ARTIKEL ILMIAH TENTANG STUDI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Studi Pada Tiga Sekolah Menengah Pertama Yang Sebelumnya Menjadi Rintisan Program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Di Kabupaten Jembrana)
Oleh : I PUTU PRANATHA SENTOSA NIM (0929021023)
PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA APRIL 2012
ABSTRAK Pranatha.2012. Studi Evaluasi Pelaksanaan Program Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Pada Tiga Sekolah Menengah Pertama Yang Sebelumnya Menjadi Rintisan Program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Di Kabupaten Jembrana) Pembimbing I Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd Pembimbing II Prof. Dr. A.A. Istri Ngurah Marhaeni, M.A Kata Kunci : Studi Evaluasi, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan efektivitas implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di Kabupaten Jembrana dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pengumpulan data pada 3 (tiga) SMP Negeri di Kabupaten Jembrana. Penelitian ini bersifat ex post facto. Data tentang efektivitas implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah diambil dengan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan dokumen. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif, sedangkan untuk data kualitatif (sekunder) yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumen dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Dari hasil penelitian ditemukan: (1) Nilai komponen konteks adalah sebesar 4.058. Dengan demikian efektivitas komponen konteks adalah Amat Baik. (2) Nilai komponen input adalah sebesar 4,047. Dengan demikian efektivitas komponen Input adalah Amat Baik, (3) Nilai komponen proses adalah sebesar 3,904. Dengan demikian efektivitas komponen proses adalah Baik. (4) Nilai komponen produk adalah sebesar 3,823. Dengan demikian efektivitas komponen produk adalah Baik, (5) kendala yang dihadapi dalam implementasi program MBS adalah terkait dengan pola pikir dari sebagian stakeholder yang tidak sungguh-sungguh menyikapi perubahan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, (6) Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah adalah dengan cara melakukan kerjasama antara sekolah dengan komite, dewan guru, orang tua siswa, dan tokoh masyarakat secara optimal agar seluruh stakeholder yang ada dapat mengerti dan memahami program MBS secara benar sehingga mereka mempunyai perhatian/kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab terhadap keberadaan dan keberlangsungan program MBS yang dapat meningkatkan mutu pendidikan.
ABSTRACT
Pranatha. 2012.
An Evaluation Study of the Implementation of School Based Management on Secondary Schools in Jembrana Regency. First advisor, Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd Second advisor, Prof. Dr. A.A. Istri Ngurah Marhaeni, M.A
Key words : Evaluation Study, School Based Management. This study aims to find out the effectiveness of the implementation of School Based Management Program in Jembrana Regency and to find out the difficulties faced in implementing the program. To achieve these objectives, data from the three State Secondary Schools in Jembrana Regency. This research is ex post facto. The data were collected using questionnaires, interviews, observation and document. The data collected through questionnaires were analyzed descriptively and quantitatively, whereas for the secondary data collected through interviews, observations, and document analyses were analyzed qualitatively. The result of study showed that: (1) The value of context component was 4.058. So, the effectiveness of the implementation of School Based Management Program in terms of component ‘context’ was very good, (2) The value of input component was 4,047. So, the effectiveness of the implementation of School Based Management Program in terms of component ‘input’ was very good, (3) The value of process component was 3,904. So, the effectiveness of the implementation of School Based Management Program in terms of component ‘process’ was good, (4) The value of process component was 3,823. So, the effectiveness of the implementation of School Based Management Program in terms of component ‘product’ was good, (5) the problems encountered in the implementation of School Based Management Program were linked to the mindset of some stakeholders that were not commitment in addressing the changes of the government policy on education field, and (6) in order to solve the problem, some efforts can be done such as optimal collaboration between the schools and committee, teachers’ assembly, students’ parents, and society’s leader so that all the stakeholders can understand the School Based Management Program and have attention, awareness, and responsibility to the existence and sustainability of School Based Management Program that can improve the quality of education.
I.
Pemerintah No. 19 Tahun 2005
PENDAHULUAN Pendidikan
sedang
tentang Standar Nasional Pendidikan
mengalami perubahan yang cukup
dan (Permendiknas) nomor 12 tahun
mendasar, terutama berkaitan dengan
2007
manajemen
Sekolah /Madrasah, pada dasarnya
diikuti teknis
nasional
dan
oleh
meningkatkan
melalui
yang
perubahan-perubahan
lainya.
nasional,
kurikulum
Dalam
upaya
tentang
merupakan
Standar
kebijakan
Pengawas
pemerintah
yang di dalamnya memuat usaha
mutu
pendidikan
pemerintah
untuk
menata
dan
pemerintah
khususnya
memperbaiki mutu pendidikan di
Departemen
Pendidikan
Indonesia.
Pemuda Olahraga Pariwisata dan
Pasca Reformasi tahun 1998,
kebudayaan terus menerus berupaya
memang ada perubahan fundamental
melakukan berbagai perubahan dan
dalam sistem pendidikan nasional.
pembaharuan sistem pendidikan kita.
Perubahan sistem pendidikan tersebut
Salah satu upaya yang sudah dan
mengikuti
perubahan
sistem
sedang dilakukan, yaitu berkaitan
pemerintah yang sentralistik menuju
dengan faktor-faktor utama dalam
desentralistik atau yang lebih dikenal
pendidikan
dengan
itu
sendiri.
Lahirnya
otonomi
pendidikan
Undang-undang Sistem Pendidikan
kebijakan
Nasional tahun 2003, Undang-undang
mempengaruhi
No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
kita. Sistem pendidikan kita pun
Dosen,
menyesuaikan
kemudian
Peraturan
otonomi
dan
nasional
sistem
dengan
itu
pendidikan
model
otonomi.
Kebijakan
otonomi
di
tugas yang harus dikerjakan oleh para
bidang pendidikan kemudian banyak
tenaga kependidikan sesuai dengan
membawa harapan akan perbaikan
peran dan fungsinya masing-masing,
sistem pendidikan. Kebijakan tersebut
mulai dari level makro sampai pada
masih baru, maka sudah barang tentu
level
banyak kendala yang masih belum
kependidikan di sekolah. Di sekolah
terselesaikan.
terdapat dua sosok yang paling
Perubahan-perubahan diharapkan
dapat
yakni
tenaga
tersebut
berperan dan sangat menentukan
memecahkan
kualitas pendidikan, yakni kepala
berbagai permasalahan pendidikan,
sekolah dan guru.
baik masalah-masalah konvensional maupun
mikro,
masalah-masalah
yang
Salah
satu
meningkatkan
indikator mutu
dalam
pendidikan
muncul bersamaan dengan hadirnya
adalah
ide-ide baru (masalah inovatif). Di
Manajemen
samping
peranan penting dalam pencapaian
itu,
melalui
perubahan
manajemen
sekolah.
sekolah
memegang
tersebut diharapkan terciptanya iklim
tujuan
yang
sumber daya yang ada di sekolah.
kondusif
kualitas
bagi
peningkatan
pendidikan
dan
dan
cara
memanfaatkan
MBS dipandang sebagai alternatif
pengembangan sumber daya manusia
dari
(PSDM),
sekolah yang selama ini memusatkan
hal
mempersiapkan
ini
tentu
bangsa
demi
Indonesia
pola
wewenang
umum
di
pengoperasian
kantor
pusat
dan
memasuki era globalsasi. Perubahan-
daerah. MBS adalah strategi untuk
perubahan di atas, menuntut berbagai
meningkatkan
pendidikan
dengan
mendelegasikan
kewenangan
telah
menyebabkan
terjadinya
pengambilan keputusan penting dari
kesalahan dalam pengelolaan pada
pusat dan dearah ke tingkat sekolah.
kebanyakan
Dengan
pada
otonomi dalam pengelolaan sekolah
sistem
ini diberikan tidak lain dan tidak
demikian,
MBS
dasarnya
merupakan
manajemen
di
mana
merupakan
unit
keputusan
penting
sekolah
pengambilan tentang
bukan
sekolah.
adalah
Penyerahan
dalam
rangka
peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena
itu,
maka
Direktorat
penyelenggaraan pendidikan secara
Pembinaan SMP menamakan MBS
mandiri.
sebagai
MBS
memberikan
Manajemen
Peningkatan
kesempatan pengendalian lebih besar
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
bagi kepala sekolah, guru, murid, dan
Tujuan
orang tua atas proses pendidikan di
mengembangkan prosedur kebijakan
sekolah mereka.
sekolah,
Sejak tahun 1999, Direktorat
utama
adalah
memecahkan
untuk
masalah-
masalah umum, memanfaatkan semua
pendidikan Lanjutan tingkat Pertama
potensi
telah menerapkan pendekatan dalam
dalam tim tersebut. Sehingga sekolah
mengelola
dikenal
selain dapat mencetak orang yang
Peningkatan
cerdas serta emosional tinggi, juga
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
dapat mempersiapkan tenaga-tenaga
Penerapan MPMBS ini didorong oleh
pembangunan.
dengan
sekolah Manajemen
yang
kenyataan bahwa pendidikan nasional yang dilakukan secara sentralistik
individu
yang
tergabung
Menurut Nurkolis (2003), MBS di
Indonesia
yang
menggunakan
model
MPMBS
karena
standar isi, standar proses, standar
beberapa alasan, antara lain pertama,
sarana dan prasarana, standar tenaga
sekolah lebih mengetahui kekuatan,
pendidik dan kependidikan, standar
kelemahan, peluang, dan ancaman
manajemen, standar pembiayaan dan
bagi dirinya sendiri sehingga sekolah
standar penilaian. Standar Nasioanal
dapat mengoptimalkan pemanfaatan
Pendidikan (SNP) adalah kriteria
sumber daya yang tersedia untuk
minimal tentang berbagai aspek yang
memajukan
relevan dalam pelaksanaan dalam
sekolah
muncul
sekolahnya. lebih
Kedua,
mengetahui
sistem
pendidikan
nasional
yang
kebutuhannya. Ketiga, keterlibatan
harus dipenuhi oleh penyelenggara
warga sekolah dan masyarakat dalam
dan/atau satuan pendidikan, yang
pengambilan
keputusan
dapat
berlaku di seluruh wilayah hukum
menciptakan
transparansi
dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan
Di propinsi Bali terdapat 27
demokrasi
yang
sehat.
