APPLICATION OF ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ON BANDUNG INTRA URBAN TOLL ROAD INVESTMENT DECISION MAKING
S U M M A R Y APPLICATION OF ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ON BANDUNG INTRA URBAN TOLL ROAD INVESTMENT DECISION-MAKING, DARWIN TRISNA, 1999, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. This study undertakes a preliminary examination of some of the problems likely to be met in the implementation of a multiple criteria approach for evaluating urban toll road investment proposals. The multiple criteria methodology adapted in this study was the Analytic Hierarchy Process ( AHP), which was developed by SAATY in 1994. An assessment was made on prioritizing the construction phases of the Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR), which consist of West-East corridors (Northern West-East & Southern West-East) and North- South corridors (Pasirkaliki-Kopo, Kiaracondong ,Rumah Sakit-Gedebage) as proposed by the prefeasibility study carried out by PT Seecons & PCI. The study shows that the evaluation with AHP give a simple analysis for assessing alternatives of urban toll road investments. It provides a combination between qualitative and quantitative criteria. Different from other methodologies, the AHP can involve a number of opinions, a more thorough understanding of complex decision making process, and also provides a scale for judgement with fundamental values. Assessment with AHP gives optimum results by satisfying the greatest number of involved stakeholders. Each stakeholder has different preferences for priority of criteria, which depends on the respective interest in the criteria: as an example, Jasa Marga ranks the criteria as follows: Network, Financial,& Business Aspects, Traffic, Environment, and Managerial & Construction Aspects. This is due to their responsibilities in managing and expanding the toll road concessions. In general, as synthesized from overall opinions, it was found that the network is the dominant criteria in this assessment with weighting 48.8%, followed by traffic (weighting 17%), environment (weighting 12.7%), financial & business aspects (weighting 11.6%) .and managerial & construction aspects (weighting 9.9%). The results of evaluation of BIUTR construction priorities shows that section-1 becomes first priority, followed by section-3, section-4, and the last is section-2. This is different from the recommended in the prefeasibility study, and is caused by several added criteria in this evaluation, and the judgement for criteria involving a number of stakeholders' opinions. A sensitivity analysis shows that the evaluation has relatively consistent results, even when some preferences are changed.
iv
R I N G K A S A N PENERAPAN PROSES HIRARKI ANALISIS DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI JALAN TOL DALAM KOTA BANDUNG, DARWIN TRISNA,1999, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. Studi ini melakukan pengujian awal terhadap masalah masalah yang timbul dalam penerapan pendekatan metoda analisis multikriteria untuk mengevaluasi proposal investasi jalan tol dalam kota. Metoda multikriteria yang diadaptasi untuk studi ini digunakan metoda Proses Hirarki Analisis ( PHA) yang dikembangkan oleh SAATY pada tahun 1994. Proses evaluasi dilakukan pada proses pentahapan konstruksi Jalan Tol Dalam Kota Bandung (JTDKB) yang terdiri dari koridor Barat-Timur (B-T Utara dan B-T Selatan) dan koridor Utara-Selatan (Pasirkaliki-Kopo, Kiaracondong, Rumah Sakit-Gedebage) sebagaimana direkomendasikan dalam laporan Pra-Studi Kelayakan JTDKB oleh PT Seecons dan PCI. Dari studi diperlihatkan bahwa metoda PHA ini memberikan bentuk analisis yang simpel untuk mengevaluasi proposal investasi jalan tol dalam kota. Metoda ini memberikan kombinasi kriteria kualitatif dengan kriteria kuantitatif. Berbeda dengan metoda lainnya, metoda PHA ini dapat melibatkan sejumlah opini, lebih memberikan pengertian dalam proses pembuatan keputusan, dan juga menyediakan suatu skala penilaian (fundamental value). Oleh karena itu hasil dari evaluasi dengan metoda PHA ini dapat memberikan hasil optimum dengan memberikan kepuasan terhadap sebagian besar pihak. Masing-masing pihak yang terlibat mempunyai preferensi yang berlainan terhadap kriteria, tergantung terhadap kepentingan mereka dalam penyelenggaraan jalan tol ini. Sebagai contoh, Jasa Marga memberikan urutan kriteria dari yang paling menentukan sbb: jaringan, aspek finansial & bisnis, lalu-lintas, lingkungan, dan aspek manajerial & konstruksi. Hal ini didasarkan pada sudut pandang Jasa Marga yang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan dan penyelenggaraan jalan tol. Secara umum, sebagai hasil dari perhitungan diketahui bahwa kriteria jaringan merupakan kriteria yang paling dominan dalam proses evaluasi dengan bobot 48.8%, selanjutnya kriteria lalu-lintas (bobot 17%), lingkungan (bobot 12.7%), aspek finansial & bisnis (bobot 11.6%),dan aspek manajerial & konstruksi (bobot 9.9%). Hasil dari evaluasi untuk prioritas konstruksi JTDKB didapatkan bahwa seksi-1 adalah prioritas utama, kemudian dilanjutkan oleh seksi-3, seksi-4,dan terakhir seksi-2. Hasil ini berbeda dengan rekomendasi dari laporan Pra-studi Kelayakan sebelumnya, dikarenakan beberapa kriteria Baru dipertimbangkan dan juga proses penilaian kriteria melibatkan berbagai macam pihak. Uji sensitivitas memperlihatkan bahwa hasil dari evaluasi ini memberikan keputusan yang relatif konsisten, walaupun beberapa preferensi berubah. v