ARTIKEL
Oleh LUH DESI NIM 1029011004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA JUNI 2012
1
ABSTRAK
Penyikapan Putu Wijaya terhadap Tradisi Bali: Sebuah Kajian Sosiokultural Novel Putri. OLEH LUH DESI Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh-tokoh dalam novel Putri karya Putu Wijaya, yang memberikan aksentuasi terhadap tradisi Bali, mendeskripsikan tradisi Bali dalam novel Putri, dan sikap Putu Wijaya yang terepleksi dalam novel Putri. Novel yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah novel Putri I dan Putri II, karya Putu Wijaya. Dalam mengaji kedua novel ini, digunakan beberapa teori yang dipandang relevan, yaitu teori sosiologi sastra, teori representasi, dan beberapa teori pendukung lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian berdasarkan pengajian kedua novel ini, yaitu tokoh-tokoh yang hadir dalam novel Putri cukup memberikan aksentuasi terhadap tradisi Bali. Putri yang menjadi tokoh sentral dalam kedua novel ini menggugat tradisi yang dipandang telah memperbudak masyarakat pendukungnya. Putri mencetuskan tradisi baru melalui pemikirannya yang lebih rasional. Tokoh Putri telah memperjuangkan kaumnya agar tidak tersubordinat oleh kaum laki-laki.Tradisi yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat perlu dilakukan modernisasi agar tradisi yang telah memfosil mendapat pencerahan untuk melalui pemikiran-pemikiran rasional. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mencari sisi lain dan menguaknya kembali dengan wacana yang berbeda. Kata kunci: tokoh, tradisi, penyikapan
1
ABSTRACT Putu Wijaya attitude Bali Against Tradition: A Study of Novel sociocultural Princess
This study aims to describe characters in the novel Putri Putu Wijaya's work, which gives the accentuation of the traditions of Bali, described the novel tradition in Bali, Putu Wijaya and attitudes in a novel that reflected Putri. Novel objects used in this study is novel putri I and putri II, by Putu Wijaya. In this novel the second chant, used some of the theories considered relevant, namely the sociology of literary theory, representation theory, and several other supporting theories. The study is based on the study of this novel, the characters are present in the novel Putri gives accentuation of the Balinese tradition. Putri who became a central figure in the novel is considered a tradition that has sued the enslaved community supporters. Daughter sparked a new tradition with a more rational thinking. Figures have been fighting for his people so that women do not cornered by men. Which is considered an important tradition in public life needs to be done to modernize the tradition that has been fossilized for enlightenment through rational thinking. Based on research results obtained are expected to have advanced research to find the other side and reveal it again with a different discourse.
Key words: character, tradition, attitude
2
1.
paham
PENDAHULUAN Novel merupakan Karya sastra.
Karya
sastra
sastra
merupakan hasil dialog antara teks dan pembaca, (Selden 1989:121, dalam Allen
biasanya
2004). Karya sastra tentang kehidupan
menggunakan lingkungan kehidupan sosial
sosial hanya akan berarti kalau terus-
sebagai
dalam
menerus dibaca dan dikaji karena hanya
sastranya.
Oleh
dengan demikian dia bisa memberikan
sastra
dapat
makna terhadap kehidupan yang menjadi
Pengarang
sumber
menghasilkan karena
bermula
sastra.Karya
dari
kefakuman.
tidak
resepsi
itu,
mengungkapkan
Karya Karya
inspirasi
kepercayaan,
budaya,
sumber inspirasinya.
kebiasaan, agama, dan tradisi yang ada
Pengamatan awal yang ditemukan
dalam masyarakatnya. Yang mana akan
peneliti menunjukkan bahwa novel-novel
menjadi pilihan pengarang (kepercayaan,
yang ditulis sastrawan Bali sejak zaman
budaya, kebiasaan, agama, dan tradisi
kolonial
)tergantung pada imajinasi, tendensi, dan
memberikan posisi sentral pada tokoh-
sikap pengarangnya. Jadi, Karya sastra
tokoh perempuannya dalam perjuangan
dapa dipandang sebagai penafsiran atau
untuk membebaskan diri dan kaumnya dari
idealisasi terhadap kehidupan sosial yang
belenggu
dituangkan sastrawan ke dalam komposisi
menghadapi
dan struktur yang imajinatif. Makna karya
penistaan,
sastra tidaklah secara sepihak ditentukan
kepentingan yang lebih besar (Darma
berdasarkan apa yang tertulis atau apa
Putra
yang dimaksudkan pengarang, dibatasi
mereka tidak senantiasa membawa hasil
oleh para ahli bahasa, tetapi juga oleh
kegembiraan sebagai orang perempuan,
harapan yang dibawa pembaca dalam
kisah-kisah novel yang ditulis sastrawan
proses penafsiran seperti yang dirumuskan
Bali memberikan cara-cara yang spesifik 3
sampai
sekarang
patriartkhi berbagai dan
2003).
meski
juga
harus
penderitaan,
kepasrahan
untuk
Walaupun perjuangan
dalam
memahami
hubungan
laki-
ditunggu.Belum
banyak
pembahasan
perempuan dalam konteks budaya Bali.
tentang Putri sehingga masa depannya
Sejauh mana kekhususan itu signifikan
harus ditunggu.
dalam konteks pembicaraan gender dalam
Dalam pengamatan awal, novel ini
konteks sosial budaya Indonesia yang
mengandung
lebih luas, perlu diteliti lebih jauh.
menyangkut tradisi
keistimewaan bukan saja karena
beragam
hal
yang
Bali. Aspek-aspek
tradisi Bali yang dimaksud misalnya,
secara total menggambarkan kisah hidup
karier
wanita Bali dalam budaya tradisional dan
keturunan. Kasus ini terjadi pada keluarga
modern,
dan
Putri. Ayahnya seorang mangku puseh
menempatkan posisi
harus membujuk Putri untuk meneruskan
khusus dalam khasanah sastra Indonesia.
karier kepemangkuannya karena saudara
Tidak banyak novel lain dalam sastra
laki
Indonesia yang dibuat berseri yang cukup
Namun, Putri dengan tegas menolaknya.
tebal kecuali karya tetralogi Pulau Buru
Kasus
Pramudya Ananta Tur, beberapa novel
hegemoni
Remy
Kayam,
masyarakat kecil(sudra). Hal ini tampak
kebanyakan novel Indonesia relatif tipis.
ketika Putri didorong oleh ayahnya agar
Bisa dikatakan, Putri merupakan salah
mau menikah dengan Tu Aji ( bekas
satu
junjungan Putri). Putri pun menolak
tetapi
tampaknya
novel
akan
Sylado,
tonggak
penulisan
dan
di
tebal
Umar
penting
novel
ini
dalam Indonesia
sejarah yang
kepemangkuan
satu-satunya,
tradisi
keinginan
Bali
menurut
Lastra
ayahnya,
meninggal.
lainnya,
kalangan
garis
puri
adanya terhadap
Konsep
tentang
mendekati tradisi penulisan novel tebal
carikan juga disinggung dalam novel ini
dalam sastra Inggris di dunia Barat. Belum
ketika Nyoman (adik Putri) hamil tanpa
banyak
Putri
lelaki
harus
Dipertanyakan
sehingga
pembahasan masa
tentang depannya
4
yang
bertanggung mengapa
lelaki
jawab. boleh
seenaknya bahkan
menghamili
dianggap
perempuan
cacat
perempuan
,
membutuhkan pengetahuan yang cukup
jantan.
Sebaliknya,
sehingga publik tidak melihatnya sebagai
sedikit
saja
nila-nilai yang tidak praktis dan tidak
sudah
dianggap carikan.
efektif. Selama ini, rumitnya tradisi Bali
Pada umumnya, gambaran tradisi
karena diteropong dari pola pikir Barat.
yang ditampilkan dalam novel ini banyak
Banyak
hal
menarik
tentang
menyorot review terhadap adat dan tradisi
sosiokultural Bali yang pantas diselami
Bali. Menurut pemikiran pengarang (lewat
dalam
tokoh Putri), tidak sedikit adat dan tradisi
sosiokultural dalam novel Putri sangat
justru
dan
penting. Hal ini mengingat belum banyak
peradaban.
pembahasan tentang novel Putri terutama
Padahal Putri sering mendapatkan, tidak
dari aspek sosiokulturalnya sehingga masa
semua adat dan tradisi memiliki akar
depannya harus ditunggu. Hal inilah yang
spiritual. Sebagian besar merupakan hasil
mendorong peneliti untuk meneliti tentang
kesalahan menyimak, dan sebagian lagi
aspek sosiokultural dalam novel Putri
buah kemalasan.
karya Putu Wijaya.
menenggelamkan
memberanguskan
langkah
Gambaran tradisi yang ditampilkan
novel
ini.
Penelitian
tentang
Berdasarkan latar belakang di atas,
dalam novel Putri tidak sepenuhnya
masalah
menyudutkan tradisi Bali. Di satu sisi,
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
tradisi Bali disanjung (dibela) dengan
berikut
porsinya yang pantas. Persoalan ini bisa
(1) Bagaimanakah
dilihat
ketika
menampilkan
pengarang tradisi
mencoba
Bali
harus
tepat
terhadap
tradisi
akan
cara
dibahas
dalam
Putu
Wijaya
menampilkan tokoh yang
terlibat
langsung dalam kehidupan tradisi Bali
diinterpretasikan dengan tepat. Penafsiran yang
yang
pada novel Putri?
Bali 5
(2) Bagaimanakah
tradisi
Bali
dan modernisasi budaya Bali tempatnya
digambarkan pada novel Putri karya
berinterelasi. Hasil penelitian ini juga
Putu Wijaya?
dapat
(3) Bagaimanakah Wijaya
penyikapan
terhadap
tradisi
digunakan
sebagai
salah
satu
Putu
pengembangan sastra di sekolah dan
Bali
sumber
pendidikan
moral,
sebagai
sebagaimana terefleksi dalam novel
pedoman hidup, dan dapat dijadikan
Putri?
sebagai wadah pendidikan humaniora.
Penelitian
yang
diadakan
ini
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat
memiliki tujuan untuk menjawab beberapa
dijadikan
permasalahan yang telah dikemukakan
menjembatani guru dan siswa dalam
dalam rumusan masalah sebagai berikut.
memahami
(1) Mendeskripsikan cara Putu Wijaya
terutama dalam bidang sastra.
menampilkan tokoh yang
salah
nilai
satu
bahan
pendidikan
dalam
karakter,
terlibat
langsung dalam kehidupan tradisi Bali
2.
pada novel Putri.
METODA PENELITIAN Penelitian ini merupakan usaha
(2) Mendeskripsikan tradisi Bali
yang
untuk mendapatkan gambaran tentang
digambarkan Putu Wijaya pada novel
penyikapan Putu Wijaya terhadap tradisi
Putri karya Putu Wijaya.
Bali. Sesuai dengan permasalahan yang
(3) Mendeskripsikan Wijaya
penyikapan
terhadap
tradisi
Putu
diangkat terkait fenomena sosiokultural
Bali
dalam novel Putri
karya Putu Wijaya,
sebagaimana terefleksi dalam novel
digunakan rancangan deskriptif kualitatif
Putri?
dengan dipayungi studi kultural (culture
menampilkan
fenomena
studies), khususnya kajian terhadap tradisi
sosiokultural Bali dan memahami persepsi
dan
pengarangnya terhadap fenomena tradisi
terhadap karakteristik tokoh wanita serta 6
modernisasi
yang
berpengaruh
perjuangan
kulturalnya
menghadapinya. adalah
dalam
utama/primer berupa data lisan dan tulis.
Deskriptif-kualitatif
Data lisan diperoleh dengan mengadakan
rancangan
digunakan
penelitian
sebagai
yang
wawancara dengan pengarang
Putu
prosedur
Wijaya. Data tulis diperoleh dari novel
mendeskripsikan
yang menjadi subjek garapan penelitian,
fenomena yang terjadi di lapangan dengan
yaitu Putri (2004) karya Putu Wijaya. Data
apa adanya, tanpa adanya unsur rekayasa.
sekunder diperoleh dari sumber-sumber
Hal ini sesuai dengan pendapat Margono
lain berupa kajian tentang novel tersebut di
(2003:36)
atas dan sumber yang berhubungan dengan
mengidentifikasi
yang
dan
menyatakan
bahwa
rancangan penelitian ini dapat diartikan
budaya Bali.
sebagai strategi mengatur (setting) agar
Metode
pengumpulan
peneliti memperoleh data yang tepat
merupakan
(valid) sesuai karakter variabel dan tujuan
peneliti untuk mengumpulkan data. Jenis
penelitian. Rancangan deskriptif kualitatif
data yang ingin peneliti teliti, yaitu data
digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai cara Putu Wijaya menampilkan
yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat
tokoh yang terlibat langsung dalam tradisi
mengenai fakta-fakta aktual dari sifat
Bali pada novel Putri, data deskripsikan
populasi.
tradisi Bali
Peneliti
berusaha
mendeskripsikan subjek dan objek
apa
cara-cara
yang
data
digunakan
yang digambarkan Putu
Wijaya pada novel Putri, dan penyikapan
adanya, kemudian data yang diperoleh
Putu
diolah dengan gaya pemaparan yang
sebagaimana terefleksi dalam novel Putri.
menggunakan bahasa verbal.
Penelitian ini menggunakan dua metode
Penelitian
ini
Wijaya
terhadap
tradisi
Bali
menggunakan
pengumpulan data, yaitu (1) metode
sumber data yang terbagi dalam dua jenis:
dokumentasi (studi pustaka) dan (2)
data utama/primer dan data skunder. Data
metode wawancara. 7
(1) Untuk memudahkan kerja analisis dilakukan
pengklasifikasian
orang lain (Sugiyono, 2006:335). Dalam
data.
analisis data, peneliti melakukan beberapa
Pengklasifikasian data bertolak dari
tahap kegiatan sebagai berikut.
kategori yang telah ditentukan sebagai
(1) Klasifikasi Data
parameter kerangka analisis.
Data
yang
diperoleh
Selain diri sendiri, peneliti juga
diklasifikasikan berdasarkan rumusan
menggunakan alat bantu yang digunakan
masalah yang diangkat. Ada tiga jenis
dalam penelitian ini berupa lembar kartu
data yang diklasifikasi, yakni data
kerja dan catatan hasil wawancara. Data
tentang tokoh yang terlibat langsung
utama,
dengan
dalam kehidupan tradisi Bali pada
melakukan kegiatan pengumpulan data
novel Putri, deskripsi tradisi Bali pada
berupa studi pustaka, dan wawancara.
novel Putri, dan penyikapan Putu
primer
diperoleh
Setelah data terkumpul, langkah
Wijaya terhadap tradisi Bali yang
selanjutnya adalah menganalisis data.
terefleksi dalam novel Putri.
Analisis data merupakan suatu proses
(2) Seleksi Data
mencari dan menyusun secara sistematis data
yang
dari
hasil
adalah
dengan
cara
langsung dengan pokok permasalahan
mengorganisasikan ke dalam kategori,
sehingga data lain di luar cakupan
menjabarkan
unit-unit,
permasalahan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam
fokus analisis.
pola, kemudian memilih mana yang
(3) Analisis dan Interpretasi
pengumpulan
penting
dan
diperoleh
Pada tahap ini, data yang diolah
data
ke
yang
dalam
akan
data
yang
tidak
berhubungan
akan
menjadi
dipelajari,
Sesuai dengan jenis pendekatan
selanjutnya membuat kesimpulan sehingga
yang digunakan, dalam penelitian ini
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
digunakan metode analisis deskriptif 8
kualitatif dan analisis tekstual dengan
jaringan yang kohesif dari segala
pendekatan sosiologi sastra. Bertolak
unsurnya.
dari pembagian teori sosiologi yang
(4) Induktif (kesimpulan)
dikemukakan oleh Swingewood tahun
Setelah
data
diklasifikasikan,
1972 (dalam Junus, 1988:1) khususnya
diseleksi,
pembahasan mengenai sosiologi sastra,
dinterpretasikan
peneliti
dirumuskan simpulan secara Induktif.
pertama,
memilih pendekatan yang yaitu
pendekatan
yang
dianalisis
Dengan
dan kemudian
melalui
tiga
proses
melihat karya sastra sebagai dokumen
pengolahan seperti diutarakan di atas,
sosiokultural yang mencerminkan satu
simpulan diharapkan menjadi lebih
zaman. Dalam pembicaraan mengenai
tepat dan akurat.
metode, peneliti menggunakan metode positif
yang
penekanannya
pada
3.
langkah tidak mengadakan penilaian
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
pada karya yang digunakan sebagai
Dari
uraian
hasil
penelitian
dokumen
serta
pertama, terdapat beberapa tokoh yang
sosiokultural.
terlibat langsung dalam tradisi Bali yang
Setiap karya mewakili secara langsung
ada dalam novel Putri I dan Putri II.
sebuah unsur sosiokultural. Ini berbeda
Tokoh-tokoh
dengan metode dialektik yang hanya
melalui berbagai karakter yang dapat
menggunakan karya
yang bernilai
memberikan penekanan terhadap arus
sastra atau karya yang kuat karena
tradisi yang dipandang menyimpang dari
keseluruhan karya
sisi kehidupan masyarakat Bali.
merefleksikan
mencatat
unsur
itu
membentuk
9
menunjukkan
,
sumber data. Karya dianggap sebagai yang
ini
terdahulu
tersebut
bahwa
digambarkan
Dalam novel ini, tokoh Putri
memperkenalkan
tradisi
barunya.
digambarkan sebagai gadis Bali yang
Pengetahuan yang didapatkan tokoh Putri
hidup diantara tradisi dan modern. Setelah
dalam menuntut pendidikan, merupakan
menamatkan kuliahnya di jurusan sastra
cerminan aspek kognitif yang diselipkan
dengan prestasi gemilang dan menjadi
pengarang dalam novel ini. Pengetahuan
ikon gadis Bali dengan membawa konsep
tidak dapat lepas dari kemampuan kognitif
tradisi barunya, ia gamang kembali ke
seseorang. Begitu pula dengan tokoh Putri,
dunia
di
digambarkan sebagai sosok yang memiliki
desa
kecerdasan (kognitif) lumayan tinggi. Ini
Meliling, bukan dunia kampus. Ia telah
lebih dibuktikan oleh pengarang terhadap
berhadapan dengan banyak hal yang
tokoh
menggeser pemikirannya. Masalah yang ia
memperjuangkan
hadapi bukanlah masalah sederhana, tetapi
mesti
masalah
setimpal.
nyata,
lingkungan
dunia
masyarakat
tempat
yang
tinggalnya
membuatnya
gamang.
Konflik dan persolan pun menjadi ikon
Putri
bahwa
Putri
kaumnya
menerima
mampu walaupun
konsekuensi
yang
Putri yang menjadi tokoh sentral
dalam novel ini. Tata nilai masyarakat Bali
novel
telah banyak yang bergeser. Putri mencoba
menyikapi
mempertahankan idealisme yang kritis,
gamblang dan terkesan keras, dia bersikap
tetapi itu bukan perkara gampang. Segala
menentang tradisi yang dirasakan tidak
hal yang dilakukannya selalu menawarkan
berpijak
konsekuensi. Ilmu yang didapat di bangku
melakukan perlawanan terhadap tradisi
kuliah
dan memunculkan pemikirannya tentang
ternyata
tidak
berlaku
dalam
ini
sangat
reaksioner
dalam
sosial.
Secara
wacana
pada
sebuah
yang
mencerminkan perlawanannya terhadap
memperjuangkan
ia
pelajari
dalam
kaumnya
dan
baru.
Putu
Putri
kehidupan sosial yang real. Masih banyak mesti
tradisi
substansinya.
hegemoni yang tercipta akibat 10
Wijaya
sistem
level sosial menata
dan landasan ajaran dalam
perjalanan
Tokoh
Pan
Sadra
tokoh
(paman Putri) digambarkan sebagai sosok
ceritanya. Pada tataran politis muncul
yang lemah, menerima apa adanya, dan
pemikiran ke arah Bali Mandiri dan dalam
tunduk kepada tradisi.Tokoh Nyoman
kesetaraan
Sadra (kakak sepupu Putri) digambarkan
gender
kehidupan
Kemudian
ada
perjuangan
maksimal yang dilakukan Putri.
sebagai sosok yang yang bringas.Tokoh
Tokoh Men Putri (ibu dari Putri)
Nelly (teman kuliah Putri) digambarkan
digambarkan sebagai sosok Ibu rumah
sebagai
tangga yang setia pada suami dan selalu
intelektualitas tinggi yang memberikan
bertindak rasional, dan lebih modernisasi
aksentuasi terhadap tradisi, tetapi licik, dan
tanpa terjerumus dalam arus kuat tradisi
sering
yang dianut suaminya. Tokoh Dadong
Putri.Tokoh Bu Niati (guru Nyoman, adik
Putri digambarkan sebagai sosok yang
Putri) digambarkan sebagai sosok mudah
lebih bersikap progresif terhadap tradisi,
putus asa, tidak berpikir rasional.
sosok penganut tradisi kuat yang bertolak
sosok
yang
menjatuhkan
memiliki
(menghianati)
Selanjutnya Tokoh Ratu Agung Aji
belakang dengan pemikiran Putri.Tokoh
(ayah
Nyoman (adik Putri), sosok wanita cantik
digambarkan sebagai sosok pengelisir Puri
dengan
dan
Puncak, yang memiliki karakter keras,
terjerumus dalam budak nafsu sebelum
berkuasa, dan senang poligami.Tokoh
menikah,
apa
Sato, digambarkan sebagai sosok yang
adanya.Tokoh I Seruni (adik Men Putri)
memberi penekanan terhadap tradisi Bali,
digambarkan
korban
tidak memaksakan diri untuk memiliki
poligami, pasrah dan menyerah terhadap
wanita (Putri) yang ia cintai untuk menjadi
kehidupan berumah tangga.
kekasihnya, dan dideskripsikan sebagai
cinta
yang
setia
dan
sebagai
menggelora
menerima
wanita
I
Ngurah
Agung
wikan)
sosok yang memiliki segalanya.Tokoh 11
Cheryl, digambarkan sebagai sosok wanita
memplagiat konsep skripsi tradisi baru
asal Amerika, yang telah menyatu dengan
milik Putri bersama ayahnya, Palakarma
budaya Bali, pacarnya Ngurah Agung
berambisi
Wikan, hidup dalam lingkungan keluarga
mahakarya), Wikan (anak seorang Ratu
Puri
Agung Aji di Puri Puncak yang mencari
yang
penuh
aturan,
ia
ingin
menggerakkan kehidupan masyarakat Bali,
membangun
proyek
yang
identitas, dan perlahan mencintai Putri).
dan ingin mempelajari lebih dalam.Tokoh
jurang; konfik kepentingan di Puri.
Sieti, digambarkan sebagai sosok mantan
Namun, saat berada di Amerika--sebuah
wang jero yang diasuh oleh Putri, cerdas,
negara yang menjunjung kebebasan dan
dan visoner.Tokoh Abu (teman Agung
demokrasi,
Wikan)
orang
dihadapkan banyak persoalan. Perbedaan
muslim, pengamat tradisi dan telah lama
budaya yang bebas dan hipokrit, ia
mempelajari kultural Bali.Tokoh pedang
menjadi sasaran kepentingan dan tujuan-
Cina Sin Hwa, digambarkan sebagai sosok
tujuan tertentu sahabat dari negerinya
yang mementingkan diri sendiri.Tokoh
sendiri yang ternyata seorang homo seks.
digambarkan
sebagai
Agung
Wikan
kembali
Gde Silur, digambarkan sebagai dekan
Kedua, Putu menyelipkan sebuah
universitas yang picik dan mementingkan
konsep baru terhadap eksistensi tradisi
diri sendiri.
yang ada saat ini. Putu memberikan
Karena novel ini sangat kompleks,
pemahaman terhadap tradisi yang kini
tokoh-tokoh yang mengikuti Putri pun
mencuat
membawa persoalan-persoalannya sendiri
masyarakat Bali melalui sikap radikal,
dan saling berkait. Tokoh-tokoh dalam
yang mencakup nilai-nilai kepercayaan
novel Putri turut serta hadir mengambil
(religius), sopan santun, etika dan estetika,
porsi. Mulai dari Oka (wartawan idealis),
dan nilai sosial budaya. Sikap radikal yang
Nelly
dimaksud adalah keinginan keras untuk
(teman
kuliah
Putri
yang 12
dalam
tatanan
kehidupan
menuntut
suatu
perubahan.
Namun,
Lelaki boleh menikah lebih dari satu kali.
konsep radikal ditunjukkan Putu secara
Tetapi, jika kesalahan sedikit saja terjadi
santun dengan tidak melekatkannya pada
pada perempuan, seakan-akan ia hancur.
perilaku tokoh Putri. Melalui tokoh Putri,
Aib
Putu menggambarkan pemikiran ke arah
Karena itu, ketika Putri menolak diperistri
reformasi cara bertindak dalam kehidupan
Ratu Agung Aji, langsung Mangku Puseh
sehari-hari di tengah interaksi budaya yang
sangat
dominan beragama Hindu. Tokoh Putri
mempertimbangkan
yang dibangun dengan berbagai pemikiran
dalam kisah perjuangan Putri, yang selalu
mampu memecahkan persoalan budaya
mengalami kesulitan tetapi tetap tabah.
dimana pelakunya berpikir dan berbuat itu-
Apa
itu saja dalam melaksanakan bagaimana
diputarbalikkan, bahkan oleh wartawan
budaya itu dibangun. Tradisi baru yang
pada
diterapkan Putu Wijaya dalam novel Putri
cemerlang dirampok Nelly, dan ia ikhlas
merupakan salah satu gebrakan baru untuk
saja. Begitu juga saat Nelly menggunakan
memperbaiki tradisi lama yang dianggap
naskah itu, mengubah teks jadi mendekati
bersifat semu. Seperti dijelaskan dalam
naskah pidato, untuk mempromosikan diri.
esainya yang ia tulis tahun 1994, tradisi
Sikap (apektif) Putri, dalam hal ini mampu
baru terdiri dari dua aspek: pembebasan
ia kendalikan dengan tidak menuntut
dari nilai-nilai yang lama dan penciptaan
tindakan yang dilakukan temannya. Ia
sebuah peta baru dalam kesenian. Peta
masih bisa menjaga harga diri sesama
baru itu dapat dipakai sebagai referensi
teman, walaupun ia mesti merasa dihianati
untuk menilai kesenian Indonesia.
oleh temannya sendiri. Tampak di jagat
mencoreng
seluruh
keluarganya.
khawatir.
yang
saat
tradisi
dikatakannya
wisuda.
Ajakan ini
dijalin
cenderung
Pikirannya
yang
Novel ini juga menyoroti nasib
Bali pada era baru, orang-orang saling
perempuan. Lelaki tampak selalu menang.
mengeksploitasi. Sangat terasa, upacara 13
warisan leluhur telah kehilangan apinya.
dan masuk ke dalam konstruksi nyentana
Sementara itu, upacara terkadang meminta
tidak semata-mata sebuah penaklukan
korban perasaan. Tatkala Ratu Agung
terhadap puri, tetapi sebuah perwujudan
meninggal tak segera bisa diumumkan
semangat
bahwa ia telah wafat hanya karena ada
resistensi terhadap tradisi dan sesuatu yang
upacara lain. Perjuangan tradisi baru ini
terlanjur diangagap simbol kemapanan.
dijalin pula dengan kisah percintaan yang
Putri telah masuk ke dalam wilayah
subtil. Cara berceritanya mengalir, lancar,
maskulinitas
tanpa beban, tetapi terkadang ada refleksi
kemampuan rasional, dan kemampuan
cerdas. Nada novel ini sedih mungkin
finansial. Ini barangkali tak berlebihan
karena Putri terlalu banyak kecewa, juga
secara proporsional jika kita berpikir
Wikan, lelaki yang mencintainya. Kritik
bahwa sastra tidak sekadar karya dengan
tajam menjadi flavor-nya.
fitrahnya sebagai karya fiksi, tetapi sebuah
Putu Wijaya sebagai sastrawan,
wacana
berjuang,
determinasi,
dengan
tempat
dan
keperkasaan,
kita
secara
bebas
melalui tokoh Putri dalam novel Putri I
melakukan pembacaan terhadap realita
dan Putri II telah menggerakkan suatu
kultural, dengan cara masing-masing, yang
masalah
tentunya
kultural
tentang
sikapnya
mengarah
pada
hidup
dan
terhadap tradisi masyarakat Bali ketika
kehidupan yang terjadi di sekitar kita.
berhadapan
Tindakan yang dilakukan Putri dengan
dengan
bagaimana
memelihara adat dan kebiasaan
cara untuk
mengambil
Agung
melaksanakan atau menerapkan ajaran
suaminya
dalam
agama Hindu.
merupakan
sikap
dianggap
simbol
Wikan setatus yang
sebagai nyentana,
mencerminan
kemapanan.
adanya gerak dan psikologi pada diri Putri
Perjuangan untuk menyeret tokoh puri
untuk menggulingkan sifat otonom pada
Agung Wikan keluar dari komunitas puri
gender yang mana kaum laki-laki selama 14
ini dipandang sebagai penguasa. Tradisi
tiga bulan tinggal di komunitas Ittoen di
nyentana dalam lingkup budaya Bali
Jepang (serupa dengan pengalaman Putu
mencerminkan
Wijaya sendiri) tidak hanya mengajarkan
kehidupan
sosial
masyarakatnya.
pada Putri tentang bagaimana “mengekang
Usaha Putri melaksanakan Tradisi
diri” (P2: 429), tetapi juga bahwa tinggal
Baru dibentuk oleh beberapa perjumpaan
dan bekerja dalam sebuah komunitas tidak
yang tak disengaja serta yang mungkin
berarti keberadaan individu itu menghilang
dapat disebut Socratic dialogue dengan
begitu saja (P2: 448). Lagi pula, seolah-
sejumlah tokoh yang penting di dalam
olah kita sebagai pembaca menyaksikan
novel, yang secara bergantian mendorong,
pengarang membentuk watak Putri, waktu
menantang,
dan
pengarang menyelipkan diri ke dalam
Gebrakan
cerita melalui kutipan dari Tradisi Baru,
yang dilakukan tokoh Putri merupakan
doktrin yang rupanya diajarkan oleh si
salah satu bentuk nilai moral (etika) yang
pengarang
tercermin dalam novel ini. Contohnya,
protagonis Putri.
mempermudah,
menghambat
wartawan mengakui
kemajuannya.
Oka, bakat
yang Putri
terlebih dan
dulu
I
Putu
Ngurah
Wijaya
Wikan
kepada
si
digambarkan
yang
sebagai sosok yang mencoba mengingkari
memastikan bahwa Putri tidak mendapat
adat dengan meninggalkan Puri. Ketika
pekerjaan enak sebagai dosen seperti yang
kembali dari Amerika, dia merasa menjadi
diinginkannya, muncul pada saat kritis
“benda asing”, dan yang fanatismenya
untuk menghadapkan Putri pada kenyataan
terhadap adat dia anggap merupakan
yang tidak menyenangkan. Misalnya, Oka
kurangnya pengertian bahwa ’dunia sudah
menuduh Putri takut mengambil risiko dan
berubah’. Wikan tidak hanya menolak
rela mengorbankan diri pada adat dan
kekangan adat; dia juga menyatakan
keluarganya (P1: 387). Pengalamannya
perang terhadap segala sesuatu yang dapat 15
menyebabkan seseorang lupa daratan, judi,
estetika, dan nilai dharma atau kebenaran.
alkohol,
demokrasi,
Kelima nilai dasar ini masih tetap berlanjut
reformasi, ideologi bahkan agama. Namun,
dan eksis dalam budaya Bali. Kegiatan
selain bersifat “asyik dengan dirinya” (P2:
ritual
5), Wikan impoten, suatu metafora yang
semuanya masih berlandaskan nilai-nilai
bisa
cara:
tersebut.
Sikap
ketidakmungkinannya untuk benar-benar
tertuang
melalui
bisa meninggalkan puri (karena, menurut
diistilahkan
sesepuh dari Puri, “hak bisa dilepaskan,
(pemberian). Sikap Putri yang cenderung
tetapi kewajiban mustahil.
Kewajiban
memberikan sesuatu kepada orang lain
adalah utang seumur hidup yang tak akan
dapat dianggap sebagai punia. Pemberian
pernah lunas.” (P2: 353); kegagalannya
yang didasari sikap tulus ikhlas tanpa
menutup jurang antara Timur dan Barat
harus mementingkan sikap pamrih. Sikap
melalui perkawinannya dengan Cheryl;
Putri sebagai pemberi tersebut mampu
ambivalensinya
menggugah
kemerdekaan,
dibaca
dalam
berbagai
terhadap
Bali,
yang
(kepercayaan),
sosial,
memberi
dan
diberi
tokoh
Putri,
yang
dengan
hati
adat,
konsep
orang
paice
lain
untuk
tercermin dalam kegalauannya atas rasa
menyatakan rasa kagum kepada Putri.
cintanya pada Putri. Dalam kata-katanya
Tindakan Putri yang suka memberi kepada
sendiri, impotensinya membuat dia merasa
orang lain, orang yang diberi akan
bahwa dia telah kehilangan jati dirinya
membalas
sendiri.
mengucapkan suksema (terima kasih). Di Ketiga, adanya suatu sikap yang
pemberian
Putri
dengan
sisi lain, Putu juga memberikan
suatu
menekankan penerapan lima nilai dasar
sikap pembenaran terhadap kesamaan
kebudayaan Bali. Kelima nilai dasar yang
gender.
dimaksud, yaitu nilai keagamaan, nilai keseimbangan,
nilai
solidaritas,
Masyarakat
nilai
kewajiban 16
Bali
menjalankan
memiliki kehidupan
spiritual, kewajiban memelihara wilayah
, soroh, sekehe, paguyuban atau
pemukiman dan lahan, dan kewajiban
kelompok tradisi lain (sosial masyarakat).
melakoni hidup bermasyarakat dalam satu
Tradisi di Bali adalah wadah sekaligus
ikatan aturan. Masyarakat dan kebudayaan
wujud keterlibatan nyata manusia Bali
Bali,
dalam aktivitas adaptasi, agama dan
pada
perkembangannya
kini,
sesungguhnya diwarnai oleh perjalanan
budaya.
budaya dan perilaku masyarakat pada
yang baru. Oleh karena itu, bagi
masa Bali tempo dahulu, masa Bali
Putu harus ada tafsiran baru/rasional atau
Majapahit,
modern.
singkatnya harus ada Tradisi Baru, dengan
Pemahaman tentang hidup terdiri dari
tidak mengurangi nilai tradisi yang lama
unsur atma, angga dan khaya, yang
tersebut
dan
masa
Bali
bersumber dari ajaran Hindu, menjadikan pola hidup masyarakat Bali yang unik dan lentur
menyikapi
Perkembangan
perubahan
budaya
dan
4.
SIMPULAN DAN SARAN
zaman.
Berdasarkan pembahasan pada bab
perilaku
IV kesimpulan yang dapat diambil adalah
manusia Bali dari Bali tempo dahulu ke
sebagai berikut
Bali modern yang dilakoni secara lentur
1. Selaku pengarang, Putu Wijaya lebih
telah pula menumbuhkan perekonomian,
mengandalkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mengemukakan
senantiasa diupayakan terpadu harmonis
kulturalnya tentang tradisi masyarakat
dengan warna budaya lokal. Budaya Bali,
Bali dengan menawarkan konsep tradisi
kemudian tampak seperti terus tumbuh
baru. Wijaya melalui tokoh Cheryl
berkelanjutan mengalami perkembangan
menggambarkan
dengan tetap menampakan ciri budaya
masyarakat
setempat.
memikirkan sebab akibat (efek) yang 17
tokoh
Putri
kembali
Bali
bahwa tidak
untuk sikap
tradisi terlalu
ditimbulkan dari menggeluti tradisi
bukan menjadi fokus penelitian ini.
yang ada. Hal ini bisa dijadikan sebagai
Dengan demikian, diharapkan kepada
metafora untuk kritik dalam novel
peneliti lain untuk mencari sisi lain dan
tentang bagaimana adat di Bali
menguaknya kembali dengan wacana
2. Putu Wijaya sebagai pengarang melalui
yang berbeda.
tokoh Putri sebenarnya telah memberi
2. Penelitian
yang
berkaitan
dengan
penekanan serta pandangan teoritis
tradisi Bali perlu kiranya dilakukan
penyikapan dalam penerapan lima nilai
untuk membatu masyarakat pembaca
dasar kebudayaan Bali. Kelima nilai
dalam menentukan arah dan tujuan
dasar
nilai
tradisi yang ada sehingga terjadi
keagamaan, nilai keseimbangan, nilai
semacam modernisasi terhadap teradisi
solidaritas, nilai estetika, dan nilai
tersebut.
yang
dimaksud,
yaitu
dharma atau kebenaran. sebagai wadah
3. Hasil
pendidikan humaniora. Berdasarkan hasil penelitian yang
penelitian
ini
memberikan
gambaran
bagaimana
seorang
pengarang
menyikapi
karyanya
diperoleh dan pembahasan pada bab
sehingga baik dibaca oleh masyarakat.
sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa
Karya ini mencerminkan kehidupan
saran sebagai berikut.
dan tradisi Bali, sehingga sangat baik
1. Penelitian ini hanya fokus pada tokoh-
digunakan
sebagai
salah
satu
tokoh yang memberikan aksentuasi
pengembangan sastra di sekolah dalam
terhadap tradisi Bali yang ada dalam
tingkat lokal genius.
novel Putri I dan Putri II, tradisi yang
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan
digambarkan dalam novel tersebut, dan
sebagai sumber informasi bagi peneliti
sikap pengarang terhadap tradisi Bali.
lain,
Sedangkan nilai-nilai yang lainnya
gagasan, atau pemikiran cemerlang 18
bahwa
menyampaikan
ide,
tidak mesti dilakukan melalu gebrakan
Indonesia 1980-1995. Magelang: Indonesia Tera.
langsung, tetapi juga melalui karya Arbain, Armini. 2007. Citra Wanita Pekerja dalam Novel-Novel Indonesia: Analisis Kritik Sastra Feminis. Padang: Lustrum V Fakultas Sastra Universitas Andalas.
sastra yang bersifat membangun ideide cemerlang masyarakat. 5. Hasil
penelitian
ini
juga
dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi Aryana, Putra Manik. 2007. “ Dasa Nyama Brata Landasan Menuju Kecantikan Rohani”. Tabloid Bali Aga. Edisi 29 Maret – 4 April 2007.
pembaca, terutama dalam memahami karakteristik tokoh-tokoh dalam novel Putri I dan Putri II¸serta memahami penyikapan pengarang terhadap tradisi
Astuti, Tjok Istri Putra. 2003. “Perempuan Bali: Jalan Berliku Menuju Politik Praktis” dalam I Nyoman Darma Putra. Bali Menuju Jagadhita: Aneka Perspektif, hlm 180-192. Denpasar: Pustaka Bali Post.
Bali yang dituangkan melalui novel tersebut. 6. Penelitian ini dapat ikut memberi kontribusi bagi khasanah penelitian
Awuy, Tommy F. 1995. Wacana Tragedi dan Dekonstruksi Kebudayaan. Jogyakarta: Jentera Wacana Publika.
sastra. Secara lebih spesifik penelitian ini
diharapkan
mampu
memberi
kontribusi kepada kajian atau studi terhadap
karya
novel.
Bagus,
digunakan
sebagai salah satu model telaah aspek
I Gusti Ngurah (Ed) 1986. Pelestarian dan Pengembangan Budaya Bali, Aspek Sastra dan Seni Pertunjukan. Denpasar: Depdikbud Dirjen Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Bali.
DAFTAR PUSTAKA -------. (Ed) 1988. Sumbangan Nilai Budaya Bali dalam Pembangunan Nasional. Denpasar: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Bali, Dirjen Kebudayaan Depdikbud.
Allen, Pamela.2000. Marrying up in Bali. Hobart: University of Tasmania. -------. 2004. Membaca dan Membaca Lagi, Reinterpretasi Fiksi 19
Bahari, Razif. 2006. “Reading Pramos, Alsem & Juliet Gorbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. (terjemahan Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tong, Rosemarie Putnam. 2006. Feminist Thought. Yogyakarta-Bandung: Jalasutra. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (terjemahan Melani Budianta). Jakarta: Pt Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wijaya, Putu. 1971. Bila Malam Bertambah Malam. Jakarta : Pustaka jaya.
Suarka, I Nyoman. 2009. ”Wacana ”Sangkan Paran” dalam Kakawin Aji Palayon: Sebuah Analisis Semiotik”. Linguistika, Vol.16, No 31: 274 – 291. Program Studi Magister (S2) dan Doktor (S3) LinguistikUniversitas UdayanaMLI.
--------.
2004. Putri I, dan Putri II. Jakarta: PT Pustaka Utama Graffiti.
Wiratmaja, Adia GK. 1988. Etika, Tata Susila Hindu Darma. Denpasar : Upada Sastra.
Suastika, I Made. 2006.Estetika Kreativitas Penulisan Sastra dan Nilai Budaya Bali. Denpasar : Program Studi Magister S2 dan S3 Kajian Budaya dan jurusan Sastra Daerah Fak. Sastra Unud. Sumardjo Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920—1977. Bandung: Alumni. Swellengrebel, J.L. (Ed). 1960. Bali : Studies in Life, Thought, and Ritual. Amsterdam: The Royal Tropical Institute. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : PT Gramedia. -------. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.
20