MPMBS ini sekolah akan didorong
sekolah
untuk
MPMBS,
meningkatkan
prakarsa,
yang
telah
beberapa
sekolah
ditunjuk
motivasi untuk meningkatkan mutu
Direktorat
sekolah.
Pertama (PLP) Jakarta, dimana tiap
dituntut
memenuhi
8
rintisan
ini
kreatifitas, partisipasi, kerjasama, dan
Sekolah dengan program MBS
sebagai
menerapkan
Pendidikan
oleh
Lanjutan
kabupaten atau kota masing-masing
(delapan)
ditunjuk tiga SMP Negeri sebagai
Standar Nasional Pendidikan (SNP),
sekolah rintisan MPMBS. Adapun
yaitu: standar kompetensi lulusan,
tiga SMP Negeri
di kabupaten
Jembrana
yang dulunya
ditunjuk
adanya suatu evaluasi yang cermat
sebagai sekolah rintisan MPMBS
sehingga nantinya didapatkan suatu
adalah SMP Negeri 1 Pekutatan, SMP
hasil mengenai efektivitas program
Negeri 2 Melaya, dan SMP Negeri 4
MBS
Negara (Suparwa 2004).
kabupaten Jembrana.
Seiring
dengan
di
tiga
SMP
MPMBS
di
berjalannya Menurut
waktu
Negeri
ini
Danim
(2008:34)
hanya Definisi Manajemen berbasis Sekolah
berlangsung
selama
lima
tahun, adalah suatu proses kerja komunitas
karena apabila program MPMBS ini sekolah dengan cara menerapkan telah berhasil maka akan kembali kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, pada MBS. Hal ini dilakukan sematapartisipasi, dan sustainibilitas untuk mata untuk mempercepat tercapainya mencapai
tujuan
pendidikan
dan
program MBS yang lebih baik. pembelajaran Implementasi
program
ini
secara
bermutu.
perlu Sedangkan menurut Raisul Akbar,
evaluasi untuk mengetahui tingkat MBS di Indonesia lebih populer afisiensi dan efektifitas serta kendaladisebut kendala
yang mungkin
Manajemen
Peningkatan
dihadapi. Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
Indikator lainnya ditunjukkan dengan MPMBS peningkatan
Nilai
Ujian
dapat
diartikan
sebagai
Akhir model manajemen yang memberikan
Nasional (NUAN) yang dicapai siswa otonomi lebih besar kepada sekolah, dari tahun ke tahun pencapaian siswa fleksibilitas
kepada
sekolah,
dan
relatif masih rendah dan cenderung mendorong
partisipasi
secara
konstan. Hal inilah yang mendorong langsung
warga
sekolah
dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu
kemandirian
sekolah
kebijakan
antisipatif, dan proaktif, memiliki
pendidikan nasional serta peraturan
kontrol yang kuat terhadap input
perundang-undangan yang berlaku.
manajemen dan sumber dayanya,
berdasarkan
tinggi,
adaptif,
memiliki kontrol yang kuat terhadap MPMBS merupakan bagian dari kondisi kerja, komitmen yang tinggi manajemen berbasis sekolah (MBS). pada dirinya dan prestasi merupakan Otonomi sekolah adalah kewenangan acuan bagi penilaiannya. sekolah
untuk
mengatur
dan
mengurus kepentingan warga sekolah
Dalam MBS menggambarkan
sesuai dengan peraturan perundang-
pertukaran dua arah dalam empat hal
undangan pendidikan nasional yang
tersebut. Alur dua arah memberikan
berlaku.
pengaruh yang saling menguntungkan
Sedangkan
pengambilan
keputusan partisipatif adalah cara
secara
untuk mengambil keputusan melalui
pemerintah daerah dengan sekolah
penciptaan lingkungan yang terbuka
dan sebaliknya. Gagasan lain tentang
dan
warga
MBS yang ideal adalah menerapkan
sekolah di dorong untuk terlibat
pada keseluruhan aspek pendidikan
secara
melalui pendekatan sistem. Konsep
demokratik,
langsung
dimana
dalam
proses
terus
menerus
pengambilan keputusan yang dapat
ini
berkontribusi
manajemen sebagai suatu sistem.
terhadap
pencapaian
didasarkan
pada
antara
tujuan sekolah. Sehingga diharapkan
Seperti
sekolah akan menjadi mandiri dengan
dikembangkan
ciri-ciri
terdiri dari ouput, proses dan input.
sebagai
berikut:
tingkat
model
pendekatan
oleh
ideal Slamet
yang P.H
Input sekolah antara lain visi, misi,
kemajuan
tujuan, sasaran, struktur organisasi,
harapan masyarakat, dukungan
input manajemen, input sumber daya.
pemerintah
Output sekolah diukur dengan kinerja
kebijakan pemerintah, landasan
sekolah,
atau
yuridis,
tuntutan
prestasi yang dihasilkan oleh proses
tuntutan
globalisasi,
sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur
pengembangan diri serta peluang
dari
output untuk sukses.
