64
APPENDIX
1. Synopsis
Aileen Wuornos is a prostitute from Daytona Beach, Florida. She is not from a good family background and has ever given birth when she is just thirteen. but then the baby is given for adoption. She is raped by her father’s friend but no one believes her stories. She has been working as a prostitute since a teenager. When visiting a gay bar, she meets with Selby. They fall in love each other and Aileen promises to give happiness to Selby. Then on the second date, Aileen needs to get some money so that she can go to the place where Aileen and Selby are going to have a date. Unfortunately, Aileen gets a brutal client who severely abuses her. Being frustrated in a stressful situation and afraid of losing her lover, she manages so hard to escape. Because of unbearable pain and anger, she kills the man with several shots on the body and then takes the car and money away. She promises to leave prostitution which leaves her a trauma and tries to have a better career. Unfortunately, no one company wants to recruit her. Being stressed out and forced by her lover to fulfill their needs as Aileen had promised before, she takes back her old job. Being surrounded by memory of sexual abuse which is traumatic, she tries to get much money in easier way without having an intimate contact with the clients. She kills them. As a result she becomes a serial killer. At last she is arrested and sentenced to death then never meet Selby again.
65
2. Summary in Indonesian Semua makhluk hidup termasuk manusia harus memenuhi kebutuhannya untuk melanjutkan hidup. Dalam pemenuhan kebutuhan, diperlukan tindakantindakan tertentu untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Namun bagaimanapun juga tentunya ada pula hambatan. Dalam tindakan pemenuhan itu, orang akan menemukan kesulitan-kesulitan yang berujung pada banyak kemungkinan. Mungkin ada beberapa orang yang dapat melaluinya dengan baik, ada pula yang tidak terlalu berhasil, atau mungkin sama sekali tidak berhasil atau gagal. Tekanan dari hambatanhambatan tersebut dapat mengubah seseorang menjadi seorang yang lain. Skripsi ini disusun untuk mengungkap bagaimana perilaku seseorang dapat berubah menjadi lebih buruk dibandingkan dengan sebelumnya saat seseorang tersebut tidak sanggup memikul beban hidup dengan semestinya. Film yang berjudul Monster yang diproduksi di tahun 2003 dan disutradarai oleh Patty Jenkins menampilkan seorang wanita dari Daytona Beach, Florida yang menghidupi dirinya dengan melacur semenjak ia masih berusia remaja. Di film ini dikisahkan bagaimana Aileen Wuornos mau tidak mau harus menghidupi dirinya dan kekasihnya saat memutuskan untuk hidup bersama. Perilaku Aileen Wuornos berubah menjadi agresif di saat ia mengalami kekerasan seksual secara brutal dan hampir terbunuh oleh salah satu kliennya yang bernama Vincent Corey. Perilaku agresif yang cenderung merusak sebagai akibat dari kondisi trauma dan juga tekanan-tekanan dari kondisi lingkungan ini berakibat fatal bagi kondisi psikologis Aileen yakni, ia menjadi pembunuh berantai di mana semua korban yang tewas berjenis kelamin pria. Hal ini menggugah keingintahuan bagaimana citra seseorang yang tadinya biasa saja dapat bertransformasi menjadi sangat buruk. Bab 1 skripsi ini berisi tentang pendahuluan untuk membimbing pembaca sebelum memasuki tahap analisis. Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, topik, pokok permasalahan, lingkup dan batasan analisis, serta tujuan dan fungsi analisis. Seluruh bagian dari pendahuluan tersebut dijelaskan secara rinci dan sistematis agar pembaca dapat memiliki gambaran secara keseluruhan tentang isi dari analisis yang terdapat di dalam skripsi ini.
66
Selanjutnya di Bab 2 akan dijelaskan teori-teori yang dipakai oleh penulis dalam melakukan analisis. Ada dua jenis teori yang dipakai yaitu, teori film dan teori psikologi. Untuk teori film, penulis memasukkan teori film dalam arti umum lalu dilanjutkan dengan teori tentang karakter, dan teori karakterisasi. Hal ini dimaksudkan mengingat media yang dipakai dalam analisis ini berupa film. Selanjutnya dalam teori psikologi, penulis memasukkan teori psikologi dalam arti umum, teori psikologi kepribadian, teori psikologi dalam karya sastra, dan teori tentang perilaku manusia atau behaviorism. Seluruh teori psikologi yang telah disebutkan saling berhubungan satu sama lain. Untuk lebih memahami korelasi antara teori-teori psikologi tersebut, penulis akan menjelaskannya secara berikut. Dalam memahami cabang ilmu psikologi tentunya diperlukan pengertian dari ilmu psikologi dalam arti yang umum. Psikologi dalam arti yang umum adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan. Hal ini sesuai dengan pengertian psikologi yang diambil dari kata Psyche yang artinya jiwa dan Logos yang berarti ilmu. Ilmu psikologi mempunyai banyak cabang ilmu. Seperti yang dituliskan sebelumnya bahwa cabang ilmu psikologi yang penulis gunakan ada tiga jenis yaitu, teori kepribadian, teori psikologi dalam karya sastra, dan teori perilaku manusia. Teori kepribadian dimaksudkan untuk membuka pengertian bagi pembaca bahwa kekhasan suatu karakteristik dapat mempengaruhi perilaku dari individu. Sebagai contoh, sesorang yang karakternya pendiam dan anti-social cenderung untuk tidak mengikuti kegiatan yang ramai pengunjung. Selanjutnya pembaca tentu bertanya mengapa ada teori psikologi dalam karya sastra. Secara pintas psikologi dan karya sastra diibaratkan seperti bumi dan langit. Keduanya terlihat sangat berbeda dan nampak hampir tidak ada hubungannya sama sekali. Namun jika ditelisik lebih lanjut, psikologi dalam karya sastra sangat erat berhubungan. Hal ini dikarenakan karena sebuah karya sastra tercipta oleh adanya keinginan dari si pembuat. Pembuat dari karya sastra ini adalah manusia yang memiliki pikiran di mana dalam proses pembuatannya, suatu karya sastra dibuat atas dasar alam bawah sadar atau imajinasi si pembuat. Selain itu dalam suatu karya sastra seperti film, novel, cerita pendek, puisi, dan lain-lain terdapat unsur karakter yang berangkat dari pencitraan manusia. Tentunya unsur-unsur seperti ini tidak dapat dilepaskan dari kejiwaan si pembuat atau pengarang. Itulah sebabnya perlu adanya
67
pemahaman kejiwaan khususnya tentang pemahaman karya sastra yang dilihat dari sisi psikologis. Di lain pihak, teori yang akan dibahas mendalam dalam analisis yang terdapat dalam skripsi ini adalah teori tentang perilaku manusia atau behaviorism. Teori ini berisi tentang pembahasan mengenai perilaku manusia secara umum, faktor-faktor yang disinyalir dapat mempengaruhi perubahan perilaku, mekanisme pertahanan dalam diri manusia, substansi berupa alkohol, serta perilaku agresif. Seluruh teori tersebut dikombinasikan dalam analisis. Bab 3 dalam skirpsi ini berisi tentang metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode kualitatif yakni menjawab pokok-pokok permasalahan yang dibuat. Selain itu dalam metode ini penulis menerapkan library research dan multimedia research. Library research ditujukan untuk mengumpulkan referensi-referensi berupa buku-buku yang kajiannya berhubungan dengan lingkup analisis. Sedangkan multimedia research ditujukan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan media yang digunakan penulis. Ada empat universitas yang tersebar di tiga kota di mana penulis mengumpulkan referensi-referensi yang mendukung penulisan skripsi. Universitas Pakuan di Bogor, Universitas Indonesia di Depok, Universitas Atmajaya di Jakarta Pusat, dan Universitas Bina Nusantara di Jakarta Barat adalah daftar universitas yang penulis kunjungi. Sedangkan untuk multimedia research penulis mengunjungi situs Imdb guna mendapatkan informasi tentang film yang digunakan sebagai media dari analisis ini. Sekilas mengenai film yang berjudul Monster ini adalah film yang diadaptasi dari kisah nyata seorang pembunuh berantai berjenis kelamin wanita di daerah Florida, Amerika Serikat. Dalam penerapan langkah-langkah dari analisis yang dilakukan selain yang telah disebutkan di atas adalah pertama penulis mencari film tersebut di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Film ini berformat DVD dan hanya ada satu subtitle yakni dalam Bahasa Indonesia saja. Hal tersebut dikarenakan format isi dari DVD masih menggunakan format lama sehingga tidak ada pilihan subtitle dalam bahasa lainnya. Selain itu subtitle dalam Bahasa Indonesia juga otomatis tidak dapat dihilangkan. Setelah membeli DVD tersebut, penulis menontonnya dan menemukan inti permasalahan dalam karakter utama di film tersebut. Sehingga hal itu dikembangkan menjadi pokok-pokok permasalahan yang
68
akan dibahas dalam analisis. Lalu penulis membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik serta permasalahan dalam analisis. Selain daripada itu penulis juga mengumpulkan referensi berupa karya-karya ilmiah terdahulu yang berkaitan dengan topik dari skripsi ini. Ada dua buah karya ilmiah yang penulis gunakan sebagai acuan yakni, Analysis of Kien’s Behavior Change in the Sorrow of War ditulis oleh Maria Veronica, dan Noland’s Change of Behavior in Cast Away ditulis oleh Aryati. Alasan mengapa penulis memilih keduanya adalah karena variabel-variabel yang terdapat dalam analisis mereka sangat berhubungan dengan variabel dalam analisis penulis. Keduanya menampilkan perubahan karakter serta pengaplikasian behaviorism sebagai teori utama. Kedua karya ilmiah tersebut didapatkan dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara. Langkah selanjutnya adalah memilah-milah teori dan referensi guna mendapatkan rujukan yang tepat untuk digunakan sebagai acuan. Selanjutnya penulis mulai menganalisa permasalahan yang terdapat dalam karakter utama. Lalu langkah terakhir adalah membuat hasil analisis dan kesimpulan. Di Bab 4 berisi tentang analisis yang berangkat dari pokok-pokok permasalahan yang sudah disebutkan di bagian pendahuluan. Analisis ini juga dikombinasikan dari teori-teori yang digunakan sebagai acuan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Secara ringkas penulis akan memberikan penjelasan mengenai hasil dari analisis. Analisis ini dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama, penulis menjelaskan tentang karakterisasi yang diterapkan dalam analisis ini. Lalu di bagian kedua dan ketiga, penulis menganalisis beberapa adegan dalam dua tahapan yang berbeda; masa lalu dari Aileen Wuornos termasuk di dalamnya masa kanakkanak dan masa remaja. Lalu untuk tahapan selanjutnya adalah kejadian yang dialami Aileen Wuornos di masa kini termasuk hubungan Aileen dengan kekasihnya, kekerasan seksual, dan kondisi saat hidup bersama dengan kekasihnya. Untuk bagian terakhir, penulis menerapkan teori behaviorism untuk menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan Aileen menjadi seorang pembunuh berantai. Karakterisasi yang penulis gunakan yaitu karakterisasi langsung dan karakterisasi tidak langsung. Untuk karakterisasi langsung penulis mengambilnya dari monolog Aileen Wuornos. Hal ini dikarenakan Aileen Wuornos tidak hanya bertindak sebagai aktris utama tetapi juga sebagai narrator. Sedangkan untuk
69
karakterisasi tidak langsung penulis mengambilnya dari potongan-potongan dialog yang dilakukan oleh Aileen dan tokoh-tokoh lain yang terdapat dalam film ini. Beberapa adegan dalam film juga disematkan agar pembaca dapat lebih jelas melihat adegan apa yang terjadi dalam film tersebut. Masa kanak-kanak Aileen dipenuhi dengan pola asuh yang buruk, penolakan, dan pelecehan seksual. Sebagai seorang gadis kecil Aileen harus berhadapan dengan figur orang tua yang buruk di mana secara tidak langsung mereka memblokir keterbukaan Aileen dalam hal sosialisasi. Cita-cita Aileen yang selalu diremehkan membuatnya hidup dalam pelarian secara psikologis. Aileen yang biasanya terbuka dalam bercerita menjadi Aileen yang tertutup dan cenderung hidup dalam dunia imajinasi. Hal ini berpengaruh dalam tumbuh kembang psikologis Aileen di mana seharusnya keterbukaan menjadi salah satu kunci dalam penggalian potensi dalam diri. Selain itu ia juga diperkosa oleh teman dari ayahnya saat masih berusia delapan tahun. Aileen mencoba melaporkan kejadian ini terutama pada ayahnya namun tak ada satupun orang yang mempercayai ceritanya. Selama bertahun-tahun Aileen memendam luka psikologis ini seorang diri. Ketika beranjak remaja Aileen tumbuh sebagai seorang gadis normal yang mulai menyukai rasa suka atau cinta kepada lawan jenisnya. Seperti yang terlihat dalam film ini, Aileen tidak memiliki teman dan cenderung tertutup. Sementara remaja lain asyik bergaul dengan teman mereka, Aileen terlihat lebih banyak menyendiri. Tak puas dengan itu, Aileen mencari cara agar ia diperhatikan oleh sekelilingnya terutama oleh teman-teman prianya. Termotivasi oleh hal itu Aileen memamerkan payudaranya kepada teman-teman prianya sambil berharap setidaknya salah satu di antara mereka mau menyukainya. Alhasil tidak seperti yang diharapkan. Tidak ada satupun yang menyukai Aileen dan bahkan di mata mereka ia dianggap aneh. Aileen tidak tamat sekolah dan juga tidak memiliki satu sertifikat kelulusanpun. Saat Aileen berusia tiga belas tahun, ia mengandung lalu memberikan anaknya untuk diadopsi. Semenjak remaja Aileen sudah bekerja sebagai pekerja seks komersial sambil terus berharap ada salah seorang pria yang mampu mencintainya dengan tulus. Namun impiannya hampir pudar karena semua pria yang ia temui di matanya hanyalah para pecundang. Semenjak saat itu Aileen menjalani pekerjaannya sebagai pekerja seks komersial dengan penuh berat hati.
70
Setelah dewasa dan masih menjalani pekerjaannya sebagai pekerja seks, Aileen secara tidak sengaja bertemu dengan Selby Wall di bar khusus lesbian. Meski ia bukanlah seorang lesbian, tujuan utamanya mengunjungi bar tersebut hanyalah demi minum beer. Singkatnya mereka berkenalan dan saling jatuh cinta. Aileen sangat mencintai Selby karena di matanya hanya Selby lah yang mau menerimanya dengan tulus serta memuji kecantikannya. Padahal selama ini tidak ada seorangpun yang pernah memujinya demikian. Sehingga Aileen bak gadis kecil yang menemukan boneka kesayangannya yang hilang. Ia sangat kegirangan dan berpikir bahwa Selbylah soulmatenya. Lalu mereka memutuskan untuk tinggal bersama meski harus menyewa sebuah kamar di motel. Tidak berhenti disitu saja, Aileen bersungguh-sungguh akan membahagiakan Selby dan berjanji tidak akan melepaskan Selby sampai kapanpun. Ia pun kembali bersemangat mencari uang meski tetap memilih bekerja dengan melacur. Suatu ketika ada seorang pria yang meminta jasa layanannya. Di luar dugaan, pria tersebut melecehkannya secara brutal dan Aileen hampir terbunuh. Frustasi, cemas, marah, dan takutpun menjadi satu saat itu. Ia frustasi akan janjinya bertemu dengan kekasihnya serta cemas akan kelanjutan hubungan mereka jika ia tidak memenuhi janjinya, dan juga marah akan perilaku seks brutal yang membuatnya takut mati. Namun hal ini menjadi sebuah kekuatan untuk Aileen melepaskan diri dari kebrutalan pria yang bernama Vincent Corey ini. Dengan kondisi psikologis yang trauma berat serta dikelilingi dengan situasi yang membuatnya frustasi, Aileen mendorong dirinya untuk berani dan pada akhirnya ia menembak mati pria itu dengan sebuah pistol. Setelah berhasil melarikan diri, Aileen bertekad untuk meninggalkan pekerjaannya dan mulai mencari pekerjaan yang lebih baik. Selby tidak tahu sama sekali bahwa Aileen sudah membunuh satu orang saat itu. Dengan motivasi yang kuat ia berangkat menghadiri wawancara kerja dan berharap salah satu perusahaan akan merekrutnya. Sayangnya, tidak ada satupun perusahaan yang mau mempekerjakannya. Penolakan dan rasa sakit hati kembali menghantui Aileen. Hal ini membuat Aileen stress karena di satu sisi ia sudah berjanji akan menghidupi Aileen dan hidup bahagia. Setelah kejadian tersebut, Selby menuduhnya bahwa ia hanya dijadikan mainan oleh Aileen karena pada kenyataannya Aileen tidak mampu
71
memenuhi janjinya. Setelah pertengkaran yang hebat, mau tidak mau Aileen harus kembali pada pekerjaan lamanya; melacur. Aileen terlebih membenci perkerjaannya tersebut terutama setelah apa yang sudah membuatnya hampir terbunuh. Demi tetap mendapatkan uang, ia mencari cara agar tubuhnya tidak tersentuh oleh sentuhan lelaki yang haus kenikmatan. Cara yang dimaksud ialah dengan membunuh dan merampok. Berdasarkan film ini, Aileen hampir membunuh semua korbannya. Ada satu korban hampir ia bunuh karena pria tersebut tidak terlihat percaya diri, kaku, dan bisa dikatakan seorang yang amatir dalam urusan seks. Sementara korban-korban lainnya terbunuh dengan pola pembunuhan yang sama yaitu pria usia paruh baya dan berperilaku agresif dalam urusan seks atau dalam artian sudah memahami betul dalam memperlakukan seorang pekerja seks komersial. Terlihat jelas di raut muka Aileen bahwa pria-pria yang demikian menimbulkan amarah yang terpendam di matanya sehingga ia menembak mati mereka demi melampiaskan amarahnya tersebut. Di samping itu, penulis juga menganalisis faktor-faktor yang dapat disinyalir sebagai pemicu perubahan perilaku Aileen. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari dua segi yakni, segi psikologis termasuk trauma di masa lalu dan segi fisiologis termasuk kebiasaan buruk Aileen sebagai alkoholik, pertemanan dengan laki-laki, serta kondisi hidup. Dari segi psikologis Aileen terlihat mengalami trauma berat di masa lalu terutama dalam hal pelecehan atau kekerasan seksual. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Aileen mengalami pelecehan pertama kalinya di usia delapan tahun. Lalu yang kedua dan boleh dikatakan yang terberat adalah saat ia dilecehkan brutal secara seksual oleh salah seorang kliennya. Luka psikologis di masa lalu tidak dapat diremehkan apalagi jika kejadian tersebut terjadi di masa kanak-kanak. Banyak cara yang dilakukan orang untuk melepaskan diri dari trauma di antaranya; histeris dan terus mengingat-ingat kejadian yang membuatnya trauma, menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan atau dalam kata lain pengalihan pikiran, atau memendam tanpa menyelesaikan trauma tersebut dengan memori yang masih jelas terekam. Dari analisis yang dilakukan Aileen mengalami kondisi trauma masa kecil yang cenderung dipendam. Hal ini sangat berbahaya mengingat hal buruk yang dipendam cenderung akan meledak saat adanya rasangan dari tipe atau jenis trauma yang sama. Hal inilah yang terjadi pada Aileen yaitu amarah yang
72
sudah lama dipendam meledak saat ia dilecehkan dengan tipe pelecehan yang jauh lebih brutal dari yang sebelumnya. Selanjutnya saat mengulik lebih jauh ke segi fisiologis, penulis menemukan beberapa hal yang menarik. Aileen adalah seorang alkoholik berat. Seperti yang diketahui bahwa alkohol adalah substansi yang dapat mempengaruhi perilaku dan koordinasi otak jika kadarnya sudah banyak dalam aliran darah. Seperti yang terlihat dalam film, Aileen tidak dapat mengontrol emosi dan selalu berbicara dengan makian yang kasar. Kondisi ini tidak dapat diremehkan mengingat pengontrolan emosi haruslah dilakukan demi penyelesaikan masalah secara baik dan rasional. Sayangnya, pengaruh alkohol sepertinya sudah sangat terlampau jauh efeknya pada pengontrolan emosi Aileen. Sehingga Aileen menjadi seorang yang mudah marah dan gegabah dalam mengambil keputusan. Pertemanan adalah hal yang menyenangkan namun menjadi bencana saat memilih teman yang salah. Aileen lebih memilih berteman dengan laki-laki ketimbang dengan perempuan. Ia suka pergi ke bar dan lebih banyak berinteraksi dengan laki-laki. Seperti yang dapat dilihat dari caramya berbicara dimana perkataannya lebih didominasi dengan kata-kata kasar dalam bahasa gaul. Di samping itu, ia juga terlihat seperti seorang laki-laki di mana ia memakai pakaian laki-laki, merokok, dan berjalan seperti seorang laki-laki. Sebagai seorang pekerja seks dapat dibayangkan lingkungan di mana ia hidup dikelilingi oleh laki-laki. Penulis pernah mendengar sebuah kutipan yang berkata pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Penulis mempercayai hal itu. Dengan siapa kita biasa berinteraksi sangatlah berpengaruh. Hidup di sekitar orang-orang yang tidak baik akan berefek buruk pula. Secara psikologis, laki-laki adalah makhluk yang didominasi dengan kekuatan dan kekuasaan. Di lain sisi, perempuan adalah mahkluk yang lebih didominasi dengan perasaan dan sensitivitas. Jika seorang wanita terbiasa hidup berinteraksi dengan pria, cara mereka berbicara dan menghidupi kehidupan biasanya akan mengikuti cara dari lawan jenis. Selain itu, secara implisit ada sebuah gambaran kecil mengenai paradigma dari Aileen. Mudah menghakimi adalah salah satu paradigma dari wanita ini. Jenis paradigma ini dapat menjadi salah satu dari cara berpikir mendasar dalam hidup. Paradigma dibentuk oleh keadaan lingkungan termasuk orang-orang yamg sering
73
berinteraksi. Menurut penulis, paradigma Aileen tidaklah baik. Dengan paradigm demikian, penulis berpikir bahwa wanita ini tidak mudah menemukan aktualisasi diri padahal hal itu sangatlah membantu dalam menyelesaikan permasalahan. Seperti yang penulis katakan sebelumnya bahwa paradigma atau cara berpikir lakilaki cenderung melihat masalah secara objektif dan langsung mengarah pada objek dari masalah tertentu. Aileen adalah seorang wanita yang hidup di jalanan. Sepanjang film, penulis tidak melihat rumah tinggalnya. Dia sering mencuri barang-barang yang sekiranya masih bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup di kala kondisinya benar-benar tidak memiliki uang. Untuk mandi ia harus mandi di tempat pemandian umum. Menjadi seorang yang tunawisma tidaklah mudah. Biasanya kondisi demikian dapat berakibat negatif pada perilaku seseorang. Selain itu seorang yang tunawisma erat kaitannya dengan kondisi ekonomi yang buruk. Kondisi ekonomi biasanya menjadi salah satu pemicu perubahan perilaku. Sebagai contoh seorang tunawisma tidak dapat beristirahat dengan baik padahal kebutuhan istirahat adalah salah satu kebutuhan dasar. Kebutuhan istirahat sangatlah penting. Seseorang yang kurang beristirahat biasanya memiliki masalah dengan pengendalian emosi dan juga konsentrasi. Terlebih lagi, hal itu juga dapat mempengaruhi cara berpikir. Mudah emosi dan menghakimi orang, membunuh, mencuri, dan kejahatan lainnya biasa terjadi pada orang-orang yang hidup di kondisi demikian. Dari awal dimulainya film, nama Selby Wall sering disebutkan oleh Aileen. Nampaknya Selby Wall sangat berpengaruh pada kehidupannya. Demi kebahagiaan Selby, Aileen rela melakukan cara apapun termasuk membunuh dan merampok demi melihat senyum kekasihnya tersebut. Frustasi karena tidak mendapat pekerjaan yang lebih baik dan juga cemas akan kehilangan wanita yang ia sangat cintai, Aileen rela menjadi mesin pembunuh demi kebahagiaan mereka. Termotivasi oleh desakan kebutuhan hidup dan juga cinta, Aileen tidak dapat berpikir jernih. Tiap kali ia mendapatkan seorang klien, dia terbiasa untuk membunuh dan membunuh lagi. Pada dasarnya, dia tidak ingin kehilangan kekasihnya. Ada satu pernyataan yang berkata bahwa cinta itu “buta”. Aileen “buta” karena ia tidak dapat membedakan yang mana cinta dan yang mana logika. Ia hanya terlalu girang mendapatkan seorang kekasih
74
sampai ia kehilangan akal sehatnya bahwa kejahatan tidak bisa dicampuradukkan dalam membangun sebuah hubungan yang sehat. Di akhir film, Aileen menghujat hakim karena menghukum mati seorang wanita yang diperkosa. Kemungkinan besar Aileen tidak dapat menerima keputusan hakim karena ia merasa seorang wanita yang diperkosa tidak seharusnya dihukum mati. Ia berpikir bahwa ia hanyalah korban. Dalam kata lain, menurut pandangannya apa yang Aileen sudah lakukan hanya semata-mata untuk membela diri yakni dengan cara membunuh pria-pria yang dikategorikan sebagai seorang pemerkosa. Sehingga hal ini memberikan bukti yang lebih kuat mengenai alasan di balik perilaku kejahatan Aileen di mana ia melakukannya sebagai usaha balas dendam dan amarah yang ada dalam dirinya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketidakmampuan Aileen untuk memuaskan kebutuhannya dengan cara yang tepat serta didukung oleh kondisi pikiran yang belum pulih dari trauma di masa lalu dan dibarengi dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat telah mempengaruhi perubahan perilakunya. Aileen Wuornos adalah seorang wanita yang kurang bisa mengendalikan emosi. Aileen memiliki masalah dengan latar belakang keluarganya. Dibesarkan dengan pola asuh yang buruk semenjak anak-anak telah membentuk pola pikir Aileen mengenai kehidupan. Bersamaan dengan itu, ia juga berhadapan dengan faktor-faktor yang membuatnya stress terutama hubungannya dengan kakek neneknya di mana tidak ada komunikasi yang hangat. Pada kenyataannya, komunikasi yang sehat sangatlah penting dalam membangun hubungan yang baik. Komunikasi yang buruk mempengaruhi Aileen terutama kemampuannya untuk mengekspresikan pikirannya yang ujungnya membuat ia menjadi seorang yang tertutup. Di sisi lain, pelecehan seksual di masa kanak-kanak juga memainkan peranan penting untuk Aileen. Pelecehan seksual bersifat traumatis. Memori dari sosok orang yang memperkosanya telah menciptakan kesedihan sekaligus kemarahan yang tidak dapat diungkapkan ketika ia masih seorang gadis kecil. Pola asuh yang buruk, komunikasi yang tidak sehat, dan pelecehan seksual berpengaruh pada perilaku Aileen. Sehingga Aileen menjadi seorang yang tidak percaya diri dan kurang bisa mengontrol emosinya. Tensinya pun semakin meninggi
75
tatkala ia berhasil lolos dari kekerasan seksual yang brutal. Hal ini lebih berakibat traumatis untuk Aileen karena pelecehan seksual yang pertama terjadi di masa kanak-kanak yang artinya pada saat itu ia tidak dapat berbuat banyak karena ia masih seorang gadis kecil. Lalu tensi itu meledak saat kekerasan seksual yang kedua menyiksa dirinya. Frustasi akan kencannya yang batal dan dikelilingi oleh kondisi yang membuatnya stress di mana ia berada di suatu tempat yang mana tidak ada seorangpun dapat menolongnya, serta cemas akan kehilangan sosok yang dicintainya telah membuat perilakunya berubah ke arah perilaku agresif secara langsung. Semuanya itu menjadi satu dan berfluktuasi menjadi perubahan perilaku yang lebih buruk dari sebelumnya yakni dengan menjadi seorang pembunuh berantai. Kesimpulan akhir dari analisis ini adalah bahwa ketidakmampuan Aileen untuk memenuhi kebutuhan hidup secara tepat yang didukung oleh kondisi pikiran yang belum pulih dari banyak trauma bersamaan dengan tekanan-tekanan negatif telah mengubah atau mentransformasikan dirinya ke perilaku agresif. Hal ini dibuktikan dengan kejahatannya sebagai seorang pembunuh berantai. Maka jelaslah bahwa perilaku dapat berubah menjadi lebih buruk jika seseorang tidak dapat mengendalikan dan melatih kondisi pikirannya seperti dalam kasus Aileen Wuornos.