Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 4 • No. 2 • September 2010
Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Pola Penanaman Intensif
Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive Rice Planting Pattern Mahyudin Dalimunte1), Tengku Sabrina2), dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar2) 1)
Program Studi Agroekoteknologi Pasca Sarjana, Fakultas Pertanian USU, Medan 2) Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan
Abstract The research aim to obtain of the effect of fresh paddy straw application technology and fertilization package technology on the growth and production grown using the intensive rice planting pattern. This research was carried out in November 2009 - February 2010 at Kebun Percobaan BPTP Sumut, Pasar Miring, on the Inceptisol soil type. Exprimental design used Split Plot Design with 3 replications, the main plot was fresh paddy straw that consists of without straw, stubble without decomposer, stubble + decomposer and stubble + straw + decomposer, and sub plot was the fertilization package consists of local farmer fertilizing, based on soil analysis result of nitrogen, phosphate and pothasium, fertilizing based on Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) No. 1/2006, fertilizing based on Leaf Color Chart (LCC) to N and Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS ) analysis to P and K, and fertilizing based on soft apparatus simulation of the PuPS 1.0 software. The result showed that fresh straw was able to increase rice production but did not affect the rice growth significantly. Apllication of decomposer to fresh paddy straw gives higher affect than without decomposer. Fertilization package influence at the rice growth and production. The fertilization package of the PuPS 1.0 software was able to improve the rice growth and production. The interaction betwen the combination of fresh paddy straw and decomposer with the fertilization package was able to increase the rice growth but did not impact the rice production significantly. Keyword: intensive planting, fresh straw, decomposer and fertilizing package. Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi jerami padi dan paket teknologi pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman intensif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 hingga Februari 2010 di Kebun Percobaan BPTP Sumut, Pasar Miring, pada tanah inseptisol. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan, dengan petak utama terdiri dari aplikasi tanpa jerami padi, tunggul tanpa dekomposer, tunggul + dekomposer, dan tunggul + jerami + dekomposer. Sedangkan subplot adalah paket pemupukan yang terdiri dari pemupukan petani setempat, pemupukan berdasarkan hasil analisis N, P, K tanah, pemupukan berdasarkan Kepmentan No. 1/2006, pemupukan berdasarkan Bagan Warna Daun untuk N dan penggunaan PUTS untuk P dan K, dan pemupukan berdasarkan simulasi piranti lunak PuPS 1.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami padi dapat meningkatkan produksi padi tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan secara signifikan. Aplikasi dekomposer pada jerami padi memberikan efek yang lebih tinggi dibandingkan tanpa dekomposer. Paket pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Paket pemupukan dengan piranti lunak PuPS 1.0 dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Interaksi antara kombinasi jerami padi, dekomposer dan paket pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan tetapi tidak memberikan efek secara signifikan terhadap produksi tanaman padi. Kata Kunci: penanaman intensif, jerami padi, dekomposer dan paket pemupukan 80
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 4 • No. 2 • September 2010
Pendahuluan
Kendala yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi terutama adalah produktivitas lahan yang rendah, pengurangan dan alih fungsi lahan (Supriana et. al, 2009) serta anomali iklim (Pinem, 2008). Menurut BPS Sumut (2009) produktivitas lahan padi sawah adalah 4,4 t.ha-1 sedangkan secara nasional mencapai 4,7 t.ha-1. Rendahnya produktivitas lahan padi sawah tersebut disebabkan rendahnya kualitas lahan. Di sisi lain alih fungsi lahan sawah menjadi bukan sawah. Periode 1983 1993 luas lahan pertanian mengalami penurunan dari 16,7 juta hektar menjadi 15,6 juta hektar atau sekitar 110.000 hektar per tahun (Nurmalina, 2007). Rendahnya produksi padi juga dipengaruhi oleh faktor anomali iklim (Pinem, 2008). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramalkan bahwa tahun 2010 El Nino dapat menyebabkan cuaca kering yang beresiko pada penurunan hasil panen padi (Setneg, 2009). Penerapan teknologi revolusi hijau pada tanaman padi varietas unggul baru telah menempatkan pupuk anorganik sebagai faktor produksi penting dalam peningkatan produksi padi Indonesia. Selama periode 1969-1997, pemerintah telah menerapkan serangkaian kebijakan untuk mendorong penggunaan pupuk pada usaha tani padi, baik dari sisi penyediaan maupun dari sisi kemampuan petani dalam mengakses pupuk. Namun demikian, terjadinya pelandaian produktivitas padi (Al-Jabri, 2008) sejak tahun 1985 serta meningkatnya harga pupuk akibat penghapusan/pengurangan subsidi pupuk, merupakan momentum penting untuk lebih meningkatkan efisiensi sistem usaha tani, terutama penggunaan pupuk buatan pada padi sawah yang merupakan konsumen pupuk terbesar. Dalam sistem tanaman padi yang intensif, persediaan unsur N di dalam tanah tidak pernah mencukupi. Nitrogen adalah kunci utama (key input) untuk produksi padi. Genotip padi yang berproduksi sangat tinggi (potensi produksi 13–15 ton ha-1) membutuhkan suplai nitrogen 400–700 kg ha-1 (Okon et al., 1998).
Pemberian hara yang efisien ke lahan sawah sudah seharusnya dilakukan mengingat jumlah hara terangkut pada setiap panen baik yang terkandung dalam jerami maupun gabah cukup banyak. Potash and Potash Institute (PPI) dalam Sumarno (2006) mengemukakan hara terangkut baik dalam jerami maupun gabah masing-masing sejumlah 123 N, 48 P2O5 dan 143 K2O kg.ha-1. Meskipun sumber hara organik merupakan komponen penting dalam proses siklus hara dalam agroekosistem dan memang seyogianya digunakan, banyak kalangan meyakini bahwa produksi serealia secara nasional, regional, maupun dunia akan tetap mengandalkan pupuk kimia untuk dapat memenuhi kebutuhan produksi dan konsumsi saat kini dan masa mendatang (Dobermann, 2007; dan Las dalam Syam, 2008). Puslittanak 2005 dalam Damanik dan Rauf (2008) menyebutkan bahwa setiap ton jerami mengandung 7 kg N, 1 kg P2O5, 14,5 kg K2O dan unsur hara lainnya. Maka jumlah hara setiap tahun yang berasal dari jerami padi terdapat minimal 630.000 ton N yang setara dengan 1,4 juta ton urea, 420.000 ton P yang setara dengan 945.000 ton P2O5 atau 7,2 juta ton SP36, dan 6,09 juta ton K yang setara dengan 7,4 juta ton K2O atau 12,3 juta ton MOP. Pemupukan tanaman padi yang dilaksanakan oleh petani sangat bervariasi antara satu tempat ke tempat lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, keadaan ekonomi dan ketersediaan saprodi. Dikenal beberapa paket teknologi pemupukan yang dijadikan sebagai patokan dalam memberikan pupuk untuk lahan sawah, dalam hal ini dipilih lima macam paket pemupukan tanaman padi. Paket petani, adalah anjuran pemupukan yang dilaksanakan oleh petani disekitar tempat penelitian dengan pemupukan Urea 10 kg/rante (3:3:4), SP-36, 4 kg/rante 1 kali, KCl 2 kg/rante 1 kali dan ZA 2 kg/rante (1:1). Paket pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu dengan menggunakan jumlah hara yang terangkut panen (jerami dan gabah). Maka jumlah hara yang 80
Mahyudin Dalimunte, Tengku Sabrina, dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar: Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Padi
ditambahkan adalah selisih antara kebutuhan (yang terangkut) dikurangi yang tersedia dalam tanah. Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/1/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Spesifik Lokasi Padi Sawah. Anjuran pemupukan berdasarkan peta status hara P dan K tanah. Akan tetapi untuk hara N tidak dijelaskan berapa jumlahnya, untuk itu digunakan rekomendasi umum yaitu 90 kg N/ha (195,6 kg urea) (Idris dkk., 2002 dalam BPTP SULTRA 2009). Salah satu upaya yang diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dalam peningkatan produksi beras nasional (P2BN) jangka pendek, adalah dengan penerapan peningkatan indeks penanaman padi (IP padi), menaikkan IP padi dipilh karena mampu meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan perluasan lahan. Dasar pertimbangan peningkatan indeks penanaman sampai 4 (empat) kali setahun dan sering disebut IP Padi 400 pada sawah yang beririgasi teknis adalah tersedianya varietas padi super genjah seperti Silugonggo yang berumur 85 – 90 hari (Supriana dkk., 2009). Konsep ini juga diadopsi pada penanaman padi lainnya sehingga diharapkan dapat menaikkan IP padi antara 50 – 150 pada lahan tadah hujan, irigasi pedesaan dan irigasi sederhana. Selanjutnya IP Padi 400 diharapkan