yaitu
pencapaian
efektivitas,
produktivitas,
kualitas,
efisiensi,
ipteks,
dan
nilai
dan
masyarakat,
ekonomi, tuntutan
inovasi,
b) Evaluasi terhadap Input sekolah
moral kerja. Proses sekolah adalah
adalah evaluasi terhadap segala
proses
sesuatu yang diperlukan untuk
pengambilan
pengelolaan
keputusan, kelembagaan
berlangsungnya
proses
pengelolaan program, dan belajar
pendidikan,
proses
mengajar.
pembelajaran.
khususnya
Kurikulum,
ketenagaan, dana, sarana dan Stufflebeam
mengembangkan prasarana,
kerangka
evaluasi
yang
digunakan
oleh
pimpinan
regulasi
sekolah,
dapat organisasi sekolah, administrasi dan sekolah, budaya sekolah.
administrator
yang
dihadapkan c)
Evaluasi terhadap proses adalah
kepada empat jenis keputusan, yaitu evaluasi
terhadap
kejadian
sebagai berikut. berubahnya a)
sesuatu
menjadi
Evaluasi konteks/latar mencakup sesuatu
yang
lain.
Evaluasi
evaluasi yang berkaitan dengan Proses meliputi evaluasi terhadap lingkungan,
yaitu:
meliputi
manajemen, kepemimpinan, dan
lain, konteks dapat diartikan
terutama proses belajar mengajar.
sebagai
d) Evaluasi Output adalah evaluasi terhadap
hasil
belajar
kebutuhan
sekolah,
evaluasi terhadap konteks berarti
yang
evaluasi tentang kebutuhan dan
merefleksikan seberapa efektif
alat yang tepat untuk melakukan
proses
evaluasi
belajar
mengajar
konteks
berlangsung. Ini berarti bahwa
pengukuran
hasil
assessment).
belajar ditentukan
oleh
adalah
kebutuhan Dalam
evaluasi
tingkat efektivitas dan efisiensi
konteks
proses belajar mengajar. Prestasi
mempertanyakan
belajar
oleh
program dalam proposal MBS
peningkatan kemampuan dasar
sesuai dengan landasan hukum
dan kemampuan fungsional.
dan
ditunjukkan
pada
(need
kebijakan
tantangan Komponen-komponen
masa
dasarnya apakah
pendidikan, depan
dan
dari kondisi lingkungan sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Komponen konteks dalam menurut
Departemen
Pendidikan MBS mencakup indikator yang
Nasional tahun 2002 adalah sebagai mempertanyakan
apakah
berikut ini. program MBS sesuai dengan ; (1) a)
Konteks
adalah
eksternalitas landasan hukum dan kebijakan
sekolah
berupa
demand
and pendidikan yang berlaku, (2)
support
(permintaan
dan kondisi
dukungan)
yang
geografis
dan
sosial
masyarakat,
(3)
berpengaruh ekonomi
pada input sekolah. Dengan kata
tantangan
masa
depan
bagi
bagaimana
keberadaannya,
lulusan, (4) aspirasi masyarakat
kualitas maupun kuantitasnya.
sekitar terhadap pendidikan, (5)
Komponen input dalam MBS
daya
masyarakat
mencakup indikator antara lain ;
program
pendidikan.
(1) sumber daya manusia (guru,
Indikator-indikator
tersebut
tata usaha, siswa), (2) kurikulun
menjadi landasan sekolah dalam
dan rancangan aplikasinya, (3)
merumuskan
sarana dan peralatan pendukung
dukung
terhadap
visi,
misi,dan
tujuan.
(ruang
kelas,
perpustakaan,
b) Input adalah segala sesuatu yang
laboratorium dan sebagainya),
harus tersedia dan siap karena
(4) dana atau anggaran sekolah,
dibutuhkan
(5) berbagai prosedur dan aturan
untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang
dimaksud
tidak
harus
yang diperlukan. c)
Proses
adalah
berubahnya
berbentuk barang, tetapi dapat
sesuatu menjadi sesuatu yang
berupa
lain. Dalam MBS proses terdiri
perangkat
harapan-harapan
lunak
dan
sebagai
dari
:
proses
pengambilan
pemandu bagi berlangsungnya
keputusan, proses pengelolaan
suatu
pembelajaran.
kelembagaan, proses pengelolaan
Evaluasi pada komponen input
program, proses belajar mengajar
biasanya
mempertanyakan
(pembelajaran), proses evaluasi
apakah input-input pendidikan
sekolah, dan proses akuntabilitas.
siap untuk digunakan, dalam arti
Evaluasi
proses
pada
proses
pada
dasarnya
mempertanyakan
akuntabilitas program
sekolah
apakah proses pengelolaan input
maupun pengelolaan keuangan,
telah
(5)
sesuai
seharusnya. proses
dengan Artinya
tersebut
apakah
sustainibilitas
program-
program yang diajukan.
sesuai
d) Output adalah hasil nyata dari
dengan prinsip yang diyakini
pelaksanaan MBS. Hasil nyata
atau terbukti baik.
