nilai prestasi siklus I dan nilai prestasi siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 3. Data Rekapitulasi Prestasi Belajar Saat Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No. A 1. 2. 3. B 1. 2. 3.
Aspek Peningkatan Nilai Pra siklus Siklus I Siklus II Ketuntasan Pra siklus Siklus I Siklus II
Berdasarkan hasil di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Brajan Kasihan Bantul. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas sebelum melaksanakan tindakan diperoleh hasil nilai rata-rata siswa 67,45 dengan frekuensi tuntas sebanyak 9 siswa sudah mencapai KKM dengan persentase ketuntasan sebanyak 37,5%. Kemudian setelah melaksanakan tindakan pada siklus I meningkat 3,48% diperoleh hasil nilai rata-rata siswa menjadi 69,80 dengan frekuensi tuntas sebanyak 13 siswa sudah mencapai KKM persentase ketuntasan sebanyak 54,16%. Hasil pra sikus ke siklus I baru meningkat 3,48% sehingga belum menunjukkan adanya peningkatan sesuai target . Pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu 24,16% nilai rata-rata kelas menjadi 83,75 dengan dengan frekuensi tuntas sebanyak 21 siswa sudah mencapai KKM persentase ketuntasan mencapai 87,5% yaitu dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95. Selanjutnya dapat dilihat pula grafik pengingkatan prestasi dan ketuntasan belajar siswa kelas V dengan model pembelajaran student facilitator and explining dengan multimedia pada gambar 3. Gambar 3 . Peningkatan Nilai Rata-rata Keseluruhan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus 2 Peningkatan Nilai Rata-rata Keseluruhan Siswa
Nilai
skor
Peningkatan Skor Rata-Rata Kreativitas Belajar Keseluruhan Siswa RataRata, RataSiklus Siklus I Rata, II, Siklus Siklus II 28.67 I, 23.83
Rata-rata, Nilai Pra Siklus, 67.45
Rata-rata, Siklus I, 69.8
Rata-rata, Siklus II, 83.75
Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II
Keterangan Rata-Rata Persentase 67,45 69,80 83,75 Frekuensi 9 13 21
3,48% 24,16% Persentase 37,5% 54,16% 87,5%
Peningkatan persentase ketuntasan keseluruhan siswa dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus Siklus I dan Siklus 2 Peningkatan Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa
Persentase
Ketuntas an, Siklus NilaiII,Pra 87.50% Siklus
Ketuntas an, Nilai Pra Siklus, 37.50%
Ketuntas an, Siklus I, 54.16%
Siklus I Siklus II
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Brajan, Kasihan, Bantul dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran student facilitator adn explaining dengan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil nilai rata-rata kelas sebelum melaksanakan tindakan diperoleh 67,45 dengan frekuensi tuntas sebanyak 9 siswa sudah mencapai KKM dengan presentase ketuntasan sebanyak 37,5%. Kemudian setelah melaksanakan tindakan pada siklus I meningkat 3,48% diperoleh hasil nilai ratarata siswa menjadi 69,80 dengan frekuensi tuntas sebanyak 13 siswa sudah mencapai KKM presentase ketuntasan sebanyak 54,16%. Pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu 24,16% nilai rata-rata kelas menjadi 83,75 dengan dengan frekuensi tuntas sebanyak 21 siswa sudah mencapai KKM persentase ketuntasan mencapai 87,5% yaitu dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95. 2. Berdasarkan hasil observasi kreativitas belajar siswa melalui model pembelajaran student facilitator adn explaining dengan multimedia pada siklus I skor rata-rata kreativitas belajar siswa yang diperoleh 23,83 kemudian meningkat 20,31% pada siklus II menjadi 28,67. Jumlah siswa yang
tuntas pada siklus I sebanyak 6 siswa dengan persentase ketuntasan 25% setelah dilaksanakan siklus II, jumlah siswa yang tuntas menjadi 18 siswa dengan persentase ketuntasan 75% serta keterlaksanaan proses pembelajaran guru sebesar 80% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 90%. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hamzah. B. Uno, dkk. 2011. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta. PT.Bima Aksara Miftahul Huda.2013. Model- model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa.2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung: PT. Remaja Rodaskarya. Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Genta Press. Rudi Gunawan. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional