Widya Teknika Vol.20 No.1; Maret 2012 ISSN 1411 – 0660 : 31 - 38
APRESIASI KONTRAKTOR DALAM PENGGUNAAN ASURANSI PADA PEMBANGUNAN KONSTRUKSI DI MALANG Dafid Irawan1) , Riman2) ABSTRAK Konstruksi merupakan proyek yang memiliki potensi resiko relatif tinggi, dibandingkan pekerjaan non konstruksi seperti manufaktur. Besarnya potensi yang dihadapi, menyebabkan kontraktor harus mencari cara untuk menangani resiko dengan menggunakan asuransi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat jenis proyek yang biasa diasuransikan, jenis asuransi, resiko yang sering terjadi, dan pemahaman kontraktor terhadap pentingnya asuransi sebagai alternatif pengalihan resiko proyek. Pengambilan sampel secara random pada kontraktor di Kota Malang. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data, hasilnya diolah menggunakan statistik deskriptif. Untuk mengetahui pemahaman kontraktor akan pentingnya asuransi digunakan ImportancePerformance Analysis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jenis proyek yang banyak diasuransikan adalah proyek gedung, drainase dan proyek infrastruktur milik pemerintah. Jenis asuransi yang sering digunakan adalah Contractor All Risk (CAR). Resiko yang seringkali terjadi di proyek adalah inflasi, kenaikan harga, pencurian dan perampokan, serta kerusakan peralatan dan mesin. Dari hasil Importance-Performance Analysis, bahwa cukup banyak responden yang mengetahui pentingnya asuransi untuk proyek konstruksi, dan cukup banyak yang melaksanakannya, sebagian responden beranggapan bahwa penggunaan asuransi akan mengurangi profit proyek, karena resiko yang dijaminkan jarang terjadi (53%). Hasil lain menunjukkan besar premi yang dibayarkan kontraktor kapada perusahaan asuransi cukup kecil (1-7%) dibanding kerugian yang harus ditanggung apabila terjadi resiko mencapai (40%), rata-rata premi yang diterima mencapai (20%). Kata Kunci: Apresiasi, Kontraktor, Pembangunan, Konstruksi. PENDAHULUAN Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi resiko yang relatif tinggi, dibandingkan dengan proyek-proyek pada bidang pekerjaan non-konstruksi, misalnya manufaktur, karena sifatnya yang unik, dinamik dan kompleks. Seiring dengan pelaksanaan proyek, kontraktor seringkali harus menghadapi resiko yang dapat menimbulkan hambatan dan kesulitan pada jalannya pelaksanaan proyek. Pada dasarnya, hal tersebut sudah merupakan resiko yang harus dihadapi dalam pelaksanaan proyek, tetapi yang perlu diperhatikan adalah dampak dari resiko yang timbul. Dampak resiko dapat mengakibatkan berubahnya jadwal pelaksanaan, biaya dan mutu hasil pekerjaan. Karena porsi resiko yang dihadapi kontraktor begitu besar, maka diperlukan suatu cara penanganan resiko. Berbagai cara penanganan resiko yang dapat dilakukan pada proyek konstruksi adalah dengan menghindari resiko, pengurangan resiko, menahan resiko dan pengalihan resiko. Untuk penanganan resiko dengan cara pengalihan resiko dapat dilakukan dengan Risk Financing yaitu dengan cara mengalokasikan dana untuk manangani resikoresiko tertentu. Salah satu pengalokasian dana digunakan untuk membiayai pengadaan asuransi yang pada dasarnya merupakan suatu alternatif dalam pengalihan resiko pada pihak lain (Suprapto, 1999). Hasil penelitian yang dilakukan pada kontraktor yang sedang/telah mengerjakan proyek 1)
konstruksi dan perusahaan asuransi di Malang menunjukkan bahwa persepsi masyarakat industri konstruksi, khususnya kontraktor, akan pengalihan resiko dengan menggunakan asuransi sangat rendah. Hal ini terlihat pada keikutsertaan mereka dalam asuransi bukan karena kesadaran akan pentingnya pengalihan resiko, tetapi penekanannya karena disyaratkan dalam kontrak (Rahayu, 2001). Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat industri konstruksi (kontraktor) di Malang dalam menggunakan asuransi untuk pengalihan resiko pada proyek konstruksi, perlu dilakukan suatu penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada kontraktor yang ada di Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis proyek apa saja yang biasa diasuransikan oleh kontraktor, jenis asuransi apa saja yang biasa digunakan oleh kontraktor, jenis resiko yang sering terjadi di proyek sehingga perlu dimasukkan dalam cakupan resiko asuransi dan seberapa besar pemahaman kontraktor akan pentingnya asuransi pada proyek konstruksi. METODE PENELITIAN Metode penelitian untuk model apresiasi developer dalam penggunaan asuransi pada pembangunan perumahan di Malang ini, secara garis besar terdiri dari:
Populasi dan sample penelitian. Metode pengambilan sample. Konstrak kuesioner. Pengumpulan data. Analisa data.
& 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil – Universitas Widyagama Malang
31
WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.1; MARET 2012: 31 - 38
Prosedur penelitian Kerangka alur penelitian selengkapnya disajikan pada bagan alir Gambar 1 berikut.
sampel disebabkan karena tidak ada perusahaan berkualifikasi K1 (kecil) di Jawa Timur yang beroperasi dalam skala Internasional. b. Jenis proyek yang dikerjakan responden
Mulai
Jenis-jenis proyek yang dikerjakan responden dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
Permasalahan 100%
50%
Studi Literatur
Studi Lapangan 0% Melaksanakan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
51% 71% 24% 0% 88% 12% 88% 29% 6%
Tidak Melaksanakan 41% 29% 76% 100% 12% 88% 12% 71% 94%
Pembuatan Konstrak Quesioner
Penyebaran Quesioner
Analisis Data : Deskriptif Kuantitatif Important-Performance Analysis
Kesimpulan & Saran
Selesai
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Gambar 3. Jenis Proyek yang Dikerjakan Responden Dari data di atas terlihat bahwa proyek-proyek irigasi dan drainase, dan proyek telekomunikasi: tower telkom, pemasangan jaringan kabel dan sebagainya merupakan proyek yang cukup dominan dikerjakan oleh responden, yaitu 88%, di samping proyek gedung dan perumahan 51%, juga proyek infrastruktur (milik pemerintah) seperti jalan & jembatan 71%, serta pelabuhan dan lapangan terbang. c.
Penggunaan asuransi dalam proyek
Dari semua kontraktor yang di-survey didapatkan bahwa 29% kontraktor mengasuransikan semua proyek-proyeknya, sedangkan 53% tidak mengasuransikan semua proyeknya. Sisanya, 18% mengasuransikan sebagian dari proyeknya (Gambar 4) alasan mengapa mereka menggunakan dan tidak menggunakan asuransi dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Deskripsi jenis kepemilikan perusahaan responden
Sebagian ; 18 %
Gambar 2 berikut ini adalah profil responden berdasarkan jenis kepemilikan perusahaan.
Ya ; 29 %
Tidak ; 53 %
BUMN; 0%
Gambar 4. Penggunaan Asuransi oleh Kontraktor
Multi Nasional; 0%
Sw asta Nasional; 100%
Gambar 2. Jenis Kepemilikan Perusahaan Responden Dari Gambar 2 di atas terlihat bahwa perusahaan BUMN yang masuk ke dalam sampel tidak ada, semuanya sebanyak 17 perusahaan, merupakan perusahaan swasta nasional. Hal ini disebabkan pengambilan sampel yang random, sehingga setiap perusahaan memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel. Tidak ada perusahaan multi nasional yang terambil sebagai
32
d.
Prosentase proyek yang Mengasuransikan Sebagian Proyeknya
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa 18% kontraktor hanya mengasuransikan sebagian proyeknya. Prosentase jumlah proyek yang diasuransikan oleh kontraktor yang mengasuransikan sebagian proyeknya dapat dilihat pada Gambar 5.
APRESIASI KONTRAKTOR ….. KONSTRUKSI DI MALANG [DAFID IRAWAN & RIMAN]
a) 21% < 100% Proyek; b) 0 %
a) 1 - 10% Proyek; b) 33 %
a) 11 - 20 % Proyek ; b) 67%
Gambar 5. Prosentase Proyek yang Mengasuransikan Sebagian Proyeknya Gambar di atas memperlihatkan bahwa kontraktor yang mengasuransikan sebagian proyeknya (11-20%) sebanyak 67% dari 3 responden. Itupun bila ada permintaan dari pihak pemilik proyek (owner) atau bila disyaratkan dalam kontrak kerja. Lebih detail mengenai motivasi responden dalam melaksanakan asuransi dapat dilihat pada Importance-Performance Analysis. e.
Alasan mengasuransikan proyek
Gambar 6 dan 7 berikut ini akan memperlihatkan beberapa alasan mengapa responden (kontraktor) memilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan asuransi sebagai pengalih resiko proyek-proyek yang mereka laksanakan. f.
Pada Gambar 7 terlihat bahwa alasan yang paling banyak untuk tidak menggunakan asuransi adalah karena nilai proyek yang kecil dan tidak diminta oleh owner, juga karena tidak disyaratkan dalam kontrak. Hal ini sangat berkaitan dengan gambar sebelumnya. Gambar 7 menunjukkan bahwa prosentase responden tertinggi pada penggunaan asuransi juga mengarah apabila disyaratkan dalam kontrak, maka begitu kontrak tidak menyebutkan keharusan menggunakan asuransi maka asuransi tidak digunakan. Dalam sebagian wawancara, ada beberapa responden yang berpendapat bahwa asuransi hanya mengurangi profit atau keuntungan proyek, karena pada kenyataannya resiko yang ditakutkan terjadi ternyata sangat jarang terjadi. h.
Deskripsi jenis proyek yang diasuransikan
Dari hasil survey didapatkan data-data jenis proyek yang diasuransikan seperti Gambar 8 sebagai berikut : 80% 60% 40% 20%
Alasan kontraktor yang mengasuransikan semua proyeknya
0%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diasuransikan 80% 60% 40% 20% 80% 20% 20% 20% 20% 20% 40% 60% 80% 20% 80% 80% 80% 80%
Tidak 100%
Gambar 8. Jenis Proyek yang Diasuransikan
80% 60% 40%
Dari Gambar 8 di atas terlihat bahwa proyek gedung/gudang dan perumahan juga proyek irigasi dan drainase menduduki peringkat tertinggi dari proyek-proyek yang diasuransikan oleh responden (80%). Hal ini disebabkan gedung, khususnya gedung-gedung bertingkat dan proyek irigasi dan drainase memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, sehingga peluang resiko yang terjadi akan semakin besar. Peluang resiko yang besar ini yang menyebabkan berusaha untuk mengalihkan resiko pekerjaan dalam asuransi. Proyek-proyek infrastuktur jalan darat dan jembatan menempati urutan kedua dari proyekproyek yang diasuransikan (60%).
20% 0%
1
2
3
4
5
6
Ya
40%
100%
60%
80%
100%
100%
0%
0%
Tidak
60%
0%
40%
20%
0%
0%
100%
7
100%
8
Gambar 6. Alasan Responden Mengasuransikan Terlihat pada gambar, bahwa kebanyakan responden menggunakan asuransi karena resiko proyek konstruksi tinggi dan diminta oleh pemilik proyek ataupun karena disyaratkan dalam kontrak kerja. Namun sebagian justru menggunakan asuransi karena mereka sadar bahwa waktu pelaksanaan proyek yang lama memperbesar resiko dan nilai proyek yang besar berarti resiko yang mungkin terjadi semakin besar pula. g.
Alasan kontraktor yang tidak mengasuransikan semua proyeknya
i.
Asuransi yang biasa digunakan
Dari hasil survey didapatkan data jenis asuransi yang biasa digunakan seperti Gambar 9 :
90% 80% 70% 60%
100%
50% 40%
80%
30% 20%
60%
10% 0%
40% 1
2
3
4
5
6
7
8
Ya
11%
33%
56%
22%
56%
56%
11%
33%
Tidak
89%
67%
44%
78%
44%
44%
89%
67%
Gambar 7. Alasan Responden Tidak Mengasuransikan
20% 0%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Menggunakan 80% 0% 0% 0% 20% 0% 0% 20% 0% 0% 0% 0% Tidak
20% 100 100 100 80% 100 100 80% 100 100 100 100
Gambar 9. Jenis Asuransi yang Digunakan Responden pada Proyek Konstruksi
33
WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.1; MARET 2012: 31 - 38
Dari hasil survey ternyata hanya 3 jenis asuransi yang biasa digunakan oleh kontraktor yaitu: CAR, Completed Operation Libiality Insurance, Cargo Insurance. Namun sebagian besar kontraktor (80 %) menggunakan asuransi CAR (Contractor All Risk). Pemilihan jenis asuransi ini bisa didapatkan jaminan berbagai jenis resiko yang sering terjadi di proyek hanya dengan satu polis. Selian itu premi yang dibayarkan asuransi CAR cukup ringan. Detail alasan penggunaan jenis asuransi dan besarnya premi yang dibayarkan dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11 berikut ini. 100% 80% 60% 40% 20% 0%
1
2
3
4
5
6
Ya
80%
20%
40%
60%
80%
0%
Tidak
20%
80%
60%
40%
20%
100%
Gambar 10. Alasan Menggunakan Asuransi a) 5-7% b) 20%
a) >7% b) 0%
Tabel 1. Jenis Resiko yang Terjadi di Proyek No
Jenis Resiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Keruntuhan struktur Angin ribut Landslide (tanah longsor) Banjir Kebakaran Gempa bumi Disambar petir Penurunan muka air tanah Erosi Letusan gunung berapi Keretakan dan kebocoran Kerusakan sistem dewatering Kecelakaan kerja Inflasi Ketidakjelasan kontrak Perubahan peraturan Kenaikan harga Pemogokan dan kerusuhan Pencurian dan perampokan Resiko selm masa Pemeliharaan Metoda pelaksanaan yg salah Desain yang salah Desain yg tdk bisa dilaksanakan Kerusakan pd fasilitas transp. Kerusakan bawh tanah eksisting Keterlambatan mtrial & supplier Vibrasi, bergerak daya dukung Biaya tambahn utk kerja lembur Kerusakan/ketdklengkapan dok Kerusakan peralatan dan mesin Keterlambatan pemb olh owner Gangguan lalulintas di proyek Terlambat memulai pek owner Kecelakaan,kerusakan,kehilangan kendaraan Perbedaan interpretasi spec.
Sangat Jarang 0-20%
35
17 16 14 13 15 15 17 17 14 17 14 14 6
Jarang
Sedang
Sering
Sangat Sering
2040%
4060%
6080%
80100%
1 3 3 1
1 1 2
1
12 13 2 15 10 12 15 13 13 13 16 10 13 12 12 5 11 9 10 15
2 1 5 3 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1
12
2
1
1 1 1 1 2 4
5
1 4
1 5
3 1
1
1 1 1
1 1 1
2 1 2 1 2 2 2 2
2 2 1 1 4 1 2 2
2
1
1
1 4 5 4 1 4 1 2 1 1 1 1 1
1 2 4 2 2 2 1 1
Sumber : Survey Kontraktor di Malang, 2010 a) 3-5% b) 20%
a) 1-3% b) 60%
Gambar 11. Besarnya Premi terhadap Nilai Proyek Gambar 11 memperlihatkan bahwa premi yang perlu dibayarkan oleh kontraktor kepada perusahaan asuransi hanya berkisar antara 1 – 7 % dari nilai proyek. Ini termasuk kecil jika dibandingkan kerugian yang harus ditanggung kontraktor bila terjadi resiko dalam pelaksanaan proyek. Menurut data survey pada Gambar 5.11. kerugian yang harus ditanggung oleh kontraktor akibat terjadinya resiko di proyek mencapai 40 % dari nilai proyek. (a) 21%-40% Nilai, (b) prosen responden 40%
(a) 0%-20% Nilai, (b) prosen responden 60%
Lainnya 0%;0%
Keterangan : (a) % Kerugian bila terjadi resiko (b) % responden
Gambar 12. Kerugian Bila Terjadi Resiko j.
Tabel 1 di atas memperlihatkan resikoresiko yang menurut responden dapat terjadi di proyek konstruksi dengan frekuensi sangat sering terjadi sampai dengan sangat jarang terjadi. Penelitian terhadap resiko yang terjadi di proyek ini bertujuan untuk melihat apakah asuransi yang digunakan oleh responden sudah mencakup resikoresiko ini. Informasi dasar mengenai jenis resiko ini nantinya akan dikembangkan (pada penelitian berikutnya) untuk melihat apakah resiko yang dicakup oleh situasi jenis asuransi sudah mencakup resiko tersebut. k.
Klaim Kontraktor terhadap Perusahaan Asuransi
Dari hasil survey terhadap kontraktor yang mengansuransikan proyeknya. Diketahui bahwa sebanyak 80% pernah melakukan klaim, sedangkan 20% sisanya tidak pernah melakukan klaim. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 13 rata-rata nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 13 berikut. (a) Melakukan klaim, (b) prosen responden 80%
(a) Tidak pernah klaim, (b) prosen responden 20%
Deskripsi Resiko-resiko yang Terjadi di Proyek
Resiko-resiko yang dimungkinkan terjadi di proyek, dapat disajikan dalam deskripsi berikut. Gambar 13. Klaim Responden terhadap Perusahaan Asuransi
34
APRESIASI KONTRAKTOR ….. KONSTRUKSI DI MALANG [DAFID IRAWAN & RIMAN]
l.
Rata-rata Nilai Klaim yang Diperoleh
Sebagian besar responden (80%) menyatakan rata-rata nilai klaim yang diperoleh oleh kontraktor yang pernah melakukan sebesar 1 – 10 % dari nilai proyek. 20 % responden menyatakan rata-rata nilai klaim sebesar 11 - 20 %, dari nilai proyek. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 14 berikut. (a) 1%-10% Nilai, (b) prosen responden 80%
(a) 11%-20% Nilai, (b) prosen responden 20%
e) Responden yang diberi nilai 0 (nol), adalah responden yang tidak mengansuransikan semua proyek-proyek (Zero Performance). Pemberian nilai dilakukan dengan melihat jawaban responden dalam kuesioner dan pertimbangan peneliti pada saat melaksanakan wawancara. Tabel 2 dan Gambar 15 berikut ini adalah hasil pengolahan Importance-Performance Analysis.
Lainnya 0%;0%
Tabel 2. Penelitian terhadap Responden Importance (I) 1 5 Responden-1 2 Responden-2 0 3 8 Responden-3 4 7 Responden-4 5 Responden-5 7 6 Responden-6 0 7 Responden-7 0 8 Responden-8 0 9 7 Responden-9 10 Responden-10 0 11 Responden-11 10 12 Responden-12 7 13 Responden-13 0 14 Responden-14 0 15 Responden-15 0 16 Responden-16 0 17 Responden-17 5 Rata-rata 7 Sumber: Hasil Perhitungan, 2010 No
Keterangan : (a) % Nilai klaim dari nilai proyek (b) % responden
Gambar 14. Klaim terhadap Nilai Proyek m.
Importance-Performance Analysis
Pada Impotance-Performance Analysis, penelitian terhadap tingkat pemahaman dan pelaksanaan kontraktor dalam menggunakan asuransi dilakukan dengan memberikan bobot kualitatif, dengan rentang 0 sampai dengan 10. Responden dikatakan memiliki pemahaman (Importance) mengenai asuransi apabila ia mengetahui bahwa : a. Asuransi sangat diperlukan dalam proyek konstruksi mengingat sifat proyek yang dinamis dan komplek. (Nilai 3). b. Resiko yang terjadi di proyek, seperti kecelakan kerja yang disebabkan kesalahan manusia, alam (eksternal faktor) dan lainnya, sangat tinggi sehingga bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar. (Nilai 3). c. Biaya proyek yang besar dapat memperbesar peluang terjadinya resiko. (Nilai 2). d. Waktu pelaksanaan proyek yang cukup lama merupakan faktor yang perlu diperhitungkan resikonya, sehingga asuransi bisa dijadikan salah satu alternatif pengalihan resiko. (Nilai 2). e. Apabila responden melaksanakan asuransi karena permintaan owner ataupun karena disyaratkan di dalam kontrak, maka responden tersebut akan diberi nilai 0 (nol), artinya ia dianggap tidak mengetahui pentingnya asuransi bagi proyek konstruksi (Zero Importance). Responden dikatakan melaksanakan (performance) apabila ia menggunakan asuransi dalam proyek-proyeknya, walaupun dengan alasan bahwa hal tersebut dilakukan karena : a) Disyaratkan dalam kontrak (Nilai 3) b) Atas permintaan pemilik proyek (Nilai 3) c) Pembayaran preminya cukup ringan / kecil (Nilai 2) d) Alasan lainnya, seperti adanya penawaran menarik dari perusahaan asuransi (Nilai 2).
Responden
Performance (P) 6 0 5 5 5 0 0 0 5 0 8 3 0 0 0 0 3 5
High Performance
10 9 8 7 6 Low Important 5 4 3 2 1 0
High Important
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Low Performance
Gambar 15. Penilaian terhadap responden (Output IP Analysis) Dari Gambar 15 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Importance Kontraktor di Malang cenderung tinggi, begitu pula rata-rata Performancenya sedang. Ini berarti cukup banyak responden yang mengetahui pentingnya asuransi untuk proyek konstruksi, disamping itu cukup banyak pula yang melaksanakannya, walaupun terkait dengan disyaratkannya di dalam kontrak atau permintaan dari owner. Seperti telah dijelaskan di atas, beberapa responden yang justru beranggapan bahwa penggunaan asuransi hanya akan mengurangi profit proyek, karena resiko yang dijaminkan sering kali jarang terjadi. n. Perbandingan Premi dengan Resiko proyek Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa proyek konstruksi sangat sarat dengan resiko-resiko seperti inflasi, kenaikan harga, pencurian dan
35
WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.1; MARET 2012: 31 - 38
perampokan, serta resiko lainnya seperti yang dilihatkan di Tabel 1. Data penelitian juga menunjukkan bahwa kerugian yang ditanggung oleh kontraktor bisa mencapai 40 % dari nilai proyek (Gambar 12). Kondisi di atas membuat kontraktor harus memikirkan cara penanganan resiko, seperti : penghindaran resiko (Risk Avoidance), pengurangan resiko (Risk Reduction), penahanan resiko (Risk Retention) dan pengalihan resiko (Risk transfer). Asuransi merupakan salah satu bentuk penanganan resiko dengan cara pengalihan resiko (Risk Transfer). Resiko yang seharusnya ditanggung oleh kontraktor, dialihkan kepada perusahaan asuransi dengan membayar resiko yang pertanggungan. Gambar 11 menunjukkan bahwa rata-rata besarnya premi yang dibayarkan kontraktor kepada perusahaan asuransi berkisar 1 % sampai dengan 3 % dari nilai proyek. Walaupun beberapa nilai premi mencapai 7%. Nilai ini terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan besarnya kerugian yang harus ditanggung kontraktor sebesar 20 % - 40 % dari nilai proyek, apabila terjadi resiko. o.
Perbandingan Premi Dengan Nilai Klaim
Survey yang dilakukan pada perusahaan asuransi menunjukkan bahwa cukup banyak klaim kontraktor atas terjadinya resiko yang dijaminkan. Gambar 16 memperlihatkan rata-rata banyaknya klaim yang terjadi dalam 1 (satu) tahun yang diajukan kontraktor pada perusahaan asuransi sebanyak 80 % responden dari perusahaan asuransi menyatakan dalam 1 (satu) tahun lebih dari 2 (dua) kali terjadi klaim yang harus dibayarkan perusahaan asuransi kepada kontraktor. 20 % responden menyatakan nilai klaim yang harus dibayarkan 1-10% nilai kontrak. 100%
50%
0% Ya Tidak
1
2
3
0%
20%
80%
100%
80%
20%
Gambar 16. Rata-rata Banyaknya Klaim yang Terjadi dalam 1 Tahun 11-20% Nilai Proyek; 40% Lainnya 0%;0%
1-10% Nilai Proyek; 60%
Keterangan : (a) % Klaim yang dibayarkan pihak asuransi (b) % Responden
Gambar 17. Rata-rata Nilai klaim yang Dibayarkan Perusahaan Asuransi
36
Kondisi ini semakin memperkuat bukti bahwa asuransi merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam mengalihkan resiko. Oleh karena itu penggunaan asuransi patut dipertimbangkan oleh kontraktor. Bagi kontraktor yang tidak mau atau belum menggunakan asuransi, harus dipikirkan cara lain untuk menangani resiko yang terjadi di proyeknya. p.
Perbandingan Pemahaman dengan Sosialisasi Asuransi
Kontraktor
Dari Gambar 4 (penggunaan asuransi oleh kontraktor) masih banyak perusahaan yang tidak mengasuransikan proyeknya (53%) dan dari hasil Importance–Performance Analysis (Gambar 16) terlihat masih banyak perusahaan konstruksi yang enggan mengasuransikan proyek-proyeknya, kecuali jika disyaratkan di dalam kontrak kerja. Padahal dari Gambar 15 terlihat bahwa Importance atau pemahaman kontraktor akan pentingnya asuransi cukup tinggi. Artinya, kontraktor tahu akan pentingnya asuransi, namun cenderung enggan melaksanakannya. Gambar 18 berikut menyajikan hasil penelitian mengenai cara atau usaha perusahaan asuransi dalam mensosialisasikan program-programnya. 100% 80% 60% 40% 20% 0% Melaksanakan Tidak
1
2
3
4
5
100%
100%
60%
100%
60%
0%
0%
40%
0%
40%
Gambar 18. Strategi Sosialisasi Program Asuransi Dari data di atas sebenarnya dapat dilihat bahwa usaha (effort) perusahaan asuransi untuk mensosialisasikan program-program yang dimilikinya cukup baik dan variatif, tetapi hasilnya kurang begitu menggembirakan. Hasil yang kurang menggembirakan tersebut terlihat dari Gambar 19 tentang perkembangan asuransi dari tahun ke tahun. Gambar tersebut memperlihatkan pertumbuhan nasabah terbesar pada posisi 1 – 10% per – tahunnya. Peningkatan 10-20% / th; 20%
Lainnya; 0%
Keterangan : a) % peningkatan nasabah b) % responden
Peningkatan 1-10% / th; 80 %
Gambar 19. Perkembangan Asuransi dari Tahun ke Tahun
APRESIASI KONTRAKTOR ….. KONSTRUKSI DI MALANG [DAFID IRAWAN & RIMAN]
Jika ditelaah lebih jauh, perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut mungkin disebabkan karena jenis strategi sosialisasi yang di gunakan perusahaan asuransi masih sangat konvensional, misalnya memberikan penjelasan jika ada yang datang ke kantor, atau hanya dipercayakan kepada agen/broker ( Gambar 19) . Perusahaan asuransi perlu memikirkan jenis strategi sosialisasi cara lain, misalnya mengadakan forum-forum intelektual seperti seminar atau lokakarya mengenai penggunaan asuransi pada proyek konstruksi, sekaligus memperkenalkan program-program asuransi yang dimilikinya. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil dan pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis proyek yang banyak diasuransikan oleh kontraktor adalah proyek gedung/gudang dan perumahan juga proyek irigasi dan drainase menduduki peringkat tertinggi (80%) dari proyek-proyek yang diasuransikan oleh responden. Hal ini disebabkan gedung, khususnya gedung-gedung bertingkat dan proyek irigasi dan drainase memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, sehingga peluang resiko yang terjadi akan semakin besar. Peluang resiko yang besar ini yang menyebabkan baik pemilik proyek maupun kontraktor berusaha untuk mengalihkan resiko pekerjaan dalam asuransi. Proyek-proyek infrastuktur jalan darat dan jembatan menempati urutan kedua dari proyek-proyek yang diasuransikan (60%). 2. Jenis asuransi yang sering digunakan oleh kontraktor ada 3 jenis, yaitu: CAR, Completed Operation Libiality Insurance, Cargo Insurance. Namun sebagian besar kontraktor (80 %) menggunakan asuransi CAR (Contractor All Risk). Pemilihan jenis asuransi ini bisa didapatkan jaminan berbagai jenis resiko yang sering terjadi di proyek hanya dengan satu polis. Selian itu premi yang dibayarkan asuransi CAR relatif ringan ( sekitar 1-3% dari nilai proyek ) untuk kondisi tertentu mencapai 7%. 3. Jenis resiko yang sering terjadi di proyek dapat dilihat pada tabel berikut : kecelakaan kerja, inflasi, tidakjelasan kontrak, kenaikan harga, pencurian dan perampokan, kerusakan peralatan dan mesin. 4. Pemahaman kontraktor akan pentingnya asuransi dapat dijabarkan dalam “ Tahu akan pentingnya penggunaan asuransi (Importance)” dan “Melaksanakan dalam proyek-proyeknya (Performance)”. Dari hasil Importance–
performance Analysis dapat dilihat bahwa bahwa rata-rata Importance Kontraktor di Malang cenderung tinggi, begitu pula rata-rata Performance-nya sedang. Ini berarti cukup banyak responden yang mengetahui pentingnya asuransi untuk proyek konstruksi, disamping itu cukup banyak pula yang melaksanakannya, walaupun terkait dengan disyaratkannya di dalam kontrak atau permintaan dari owner, sebagian lainnya beberapa responden yang justru beranggapan bahwa penggunaan asuransi hanya akan mengurangi profit proyek, karena resiko yang dijaminkan sering kali jarang terjadi (53%). 5. Besar premi yang dibayarkan kontraktor kepada perusahaan asuransi relatif ringan (1-7 %), jika dibandingkan dengan besarnya kerugian yang harus ditanggung kontraktor apabila terjadi sesuatu resiko mencapai 40%. 6. Besar premi yang dibayarkan kontraktor kepada perusahaan asuransi cukup kecil, jika dibandingkan nilai klaim yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada kontraktor yang melakukan klaim atas terjadinya resiko mencapai (20%). 7. Perkembangan pemakai program asuransi untuk proyek konstruksi dari tahun ke tahun kurang begitu menggembirakan (1-10%), padahal pemahaman kontraktor akan pentingnya asuransi cukup tinggi . Sosialisasi yang tepat oleh perusahaan asuransi diperlukan untuk meningkatkan pemakaian program asuransi untuk proyek konstruksi. Berdasarkan kesimpulan di disajikan beberapa saran berikut.
atas,
dapat
1. Penelitian ini baru merupakan penelitian dasar yang perlu untuk dikembangkan lebih jauh lagi, yaitu mengenai kontraktor dalam menghadapi resiko bila tidak menggunakan asuransi sebagai alternatif pengalihan resiko. 2. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa asuransi CAR (Contraktor All Risk) masih merupakan asuransi yang paling banyak dipergunakan para kontraktor. Oleh karena itu perlu diteliti lebih dalam mengenai jenis asuransi ini dan cakupan resikonya. DAFTAR PUSTAKA [1] Bunni, Nael G., 1986, Construction Insurance, Elsevier Aplied Science Publisher, New York. [2] Marpaung, Kapler A., 2005, Pentingnya Asuransi Gempa Bumi/Tsunami bagi Masyarakat dan Permasalahannya, Jurnal Asuransi Vol. IX No.20:20.
37
WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.1; MARET 2012: 31 - 38
[3] Prawoto, Agus, 1995, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, Penerbit BPFE, Yogyakarta. [4] Purba, Radiks, 1992, Memahami Asuransi di Indonesia, PT. Pustaka Binaman Pressindo. [5] Rahayu, Harkunti P., 2001, Asuransi CAR sebagai Alternatif Pengalihan Resiko Proyek Dalam Industri Konstruksi Indonesia, Proceeding Seminar Nasional Manajemen Konstruksi 2001, Bandung. [6] Suprapto, 1999, Pengembangan Model Cakupan Resiko Proyek Konstruksi Asuransi CAR di Indonesia, Tesis Magister, Teknik Sipil ITB, Bandung. [7] Suryadi, Ibnu, 2005, Strategi Peruasahaan Asuransi dalam Menyongsong Era Globalisasi, Jurnal Asuransi Vol. IX No.20:28. [8] Tjiptono, Fandy, Adriana, Dadi, 2005, Service Branding, Jurnal Asuransi Vol. IX No.20:34.
38