tersebut dapat berupa prestasi
Dengan
telah
yang
dalam
akademik maupun prestasi non
evaluasi proses ini yang menjadi
akademik. Evaluasi output pada
kuncinya adalah apakah proses-
dasarnya
proses
apakah
yang
demikian
terkait
dengan
mempertanyakan sasaran
yang
ingin
program yang diajukan telah
dicapai pada suatu program telah
berjalan sesuai dengan prinsip
tercapai.
yang melandasi MPMBS . dalam
evaluasi output, evaluasi bari
hal ini yang dievaluasi adalah ;
dapat
(1)
program
keterbukaan
manajemen
dan
dalam pengelolaan
Untuk
dilakukan
Komponen
itu,
dalam
pada
sudah output
saat
selesai. adalah
keuangan, (2) kerjasama antar
mengenai kinerja siswa, karena
warga sekolah maupun antara
pendidikan
sekolah
lingkungan
adalah mendidik siswa. Artinya
kemandirian
apapun program yang diajukan
dalam penyasunanprogram dan
wujud luarnya adalah berupa
penggalian anggaran sekolah, (4)
kinerja siswa (prestasi belajar).
dengan
masyarakat,
(3)
pada
prinsipnya
Dalam
komponen
output,
berdasarkan
hasil
wawancara
ketercapaian sasaran itulah yang
terprogram kepada subjek penelitian
dilihat, termasuk masalah yang
mengenai sikap dan masalah-masalah
terjadi
tidak
yang timbul, solusi yang diambil serta
tercapai. Dengan demikian fokus
menganalisis hasil evaluasi internal
evaluasi
adalah
yang telah dilakukan. Jadi dapat
mana
disimpulkan, dalam penelitian ini
diharapkan
dipergunakan pendekatan gabungan
apabla
sasaran
output
mengevaluasi sasaran
yang
sejauh
(kualitas, kuantitas, waktu) telah
antara
dicapai MBS.
subjektivisme sesuai dengan tujuan
Pada prinsipnya penelitian ini
gabungan,
antara
pendekatan kualitatif
dengan
serta sasaran penelitian.
II METODE PENELITIAN
mempergunakan
objektivisme
dan
Lokasi Penelitian adalah tiga SMP Negeri yang telah menerapkan Program Manajemen berbasis sekolah
kuantitatif serta secara epistemologis
(MBS),
di
dimaksud merupakan sekolah rintisan
dalam
pengumpulan
mempergunakan
data
pendekatan
program
dimana
sekolah
Manajemen
yang
Peningkatan
subjektivisme.
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di
Karena di samping berpedoman pada
Kabupaten Jembrana. Ketiga SMP
hasil yang telah tercapai yaitu data
tersebut menjadi rintisan MPMBS
yang telah tersedia dalam suatu
pada tahun 2001. MPMBS adalah
dokumen yang telah disusun secara
program yang berlangsung selama
sistematis
lima tahun, jadi pada saat ini ketiga
objektivisme
dan
dan
ilmiah,
juga
sekolah
ini
sudah
menerapkan
program
MBS. Adapun
Berdasarkan pada kajian teori,
sekolah-
evaluasi dilakukan terhadap 27 aspek.
sekolah tersebut adalah SMP Negeri 1
Aspek tersebut tersebar pada empat
Pekutatan, SMP Negeri 2 Melaya,
komponen
yang
dan SMP Negeri 4 Negara.
evaluasi.
Evaluasi
menjadi
objek
efektivitas
Teknik sampling yang digunakan
komponen konteks terdiri dari dari 9
adalah purposive sampling. Pemilihan
(Sembilan) aspek yaitu: (1) Aspek
sekelompok subjek dalam purposive
visi, (2) Aspek misi, (3) Aspek tujuan
sampling, didasarkan atas ciri-ciri
sekolah, (4) Aspek keadaan geografis,
yang dipandang mempunyai sangkut
(5) Aspek permintaan masyarakat
paut yang erat dengan populasi yang
akan
diketahui sebelumnya.
dukungan/partisipasi masyarakat, (7)
III.
HASIL PENELITIAN DAN
Aspek kebijakan pemerintah, (8)
PEMBAHASAN
Aspek
pendidikan,
aspirasi
(6)
masyarakat
Aspek
akan
Model evaluasi program yang
pendidikan, dan (9) Aspek status
digunakan dalam penelitian ini adalah
sosial ekonomi masyarakat. Evaluasi
model CIPP (Konteks, Imput, Proses,
efektivitas komponen input terdiri
Produk). Model evaluasi program ini
dari tiga belas aspek yaitu: (1) Aspek
merupakan penerapan terhadap empat
sasaran sekolah, (2) Aspek program
komponen
sebuah
sekolah, (3) Aspek kurikulum, (4)
program yaitu: komponen konteks,
Aspek guru dan guru BK, (5) Aspek
input, proses dan produk.
kepala sekolah, (6) Aspek tenaga
utama
dari
pendukung, (7) Aspek organisasi dan
administrasi, (8) Aspek sarana dan
Negeri 1 Pekutatan, SMP Negeri 2
prasarana. (9) Aspek kesiswaan, (10)
Melaya dan SMP Negeri 4 Negara.
