PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN SEGI EMPAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 NARMADA TAHUN AJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI
OLEH
NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R 112 047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI .. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii ABSTRAK ............................................................................................................... iv PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11
iv
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN SEGI EMPAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 NARMADA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh Nahwan Sholihan Zikkri, Sripatmi, Syahrul Azmi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada yang ketuntasan klasikalnya pada ulangan semester I hanya mencapai 12,50% dengan nilai rata-rata 43,81. Hal ini terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada tahun ajaran 2015/2016 pada pembelajaran segi empat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dimana pada tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD. Adapun masing-masing siklus terdiri dari atas dua pertemuan. Data aktivitas belajar siswa diambil menggunakan lembar obsevasi sedangkan data prestasi belajar siswa diambil menggunakan tes evaluasi yang diberikan pada akhir tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I tergolong rendah sedangkan pertemuan kedua siklus I aktivitas siswa berkategori cukup. Pada siklus II pertemuan pertama aktivitas siswa berkategori sangat tinggi sedangkan pertemuan kedua siklus II sangat tinggi dengan skor aktivitas siswa berturut-turut adalah 8,67; 11; 19,67; 23,01. Dengan demikian, terdapat peningkatan aktivitas siswa. Analisis hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 74,69 dan 83,13 dengan ketuntasan klasikal masing-masing siklus 56,25% dan 87,50%. Disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran segi empat dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci : aktivitas belajar siswa, prestasi belajar siswa, model kooperatif tipe STAD.
v
APPLICATION OF THE STAD COOPERATIVE MODELS IN TERMS OF RECTANGULAR TO INCREASE ACTIVITY AND ACHIEVEMENT CLASS VII F SMP 4 NARMADA IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 By Nahwan Sholihan Zikkri, Sripatmi, Syahrul Azmi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected] ABSTRACT This research is based on low activity and student learning achievement at the VII-F grade of Junior High School 4 Narmada classical passing in 1st exam grade only reach 12.50% with average score 43.81. It’s happened because the learning model that applied still focus on teacher. Learning model can apply is cooperative STAD model. This study aims to determine the increase in activity and student learning achievement at the VII-F grade of Junior High School 4 Narmada in academic year 2015/2016 on learning of rectangular. The types of this research is Classroom Action Research (CAR) conducted in two cycles consisting of the stages of planning, implementation, observation, evaluation and reflection. The implementation of this research is to apply the cooperative STAD model. Students learning activity data were taken using student achievement evaluation tests given at the end of each cycle. The results showed that the activity of the students at the first meeting of the first cycle is low, while the second meeting of the first cycle of student activity categorized enough. In the second cycle of the first meeting of student activity is very high category while the second meeting of the second cycle is very high with a score of student activity are respectively 8.67; 11; 19.67; 23.01. Thus, there is an increased activity on the evaluation of student learning. The analysis of results of the evaluation students learning in the first cycle and the second cycle in a row is 74.69 and 83.13 with classical completeness cycles respectively 56.25% and 87.50%. With the results obtained from the first cycle to the second cycle both in terms of student learning activities as well as from the increase in the student learning outcomes occur. It was concluded that the application of STAD cooperative model on the learning of rectangular can increase the activity and student learning achievement at the VII-F grade of Junior High School 4 Narmada in academic year 2015/2016. Keywords : student learning activities, students’ achievement, STAD cooperative models.
1
I.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah modal dasar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga manusia dituntut untuk terus berupaya mempelajari, mamahami, dan menguasai berbagai macam disiplin ilmu untuk kemudian diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan. Matematika sebagai ibu dari segala ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, matematika memiliki tingkat urgensitas yang tinggi karena merupakan landasan awal bagi terciptanya sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas [1]. Berdasarkan pengalaman pada saat mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) dari bulan Agustus sampai Desember di kelas VII F SMPN 4 Narmada, ditemukan fakta dalam proses pembelajaran matematika antara lain: 1) Siswa jarang bertanya pada guru dan mengeluarkan ide ataupun pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung. 2) Siswa lebih sering bertanya pada teman sebangkunya. 3) Pada saat guru memberikan tugas kelompok, hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan sebagian besar siswa tidak ikut mengerjakan tugas kelompok tersebut. 4) Guru jarang mendekati dan membimbing siswa pada saat latihan soal dikerjakan, sehingga banyak siswa yang tidak mengerti akan latihan soal yang diberikan. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Selama ini guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dimana dalam menyampaikan informasi pelajaran hanya berceramah saja dan siswa sebagai pendengar kemudian mencatat apa yang guru telah sampaikan. Hasil ulangan semester I pelajaran matematika kelas VII belum mencapai batas minimal yang ditetapkan, yaitu 80 dengan ketuntasan klasikal minimal 85%. Dari kelas VII A hingga VII F, kelas VII F memiliki nilai rata-rata yang paling rendah. Oleh sebab itu, peneliti memilih kelas VII F sebagai obyek penelitian.
2
Terdapat beberapa materi pada kelas VII semester genap yaitu : Himpunan, Garis dan Sudut, Segi Tiga, dan Segi Empat. Nilai rata-rata kelas VII untuk empat materi yaitu himpunan, garis dan sudut, segitiga dan segi empat masih rendah. Nilai rata-rata materi segi empat memiliki nilai rata-rata paling rendah yaitu 44,34 dengan persentase 15,63 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih kurang. Padahal materi segi empat merupakan materi sangat penting karena banyak permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Di kelas VII F saat siswa diberikan tugas kelompok oleh guru siswa yang berkemampuan lebih jarang memberikan kontribusi kepada temannya yang bertanya dan interaksi antar siswa belum mengarah yang positif siswa menganggu temannya saat mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru sehingga kerjasama anggota kelompok tidak baik. Hal ini disebabkan karena di kelas VII F kecakapan sosialnya kurang sehingga rasa menghargai dan menghormati temannya tidak ada siswa masih bersifat individual, terkadang juga siswa jarang menghargai pendapat temannya. Berdasarkan hasil observasi di kelas VII F pada saat siswa diberikan tugas oleh guru ada potensi siswa untuk bertanya pada temannya sehingga ada rasa ingin bekerja sama antar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guna meningkatkan keikutsertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dari permasalahan di atas, salah satu upaya yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapankan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran ini menuntun siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Interaksi yang terjadi antarsiswa di setiap kelompok maupun antara kelompok-kelompok
dapat
meningkatkan
aktivitas
belajar
siswa.
3
Pembelajaran ini tidak hanya membantu guru mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat meningkatkan keberanian siswa, dan belajar menghargai pendapat orang lain. Melalui pembelajaran ini, siswa terlatih untuk berperan aktif dalam mengikuti pelajaran dan dapat menemukan konsep sendiri sehingga mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru. Salah satunya pada materi segi empat. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif [2]. Sedangkan Trianto (2014) menjelaskan bahwa, Student Team-Achievement Division (STAD) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen [3]. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat lima tahapan yang meliputi : 1) tahapan penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok [4]. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa Student TeamAchievement Division (STAD) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada tahun ajaran 2015/2016 pada pembelajaran segi empat melalui penerapan model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
4
II. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Narmada tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII F semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 32 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan, satu pertemuan untuk pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi, setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Dalam setiap siklus terdapat lima tahapan kegiatan yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaa, (3) Observasi, (4) Evaluasi, dan (5) Refleksi [5]. Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan 2 teknik yaitu: observasi dan evaluasi, observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas siswa dan keterlaksanaan rencana pembelajaran. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa. Jenis soal yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa berupa soal uraian. Tujuannya untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada, dengan target minimal 85% dengan rata-rata nilai 80. Skor hasil observasi aktivitas belajar siswa ditentukan dengan rumus :
Dengan : A = rata-rata skor aktivitas belajar siswa z = total skor aktivitas siswa tiap indikator, n = banyaknya deskriptor pada tiap indikator. Skor hasil observasi aktivitas guru ditentukan dengan rumus : ∑ Dengan : = skor aktivitas guru = skor aktivitas guru yang tampak = banyaknya indikator [6]. Data Prestasi Belajar Siswa dianalisis secara deskriptif yaitu menentukan rata-rata nilai hasil tes pada masing-masing siklus, kemudian
5
dilanjutkan dengan menentukan ketuntasan klasikal. Rata-rata hasil evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus : ∑
Dengan : M = rata-rata nilai siswa = nilai yang diperoleh siswa ke-i i = 1, 2, 3, ..., n = banyaknya siswa yang mengikuti tes. Ketuntasan belajar klasikal dianalisis menggunakan rumus :
Dengan : KB = Ketuntasan Belajar Klasikal n = banyaknya siswa yang memperoleh nilai N = banyaknya siswa yang mengikuti tes [7]. Penelitian ini dikatakan berhasil jika aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan rata-rata skor dari siklus 1 ke siklus 2 dengan kategori minimal tinggi dan persentase ketuntasan belajar klasikal siswa minimal 85%.
III. PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada dalam pembelajaran matematika pada materi segi empat melalui penerapan model kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan pelaksanaannya dari tanggal 19 Mei sampai dengan 28 Mei 2016 yang dibagi dalam 4 kali pertemuan. Adapun ringkasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
6
Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Penelitian Aktivitas Guru Siklus
Pert.
I
II
Aktivitas Belajar Siswa
Prestasi Belajar Siswa Nilai Rata-rata
Ketuntasan Klasikal
74,69
56,25%
83,13
87,50%
Skor
Kategori
Skor
1
13
Baik
8,67
2 1
14 16
Sangat Baik Sangat Baik
13,66 19
2
17
Sangat Baik
23,01
Kategori Sangat Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 4.7 di atas terlihat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya model kooperatif tipe STAD. Pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 74,69 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 56,25% dimana indikator yang telah ditetapkan belum tercapai yaitu nilai rata-rata siswa harus persentase ketuntasan belajar secara klasikal
dengan
. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran siklus I masih terdapat kekurangan. Kekurangan pada siklus I tersebut kemudian diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Hasilnya adalah terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa dari siklus sebelumnya yaitu 74,69 menjadi 83,13 dan ketuntasan belajar secara klasikal dari siklus sebelumnya yaitu 56,25% menjadi 87,50%. Data tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus dan pada siklus II, indikator kerja telah tercapai dan penelitian dihentikan. Penerapan model kooperatif tipe STAD tidak serta merta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan I yang masih berkategori rendah. Rendahnya aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus I disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar menggunakan model kooperatif tipe STAD. Misalnya saja pembagian tugas pada saat belajar kelompok di siklus 1 pertemuan I
7
masih kurang. Selain itu juga, siswa mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri karena pembelajaran yang diterapkan berbeda dengan yang biasa digunakan pada saat pembelajaran sebelumnya. Selain faktor siswa, guru juga belum optimal dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD. Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang tidak dilaksanakan oleh guru pada siklus I pertemuan 1, yaitu menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran; mengklarifikasi hasil kerja kelompok siswa; menghitung skor perkembangan individu serta skor rata-rata tim; dan menginformasikan siswa materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan pada pertemuan 2 yaitu menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran; mendampingi siswa dalam diskusi kelompok; memberikan motivasi kepada siswa yang belum mendapatkan hadiah; dan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Ini disebabkan karena guru kurang mampu mengatur waktu sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran pada siklus I masih kurang optimal. Namun, kekurangan yang dialami pada siklus tersebut kemudian diperbaiki pada siklus II, sehingga terjadi peningkatan pada siklus II. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I tersebut, akhirnya pada tahap refleksi, guru melakukan perbaikan tindakan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini adalah bentuk penyempurnaan dan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I. Guru melakukan beberapa langkah perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 sehingga skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Aktivitas belajar tidak akan meningkat apabila siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini mendukung pendapat Hamalik (2001), yang menjelaskan bahwa suatu proses belajar akan benar-benar efektif manakala dalam prosesnya siswa diajak untuk ikut terlibat secara aktif [8]. Proses belajar sesungguhnya bukanlah kegiatan menghafal semata. Seorang guru tidak dapat dengan sertamerta menuangkan sesuatu kedalam benak para siswanya, karena mereka sendirilah yang harus menata apa yang mereka dengar dan lihat menjadi satu
8
kesatuan yang bermakna. Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktikan dan bahkan mengajarkannya kepada siswa lain, maka proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi. Hal di atas menunjukkan bahwa penerapan Model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penerapan Model Kooperatif tipe STAD memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, meningkatkan aktivitas belajar siswa merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Meningkatnya aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Slameto (2010) bahwa dengan partisipasi aktif siswa, pengetahuan mereka akan berkembang dengan lebih baik yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Artinya bahwa dengan meningkatnya aktivitas siswa tersebut maka prestasi siswa juga akan meningkat [9]. Melalui
pembelajaran
model
kooperatif
tipe
STAD
dalam
pembelajaran matematika dapat mengajak siswa berperan aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa, sehingga pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima dengan baik. Dari hasil penelitian yang diperoleh
ternyata
pembagian
kelompok
secara
heterogen
dapat
meningkatkan interaksi antar siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Isjoni (2011) yang menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi guna mencapai prestasi yang maksimal [10]. Selain itu juga, dengan adanya kegiatan diskusi kelompok ini siswa yang lebih mampu memberikan pengarahan kepada temannya yang kurang mampu, sehingga pemahaman siswa tentang suatu materi belajar akan lebih mudah dikarenakan siswa bisa mendiskusikan hal yang tidak dipahaminya dengan anggota kelompoknya. Disini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Dan
9
dengan adanya sistem skor perkembangan individual yang ada pada model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan demikian, berdasakan pembahasan di atas maka penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran segi empat dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada tahun ajaran 2015/2016.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran segi empat dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari peningkatan skor aktivitas pada siklus I untuk tiap pertemuan yaitu 8,67 dan 13,66 dengan masing-masing berkategori rendah dan cukup aktif. Selanjutnya pada siklus 2 untuk tiap pertemuan yaitu 19 dan 23,01 dengan masing-masing berkategori sangat tinggi. Rata-rata skor aktivitas siswa siklus I dan siklus II berturut-turut 11,16 berkategori rendah dan 21,00 berkategori sangat tinggi. Maka rata-rata tersebut meningkat sebesar 9,34. 2. Penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran segi empat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Narmada tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II berturutturut 74,69 dan 83,13 serta persentase ketuntasan klasikal berturut-turut 56,25% dan 87,50%. Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi guru matematika di kelas VII SMP Negeri 4 Narmada diharapkan untuk menerapkan Model Kooperatif Tipe STAD sebagai pembelajaran alternatif dalam kelas untuk membantu guru dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
10
2.
Bagi peneliti lain yang ingin menerapkan Model Kooperatif Tipe STAD, minimal menerapkan langkah-langkah yang sudah ditetapkan secara optimal agar memperoleh hasil yang lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA [1] Djumanta dan Susanti. 2008. Belajar Matematika Aktif dan Menyenangkan Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. [2] Slavin, R., E. 2011. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Penerbit Nusa Media. [3] Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif / TKI). Surabaya : Prenadamedia Group. [4,10] Isjoni, 2011. Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok). Bandung : Alfabeta. [5] Sanjaya, W. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pranada Media Group. [6] Nurkencana, W. dan PPN. Sunarta. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional. [7] Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. [8] Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. [9] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT Rineka Cipta.