dapat memecahkan pelandaian produksi (leveling off) dalam P2BN. Melalui penerapan IP Padi 400, luas pertanaman padi menjadi dua kali lipat dari areal yang ditanami sekarang, sehingga produksi padi meningkat (Badan Litbang, 2008). IP padi 400 artinya petani dapat panen padi empat kali setahun pada lokasi yang sama. Dalam pelaksanaannya minimal 4 faktor kunci sebagai pendukung yaitu: a). Menggunakan benih varietas umur genjah ( 85-90 hari), b). Managemen tanam dan panen yang efesien (lampiran 1), c). Pengelolaan hara secara terpadu dan spesifik lokasi, d). Pengendalian hama dan penyakit (PHT) dilakukan secara terpadu (Gani, 2003). Khusus untuk padi IP 400 hanya
mungkin dapat dilakukan pada lahan yang mempunyai irigasi teknis. Penelitian ini bertujuan untuk Mendapatkan teknologi aplikasi jerami terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. Mendapatkan paket teknologi pemupukan yang lebih sederhana serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. Mendapatkan teknologi aplikasi jerami padi dan paket pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif.
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Kebun Percobaan (KP) BPTP Sumut, Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Ketinggian tempat ± 25 mdpl. dan jenis tanah adalah inceptisol (Adiwiganda, 2010). Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 s/d Februari 2010. Bahan-bahan yang digunakan adalah 1). benih padi varitas Silugonggo dengan umur 85 – 90 hari. Tunggul padi (bagian batang bawah padi yang tinggal di lahan setelah panen), 3). jerami (bagian batang atas tanaman yang dipotong dan telah dipisahkan dari gabah), 4). dekomposer Trichoderma koningii, 5). pupuk Urea (46% N), pupuk SP-36 (36% P2O5), pupuk KCl (60% K2O), ZA (21% N dan 18% S), 6). pestisida, fungisida, dan bahan penunjang lainnya. Alat-alat yang digunakan adalah, sabit bergerigi, parang babat, cangkul, meteran, alat laboratotrium untuk menentukan kadar hara tanah, Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), Bagan Warna Daun (BWD), timbangan dan alat-alat pendukung lain. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Petak Tepisah (RPT). Petak utama adalah jerami dengan empat taraf : J0 (tanpa jerami), J1 (tunggul tanpa dekomposer), J2 (tunggul + dekomposer) dan J3 (tunggul + jerami + dekomposer). Anak petak adalah paket teknologi pemupukan sebanyak lima (5) macam yang terdiri dari : P1 (pemupukan petani setempat), P2 81
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 4 • No. 2 • September 2010
(berdasarkan hasil analisis N, P dan K tanah), P3 (pemupukan berdasarkan Kepmentan No. 1 tahun 2006), P4 (pemupukan berdasarkan penggunaan PUTS untuk P dan K dan BWD untuk N), dan P5 (pemupukan berdasarkan cara simulasi piranti lunak PuPS). Semua perlakuan diulang 3 kali Percobaan dianalisis dengan rancangan petak terpisah (RPT) (Gomez dan Gomez, 1995). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sifat vegetatif dan generatif tanaman yang terdiri dari: Tinggi tanaman (cm), Jumlah anakan (batang), Serapan N, P, dan K (mg.tanaman-1) pada 6 minggu setelah tanam, Jumlah anakan produktif (batang), Panjang malai (cm), Jumlah gabah (butir.malai-1), Persentase gabah berisi (%), Persentase gabah hampa (%), Bobot 1000 butir gabah (g) dan Hasil gabah kering giling (kadar air setara 14%) yang dikonversi ke ha.
Hasil dan Pembahasan
Perlakuan jerami tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, serapan N dan K, dengan kecendrungan menunjukkan J3 dan J2 menghasilkan rataan tertinggi. Selanjutnya jerami meningkatkan serapan P pada 6 MST. Serapan P yang meningkat diduga disebabkan oleh asam asam organik yang dihasilkan oleh proses dekomposisi jerami mampu mengkelat sebahagian Al dan Fe sehingga P yang dilepaskan dapat diserap tanaman. Selain terhadap pertumbuhan, perlakuan jerami tidak berpengaruh terhadap komponen produksi yang meliputi jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi dan hampa, maupun bobot 1000 butir, tetapi nyata meningkatkan produksi per ha pada perlakuan J3 dan J2 (Tabel 1). Pengaruh jerami yang tidak nyata terhadap pertumbuhan vegetatif diduga karena proses dekomposisi yang belum sempurna, namun pada parameter produksi rataan tertinggi pada J3. Pada perlakuan tersebut jerami yang diberi dekomposer lebih mudah terdegradasi sehingga lebih mudah
tersedia bagi tanaman dan lebih cepat memperbaiki sifat tanah, selanjutnya degradasi jerami menghasilkan beberapa asam organik yang bersifat hormon bagi tanaman sehingga kualitas hasil lebih baik. Hal ini terlihat dari perbedaan gabah berisi dan hampa yang lebih tinggi pada perlakuan J3. Pemberian jerami pada tanah masam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi. Hal ini karena bahan organik memiliki kemampuan dalam memperbaiki sifat tanah, baik fisik, kimia maupun biologi. Harahap (2008), menyatakan bahwa pengelolaan jerami dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, selanjutnya menurut Suhartatik et. al. (1999) bahwa bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan hara sehingga penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas padi 0,5 – 1.0 t/ha (Suhendra, 2008). Hasil analisis jerami pada beberapa tempat di Jawa Barat dan Bali menunjukkan bahwa jerami padi mengandung hara K antara 1,75 - 1,92%. Berdasarkan penelitian Harahap (2008) pada lahan yang sama, analisis jaringan jerami mengandung Corganik 41,68%, N-total 1,13%, P 0,10 % dan K 1,90% dan C/N 36,88. Jerami sebagai bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, sehingga mikroorganisme berkembang dengan pesat dalam tanah. Akibatnya aktivitas yang meningkat akan menghasilkan asam asam organik dan meningkatkan C organik tanah, yang menyebabkan tanah menjadi gembur dan longgar dan hara yang tersimpan dalam jaringan tanaman secara perlahan tersedia bagi tanaman. Hal ini meningkatkan kemampuan akar dalam menyerap hara dan juga air. Simarmata dan Yuyun (2008), melaporkan bahwa berdasarkan indikator kesehatan tanah, maka lahan sawah dengan kadar C-organik < 2% termasuk kategori “sakit”. Pada kondisi tanah sakit, peningkatan pupuk anorganik tidak akan 82
Mahyudin Dalimunte, Tengku Sabrina, dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar: Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Padi
memberikan kenaikan hasil yang signifikan. Bahkan ada indikasi kenaikan produktivitas padi dengan pemupukan yang intensif sudah mencapai titik jenuh (leveling off) dan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kesehatan tanah sawah. Untuk
memperbaiki hal ini penggunaan bahan organik pada tanah sawah sangat diperlukan. Menggunakan jerami adalah suatu pilihan tepat karena sudah tersedia di lahan (Sembiring, 2008).
Tabel 1. Rataan pengamatan setiap parameter pada perlakuan jerami, paket pemupukan, dan interaksinya Perlakuan Jerami J0 J1 J2 J3 Paket Pemupukan P1 P2 P3 P4 P5 Interaksi J0P1 P2 P3 P4 P5 J1P1 P2 P3 P4 P5 J2P1 P2 P3 P4 P5 J3P1 P2 P3 P4 P5
1 tn 70,12 70,64 71,74 74,40
2 tn 21,33 22,31 22,69 23,12
3 tn 0,069 0,069 0,069 0,080
** ** * 76,53b 25,21a 0,085a 67,36c 19,68c 0,075ab 67,96c 21,13b 0,069b 67,39c 20,13bc 0,065b 79,38a 25,67a 0,065b tn tn * 72,40 23,37 0,090ac 67,23 17,60 0,050e 65,40 20,70 0,064ce 67,19 20,17 0,060de 78,36 24,83 0,079ad 76,77 25,03 0,073ae 63,98 20,77 0,075de 68,82 20,40 0,067ce 64,72 19,73 0,068ce 78,91 25,63 0,061de 77,01 25,93 0,074de 69,05 20,57 0,074be 67,22 22,37 0,069be 67,43 19,57 0,068ce 78,00 25,00 0,062de 79,95 26,50 0,103a 69,17 19,77 0,100ab 70,39 21,07 0,075be 70,22 21,07 0,063ce 82,26 27,20 0,059de
4
5
** 0,0021c 0,0030b 0,0036ab 0,0040a
tn 0,026 0,026 0,027 0,030
tn 0,0031 0,0033 0,0032 0,0032 0,0032 tn 0,0024 0,0015 0,0020 0,0020 0,0026 0,0031 0,0038 0,0029 0,0026 0,0027 0,0034 0,0039 0,0036 0,0036 0,0036 0,0036 0,0040 0,0041 0,0044 0,0040
tn 0,030 0,028 0,027 0,025 0,026 * 0,031ac 0,018d 0,025bd 0,023bd 0,032ab 0,027bc 0,028bc 0,025bd 0,025bd 0,023cd 0,027bc 0,028bc 0,027bd 0,026bd 0,025bd 0,036a 0,037a 0,029ac 0,024bd 0,024bd
Parameter 6 7 tn tn 13,96 19,25 15,03 19,15 15,49 18,00 15,15 18,43 * 13,27b 14,72b 14,93b 14,52b 17,10a tn 11,87 13,80 13,00 14,80 16,33 14,53 13,53 15,53 16,07 15,47 13,27 15,53 16,80 14,20 17,67 13,40 16,00 14,40 13,00 18,93
tn 18,83 18,49 19,32 18,15 18,74 tn 19,35 18,50 20,27 18,41 19,72 18,27 18,55 20,65 19,09 19,20 18,46 18,17 18,20 16,91 18,25 19,25 18,76 18,16 18,20 17,78
8 tn 78,99 80,60 67,66 71,11
9 tn 67,93 67,93 63,51 63,66
10 tn 32,07 31,41 36,49 36,34
11 12 tn * 24,52 3,86ab 24,71 3,66b 25,32 4,11a 25,34 4,14a
* 71,19bc 65,49c 68,38c 78,72b 89,16a tn 70,58 62,36 83,38 85,26 93,35 71,90 68,72 71,40 86,55 104,43 69,68 63,74 61,90 68,57 74,43 72,61 67,16 56,82 74,51 84,43
** 56,83b 57,86b 70,59a 71,71a 71,80a tn 58,56 61,11 71,95 71,97 76,08 62,26 57,70 73,25 68,66 77,75 55,43 57,65 64,72 74,64 65,13 51,07 54,95 72,46 71,58 68,25
** 43,17b 28,19b 27,45a 42,15a 29,41a tn 41,44 23,92 28,03 38,89 28,05 37,74 22,23 28,00 42,30 26,75 44,57 34,87 25,36 42,35 35,28 48,93 31,75 28,42 45,05 27,54
* 25,87a 24,10b 25,43a 25,57a 23,89b tn 25,56 22,97 24,71 24,74 24,64 26,31 24,18 24,53 24,93 23,63 26,15 23,97 26,78 26,01 23,68 25,48 25,30 25,69 26,61 23,61
** 3,87b 3,65c 3,90b 3,99b 4,31a tn 3,99 3,86 3,85 3,54 4,06 3,71 3,24 3,65 3,86 3,86 3,88 3,80 4,05 4,20 4,61 3,88 3,70 4,05 4,35 4,71
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. 1. Tinggi tanaman (cm) 6 MST, 2. Jumlah anakan (batang), 3. Serapan N, 4. Serapan P, 5. Serapan K (mg.tanaman-1) pada 6 minggu setelah tanam, 6. Jumlah anakan produktif (batang), 7. Panjang malai (cm), 8. Jumlah gabah (butir.malai-1), 9. Persentase gabah berisi (%), 10. Persentase gabah hampa (%), 11. Bobot 1000 butir gabah (g), 12. Hasil gabah kering giling (kadar air setara 14%) yang dikonversi ke ha.
83
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 4 • No. 2 • September 2010
Kesimpulan 1. Pemberian jerami dapat menaikkan produksi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan padi 2. Paket pemupukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Paket pemupukan PuPS dengan penggunaan pupuk yang lebih sedikit dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi. 3. Pemberian jerami yang dicampur dekomposer dan dikombinasikan dengan paket pemupukan dapat memperbaiki sifat tanah dan meningkatkan pertumbuhan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Daftar Pustaka Al-Jabri, M. 2008. Pengelolaan Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman Padi. Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balitbang Pertanian Deptan. Jkt. Hal. 90 – 113. Badan Litbang. 2008. PuPS 1.0 Alat Bantu Menentukan Takaran dan Waktu Pemberian Pupuk. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia. Jakarta. Badan Litbang. 2009. Pedum IP Padi 400, Badan Litbang Pertanian, Deptan RI, Jakarta. BPS SUMUT. 2009. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara No.40/07/12/Th.XII. BPTP
SULTRA. 2009. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah. http://
[email protected]. go.id. Diakses: 01 Juli 2009.
Damanik dan A., Rauf. 2008. Identifikasi Tingkat Kesuburan Tanah dan Cara Praktis Penentuan Dosis Pupuk Berdasarkan Status Hara Tanah dan Tanaman. Dep. Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian USU, Medan.
Dobermann, A. and T.H. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder & Nutrient Management, Handbook Series. PPI, PPIC and IRRI. Gani. A. 2003. Sistem Intensifikasi padi (System of rice intensification), Pedoman Praktis Bercocok Tanam Padi Sistem SRI. Balitbang Deptan, Jkt. Gomez, K. A., dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi kedua. UI Press. 698 hal. Nurmalina, R. 2007. Akibat Konversi Tanah, Produksi Beras 2010 Terancam Defisit 12 Juta Ton. www.gatra.com. Diakses 7 April 2010. Okon, Y., V.B. Guida, and J.J. Lugtenberg. 1998. Biotechnology of Biofertilization and Phytostimulation. Agriculture Biotechnology. CRC Press. London, N. York. Pinem, R. 2008. Kebijakan Perbenihan Padi Menunjang P2BN, Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balitbang Pertanian Deptan. Jakarta. Hal. 1-8. Sembiring, H. 2008. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi dalam Mendukung P2BN. Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menujang P2BN. BB Pen. Tan. Padi. Badan Litbang Deptan. Jakarta. Sembiring, H., D. Setiobudi, Akmal, T. Marbun, T. Woodhead dan Kusnadi. 2008. Strategi Pengelolaan Pupuk Nitrogen, Modifikasi Jarak Tanam, dan Penambahan Pupuk mikro untuk Menekan Kehampaan Gabah Tipe Baru. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menujang P2BN. BB Pen. Tan. padi. Badan Litbang Deptan. Jakarta.
84
Mahyudin Dalimunte, Tengku Sabrina, dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar: Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Padi
Setneg. 2009. El Nino, Anacaman Terhadap Produksi Padi Nasional. http://www.setneg.go.id. Diakses 7 April 2010. Simarmata, T. dan Yuyun Yuwariah. 2008. Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPT-BO) untuk Melipatgandakan Produksi Padi dan Mempercepat Kemandirian dan Ketahanan Pangan. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menujang P2BN. BB Pen. Tan. Padi. Badan Litbang Deptan. Jakarta. Suhartik, E., Murdani dan Satoto. 2008. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Air terhadap Waktu Pembungaan Galur Tetua Padi Hibrida. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menujang P2BN. BB Pen. Tan. Padi. Badan Litbang Deptan. Jakarta. Suhendra, T. 2008. Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.
Disampaikan dalam Gelar Teknologi dan Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. Sumarno. 2006. Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari Iptek Tanaman Pangan No. 1. Supriana, T., Rulianda P.W., dan Razali. 2009. Analisis Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya terhadap Ketahanan Pangan di Sumut. Laporan Hasil Penelitian Hibah Penelitian Strategis Nasional. USU. Medan. Syam Mahyuddin. 2008. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras, IPTEK Tanaman Pangan Vol.3 (1). Undang Undang R.I. No. 12. 1992. Tentang Sistem Bududaya Tanaman. Seknek. R.I. Jakarta.
85
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 4 • No. 2 • September 2010
86