Aspek
pembiayaan,
(11)
Aspek
Ditinjau
(12)
Aspek
sebagi sistem, maka ketiga SMP
(13)
Negeri ini dinyatakan sebagai sekolah
Evaluasi
yang mempunyai kondisi konteks,
efektivitas komponen proses terdiri
input, proses dan produk yang paling
dari tiga aspek yaitu: (1) Proses
mendekati kriteria tiap tiap komponen
Belajar Mengajar, (2) Manajemen dan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
(3)
Evaluasi
Penelitian ini menggunakan teknik
efektivitas komponen produk terdiri
Purposive Sampling. Pengumpulan
dari dua aspek yaitu: (1) output dan
data
(2) dampak. Model diatas merupakan
kuesioner, wawancara, observasi dan
hasil pengembangan yang dilakukan
studi dokumen. Kuesioner merupakan
oleh
metode utama dalam pengumpulan
Regulasi
Sekolah,
Hubungan Aspek
Masyarakat,
Kultur
Sistem
Sekolah.
Penilaian.
Dinas
dalam
dan
Pendidikan
upaya
Nasional
peningkatan
mutu
pendidikan di Indonesia. Untuk
memperoleh
dari
dilakukan
data,
merupakan
pendidikan
dengan
sedangkan
observasi, informasi
konsep
teknik
wawancara,
dan
dokumentasi
metode
pendukung.
tentang tingkat efektivitas MBS dari
Metode pendukung digunakan untuk
masing-masing
memperoleh
dieveluasi
komponen dilakukan
yang proses
pengumpulan data dan analisis data. Lokasi penelitian dilakukan di SMP
data
kualitatif
yang
dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang
didapat
dalam pelaksanaan program MBS di
program MBS di Kabupaten
kabupaten Jembrana.
Jembrana
Untuk memperoleh kesimpulan tingkat
efektivitas
Negeri
di
Kabupaten
Baik. 2)
Jembrana
dilakukan
dari
komponen konteks adalah Amat
implementasi
program MBS pada 3 (tiga) SMP
ditinjau
Nilai komponen input adalah sebesar
dengan
demikian
4,047 dapat
Dengan dinyatakan
mengkonfirmasikan nilai komponen
bahwa efektivitas implementasi
(yaitu konteks, input, proses, dan
program MBS di Kabupaten
produk)
Jembrana
ke
dalam
klasifikasi
ditinjau
dari
penilaian efektivitas program atau
komponen Input adalah Amat
kinerja sekolah. Penentuan efektivitas
Baik.
program atau kinerja sekolah ini dilakukan
dengan
3)
menggunakan
Nilai komponen proses adalah sebesar
3,904.
metode yang telah ditetapkan oleh
demikian
dapat
Dinas Pendidikan Nasional.
bahwa efektivitas implementasi
Berdasarkan pada analisis data
Dengan dinyatakan
program MBS di Kabupaten
tiap komponen evaluasi program ini
Jembrana
ditemukan hasil sebagi berikut.
komponen proses adalah Baik.
1)
Nilai komponen konteks adalah sebesar
4.058.
demikian
dapat
Dengan dinyatakan
bahwa efektivitas implementasi
4)
ditinjau
dari
Nilai komponen produk adalah sebesar
3,823.
demikian
dapat
Dengan dinyatakan
bahwa efektivitas implementasi
5)
program MBS di Kabupaten
yaitu 3,983,
Jembrana
Negeri 1 Pekutatan dengan
ditinjau
dari
disusul SMP
komponen produk adalah Baik.
nilai efektivitas 3,950 dan
Nilai
kemudian
SMP
Negara
dengan
nilai
3,929.
Secara
rata-rata
konteks,
input,
komponen proses
dan
produk adalah 3,958. Dengan
efektivitas
demikian
geografis
dapat
dinyatakan
Negeri
SMP
Negeri
4
4
bahwa efektivitas implementasi
Negara merupakan sekolah
program MBS di 3 (tiga) SMP
yang
Negeri
dengan pusat pemerintahan,
di
Jembrana
adalah
Baik.
berada
paling
dekat
namun dalam penelitian ini
6) Efektivitas
pelaksanaan
terlihat bahwa nilai efektivitas
program MBS di kabupaten
sekolah dari SMP Negeri 4
Jembrana
umum
Negara paling rendah. Tetapi,
tergolong dalam kriteria baik,
dalam hal ini semua sekolah
namun ada beberapa hal yang
memiliki
perlu
efektivitas yang sangat kecil
secara
secara
untuk lebih
diperhatikan mendalam.
perbedaan
nilai
dan tergolong baik.
Dalam efektivitas pelaksanaan
7) Hal yang terlihat mencolok
program MBS di kabupaten
dan yang menyebabkan nilai
Jembrana, SMP
efektivitas
Melaya
Negeri
memiliki
2
pelaksanaan
nilai
program MBS SMP Negeri 4
efektivitas yang paling tinggi
Negara paling rendah berada
pada efektivitas konteks. Nilai
dari 43%. Petani adalah mata
efektivitas
konteks
SMP
pencaharian
Negeri
Negara
3,899
bergantung dengan kondisi
4
sedangkan
dua
sekolah
alam.
yang
Letak
sangat
geografis
lainnya yaitu SMP Negeri 2
menyebabkan
Melaya nilai efektivitasnya
karakteristik
4,112 dan SMP Negeri 1
ketiga sekolah ini. Letak SMP
Pekutatan nilai efektivitasnya
Negeri 4 Negara berada di
4,164. Dalam hal ini aspek
dekat perkotaan menyebabkan
utama
menyebabkan
sebagian besar petani tersebut
perbedaan ini adalah status
merupakan petani penggarap
sosial ekonomi masyarakat.
lahan dan sebagian kecil yang
Nilai
yang
aspek
status
sosial
merupakan
ekonomi masyarakat
untuk
lahan
perbedaan petani
petani
pertanian,
pada
pemilik berbeda
SMP Negeri 4 Negara sangat
dengan dua sekolah lainnya
kecil
yang cenderung berada pada
jika
dibandingkan
dengan dua sekolah lainnya,
lingkungan
yaitu 2,333. Dalam penelitian
dibandingkan secara umum,
di lapangan diketahui bahwa
maka pendapatan petani di
sebagian
tua
kota lebih kecil dibandingkan
siswa SMP Negeri 4 Negara
dengan pendapatan petani di
bermata pencaharian sebagai
daerah pedesaan.
besar
orang
petani dengan prosentase lebih
pedesaan.
Jika
8) Hal
lain
yang
diperhatikan
perlu
pendidikan
dalam
serta
penyelenggaraan
untuk
pendidikan
pelaksanaan program MBS di
mulai tahun 2010/2011 sangat
kabupaten Jembrana adalah
rendah
aspek
dukungan/partisipasi
sebagai akibat terbentuknya
masyarakat, dimana pada tiga
opini di masyarakat bahwa
sekolah secara umum nilainya
pendidikan
cukup
tahun (SD dan SMP) tidak
yaitu
3,488.
Dukungan/partisipasi
bahkan
tidak
dasar
ada
sembilan
dibebankan biaya.
masyarakat/orang tua siswa
IV.
dalam bentuk pemikiran: usul,
Dari uraian di atas nilai akhir dari
saran, kritik secara langsung
analisis keempat komponen yaitu:
maupun tidak langsung belum
konteks, input, proses dan produk
optimal. Dukungan pemikiran
berada pada kriteria Baik. Ini berarti
ini terjadi hanya pada saat
efektivitas implementasi program
rapat orang tua/wali murid
MBS di Kabupaten Jembrana berada
yang ferkuensinya setiap satu
pada kriteria Baik.
tahun
1.
sekali.
Dukungan/partisipasi mayarakat/orang dalam baik
bentuk untuk
prasarana
tua
Kendala yang dihadapi dalam implementasi program MBS di
siswa
pembiayaan pembangunan
dan
PENUTUP
fasilitas
3
(tiga)
Kabupaten
SMP
Negeri
Jembrana
di
adalah
terkait dengan pola pikir dari stakeholder kurang sungguh-
sungguh menyikapi perubahan
yang dapat meningkatkan mutu
kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan.
pendidikan. Adanya anggapan
kenyataanya
proses
bahwa pendidikan itu gratis
pendidikan di sekolah merupakan
yang
sebuah
menghambat
pembangunan prasarana
2.
Pada
sarana
dan
pendidikan
di
sistem.
Dimana
sistem
pendidikan tersebut tentunya terdapat sub-sub
sistem
yang
saling
sekolah.
mempengaruhi. Komponen konteks
Upaya yang dilakukan dalam
adalah merupakan sub sistem dan
mengatasi
akan
dengan kerjasama
masalah cara
adalah
berpengaruh
terhadap
melakukan
keberadaan sub sistem komponen
sekolah
input. Kualitas komponen input akan
antara
dengan komite, dewan guru,
berpengaruh
orang tua siswa, dan tokoh
proses. Demikian seterusnya kualiatas
masyarakat secara optimal agar
proses akan berpengaruh terhadap
seluruh stakeholder yang ada
kualitas output dan kualitas output ini
dapat mengerti dan memahami
akan berpengaruh terhadap outcome
program MBS secara benar
atau
sehingga mereka mempunyai
diuraikan
perhatian/kepedulian,
implementasi
kesadaran, dan tanggung jawab
Kabupaten
terhadap
perhitungan
keberadaan
dan
keberlangsungan program MBS
terhadap
dampak.
komponen
Pada
bahwa program Jembrana kriteria yaitu:
komponen
simpulan efektivitas MBS dari
di hasil
keempat
konteks,
input,
proses dan produk efektivitasnya tergolong
Baik.
Keberadaan
komponen konteks, input, proses dan produk yang baik dari ketiga SMP Negeri tersebut hendaknya dipelihara agar
bisa
ditingkatkan
dipertahankan di
dan
tahun-tahun
berikutnya. Kondisi ini memberikan implikasi bahwa SMP MBS yang dijadikan obyek penelitian yaitu: SMP Negeri 1 Pekutatan, SMP Negeri 2 Melaya, dan SMP Negeri 4 Negara memilikim potensi yang besar untuk berkembang menjadi SMP MBS yang mandiri. V.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, Raisul. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada SMA Negeri 1 Suka Makmur. http://www.raisulakbar.wordpre ss.com Akbar, Raisul. Peran Komite Sekolah Dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. http://www.raisulakbar.wordpre ss.com
Anastasi, Anne.Ed. 1968. Psycological Testing. New York. MacMillan,Co,Inc. Arikunto, Suharsimi. 1998. “Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta. Rineka Cipta Badan Standar Nasional Pendidikan. (2005). Standar Nasioanal Pendidikan. BPPN dan Bank Dunia. 1999. School Based Management. Jakarta. BPPN dan Bank Dunia. Cakra, Nyoman. Studi Evaluatif Pelaksanan Program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Di SLTP Negeri 1 Gerokgak. Tesis. Program pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha. 2003 Chabib Thoha. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Ed.1 Cet. 4. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Cheng. 1996. School Effectiveness and School Based Management. A Mechanism For Development. Washington. DC. The Palmer Press. Dacholfany, M Ihsan dan Evi Yuzana. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). http://www.makalahmumakalah ku.wordpress.com./i Dantes. 1983. Penilaian Layanan Bimbingan Konseling. Singaraja. P2LPTK Depdikbud.
Dantes, dkk, 2004. Dalam Muslich Mansur, 2007. KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas sekolah. Ed. 1. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku 2 Panduan Penyususnan Proposal dan Pelaporan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku 3 Panduan Monitoring dan Evaluasi. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku 4 Pedoman Tata Kerama dan Tata Tertib. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dan Implementasi RPS. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Panduan Pengembangan Sekolah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama. Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Penerapan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasiaonal, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Dharma, Agus. 2003. Manajemen Berbasis, Pusdiklat Pegawai Depdiknas. http://pendidikan_network.html Danim, Sudarwan. 2008. Manajemen Sekolah Birokrasi Ke Akademik. Jakarta. Aksara
Visi Baru Dari Unit Lembaga PT Bumi
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 3 Panduan Monitoring dan Evaluasi. Jakarta. Depdiknas
Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga Pariwisata dan Kebudayaan. 2011. Kurikulum SMPN 1 Pekutatan Tahun Pelajaran 2011/2012 (Dokumen 1). Jembrana. Depdiknas.
Nuratna, I Wayan. Studi Evaluasi Pelaksanaan Program Sekolah Standar Nasional (SSN) Di Kabupaten Gianyar. Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha. 2009.
Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga Pariwisata dan Kebudayaan. 2011. Kurikulum SMPN 2 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012 (Dokumen 1). Jembrana. Depdiknas.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga Pariwisata dan Kebudayaan. 2011. Kurikulum SMPN 4 Negara Tahun Pelajaran 2011/2012 (Dokumen 1). Jembrana. Depdiknas. Ismail, Feiby. “Manajemen Berbass Sekolah : Solusi Peningkatan Kualitas Pendidikan”. http://manajemen%berbasis%se kolah.html. Volume 5 Januari Juni 2008 Marhaeni, A.A.I.N. 2007. Evaluasi Program Pendidikan.Singaraja. aprogram Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Masroen. 1979. Dalam Anas Sudijono.Es. Pengantan Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada 2005.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Lembaran Negara Purnajaya, I Nyoman. Studi Evaluatif pelaksanaan program peningkatan mutu SMA Negeri 1 Denpasar menuju sekolah bertaraf internasional. Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha. 2008 Notoatmojo. Soekidjo, 1991, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cet II. Jakarta. PT Rineka Cipta Ridjin. 2002. Penyusunan Rencana Strategis di Lingkungan IKIP Singaraja, Disampaikan Pada Lokakarya Unit Kerja di Lingkungan IKIP Negeri Singaraja. 30 Agustus 2002.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sriati, Ida Ayu. Studi evaluatif tentang kemampuan guru menyusun tes ujian akhir sekolah dasar di kota Denpasar. Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha. 2004
Nana, Sujana. 1989. Penilaian Proses Belajar Mengajar.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Stufflebeam, et.al. 1986. Systematic Evaluation. USA. Kluwer. Nijhoff Publishing
STKIP Singaraja. 1996. Studi Evaluatif Tentang Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan Proses Belajar Mengajar (PBM) di STKIP Singaraja. Laporan Penelitian. Singaraja. STKIP Singaraja. Sudarsana, Ida Bagus Oka. Studi Evaluatif Keterampilan Akuntansi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Propinsi Bali. Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha. 2005. Sudijono, Anas. 1995. “Pengantar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Suparwa, I Made, Studi Evaluatif Pelaksanaan Program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Studi Kasus Pada Tiga SLTP Negeri di Kota Denpasar). Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha. 2004 Tantra. 2002. Evaluasi Program Pendidikan. Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja. Undang-undang Otonomi Daerah. 1999. Bandung. Kuraiko Utama. Undang-undang Nomor 20. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta. Lembaran Negara. Undang-undang Nomor 14. Tentang Guru Dan Dosen. 2005. Jakarta. Lembaran Negara.
Wand, Edwin, et.al. 1977. Essential Of Education Evaluation. New York. Holt Rinehart and Wiston Wijaya, I Wayan Gede, Studi Evaluasi Pelaksanaan Program Sekolah di SMP Negeri Kabupaten Gianyar. Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha. 2009 Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara